NRP : 21-2015-082
Kelas : C
Bandung
A. Pengertian Teori Arsitektur
Teori yang paling di kenal tentang arsitektur berasal dari Marcus Vitruvius Pollio
(abad 1 SM) dalam bukunya “The Ten Books Of Architecture”.Vitruvius
menyimpulkan 3 aspek atau syarat yang harus dipenuhi dalam arsitektur yaitu :
a. Firmitas (Kekuatan)
b. Utilitas (Kegunaan)
c. Venusitas (Keindahan)
Teori arsitektur adalah ungkapan umum tentang apakah arsitektur, apa yang
harus dicapai dengan arsitektur , dan bagaimana cara yang paling baik untuk
merancang. Teori dalam arsitektur adalah hipotesa, harapan & dugaan-dugaan
tentang apa yang terjadi bila semua unsur yang dijadikan bangunan di kumpulkan
dalam suatu cara, tempat, dan waktu tertentu.
1. Luis I. Kahn, dengan teori : arsitektur adalah pemikian yang matang dalam
pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus adalah disebabkan
perubahan konsep ruang (Sumber buku : Perspecta IV page 2-3)
3. William Wayne Caudill, dengan teori bentuk dan ruang adalah bukan
arsitektur. Arsitektur terjadi hanya bila seseorang sedang mengalami atau menikmati
bentuk dan ruang tersebut (Sumber buku : Architecture by Team, 1971).
(gambar 1.3) Dimana tiang-tiang beserta balok murni masuk ke dalam arsitektur Yunani. Gaya ini disebut Gaya
Dorik dan lebih murni dibandingkan gaya ionik.
(gambar 1.4a) Tiang gaya ionik dari Bait Olympicon terkesan lebih muda. Lebih elegan dan lebih langsing.
Setelah tahun 1600-an, arsitektur Renaisans mulai meninggalkan gaya-gaya
klasik, kemudian disambung dengan kebudayaan Barok (Baroque) dan Rococo.
Barok dan Rococo dianggap merupakan bentuk dari kebudayaan Renaisans juga.
Contoh dari aliran Barok adalah gereja St. Peter di Roma.
a. Manusia & Alam ==>yang membuat aturan “KITA” yang menghasilkan paham
“HUMANISME
b. “HUMANISME”==> Paham yang mengatakan bahwa manusia mampu
mengatur dirinya dan alam. (Humanisme yang berisi paham
„LIBERALISME‟).
c. “LIBERALISME==>” Paham yang mengatakan bahwa manusia harus bebas.
Bebas mengatur dirinya dan alam, sehingga manusia harus membuat aturan,
dan aturan dibuat dengan akal. Ini merupakan inti dari paham
“RATIONALISME”
d. “RATIONALISME”==> Paham yang mengatakan bahwa kebenaran dicari dan
diukur dengan akal. Dengan demikian pada akhirnya akan memunculkan
paham “EMPIRISME”.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja.
Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan
manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup
manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak
diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahirfilsafat
scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat
pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Dengan semakin kuatnya Renaissance sekularisasi berjalan makin kuat. Hal ini
menyebabkan agama semakin diremehkan bahkan kadang digunakan untuk
kepentingan sekulerisasi itu sendiri. Semboyan mereka “religion was not highest
expression of human values”. Bahkan salah seorang yang dilukiskan sebagai
manusia ideal renaissance Leon Batista Alberti (1404-1472), secara tegas berani
mengatakan “Man can do all things if they will”. Renaissance mengajarkan kepada
manusia untuk memanfaatkan kemampuan dan pengetahuannya bagi pelayanan
kepada sesama. Manusia hendaknya menjalani kehidupan secara aktif memikirkan
kepentingan umum bukan hidup bersenang-senang dalam belenggu moral dan ilmu
pengetahuan di menara gading. Manusia harus berperan aktif dalam kehidupan,
bukan sifat pasif seraya pasrah pada takdir. Namun, manusia menjadi pusat segala
hal dalam kehidupan atau Antoposentrisme.
a. Proporsi,
Adalah perbandingan antara tiap-tiap dimensi sehingga menghasilkan
keseimbangan dimensi. Teori ini diterapkan berdasar pada penerapan tubuh
manusia melalui sistem-sistem geometris dan matematis yang menghasilkan
bentuk-bentuk yang unik dan sistem-sistem universal.
Teori Proporsi yang diterapkan Andrea Palladio (1508 – 1580) menegaskan
adanya tujuh buah ruang yang paling indah proporsinya, yaitu berupa “Tujuh
Bentuk Denah Ruang-Ruang yang Ideal” (Lihat Gambar). Selain itu Palladio
mengusulkan beberapa cara untuk menentukan ketinggian yang benar, untuk
ruang-ruang yang memiliki langit-langit datar, tinggi ruang seharusnya 1/3
lebih besar dari pada lebarnya. Palladio menggunakan Pythagoras untuk
menentukan tingginya ruang dengan menggunakan matematika, geometri
dan harmoni.
