Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

“TEORI ARSITEKTUR DAN ARSITEKTUR RENAISSANCE”

Nama : Ima Fatila

NRP : 21-2015-082

Mata Kuliah : Teori Arsitektur 2

Dosen : Ir., Udjianto M.Sp

Kelas : C

Tahun Ajaran 2017-2018

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

Jl. P.H.H Mustofa no 23

Bandung
A. Pengertian Teori Arsitektur
Teori yang paling di kenal tentang arsitektur berasal dari Marcus Vitruvius Pollio
(abad 1 SM) dalam bukunya “The Ten Books Of Architecture”.Vitruvius
menyimpulkan 3 aspek atau syarat yang harus dipenuhi dalam arsitektur yaitu :

a. Firmitas (Kekuatan)

b. Utilitas (Kegunaan)

c. Venusitas (Keindahan)

Teori arsitektur adalah ungkapan umum tentang apakah arsitektur, apa yang
harus dicapai dengan arsitektur , dan bagaimana cara yang paling baik untuk
merancang. Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan & dugaan-dugaan
tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang dijadikan bangunan di kumpulkan
dalam suatu cara, tempat, dan waktu tertentu.

Beberapa tokoh dunia memiliki pemikirannya masing-masing yang sekarang


di Pakai dalam dasar-dasar pengembangan arsitektur diantaranya adalah :

1. Luis I. Kahn, dengan teori : arsitektur adalah pemikian yang matang dalam
pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus adalah disebabkan
perubahan konsep ruang (Sumber buku : Perspecta IV page 2-3)

2. Le Corbusier, dengan teori : arsitektur adalah penataan beberapa massa


yang dengan hebat, tepat dan baik sekali digabungkan dengan cahaya (Sumber
Buku : Toward a new Architecture, p. 14 dan The Pure form of Architecture)

3. William Wayne Caudill, dengan teori bentuk dan ruang adalah bukan
arsitektur. Arsitektur terjadi hanya bila seseorang sedang mengalami atau menikmati
bentuk dan ruang tersebut (Sumber buku : Architecture by Team, 1971).

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil satu kesimpulan mengenai


arsitektur, adalah ruang, massa dan manusia merupakan bagian dalam sebuah
karya arsitektur. Form and space is not architecture Architecture occurs only when
there is a person to experience it.
B. Sejarah Arsitektur Renaissance
Pengaruh Renaissance berkembang sejak awal abad ke-14 di Florence, Italia
yang kemudian meluas ke Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugal dan juga ke
negara jajahan Eropa di Amerika, Asia dan Afrika.

Renaissance berawal dari karya kesusastraan, berpedoman pada karya


Petrach, Boccacio dan Dante. Kemudian diikuti oleh seni pahat dan seni lukis
(dengan beberapa senimannya yaitu Nicola Pisano, Gimabue dan Giotto). Kemudian
yang terakhir adalah perkembangan seni arsitekturnya. Filipo Brunelleschi (1377-
1466) adalah arsitek Renaissance pertama, berawal dari pengrajin emas, pemahat
dan juga mendalami Matematika. Serta membuat gambar kerja dari bangunan
Romawi Kuno di Roma. “Ospedale Degli Innocenti” 1419 (The Founding Hospital)
karya pertamanya bergaya “Tuscan dan Romanesque”. Desain selanjutnya
menunjukan pendekatan ke gaya New Classical, seperti kecenderungan
“kesimetrisan”, “proporsional” dan penerapan “Arcade dengan kolom-kolom
pendukung setengah lingkaran (elemen busur)” merupakan ciri gaya arsitektur
bangunan masa Renaissance. Sedangkan Alberti dengan Pallazio Rucellai-nya
(1446) yang memiliki façade dengan order bentuk-bentuk pilar dan garis-garis
horisontal pada bidang datar yang luas pola ini menjadi populer di masa mendatang,
merupakan dua tokoh yang utama.Masa Renaissance sering disebut juga masa
pencerahan, karena menghidupkan kembali budaya-budaya klasik, hal ini
disebabkan banyaknya pengaruh filsafat-filsafat dari Yunani dan Romawi. Selain itu
ilmu pengetahuan, ketatanegaraan, kesenian, dan keagamaan berkembang dengan
baik. Di masa ini arsitekturnya ikut berusaha menghi-dupkan kembali kebudayaan
klasik jaman Yunani dan Romawi dengan jalur garap dan jalur pikir yang tersendiri,
tidak menggunakan jalur garap dan pikir Yunani-Romawi. Dengan demikian,
meskipun dalam wajah dan tatanan arsitektur dapat disaksikan keserupaan,
keserupaan ini adalah hasil dari penafsiran dan penalaran, bukan semata-mata
pencontohan dan bukan pula `penghadiran kembali demi nostalgia’.

