Makalah
Oleh
120741421230 - 26
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Maret 2013
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................
1
BAB II. PAPARAN DATA DAN ULASAN..................................................... 4
A. Teknik Arsitektur Klasik Romawi............................................................. 4
B. Bangunan Klasik Romawi.........................................................................
10
1. Kuil Jupiter Capitolinus....................................................................... 11
2. Kuil Virilis........................................................................................... 13
3. Kuil Vesta............................................................................................ 15
4. Pantheon.............................................................................................. 16
5. Basilika................................................................................................ 18
6. Permandian (Thermae)......................................................................... 19
7. Theater dan Amphitheater................................................................... 21
8. Jembatan Saluran Air (Aquaduct) dan Jembatan................................ 22
C. Fungsi dan Makna Bangunan Klasik Romawi.......................................... 24
Ulasan...........................................................................................................
... 27
BAB III.
PENUTUP............................................................................................ 29
Simpulan....................................................................................................
29
Dafar
Rujukan.......................................................................................................
31
BAB I
PENDAHULUAN
Paparan Data
A. Teknik Arsitektur Klasik Romawi
Jaman Romawi berawal dari dimulainya bangsa Etruska menguasai
semenanjung Italia bagian barat-tengah. Fletcher(dalam
Sumalyo,2003:27), Suku Etruskan adalah kelompok suku yang mendiami
wilayah Etruria yang merupakan cikal bakal dari bangsa Romawi, yang
memiliki budaya cukup tinggi sejak sekitar tahun 750-100 SM.
Keadaan geografis Romawi memilik lokasi yang strategis. Pegunungan
Alpen dan juga Jerman disisi utara, Laut Adriatik dan Laut Lonia dibagian
timur, Laut Sicilia disebelah selatannya dan Laut Tirenia serta Laut Liguri
disisi baratnya. Bahan mineral juga cukup melimpah, terutama tembaga.
Batu dan marmer yang melimpah seperti pada kawasan Yunani menjadi
bahan utama bangunan.
Suku bangsa Etruska merupakan kelompok yang sangat maju dalam
arsitektur. Sekitar pada abad 7 SM, suku bangsa Etruska sudah
membangun kota dengan dinding-dinding, pipa-pipa pembangunan air,
sampai pada mengontrol sungai sehingga permukaan airnya sama dengan
rata-rata permukaan danau-danau. Djaja (2012:25) menyatakan
Kemampuan lainnya dari bangsa Romawi adalah pengolahan logam,
penggunaan batu untuk bangunan, teknik lengkung (arch), dan teknik
pengeringan rawa yang diproses dari suku Etruska.
Bidang teknik arsitektur bangsa Romawi dalam membuat sebuah
bangunan, menggunakan fondasi dengan bahan-bahan dari pasir, kapur,
silica, batu dan air. Jaman dahulu mereka sudah ahli dalam mengolah, dan
mencampur bahan-bahan tersebut serta batu-batu asli yang besar-besar
untuk membangun jalan, dan jembatan, yang keseluruhannya sudah
dirancang dengan baik sehingga sampai saat ini beberapa bangunan atau
jalan masih dipakai. Jalan-jalan di Roma memiliki kualitas yang sangat
baik dan kuat, hal ini dikarenakan sistem pembuatan jalan-jalan yang
paling baik di Roma diperkeras dengan batu, khususnya jalan-jalan utama
yang memiliki lebar 15-20 kaki atau sekitar 4.572-6.096 m dengan fondasi
yang beberapa kaki dalamnya.
Gambar 10. Kiri: rekonstruksi kuil Jupiter Capitolinus. Kanan: maket rekonstruksi kuil
Juno Sospita
Gambar 11. Kiri: denah kuil Fortuna dari depan, atas dan samping. Kanan: foto kuil
Fortuna Virilis
Kuil yang memiliki susunan dan struktur bangunan sejenis dengan kuil
Fortuna Virilis diantaranya, Kuil Antonius dan Faustina (141 SM) dengan
tinggi podium 6 m, sedang deretnya enam buah kolom bergaya Korintien.
Kuil Saturnus (284 SM), terletak disebelah barat kuil Antonius-Faustina
berjarak tidak lebih 200 m, tinggi podium 3.73 m terdapat deretan kolom
sebanyak enam kolom.