MATEMATIS : C – B / B – A = C / C misalnya 1,2,3 atau 6,9,12
GEOMETRIS : C – B / B – A = C / B eg. 1,2,4 atau 4,6,9
HARMONIK : C – B / B – A = C / A eg. 2,3,6 atau 6,8,12
Hukum Pythagoras menyatakan bahwa “segala sesuatu diatur menurut
angka-angka”. Plato mengembangkan estetika Pythagoras tentang angka-
angka menjadi proporsi estetika dengan menciptakan segiempat-segiempat
bujur sangkar dan kubus-kubus peningkatan angka sederhana untuk
menciptakan penambahan-penambahan yang dua maupun 3 x lipat. Deret
angka 1, 2, 4, 8, dan 1, 3, 9, 27 ini mengungkapkan struktur alam yang
harmonis.
Teori Renaissance mengembangkan rasio-rasio tersebut tidak hanya pada
dimensi sebuah ruang atau façade, tetapi juga di dalam proporsi-proporsi
kaitan ruang-ruang dari suatu urutan ruang-ruang atau suatu denah
keseluruhan.
b. Balance,
Teori ini mengemukakan tentang keseimbangan dalam bentuk, dimensi dan
rasio. Keseimbangan ini dibuat melalui suatu yang „Simetris‟ atau „Asimetris‟.
Simetris adalah kasus spesial dariprinsip „koheren‟ tiap-tiap elemen. Dari
simetri ini dihasilkan sumbu-sumbu atau axis, yang dapat memberikan kesan
formal dan religius. Simetri dalam Arsitektur Renaissance, menjadi simetri
dengan prinsip-prinsip Estetika. Memperhatikan keselarasan (harmoni),
seperti yang dipakai oleh Palladio atau memperhatikan kekuatan simbol-
simbol bangunan religius seperti karya-karya Michelangelo.
Simetri dengan prinsip-prinsip Konstruktif. Menggunakan rasionalitas dengan
aturan-aturan statik untuk membentuk bentang sederhana, rangka, busur,
dome dan lain-lain.
c. Geometri.
Geometri pada teori Renaissance terhadap bentuk, dimensi dan rasio
menerapkan pendekatan terhadap proporsi melalui struktur tubuh manusia
yang diterapkan pada elemen-elemen arsitektur. Analogi antara proporsi
tubuh dengan bangunan menjadikan arsitektur mempunyai perbendaharaan
istilah „façade‟, „kulit bangunan‟, „skeleton‟, serta yang hubungan antara
ukuran, bentuk dan gerak berupa „skala manusia‟.
d. Perspektif
Teori Perspektif pada masa Renaissance diawali oleh Brunelleschi yang
menerapkan perspektif dalam pengembangan arsitektur terhadap „Ruang dan
Bentuk‟. Hal ini tampak pada karyanya Piazza Del Campidoglio di Roma.
Pengembangan prinsip perspektif ini jelas dipengaruhi oleh pemahaman baru
terhadap kaidah optik.
e. Teknologi
Teknologi sangat mendukung dalam pengembangan konsep-konsep dan teori
arsitektur Renaissance. Pertama adalah ilmu pertukangan yang mendapat
kemudahan karena penemuan teknik penyajian stereotomy karya Delorme
(1510–1570). Teknik ini dapat menggambarkan pembuatan „busur‟ (vaulting)
dengan batu potongan. Hal ini kemudian dikembangkan pula oleh Gottfried
Semper (1803-1879) dengan teori tentang tektonik. Semper mengatakan
bahwa bahasa arsitektur adalah bahasa tangan yang perwujudannya adalah
tektonik sedangkan ruang perlu diungkap melalui stereotomik. Bahasa tangan
ini meliputi cara menyambung unsur konstruksi. Kedua adalah ilmu bangunan
yang mengeluarkan tipe-tipe rumah, diikuti dengan perkembangan peraturan
dan baku bangunan.
G. Tokoh Arsitek
Bagian dalam Basilika Santo Petrus berukuran 186 meter panjang bagian
tengahnya, serta 137 meter panjang kedua bagian tangannya. Kubah Utama
(tengah) yang dirancang oleh Michelangelo berada pada ketinggian 120 meter dari
atas lantai basilika. Lebar dari kubah ini sendiri adalah 42,56 meter.
Pintu masuk basilika yang paling kanan disebut Porta Santa (Pintu Suci) yang
hanya boleh dibuka oleh Paus dengan jalan mengetuknya menggunakan Palu Perak
setiap 25 tahun sekali sebagai tahun Jubileum. Pembukaan Pintu suci yang terakhir
adalah tahun 2000 kemarin selama 1 tahun penuh mulai tanggal 24 Desember 1999
– 06 Januari 2001
Piazza St. Pietra dilihat dari atas Gereja San Pietro (Gereja Santo Petrus)
Di sebelah kanan bagian dalam gereja terdapat patung “Pieta”, karya Michelangelo
yang dilindungi oleh kaca anti peluru dimana menggambarkan kesedihan mendalam
dari Bunda Maria yang sedang memangku tubuh Yesus sesudah diturunkan dari
kayu salib.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/7766748/Teori_Arsitektur?auto=download
https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Renaisans
http://rurucoret.blogspot.co.id/2009/01/arsitektur-renaissance.html
http://alexnova-alex.blogspot.co.id/2011/06/ciri-ciri-umum-arsitektur-
renaissance.html
http://cercerit.blogspot.co.id/
http://jendela-arsitektur-desain.blogspot.co.id/2013/06/teori-arsitektur-
renaissance.html
http://ilmupengetahuan.org/arsitektur-basilika-santo-petrus/
http://civitavecchia.portmobility.it/en/st-peters-square