Pada masa ini, dunia keagamaan berkembang dengan pesat, terutama


agama Kristen, sehingga pengaruh otorita seorang pemimpin gereja sangat kuat.
Bersamaan dengan itu adalah tumbuhnya dan berseminya benih-benih ambisius
dari ilmu untuk men-jajarkan diri dengan agama, yang pada saatnya nanti, akan
menggantikan agama dalam perannya sebagai “penguasa semesta dan penguasa
manusia”.
Gambar (1.1) contoh bangunan gaya renaissance yang memperlihatkan tiang-tiang gaya klasik.

Pemerintahan dengan sistem kerajaan mulai digunakan, sehingga tercermin


dalam bangunan-bangunan istana dan benteng dengan bentuk klasik. Perhatikan, di
sini kerajaan dipimpin oleh dua kekuasaan yakni pertama adalah kekuasaan raja
dan yang kedua adalah kekuasaan pemimin agama. Konflik dan perebutan
kekuasaan antara raja dan agama yang mewarnai berjalannya jaman ini, kemudian
diperramai lagi dengan munculnya kekuasaan baru yakni ilmu dan pengetahaun.
Dengan demikian, di jaman ini dapat kita saksikan sosok perorangan yang ilmuwan,
seniman dan sekaligus orang yang religius seperti Leonardo da Vinci; namun di sisi
lain dapat pula disaksikan martir dalam keyakinan terhadap ilmu dan
pengetahuannya, seperti Galileo Galilei.

Arsitektur Renaisans (yang berjaya dalam abad 15–17 M) memperlihatkan


sejumlah ciri khas arsitektur. Munculnya kembali langgam-langgam Yunani dan
Romawi seperti bentuk tiang langgam Dorik, Ionik, Korintia dan sebagai-nya;
(meskipun pada perkembangan selanjutnya peng-gunaan langgam tersebut mulai
berkurang) dapat disam-paikan sebagai ciri yang pertama. Bentuk-bentuk denahnya
sangat terikat oleh dalil-dalil yang sistematik, yaitu bentuk simetris, jelas dan teratur
dengan teknik konstruksi yang bersahaja (kalau dibandingkan dengan masa
sekarang, masa abad 20 khususnya). Di satu pihak, ketaatan pada dalil-dalil ini
mencerminkan perlakuan yang diberlakukan pada arsitektur yakni, arsitektur
ditangani dengan menggunakan daya nalar atau pikiran yang rasional. Perlakuan
yang menggunakan daya nalar ini sekaligus menjadi titik penting perjalanan
arsitektur Barat mengingat sebelumnya arsitektur sepenuhnya diperlakukan hanya
dengan menggunakan daya rasa seni bangunan. Dengan kesetiaan pada dalil itu
pula sebaiknya kehadiran detil dan perampungan yang ornamental maupun dekoratif
diposisikan. Maksudnya, unsur-unsur yang ornamental dan dekoratif dari bangunan
dihadirkan sebagai penanda dan penunjuk bagi dalil-dalil yang digunakan. Sebuah
ilustrasi sederhana dapat disampaikan di sini untuk memberikan penjelasan tentang
hal itu.

Dengan perhitungan dan pertimbangan struktur/konstruksi bangunan, maka


jarak antar kolom dapat dibuat sebesar a meter. Akan tetapi, karena jarak a meter
dengan tinggi kolom yang b meter tidak menghasilkan kesesuaian dengan dalil yang
menunjuk pada perbandingan 2b=3a, maka di antara kedua kolom itu
dimunculkanlah rupa yang tak jauh berbeda dari rupa kolom (dinamakan pilaster)
sehingga nisbah (ratio) 2b:3a dapat dipenuhi. Ringkas kata, dalam masa Renaisans
ini terjalinlah kesatuan gerak dalam berarsitektur, yakni kesa-tuan gerak nalar dan
gerak rasa. Di masa ini pula arsitektur Yunani dan Romawi ditafsir kembali
(reinterpretation) dengan menggunakan nalar (di-matematik-kan) dengan tetap
mempertahankan rupa-pokok Yunani (pedimen dan pilar/kolom yang menandai
konstruksi balok dipikul tiang) serta Romawi (bangun dan konstruksi busur, yakni
konstruksi bagi hadirnya lubangan pada konstruksi dinding pemikul)

(gambar 1.3) Dimana tiang-tiang beserta balok murni masuk ke dalam arsitektur Yunani. Gaya ini disebut Gaya
Dorik dan lebih murni dibandingkan gaya ionik.

(gambar 1.4a) Tiang gaya ionik dari Bait Olympicon terkesan lebih muda. Lebih elegan dan lebih langsing.
Setelah tahun 1600-an, arsitektur Renaisans mulai meninggalkan gaya-gaya
klasik, kemudian disambung dengan kebudayaan Barok (Baroque) dan Rococo.
Barok dan Rococo dianggap merupakan bentuk dari kebudayaan Renaisans juga.
Contoh dari aliran Barok adalah gereja St. Peter di Roma.

C. Konsep Dasar Pemikiran Renaissance


Masa Renaissance merukan kelahiran kembali arsitektur Klasik, yang didasari
oleh Arsitektur Klasik Yunani dengan pengaruh Arsitektur Klasik Romawi. Sejarah
singkatnya orang Yunani telah secara mendalam membahas cara hidup enak di
dunia. Untuk mendapatkan hidup enak, perlu ada aturan. Aturan dibuat untuk
mengatur manusia dan alam.

a. Manusia & Alam ==>yang membuat aturan “KITA” yang menghasilkan paham
“HUMANISME
b. “HUMANISME”==> Paham yang mengatakan bahwa manusia mampu
mengatur dirinya dan alam. (Humanisme yang berisi paham
„LIBERALISME‟).
c. “LIBERALISME==>” Paham yang mengatakan bahwa manusia harus bebas.
Bebas mengatur dirinya dan alam, sehingga manusia harus membuat aturan,
dan aturan dibuat dengan akal. Ini merupakan inti dari paham
“RATIONALISME”
d. “RATIONALISME”==> Paham yang mengatakan bahwa kebenaran dicari dan
diukur dengan akal. Dengan demikian pada akhirnya akan memunculkan
paham “EMPIRISME”.

Secara intinya “HUMANISME” merupakan paham yang bertujuan mengangkat


derajat dan kemuliaan manusia. Paham ini mendasari apresiasi terhadap seniman
dan karya-karyanya. Dunia Klasik yang berminat terhadap HUMANITAS dan cinta
akan keindahan, menggunakan figur manusia sebagai obyek, karena manusia
merupakan karya seni yang terindah.

Paham “RASIONALISME” mendasari keingintahuan (coriosity) dan penyelidikan


tentang hakekat alam, memunculkan ilmu-ilmu baru (Matematik, Perspektif dan
Antomi). Aplikasi dari ilmu-ilmu tersebut menjadi dasar teori yang diterapkan pada
karya-karya masa Renaissance.

D. Ciri-ciri Umum Arsitektur Renaissance


1. Pola tata ruang (di luar benteng) (extra-muros >< intra muros)
2. Bentuk dan pandangan dari luar cenderung mendatar.
3. Garis-garis horisontal dari dekorasi, bertolak belakang dengn Gotik
4. Bangunan melebar, datar, dan tipis (lebar banding panjang berbedanya
besar)
5. Garis-garis lantai di bawah dan di atas diekspos menjadi garis horisontal,
terkesan yang satu menumpuk di atas lainnya.
6. Bangunan-bangunan umum penting (istana, gereja, balaikota dll) diletakkan
dalam ujung sumbu jalan atau taman luas terbuka.

Pada umumnya arsitektur bangunan masa Renaissance memiliki fungsi


keagamaan seperti gereja dan kapel (peninggalan dan melanjutkan bangunan masa
Medieval), bangunan-bangunan istana, pusat pemerintahan dan rumah-rumah
kediaman pendeta atau saudagar (yang merupakan anggota masyarakat yang
terhormat). Teori-teori yang menonjol pada bangunan tersebut adalah : Penerapan
konsep simetri yang kuat, pada tampak dan ruang dalam bangunan. Mayoritas
pemakaian bahan bangunan/material dari marmer pada interior dan
warna bangunan yang cenderung monochrome atau satu warna. Bangunan kaya
akan elemen dekoratif, baik pada interior maupun eksterior bangunan. Elemen
dekoratif tersebut umumnya berupa ukiran/sculpture, relief serta lukisan-lukisan.
Tema elemen dekoratif tersebut umumya melambangkan karakter-karakter atau
penginterpretasian alam dan sosok manusia, flora, fauna serta pemandangan alam.
Pada ruang dalam, bagian dinding dan langit-langit umumnya dilapisi ukiran (stucco)
yang obyeknya seputar flora, sosok dan perilaku dari fauna dan manusia, topeng-
topeng, perahu maupun perisai. Penggunaan patung yang dipadukan dengan detail
arsitektural, baik pada interior maupun eksterior. ada façade bangunan terdapat
deretan kolom-kolom dengan kepala dihiasi elemen dekoratif bermotif flora, susunan
order dapat berupa Doric, Ionic, maupun Corinthian.

Penerapan garis-garis hirisontal dan elemen-elemen busur pada bidang


datar. Atap, baik atap perisai maupun datar dilengkap dengan hiasan, baik berupa
Lantern, Louvre, Lucarne, Ammortizement, Tympanum maupun Balustrade.
E. Faktor-faktor Munculnya Renaissance
Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram.
Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam
berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan,
justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan
demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat
balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori
tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini
bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.

Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja.
Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan
manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup
manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak
diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahirfilsafat
scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat
pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.

Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak pemerintah atas


saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan kultural, pada awalnya merupakan
pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada
pertengahan abad XIV. Sebelum gereja mempunyai peran penting dalam
pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam kemewahan, kemegahan, keperkasaan
dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja mulai berpengaruh maka hal
seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah semangat renaissance.

Menurut Ernst Gombrich munculnya renaissance sebagai suatu gerak kembali di


dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-ide baru.
Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan kesederhanaan
primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang penuh hiasan.

Menurut Prancis Michel De Certeau renaissance muncul karena bubarnya


jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi
sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali dan manyatukan
kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual-dengan cara-cara
mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan, khotbah-khotbah bertarget
dengan menggunakan citra-citra dan teladan-teladan dan sebagainya yang diambil
dari pemikiran budaya klasik sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang
terpecah-belah akibat skisma (perang agama).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat
perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan)
menjadioptimistis. Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya system stratifikasi
sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk melepaskan diri
dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk
melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi
focus kemajuan. Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan
humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari
keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissancesehingga
menyebar ke seluruh Italia dan Eropa.
E. Karakteristik Renaissance
Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa.
Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia
bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi
mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Renaissance menjadikan manusia
lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru
setelah itu menengadah ke surga. Nasib manusia di tangan manusia, penderitaan,
kesengsaraan dan kenistaan di dunia bukanlah takdir Allah melainkan suatu
keadaan yang dapat diperbaiki dan diatasi oleh kekuatan manusia dengan akal budi,
otonomi dan bakat-baktnya. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya.
Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat
dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.

Dengan semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini
menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk
kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest
expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai
manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani
mengatakan “Man can do all things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada
manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan
kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif memikirkan
kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu
pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan,
bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala
hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.

Manusia renaissance harus berani memuji dirinya sendiri, mengutamakan


kemampuannya dalam berfikir dan bertindak secara bertanggung jawab,
menghasilkan karya seni dan mengarahkan nasibnya kepada sesama. Keinginan
manusia untuk menonjolkan diri baik dari keindahan jasmani maupun kemampuan
intelektual-intelektualnya. Keinginannya itu dituangkan dalam berbagai karya seni
sastra, seni lukis, seni pahat, seni music dan lain-lain. Ekspresi daya kemampuan
manusia terus berkembang sampai saat ini sehingga di zaman modern ini pun tidak
ada lagi segi kehidupan manusia yang tidak ditonjolkan.