Gambar 13. Denah dari depan dan samping kuil Antonius dan Faustina
Gambar 14. Kuil Saturnus rekonstruksi dari depan dan dari atas
Gambar 15. Kuil Vesta denah dari depan dan dari atas.
4. Pantheon (27 SM)
Pentheon merupakan merupakan kuil terbesar pada jaman bangunan
berdenah lingkaran. Kuil Pantheon terletak ditengah-tengah pusat seni,
budaya dan pemerintahan kota pada jaman Romawi. Mulai pertama
dibangun oleh Agrippa pada 27 SM, kemudian direkonstruksi oleh Hadrien
antara 117-125 M. Kemudian pada abad ke-7 ditransformasi menjadi
gereja.
Ruang utama kuil Pantheon berdenah lingkaran dengan diameter
bagian dalam dinding 43.43 m. Kolom dan dinding pada bagian dalam
berposisi mengelilingi lingkaran. Terdapat kolom yang berpasangan, ada
yang menyatu dengan dinding atau disebut pilaster. Pilaster juga
merupakan pembeda antara arsitektur Romawi dan Yunani. Denah
lingkaran dikombinasikan dengan gerbang masuk berdenah segi empat
seperti pada bagian depan kuil Yunani. Kemudian pintu masuk terdapat
pada bagian belakang konstruksi gerbang. Bagian depan terdapat 16
buah kolom, 8 kolom berderet pada ujung atas tangga.
Pembangunan yang mengikuti dinding berdenah lingkaran
membentuk kubah dengan diameter 40 m, dengan puncak kubah
terbapat lubang tertutup kaca, untuk jalan masuknya matahari sebagai
penyinaran langsung pada siang hari. Kubah terbentuk oleh blok-blok
semakin ke atas semakin kecil, diekspos dengan garis-garis, menjadi
elemen dekorasi kotak-kotak atau rectangular yang indah, kemudian
bagian bawah dalam kubah dihiasi dengan molding membentuk garis
melingkar. Molding merupakan bagian dari dekorasi atau konstruksi
dengan berbagai variasi dari berbagai tepian baik dinding, kolom, pintu,
jendela maupun lainnya. Penampangnya lengkung kedalam maupun
keluar, atau kombinasi keduanya yang membentuk huruf S, atau siku-siku
(Sumalyo,2003:543).
Ulasan
Arsitektur Romawi merupakan salah satu dari arsitektur bangunan
pada jaman klasik yang memiliki pengaruh besar untuk perkembangan
arsitektur jaman-jaman selanjutnya. Bangsa Romawi memang dalam
pembangunan, arsitekturnya banyak mendapat pengaruh dari arsitektur
Yunani, namun arsitektur tidak sepenuhnya menggunakannya terus
menerus, melainkan mengembangkannya yang melahirkan ciri khas
tersendiri. Ciri khas dari arsitektur Romawi diantaranya adalah
pelengkung, dan juga podium. Pelengkung merupakan ciri khas yang
sudah di gunakan pada masa bangsa Etruskan, dengan kelebihan
memjadikan bangunan lebih kuat dan kokoh. Pelengkung keumudian
berkembang dari hanya dua dimensional menjadi tiga dimensional atau
ruang yang melahirkan bangunan berbentuk kubah, yang hingga
sekarang banyak diadopsi untuk membangun bangunan-bangunan gereja
atau tempat peribadatan. Selain kubah juga melahirkan pelengkung yang
memanjang sepanjang lorong, yang sekarang banyak diadopsi untuk
membangun jalan dibawah tanah, atau terowongan pada jalan kereta
bawah tanah.
Bangunan-bangunan berciri khaskan Romawi yang menggunakan
pelengkung diantaranya adalah kuil-kuil, pantheon, basilika, theater atau
amphitheater, permandian, dan juga akuaduk atau jembatan. Masing-
masing dari bangunan-bangunan tersebut merupakan kebanggaan
bangsa Romawi, dan banyak mengambil fungsi. Bangunan di bangun
secara garis besar adalah sebagai apresiasi kaisar-kaisar Romawi
terhadap sebuah perjuangan. Kuil dibangun sebagai bentuk rasa syukur
atas keberhasilan yang telah dicapai seorang kaisar. Pentheon merupakan
bangunan untuk persembahan dewa atau disebut sebagai rumah dewa,
dan beraliuh fungsi sebagai gereja. Basilika merupakan bangunan yang
berfungsi sebagai tempat pengadilan, atau transaksi untuk perdagangan.
