KEBIJAKAN MANGKUNAGARA VII DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN DI PRAJA
MANGKUNEGARAN TAHUN 1916-1944 Kota Surakarta termasuk salah satu kota besar yang berkembang pesat di Indonesia. Kota ini memiliki konsep dualisme yakni kosmologi Jawa yang berpadu dengan konsep kolonialis. Hal ini disebabkan karena Kota Surakarta telah dijajah oleh bangsa asing, yaitu bangsa Belanda. Adanya budaya Barat di kota ini belum dapat diterima masyarakat seutuhnya dengan alasan adanya pembatasan dalam interaksi dan komunikasi oleh Koloni. Konsep Kosmologi Jawa terlihat pada jalan poros lurus yang dibangun sampai ke titik tugu Pemandengan. Poros inilah yang memisahkan pasar Legi yang terletak di sebelah Timur dengan Masjid Kauman di sebelah Barat. Pasar Legi ini digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas perekonomian,sedangkan Masjid Kauman dijadikan sebagai simbol spiritual masyarakat(masyarakat Islam). Konsep Kolonial juga banyak terlihat di kota Surakarta. Jaringan jalan di daerah Mangkunegaran menggunakan gaya Eropa dengan taman di pertigaan maupun perempatan jalan. Seiring berkembangnya zaman, kota Surakarta mengalami perkembangan yang berarti. Salah satunya adalah beralih ke jalur transportasi modern yaitu kereta api yang menggantikan jalur tradisional (menggunakan tenaga hewan). Perkembangan lainnya adalah dengan dilakukannya pembangunan fasilitas kesehatan(RS Dr.Muwardi dan Mangkubumen), fasilitas pendidikan yang terdiri dari sekolah dasar ( Europeasche Lagere School ),sekolah menengah ( Hoogere Burger School ), dan sekolah guru ( Kweekschool ), fasilitas ibadah, kesenian dan budaya. Pembangunan infrastruktur ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan orang orang Eropa. Kota Surakarta dibagi menjadi beberapa daerah menurut nama atau gelar figur penting (Mangkubumen,Purwonegaran,Notoningratan);nama kelompok abdi dalem (Kauman,Stabelan,Madyotaman,Tumenggungan,Jageran,Punggawan) serta aktivitas setempat (Kestalan,Balapan,Grogolan, Pethetan,Gilingan ). Terdapat pula pola penyebaran permukiman penduduk berdasar etnis, yakni daerah permukiman orang Eropa yang terletak di Loji Wetan( timur keraton) dan Villapark (barat daya alun alun); daerah permukiman orang Cina di Pasar Gede; daerah permukiman orang Arab di Pasar Kliwon ;daerah permukiman orang pribumi yang mendirikan kampung secara menyebar. Pasar Legi sebagai pusat perekonomian masyarakat setempat,terletak di sekitar permukiman orang Cina sehingga bangunannya memiliki elemen Cina yang dapat terlihat pada atap bangunan. Ada beberapa alasan yang mendasari pertumbuhan kota Surakarta ini, yakni faktor ekonomi yang dilakukan demi kelancaran koloni, yakni untuk memenuhi kebutuhan kota sebagai pusat perniagaan. Sedangkan pembangunan infrastruktur kotanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang orang Eropa ,seperti sekolah, rumah sakit, arena balap kuda(faktor sosial). Faktor politik pun mendasari perkembangan kota ini,yakni untuk membangun kerjasama kerajaan dengan pemerintahan Belanda pada waktu itu. Pertumbuhan kota Surakarta ini seperti yang dijelaskan Abdurrahman Surjomiharjo(1987),yakni berawal dari sebuah jalan raya,kemudian berdiri kantor pemerintahan dan permukiman orang Eropa,dan arena balap kuda. Daerah sekitar kota menjadi usaha orang Eropa dalam bentuk perkebunan, pertanian, dan industri. Jalan kereta api dan jembatan penghubungnya banyak didirikan. Kota menjadi pusat pemerintahan kolonial dan berdatangan kaum imigran baru. Jadi perkembangan kota Surakarta ini lebih banyak terjadi karena keinginan penguasanya. Sumber Gambar :http://diimaazazza.blogspot.com/2010/03/foto2-kota-solo-jaman-dulu.html Sumber artikel awal :http/SejarahStadionManahan-Kaskus- TheLargestIndonesianCommunity.htm0827/08/2009 05:11AM