F. Teori-teori Arsitektur Renaissance

Perkembangan teori arsitektur yang dipakai para arsitek pada masa


Renaissance percaya bahwa bangunan mereka harus menjadi satu bagian dari
suatu tata aturan yang lebih tinggi. Mereka kembali pada sistem proporsi matematis
Yunani sehingga timbul pengertian arsitektur adalah matematika yang diterjemahkan
dalam satuan-satuan ruang. Pengembangan teori-teori Renaissance banyak
mengacu pada falsafah yang dibuat oleh Plato, Pythagoras dan Aristoteles. Teori
Plato melihat bahwa keindahan alami muncul melalui adanya garis, lingkaran, dan
permukaan yang menghasilkan bentuk dan volume geometris yang absolut. Teori
Pythagoras merupakan dasar pengembangan rasio perbandingan yang membentuk
dasar bagi proporsi-proporsi arsitektural dengan mencoba perhitungan Matematis
untuk membentuk suatu yang Estetis.

Teori Aristoteles mengemukakan teori ruang sebagai tempat dan terbatasnya


Kosmos yang kemudian berkembang sampai dengan timbulnya konsep”Ruang
Cartesian”. Teori ini menyatakan bahwa panjang, lebar dan ketebalan membentuk
wujud keteraturan geometris seperti grid dua atau tiga dimensi (konsep geometri
ruang).

Gabungan dari beberapa teori terdahulu dengan teori Vitruvius menghasilkan


teori Proporsi pada Renaissance yang mengutamakan KEHARMONISAN.

a. Proporsi,
Adalah perbandingan antara tiap-tiap dimensi sehingga menghasilkan
keseimbangan dimensi. Teori ini diterapkan berdasar pada penerapan tubuh
manusia melalui sistem-sistem geometris dan matematis yang menghasilkan
bentuk-bentuk yang unik dan sistem-sistem universal.
Teori Proporsi yang diterapkan Andrea Palladio (1508 – 1580) menegaskan
adanya tujuh buah ruang yang paling indah proporsinya, yaitu berupa “Tujuh
Bentuk Denah Ruang-Ruang yang Ideal” (Lihat Gambar). Selain itu Palladio
mengusulkan beberapa cara untuk menentukan ketinggian yang benar, untuk
ruang-ruang yang memiliki langit-langit datar, tinggi ruang seharusnya 1/3
lebih besar dari pada lebarnya. Palladio menggunakan Pythagoras untuk
menentukan tingginya ruang dengan menggunakan matematika, geometri
dan harmoni.
MATEMATIS : C – B / B – A = C / C misalnya 1,2,3 atau 6,9,12
GEOMETRIS : C – B / B – A = C / B eg. 1,2,4 atau 4,6,9
HARMONIK : C – B / B – A = C / A eg. 2,3,6 atau 6,8,12
Hukum Pythagoras menyatakan bahwa “segala sesuatu diatur menurut
angka-angka”. Plato mengembangkan estetika Pythagoras tentang angka-
angka menjadi proporsi estetika dengan menciptakan segiempat-segiempat
bujur sangkar dan kubus-kubus peningkatan angka sederhana untuk
menciptakan penambahan-penambahan yang dua maupun 3 x lipat. Deret
angka 1, 2, 4, 8, dan 1, 3, 9, 27 ini mengungkapkan struktur alam yang
harmonis.
Teori Renaissance mengembangkan rasio-rasio tersebut tidak hanya pada
dimensi sebuah ruang atau façade, tetapi juga di dalam proporsi-proporsi
kaitan ruang-ruang dari suatu urutan ruang-ruang atau suatu denah
keseluruhan.
b. Balance,
Teori ini mengemukakan tentang keseimbangan dalam bentuk, dimensi dan
rasio. Keseimbangan ini dibuat melalui suatu yang „Simetris‟ atau „Asimetris‟.
Simetris adalah kasus spesial dariprinsip „koheren‟ tiap-tiap elemen. Dari
simetri ini dihasilkan sumbu-sumbu atau axis, yang dapat memberikan kesan
formal dan religius. Simetri dalam Arsitektur Renaissance, menjadi simetri
dengan prinsip-prinsip Estetika. Memperhatikan keselarasan (harmoni),
seperti yang dipakai oleh Palladio atau memperhatikan kekuatan simbol-
simbol bangunan religius seperti karya-karya Michelangelo.
Simetri dengan prinsip-prinsip Konstruktif. Menggunakan rasionalitas dengan
aturan-aturan statik untuk membentuk bentang sederhana, rangka, busur,
dome dan lain-lain.
c. Geometri.
Geometri pada teori Renaissance terhadap bentuk, dimensi dan rasio
menerapkan pendekatan terhadap proporsi melalui struktur tubuh manusia
yang diterapkan pada elemen-elemen arsitektur. Analogi antara proporsi
tubuh dengan bangunan menjadikan arsitektur mempunyai perbendaharaan
istilah „façade‟, „kulit bangunan‟, „skeleton‟, serta yang hubungan antara
ukuran, bentuk dan gerak berupa „skala manusia‟.
d. Perspektif
Teori Perspektif pada masa Renaissance diawali oleh Brunelleschi yang
menerapkan perspektif dalam pengembangan arsitektur terhadap „Ruang dan
Bentuk‟. Hal ini tampak pada karyanya Piazza Del Campidoglio di Roma.
Pengembangan prinsip perspektif ini jelas dipengaruhi oleh pemahaman baru
terhadap kaidah optik.
e. Teknologi
Teknologi sangat mendukung dalam pengembangan konsep-konsep dan teori
arsitektur Renaissance. Pertama adalah ilmu pertukangan yang mendapat
kemudahan karena penemuan teknik penyajian stereotomy karya Delorme
(1510–1570). Teknik ini dapat menggambarkan pembuatan „busur‟ (vaulting)
dengan batu potongan. Hal ini kemudian dikembangkan pula oleh Gottfried
Semper (1803-1879) dengan teori tentang tektonik. Semper mengatakan
bahwa bahasa arsitektur adalah bahasa tangan yang perwujudannya adalah
tektonik sedangkan ruang perlu diungkap melalui stereotomik. Bahasa tangan
ini meliputi cara menyambung unsur konstruksi. Kedua adalah ilmu bangunan
yang mengeluarkan tipe-tipe rumah, diikuti dengan perkembangan peraturan
dan baku bangunan.

G. Tokoh Arsitek

1. Gereja Basilika St. Petrus di Roma (Vatikan)

Pembangunan gereja Basilika ini mulai tahun 1506, untuk menggantikan


sebuah gereja yang sudah berumur 1200 tahun, yang berdiri diatas makam St.
Petrus (Zaman Kristen Awal). Setelah para arsitek bersaing untuk mengajukan
rancangannya, pemenangnya adalah Donate Bramante. Kemudian para arsitek
lainnya seperti Raffaelo dan Michaelangelo berulangkali melakukan perubahan
besar. Ketika Kathedral itu selesai dibangun pada tahun 1623, hanya kubah
besarnya saja rancangan Michaelangelo yang menyerupai rencana asli.

Kubah Rancangan Michelangelo

Bagian dalam Basilika Santo Petrus berukuran 186 meter panjang bagian
tengahnya, serta 137 meter panjang kedua bagian tangannya. Kubah Utama
(tengah) yang dirancang oleh Michelangelo berada pada ketinggian 120 meter dari
atas lantai basilika. Lebar dari kubah ini sendiri adalah 42,56 meter.

2. Piazza St. Pietro dilihat dari atas Gereja San Pietro

Pintu masuk basilika yang paling kanan disebut Porta Santa (Pintu Suci) yang
hanya boleh dibuka oleh Paus dengan jalan mengetuknya menggunakan Palu Perak
setiap 25 tahun sekali sebagai tahun Jubileum. Pembukaan Pintu suci yang terakhir
adalah tahun 2000 kemarin selama 1 tahun penuh mulai tanggal 24 Desember 1999
– 06 Januari 2001

Piazza St. Pietra dilihat dari atas Gereja San Pietro (Gereja Santo Petrus)

Di sebelah kanan bagian dalam gereja terdapat patung “Pieta”, karya Michelangelo
yang dilindungi oleh kaca anti peluru dimana menggambarkan kesedihan mendalam
dari Bunda Maria yang sedang memangku tubuh Yesus sesudah diturunkan dari
kayu salib.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/7766748/Teori_Arsitektur?auto=download

https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Renaisans

http://rurucoret.blogspot.co.id/2009/01/arsitektur-renaissance.html

http://alexnova-alex.blogspot.co.id/2011/06/ciri-ciri-umum-arsitektur-
renaissance.html

http://cercerit.blogspot.co.id/

http://jendela-arsitektur-desain.blogspot.co.id/2013/06/teori-arsitektur-
renaissance.html

http://ilmupengetahuan.org/arsitektur-basilika-santo-petrus/

http://civitavecchia.portmobility.it/en/st-peters-square

Anda mungkin juga menyukai