Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

MATA KULIAH : METODE DAN PENDEKATAN PERANCANGAN

DOSEN : 1. I Wayan Wiryawan , ST.,MT.


2. Dr. Ir. I Made Adhika, MSP.
3. Prof. Dr. Ir. A.A. Ayu Oka Saraswati, MT,.
4. Nyoman Ratih Prajnyani Salain, ST.,MT.
5. Ir. I Ketut Muliawan Salain, MT
6. Kadek Agus Surya Darma, ST., MT.
7. Ir. A.A.G. Djaja Bharuna S,MT.
8. Gede Windu Laskara, ST.,MT.

MAHASISWA : MELANIE FRANSISCA CRISTY


NIM 1805521085

2019
PENDEKATAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
METAFORA

Metafora merupakan bagian dari gaya


bahasa yang digunakan untuk menjelaskan
sesuatu melalui persamaan dan perbandingan.
Metafora berasal dari bahasa latin yaitu
“Methapherein” yang terdiri dari 2 buah kata
yaitu “metha” yang berarti : setelah, melewati
dan “pherein” yang berarti : membawa.

Sumber : rumahlia.com Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian

Gambar : Satolas TGV Station di Lyon kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan
perbandingan. Metafora adalah suatu gaya yang berkembang pada zaman postmodern.
Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam
bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau
memakai karyanya. Bangunan dikatakan menggunakan pendekatan perancangan metafora
apabila desainnya mengambil bentuk-bentuk alam yang fungsional dan mempunyai tanda-
tanda atau symbol tertentu.
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih
bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan
metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk
diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang
muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya –karya
arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya
cenderung mempunyai langgam Postmodern.

Kegunaan konsep metafora


Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode
sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut :
- Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut pandang yang lain.
- Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.
- Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang
tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya
- Dapat menghasilkan karya arsitektur yang lebih ekspresif.

Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu


yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan sifat-sifat
dari sesuatu yang lain ke dalam bangunan, sehingga akhirnya para pengamat dan pengguna
arsitekturnya dapat mengadaikan arsitektur itu sebagai sesuatu yang lain.

Kategori metafora dalam arsitektur

a. Intangible methaphors, (metafora yang tidak dapat diraba) metafora yang berangkat
dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai seperti : individualisme,
naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya.

b. Tangible methaphors (metafora yang nyata), Metafora yang berangkat dari hal-hal
visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah rumah
adalah puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana.

c. Combined methaphors (metafora kombinasi), merupakan penggabungan kategori 1


dan kategori 2 dengan membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana
mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai
acuan kreativitas perancangan.

ISU BASED
POST MODERN
Dunia arsitektur merupakan bagian dari sumber
berhembusnya gelombang post-modernisme. Dunia
arsitektur untuk waktu yang panjang telah menikmati
mapannya ruang dan bentuk simetris modern pada
hampir segala bidang bangunan sampai pada akhirnya
muncul arah pemikiran baru tentang konsep ruang dan
bentuk yang non-konvensional, seperti, hybrid, local,
hitch, eklektik, atas nama arsitektur post-modern. Charles
Jencks adalah tokoh sentral bagi kemunculan gagasan
Sumber : world of walt
baru tersebut.
Gambar : team Disney building
Di tengah kemapanan arsitektur modern, Jencks menyatakan bahwa impian utopis
dari arsitek semisal Le Corbusier telah mengakibatkan munculnya bangunan pencakar langit
yang steril dan berbagai proyek perumahan yang kaku.
Jencks mengritik bentuk dramatik arsitektur modern yang telah menjadi klise dan sulit
ditangkap dalam spirit yang berterus terang. Hal ini tentu berbeda dengan arsitektur post-
modern yang telah menawarkan penerapan desain yang menggunakan bentuk bangunan dan
ornament histori.
Dalam bidang arsitektur kritik tersebut agaknya lebih banyak dilontarkan kepada
faham Arsitektur Modern yang dianggap kurang memperhatikan kehidupan yang realistis di
alam nyata, tetapi lebih banyak memperhatikan kepada bagaimana seharusnya kehidupan
manusia itu. Karya-karya Arsitektur Modern dikritik sebagai bentuk yang sangat kaku,
membosankan tidak memiliki identitas karena pendekatannya yang sangat universal sehingga
menghilangkan perbedaan kultural akibat pengaruh Arsitektur Modern yang homogen.
Jadi, bisa dikatakan Arsitektur Post-Modern adalah sebuah gaya atau Gerakan yang
timbul pada tahun 1960-an sebagai reaksi melawan austeritas, formalitas, dan kekurangan
varietas arsitektur modern.
Untuk lebih memperjelas pengertian arsitektur post modern, Charles Jencks
memberikan daftar ciri–ciri sebagai berikut:

a. Ideological yaitu merupakan suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk
memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur post modern,
ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur post
modern bisa lebih terarah dan sistematis.
b. Double coding of Style yaitu bangunan post modern adalah suatu paduan dari dua gaya
atau style, yaitu Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.
c. Popular and pluralist yaitu Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap
kaidah tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari pada
gagasan tunggal.
d. Semiotic form yaitu penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk
yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud.
e. Tradition and choice Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau
disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.
f. Artist or client Mengandung dua hal pokok yaitu Bersifat seni (intern) dan Bersifat
umum (extern), yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara
umum.
g. Elitist and participative yaitu Lebih menonjolkan pada suatu kebersamaan serta
mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern.
h. Piecemal yaitu Penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak
menyeluruh. Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain–
lain.
i. Architect as representative and activist
yang berarti Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif
berperan serta dalam perancangan.

Selain itu juga terdapat ciri-ciri arsitektur post modern menurut Budi Sukada (1988) :
a) Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat lokal atau populer
b) Membangkitkan kembali kenangan kembali historik
c) Berkonstek urban
d) Menerapkan kembali teknik ornamentasi
e) Bersifat representasional
f) Berwujud metaforik (dapat berarti dari bentuk lain)
g) Dihasilkan dari partispasi
h) Mencerminkan aspirasi umum
i) Bersifat plural
j) Bersifat ekletik

Arsitektur post modern mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh
karena itu arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan. Untuk arsitektur Post
Modern yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural atau identitas
historis. Hal-hal yang ada di masa silam itu yang dikomunikasikan, sehingga orang bisa
mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari perjalanan sejarah kemanusiaan, atau
dapat pula dikatakan bahwa arsitektur post modern memiliki kepedulian yang besar kepada
masa silam (the past).

Bila di Indonesia, maka filsafat postmodernisme akan lebih dapat diterapkan karena
pada dasarnya masyarakat sangat menyukai pembebasan bentuk-bentuk yang sifatnya
dekoratif dan simbolik, misalnya: gaya rumah atau apartemen yang digunakan modern, tapi
seringkali menggunakan ornamentasi atau dekorasi, dan banyak elemen yang sifatnya
simbolik, misalnya: kepercayaan terhadap petungan Jawa, atau Feng Shui. Contoh lainnya,
meskipun gaya arsitektur yang digunakan adalah 'gaya minimalis', tapi sebenarnya masih
banyak ornamentasi yang dicoba untuk ditampilkan, misalnya dekorasi lis profil. Intinya,
arsitektur post modern juga digunakan untuk mengangkat nilai-nilai arsitektur tradisional.

KESIMPULAN
Pendekatan perancangan Metafora dan Post- modern dikatakan berhubungan karena
kedua pendekatan tersebut memiliki keterikatan satu sama lain. . Bangunan dikatakan
menggunakan pendekatan perancangan metafora apabila desainnya mengambil bentuk-bentuk
alam yang fungsional dan mempunyai tanda-tanda atau simbol tertentu. Selain itu Arsitektur
metafora juga merupakan sebuah ungkapan. Bentuk dari desain arsitektur merupakan ekspresi
eksplisit dan implisit dari ungkapan metafora dan metafisika dari sang arsitek, yang umunya
memiliki cerita filosofis dibalik desain tertentu.

Tokoh-tokohnya adalah Stinley Tigerman, Antonio Faudi, Mimoru Takeyama.


Pada arsitektur post- modern, juga menggunakan simbol- simbol tertentu atau hal yang
berhubungan dengan tradisi untuk menceritakan sesuatu.

Selain itu pendekatan perancangan metafora dan post-modern memungkinkan


pengamat untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut pandang yang lain. Perpaduan
antara gaya arsitektur atau double coding of style pada bangunan post modern juga biasa
diterapkan pada pendekatan perancangan metafora.

Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang


muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya –karya
arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya
cenderung mempunyai langgam Postmodern

DAFTAR PUSTAKA
1. Murdiati, Dwi, 2008 , KONSEP SEMIOTIK CHARLES JENCKS DALAM
ARSITEKTUR POST-MODERN, Jurnal Filsafat.
2. Syarief, Rislan, 2012, Regionalisme Dalam Kondisi Post-modern, Jurnal Arsitektur,
Universitas Bandar Lampung, Bandar Lampung.
3. Zuldafrial, 2013, PEMBAHASAN PENERAPAN PENELITIAN POSTMODERN
DI INDONESIA DIDASARKAN ARTIKEL PENELITIAN KRITIS MODERN
DAN POST MODERN ALLAN TARP GRENAA INTERNATIONAL
BACCALAUREATE , Jurnal Edukasi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan STKIP-PGRI ,Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai