Jalan Sunan Ampel No. 7, Ngronggo, Kota Kediri, Jawa Timur 64127
ABSTRAK
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membahas secara mendasar mengenai tokoh filosof
Yunani Kuno serta pemikirannya. Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan
menggunakan metode analisis dari referensi buku - buku yang ada di perpustakaan dan
beberapa artikel atau jurnal. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat tokoh
Yunani Kuno dengan berbagai macam pemikirannya khususnya Thales dengan pemikirannya
tentang air sebagai prinsip dasar segala sesuatu. Penelitian ini memiliki tujuan untuk
pengembangan ilmu filsafat. Kesimpulan dari pemikiran Thales adalah filsafatnya
mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari air, terjadi dari air dan semuanya akan kembali
lagi pada air pula.
ABSTRACT
This study aims to discuss fundamentally about the figures of ancient Greek philosophers and
their thoughts. This research method is qualitative by using analytical methods from
reference books in the library and several articles or journals. The results of this study can
be concluded that there are Ancient Greek figures with various kinds of thoughts, especially
Thales with his thoughts on water as the basic principle of everything. This research has a
purpose for the development of philosophy. The conclusion of Thales's thinking is that his
philosophy says that everything comes from water and everything will return too water too.
Thales adalah seorang filosof alam pertama yang hidup pada ada abad ke 6 sebelum
Masehi. Ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta soplioi, yang artinya tujuh orang yang
bijaksana, atau The Seven Wise Men atau al – Hukania’ as - Sab’ah. Thales disebut sebagai
“Bapak Filsafat”. Karena dia adalah orang yang mula – mula berfilsafat. Gelar itu diberikan
karena ia mengajukan pertanyaan yang sangat mendasar, yang jarang diperhatikan orang
zaman sekarang. What is the nature of the world stuff ?. Apa sebenarnya bahan alam semesta
ini ? Tidak bisa dipungkiri lagi, pertanyaan itu mendasar sekali.
Thales lahir pada tahun 624 SM, di Miletus Asia Kecil. Ayahnya bernama Exaneyas
dan ibunya bernama Cleobulina. Pada tahun itu, Miletus merupakan kota penting yaitu
sebagai perdagangan antara Yunani, Italia, Mesir, dan Asia. Karena sebagai kota transit inilah
terjadi pertemuan antara negara - negara tersebut dan terjadi pertukaran latar belakang
kebudayaan dan pemikiran. Oleh sebab itu, kota Miletus dikenal sebagai pusat intelektualitas.
Selain itu, Thales juga merupakan seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri
mesir dan seorang ahli politik yang terkenal di Miletus. Dalam hal itu masih ada kesempatan
baginya untuk mempelajari ilmu matematik (ilmu pasti) dan astronomi (ilmu bintang).
Adapun suatu cerita yang mengatakan bahwa Thales mempergunakan kepintaranya sebagai
ahli nujum.
“Air Sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu” merupakan salah satu pemikiran Thales
yang masih menjadi bahan diskusi di dunia akademis hingga saat ini. Pemikiran Thales
didapat terutama dari Aristoteles yang mengatakan bahwa, Thales adalah orang yang pertama
kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta. Oleh karena itulah, Thales juga
dianggap sebagai perintis ajaran filsafat alam (natural philosofi). Thales menyatakan bahwa
air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pokok, dan dasar dari semua yang ada di
alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri dan tanpa ada sebab - sebab dari
luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Thales memiliki cara berpikir yang sangat tinggi. Sebelumnya, orang Yunani lebih
mengandalkan kepercayaan dan cerita takhayul untuk menjelaskan alam. Tetapi Thales telah
memperluas pandangannya tentang alam dan asal - usulnya tanpa menunggu ide - ide ilmiah
atau dalil - dalil agama.
Terkait dengan hasil pemikiran Thales yang menyimpulkan bahwa dasar segala
sesuatu adalah air, menjadikan penulis terdorong untuk menganalisa menggunakan
pendekatan yang merujuk pada dalil dari dalam Al-Qur’an, diantaranya yaitu:
Artinya: “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan
siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa
yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah
mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam – macam binatang, dan perkisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Semua itu (sungguh), merupakan
tanda – tanda (kebesaran Allah) bagi orang – orang yang mengerti.” (Q.S. Al – Baqarah :
164)
Gۖ ض َك ا َن تَ ا َر ْت ًق ا َف َف َت ْق نَ ا مُهَ ا
َ ات َو اَأْل ْر
ِ الس َم َاو َّ ِين َك َف ُر وا
َّ َأن َّ
َ ََأو مَلْ َي َر ال ذ
Artinya: “Dan apakah orang - orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka
mengapa mereka tidak beriman?.”
Dapat diperhatikan pada kalimat “Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup
berasal dari air” menunjukkan bahwa semua yang berada di alam semesta ini tidak bisa
hidup tanpa air. Dan dari sinilah dapat dilihat peran air sebagai unsur utama kelangsungan
kehidupan di alam semesta yang didalamnya termasuk manusia, hewan, dan tumbuh –
tumbuhan. Ini bukan berarti pendapat Thales tidak dapat dikritik dan dinyatakan benar,
karena tidak seorang pun memiliki batasan tentang apa yang menjadi pokok pemikirannya,
orang juga tidak akan bisa sampai pada kebenaran yang mutlak, karena kebenaran yang
mutlak hanya milik Allah Subhanahu Wata'ala.
Jadi, pandangan penulis tentang masalah ini adalah menyarankan pembaca untuk
berfokus hanya pada filsafat sebagai cara berpikir saja. Yang artinya mempelajari pendapat
para filsuf itu, bukan benar - benar menghafal pendapatnya, tetapi dijadikan untuk semangat
memahaminya atau menggunakannya untuk berpikir kritis. Kemampuan berpikir dan
mengadopsi metode secara mandiri adalah bagian alami dari kedua kepribadian kita. Sebagai
makhluk cerdas, kita memiliki akses pada akal sebagai sarana untuk memahami segala
sesuatu yang ada dan di balik apa yang ada.
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan diatas adalah bahwa Thales
merupakan seorang filosof alam pertama yang hidup pada abad ke 6 sebelum masehi. Lahir
pada tahun 624 SM, di Miletus Asia Kecil. Ia dikenal sebagai salah seorang hoi liepta soplioi,
yang artinya tujuh orang yang bijaksana, atau The Seven Wise Men atau al – Hukania’ as -
Sab’ah. Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula terjadinya alam
semesta. Oleh karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis ajaran filsafat alam
(natural philosofi).
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pokok,
dan dasar dari semua yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri
dan tanpa ada sebab - sebab dari luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat
mantap, dan tak terbinasakan. Terkait dengan hasil pemikiran Thales yang menyimpulkan
bahwa dasar segala sesuatu adalah air, bukan berarti pendapat Thales tidak dapat dikritik dan
dinyatakan benar, karena tidak seorang pun memiliki batasan tentang apa yang menjadi
pokok pemikirannya, karena orang tidak akan bisa sampai pada kebenaran yang mutlak,
karena kebenaran yang mutlak hanya milik Allah Subhanahu Wata'ala.
DAFTAR PUSTAKA
Adha Santri Madani, Tokoh Filosof Yunani Kuno Serta Pemikirannya Mengenai Asal Mula
Penciptaan Alam. researchgate.net, 2022.
https://www.researchgate.net/publication/359158869_Tokoh_Filosof_Yunani_Kuno_S
erta_Pemikirannya_Mengenai_Asal_Mula_Penciptaan_Alam/ diakses pada Kamis, 13
Oktober 2022.
Asdin STP, OPINI – Teori ”AIR” Thales Dalam Kehidupan. suryametro,id, 2021.
https://suryametro.id/opini-teori-air-thales-dalam-kehidupan/ diakses pada Jum’at, 14
Oktober 2022.
Erlinda Susiana Dewi, Ilmu Pada Masa Yunani Kuno. afidburhanuddin.wordpress.com, 2013.
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/ilmu-pada-masa-yunani-kuno-5/
diakses pada Jum’at, 14 Oktober 2022.
Hakim Abdul Atang, Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandung : Pustaka
Setia, 2016. Hal. 147 - 152.
Syadali Ahmad, Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia, 2004. Hal. 39 - 43.
Tafsir Ahmad, FILSAFAT UMUM ; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung :
PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003. Hal. 48.