Theater tempat untuk menampilkan kesenian-kesenian berupa opera dan
sejenisnya, sedang amphitheather merupakan teater terbuka seperti
Colloseum yang di gunakan untuk pertandingan gladiator. Permandian
merupakan tempat yang diapresiasikan sebagai tempat untuk beristirahat
bagi masyarakat yang telah kembali dari peperangan, dengan
permandian dari air panas. Jembatan dan jembatan air, merupakan hasil
pembangunan arsitektur Romawi yang sangat membanggakan. Jembatan
dulu berperan sangat pada masa peperangan, yang memudahkan untuk
perjalan militer dari kota ke daerah-daerah.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pembahasan mengenai sejarah, tidak dapat terlepas dari segala
hal yang menyangkut ruang dan waktu dan banyak hal lain didalamnya
diantaranya, kejadian atau kronologi sebuah peristiwa, keadaan pada
masa peristiwa tersebut, tokoh yang berperan, dan kebudayaan.
Kebudayaan membahas mengenai hasil daya cipta manusia di lapangan
kebudayaan. Serta kesenian yang menyangkut hasil daya cipta dalam
kesenian bisa berupa musik, seni pahat, dan bangunan.
Pembangunan bangunan pada saat ini banyak yang mengadopsi
dan mengambangkan dari arsitektur klasik bangsa Eropa khususnya
bangsa Yunai kuno dan Romawi. Negara berkembang seperti Indonesia
sendiri misalnya, masyarakatnya sejak dahulu mempunyai apresiasi tinggi
terhadap arsitektur, berbagai tulisan, buku, hasil kajian ilmiah dan
penelitian tentang arsitektur banyak ditulis.
Bangunan-bangunan dari hasil arsitektur Romawi adalah turunan
dari arsitektur Yunani, yang dibangun atas dasar logika horisontal dan
vertikal. Pda jaman Romawi awal, kuilkuil Romawi berarsitektur Order
dan tidak berbeda dengan Yunani. Kemudian terdapat hal baru yang tidak
dimiliki oleh arsitektur Yunani yaitu, pelengkung yang memiliki sifat dua
dimensional dan berfungsi sebagai penyangga bangunan-bangunan khas
Romawi. Kemudia pelengkung dua dimensional tersebut di kembangkan
menjadi tiga dimensional atau ruang yang menghasilkan kubah atau
dome. Perkembangan berikutnya, kolom dan balok yang merupakan
bagian utama dari arsitektur Yunani, dalam arsitektur Romawi lebih
banyak digunakan sebagai aspek dekorasi.
Selain pelengkung, dan kubah sistem konstruksi yang
membedakan antara arsitektur Romawi dan Yunani adalah dinding yang
mendukung beban bangunan atau disebut dengan bearing wall. Peran
dinding merupakan elemen utma sebuah bangunan danya dinding maka
peran kolom semakin berkurang. Pada arsitektur Romawi mulai adanya
kolom yang menyatu dengan dinding atau disebut dengan pilaster.
Jenis dan fungsi bangunan berkembang menjadi lebih banyak pada
jaman Romawi dari pada Yunani. Mulai dari pembangunan kuil-kuil yang
sangat berkiblat pada Yunani, kemudian muncul pelengkung yang ditandai
dari bangunan Basilika dan berkembang kepada bangunan lainnya yaitu,
pemandian atau thermae, Colloseum, teater atau Amphitheater, dan
Aquaduk. Bangunan-bangunan tersebut menjadikan sebuah bukti bahwa
kehidupan mewah dan masa kejayaan bangsa Romawi. Denah dan
konstruksi dari bangunan tidak pernah lepas dari sistem pelengkung, dan
pada kategori ini tergabung komposisi ruang segi empat dan lingkaran
serta lengkung-lengkung dan juga kubah.
Membentuk pelengkung dan kubah, pada jaman Romawi sudah
menggunakan bahan semen sebagai bahan perekat dalam mendirikan
bangunan. Pembangunan dengan menggunakan perekat semen
merupakan bukti yang mendasar sebagai perunbahan yang sangat besar
pada arsitektur klasik. Berbagai bangunan besar dan bentangan yang
sangat lebar dapat didirikan, tanpa tiang-tiap di tengah seperti konstruksi
Yunani.