Depati Empat
Alam Kerinci
PENULIS :
Prof. H. Idris Djakfar, SH
Indra Idris, SE. MM. Spn
.
2006
Penulis :
2
Pemerintahan Depati Empat Alam Kerinci
Pasal 72
3
PENULIS BUKU
4
Pengantar Penulis
Sudah cukup lama kami mengumpulkan
bahan untuk mewujudkan tulisan ini, baik melalui
penelitian literatur (library research) maupun
melakukan penelitian lapangan (file research).
Sungguh merupakan hal yang melelahkan karena
dihadapkan dengan berbagai kendala, terlebih lagi
kegiatan ini tidak ada yang membantu pendana-
annya. Pada sisi lain, tentunya sejarah yang pernah
terukir di Alam Kerinci perlu diketahui masyarakat
secara luas.
5
nantinya akan mendapat kritik dan masukan,
sehingga buku ini dapat disempurnakan untuk
penerbitan berikutnya. Selain itu diharapkan pula
buku ini sekaligus dapat memberi motivasi kepada
para peneliti lain untuk menggali secara lebih dalam
dan mengungkapkan pula dalam bentuk tulisan.
Penulis :
Prof. H. Idris Djakfar, SH
Indra Idris, SE.MM.Spn
6
DAFTAR ISI
Daftar Isi --- i
Kata Sambutan --- v
Pengantar Penulis --- vi
BAB I.
PENDAHULUAN --- 1
BAB II.
TERBENTUKNYA
NEGARA DEPATI EMPAT --- 7
BAB III.
WILAYAH DAN PENDUDUK --- 13
BAB IV.
IBU KOTA NEGARA --- 57
BAB. V.
PEMERINTAHAN --- 69
7
BAB VI.
TANAH DEPATI ATUR BUMI --- 113
BAB VII.
TANAH DEPATI BIANG SARI 179
BAB VIII.
TANAH DEPATI RENCONG TELANG --- 189
BAB IX.
TANAH DEPATI MUARA LANGKAP --- 233
8
BAB X.
DAERAH TIGO DI BARUH KERINCI RENDAH --249
BAB XI.
DAERAH KHUSUS KERINCI RENDAH --- 279
BAB XII.
PENUTUP --- 289
9
BAB I
Pendahuluan
K
EBERADAAN pemerintahan rakyat bumiputra
di Alam Kerinci sudah lama diketahui di
manca negara mulai dari Pemerintahan
Koying (Kera-jaan Koying), Pemerintahan Segindo
(Negara Segindo Alam Kerinci) dan terakhir
Pemerintahan Depati Empat (Negara Depati Empat
Alam Kerinci). Sebutan Kerajaan Koying (200 SM s.d
abad ke 6 M) yang ditemukan dalam beberapa
catatan sejarah negeri Cina diduga kuat berada di
Alam Kerinci. Kerajaan ini telah melakukan hubungan
dagang dengan kerajaan-kerajaan tetangga pada
masanya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Demikian pula dengan Negara Segindo
Alam Kerinci (abad ke 7 M s.d 1295) mempunyai
hubungan dagang pula dengan banyak kerajaan
nusantara. Negara ini selalu dilirik karena wilayahnya
merupakan salah satu sumber penghasil komoditi
dagang pada saat itu. Ketika kerajaan Sriwijaya mulai
10
berjaya, wilayah negara Segindo pernah dikuasai dari
tahun 686 (Prasasti Karang Berahi) sampai dengan
tahun 1025 yaitu daerah Kerinci Rendah.
Penguasaan daerah ini tidak lain untuk
mengamankan pasokan komoditi dagang yang
dibutuhkan kerajaan Sriwijaya. Setelah kerajaan
Sriwijaya dikalahkan kerajaan Colamandala dari India
Selatan, rakyat Kerinci Rendah dapat merebut
kembali daerahnya dari kekuasaan kerajaan
Sriwijaya.
11
jang tidak kami ketemukan–dikemukakan pada
tahun 1881, oleh J. E de Strurler dalam tesis Het
grondgebied van Netherland ost Indie in verband
met de tractaten met Spanje, England en Portugal
ditjatat bahwa hubungan-hubungan antara
kerajaan-kerajaan dan persekutuan-persekutuan
hidup yang lain diluar pulau Djawa dan Pulau
Madura pada pihak jang satu dengan
Gubernemen pada pihak lain, adalah “van
volkenrechtelijken ard, dor tractaten beheerscht
(tegasan dari kami), dan disamping keradjaan
Atjeh, masih ada lain “onafhankelijke saten of
stammen op Sumatra……… zoals Korintji,
Kwatan, de Battalanden en andera”. Disini Kerinci
dinyatakan sebagai onafhankelijke staat atau
negara merdeka, bersama negara lain, seperti
Kuantan dan negeri Batak. Tesis J.E de Sturler
tersebut dibuat pada tahun 1881 pada masa
Negara Depati Empat Alam Kerinci masih
merdeka. Belanda baru menjajah Kerinci (baik
Kerinci Tinggi maupun Kerinci Rendah) pada
tahun 1903. Negara bumiputera diatas telah
mengadakan perjanjian antar negara dengan
Spanyol, Inggris, Portugal dan yang terakhir
dengan pemerintah Hindia Belanda.
2. Sebuah perjanjian antar negara bumiputera
pernah dilakukan di atas Bukit Setinjau Laut pada
tahun 1530. Negara yang terlibat dalam
12
perjanjian ini adalah : Negara Depati Empat
Alam Kerinci, Kerajaan Kakubang Sungai Pagu,
Kesultanan Indrapura dan Kesultanan Jambi.
Diantara isi perjanjian yang penting terkait
dengan perbatasan bagian Utara antara Negara
Depati Empat Alam Kerinci dengan bagian
Selatan Kesultanan Indrapura. Batas bagian
Utara itu menyebutkan bahwa : ”Gunung yang
memuncak Depati Empat Punya, Laut Nan
Berdabur yang di Pertuan Punya”. Di sini
dijelaskan bahwa segala daerah pergunungan
Bukit Barisan adalah daerah Negara Depati
Empat Alam Kerinci, sedangkan daerah dataran
sampai ke pantai dan daerah lautnya sampai ke
Lautan Hindia adalah daerah Kesultanan
Indrapura. Wilayah pantai yang dimaksudkan
adalah mulai dari bagian Utara daerah Lunang
sampai ke Air Haji. Sedangkan bagian Selatan
mulai dari daerah Batang Selaut sampai daerah
Ketahun sepanjang pantai lautan Hindia hingga
dan ke pergunungan Bukit Barisan di daerah
Tanah Depati Rencong Telang (Tanah Pemuncak
Tuo, Pemuncak Tengah dan Pemuncak Bungsu)
daerah ini disebut oleh orang Kerinci dengan
“daerah Ombak Berdebur Depati Rencong
Telang”, yaitu daerah perbatasan Tanah Depati
Rencong Telang, sedangkan wilayah Lunang
sampai ke Air Haji disebut mereka dengan
13
“daerah Laut Nan Berdebur” yaitu daerah
Kesultanan Indrapura.
14
untuk mau berpihak kepada Sultan Indrapura dan
pemerintah Belanda. Selanjutnya perjanjian
penentuan batas wilayah lalu dibuat pada 26
Mei 1888 bertempat di Indrapura. Perjanjian
ditanda tangani oleh 3 pihak yaitu pemerintah
Hindia Belanda, Kesultanan Indrapura dan pihak
yang mengatas namakan Depati Empat Alam
Kerinci. Pihak Belanda diwakili Asisten Residen
Painan P.J Kooreman dan Controleur Indrapura
J. Van Hengel. Pihak Kesultanan Indrapuran
diwakili oleh Sultan Permansyah, Soetan
Gandau, Patih Bandai, Indo Satie, Datoeq Radjo
Dindo Tapan, Datoeq Rajo Dindo Loenang,
Datoeq Soeko Ramie, Radjo Pelawan, Malintang
Boemie, Radjo Nan Kajo, Datoeq Sari di Bandar,
Maharadjo Desa, Soeka Dana dan Datoeq
Sanding Diradjo. Sedangkan dari pihak yang
mengatas namakan Negara Depati Empat Alam
Kerinci diwakili oleh Pemangkoe Soeko Ramie,
Padoeko Indo, Singarapie, Hadjie Moham-mad
Abidin Selapan Loerah, Datoeq Hadjie Pangeran,
Dipatie Sagala Poetih, Datoek Soetan Keradjaan,
Datoek Radja Tiang Anau, Dipatie Manggala
Tjahja Dipatie, Dipatie Moeda Tamanggung, Patih
Toea, Hadji Mohd Basir, Rio Bongsoe, Patih
Berdiri, Hadjie Akbar, Dipatie Pasak dan Dipatie
Soengai Lago Pertama. Untuk mengetahui isi
perjanjian secara lengkap dapat dibaca pada
15
surat perjanjian tersebut yang dibuat dalam 2
bahasa yaitu bahasa Melayu berjudul “Soerat
menantoekan watas-watas antara Indra-porea
dengan tanah Koerintji dan terjemahannya dalam
bahasa Belanda berjudul Geschrift regelende de
grenzen van Indrapoera mer Koerintji.
16
hubungan antar negara maka dalam permulaan
abad ke 15 kerajaan Majapahit telah minta untuk
menempat seorang wakil tetap (duta negara) di
Negara Depati Empat. Permintaan ini
diperkenankan, duta kerajaan Majapahit diizinkan
menempati sebidang tanah di Ujung Tanjung
Muaro Mesumai (Bangko). Sebidang tanah yang
diberikan dalam seluko adat dinyatakan “kedarat
sepengadang ayam kesungai sepengambung
jalo” yaitu sebidang tanah cukup untuk
mendirikan sebuah rumah kediaman yang layak.
Atas persetujuan itu, kerajaan Majapahit
mengang-kat pejabat bergelar Pangeran
Tumenggung Kabaruh di Bukit sebagai duta
negaranya di Alam Kerinci. Setelah dilantik
dipusat kerajaan Majapahit di Jawa Timur, lalu
yang bersangkutan dikirim ke Ujung Tanjung
Muaro Mesumai (Bangko) untuk melaksanakan
tugas sebagai duta kerajaan dan sekaligus
mewakili daerah Jambi sebagai bagian dari
kekuasaan Majapahit.
17
Negara Depati Empat Alam Kerinci. Atas sikap
tersebut Sultan Jambi pertama Orang Kayo
Hitam, menugaskan Pangeran Temenggung
Kabaruh di Bukit yang berada di Ujung Tanjung
Muara Mesumai berangkat ke Kerinci menemui
Depati Empat menyampaikan tanda pengakuan
dari Kesultanan Jambi berupa 4 lembar kain
sutera yang diberi nama “kain sabul luki-luki”
yang berarti kain bukti pengakuan kedaulatan dan
kemerdekaan. Empat helai kain itu, diserahkan
kepada 4 (empat) orang Depati yang memerintah
Alam Kerinci yaitu Depati Muara Langkap
Tanjung Sekian, Depati Rencong Telang, Depati
Biang Sari dan Depati Atur Bumi. Untuk Depati
Muaro Langkap Tanjung Sekian di serahkan di
dusun Tamiai. Untuk Depati Rencong Telang
diserahkan di dusun Pulau Sangkar. Untuk Depati
Biang Sari diserahkan di dusun Pengasih,
sedangkan untuk Depati Biang Sari diserahkan di
dusun Hiang,
18
Sultan Jambi untuk menegaskan kembali
pengakuan daerah Jambi atas kedaulatan Negara
Depati Empat Alam Kerinci. Dia telah
menyerahkan 3 helai kain sutera “kabul luki luki”
kepada Depati Muara Langkap Tanjung Sekian,
Depati Rencong Telang dan Depati Biang Sari.
Sekarang kain sutera “kabul luki luki” ke 4 akan
diserahkan kepada Depati Atur Bumi. Ketika kain
sutera “kabul luki luki” akan diserahkan maka
tujuh orang depati Tanah Mendapo Nan Delapan
Helai Kain mengajukan keinginan supaya
masing-masing depati memperoleh kain sutera
tersebut. Pangeran Tumenggung Kabaruh di
Bukit lalu menyatakan bahwa Kesultanan Jambi
hanya mengakui Depati Empat yang terhimpun
dalam satu wadah pemerintahan yaitu Negara
Depati Empat Alam Kerinci.
19
Sebagian lagi dibagi menjadi 7 helai berukuran
panjang 1 m dan lebar 15 cm, lalu diberikan pada
: (1) kepala mendapo Rawang Mudik, Depati
Mudo Menggalo Beterawang Lido. (2) kepala
mendapo Rawang Hilir, Depati Cahaya Negeri.
(3) kepala mendapo Kumantan Depati Rajo Mudo
Pengeran, (4) kepala mendapo Semurup, Depati
Kepala Sembah, (5) kepala mendapo Koto Tuo,
Depati Kuning atau Depati Tujuh, (6) kepala
mendapo Penawar, Depati Penawar Rajo, dan (7)
kepala Mendapo Seleman, Depati Taroh Bumi.
20
6. Keterangan dari Resident Sumatra’s Westkust
(Sumatera Barat) yang disampaikan oleh J.
Tideman dengan bantuan Ph. FL Sigar dalam
buku berjudul “Djambi" pada halaman 39 dan 40
mengatakan : “In Novemver 1890 werd de
Engelschman W. Houston Walker, die zisch,
niettegens taande hem zulks door het
Gouvernemet verboden was, van uit Sumatra’s
Weskust naar Boven Djmbi wilde begeven tot het
doen van mijnbouwkundige opsporingen on
Boekit Sangkar Lajang in het onafnankelijke
Soengaikoenjit, waar ook de Sultan van Jambi
geen gezag hed, vermoord. Dear hij echter geen
loes temming van den Residen had verkregen,
gaf deze moodzaak geen aanleiding tot politieke
verwikkelingen met Engeland. Terjemahan
kalimat diatas secara bebas mengatakan bahwa
pada bulan Nopember 1890 seorang Inggris W.
Housten Walker, sekalipun telah dilarang
pemerintah namun tetap melakukan perjalanan
dari Sumatera Barat menuju Jambi Hulu untuk
melakukan penyelidikan pertambangan di Bukit
Sangkar Layang. Di tepi Sungai Kunyit, sebuah
daerah yang masih merdeka dan bukan jajahan
dari Sultan Jambi dia ditemukan terbunuh. Dia
tidak menggunakan izin dari pemerintah Belanda
namun pembunuhan ini tidak menyebabkan
21
adanya gonca-ngan politik antara Inggris dan
Belanda.
22
seorang Controleur terpandang dari pemerintah
dalam Negeri Hindia Belanda yang ditempatkan
di Muko-Muko pada alinia pertama menyebutkan
: “To de streken van den Indischen Archipel van
wier bevolking nog zeer winig bekend is,
behooren voorzeker de onafhankelijke landsc-
happen Korintji, Serampas en Soengai Tenang.
(Terjemahan secara bebas adalah : termasuk
daerah Indonesia yang penduduknya sangat
kurang dikenal, pasti daerah-daerah merdeka
Kerinci, Serampas dan Sungai Tenang). Dari
keterangan diatas jelaslah bahwa daerah Kerinci,
Serampas dan Sungai Tenang merupakan
daerah merdeka. Kekuasaan asing belum sampai
ke sana, sebagai mana halnya dengan daerah
Muko-Muko pada tahun 1895. Namun daerah
disekitarnya seperti : Jambi, Palembang, Beng-
kulu, Sumatera Barat dan Riau semuanya telah
dikuasai Belanda. Sedangkan daerah Kerinci,
Serampas dan Sungai Tenang baru 8 tahun
kemudian di duduki Belanda.
23
kan keterangan yang diperoleh lalu ditulisnya
menjadi buku. Itu sebabnya dalam buku ini
banyak terdapat kesalahan, karena para infor-
man tidak mempunyai pengetahuan yang luas
mengenai daerah Kerinci, Serampas dan Sungai
Tenang. Sungguhpun demikian yang penting
adalah seorang Controleur Belanda yang meme-
rintah pada penghujung abad ke XIX di Muko-
Muko yang juga merupakan bekas wilayah
Negara Depati Empat Alam Kerinci, menyatakan
bahwa Negara Depati Empat Alam Kerinci masih
berdiri merdeka dan berdaulat di daerah Kerinci,
Serampas dan Sungai Tenang.
24
Kerinci Tinggi dalam satu payung pemerintahan
sebagaimana pada masa-masa sebelumnya.
25
BAB II
Terbentuknya
Negara Depati
Empat
L
EPASNYA Kerinci Rendah kedalam kekua-
saan kerajaan Sriwijaya sekitar pertengahan
abad ke 7 M telah memberi pengaruh
terhadap berbagai perubahan dalam kehidupan
masyarakat, baik di Kerinci Tinggi maupun Kerinci
Rendah. Negeri-negeri Segindo di Kerinci Tinggi
memperlihatkan perkembangan yang semakin baik,
sebaliknya negeri-negri Segindo di Kerinci Rendah
mengalami kemunduran akibat pergolakan yang tak
henti-hentinya. Sejak Kerinci Rendah dikuasai Kera-
jaan Sriwijaya (686 M), infrastruktur pemerintahan
Segindo diwilayah ini boleh dikatakan porak
poranda. Kerajaan Sriwijaya telah membuat
infrastruktur pemerintahan baru dengan cara
26
membagi-bagi daerah administratif secara teritorial.
Pemerintah kerajaan kemudian menunjuk pemimpin
daerah administratif yang disebut Datu. Sejak saat itu
semua aparat pemerintah sampai ke tingkat dusun
dan kampung ditunjuk oleh pejabat di atasnya atas
persetujuan penguasa kerajaan Sriwijaya. Kebe-
radaan pemerintah Segindo di daerah Kerinci Ren-
dah sudah tidak diakui lagi.
27
di berbagai tempat. Di bagian Utara maupun
bagian Selatan Kerinci Tinggi sudah terdapat
tidak kurang 100 dusun. Dusun dikembangkan
atas dasar pola yang disebut : "dusun yang
berparit empat berlawang dua". Dusun-dusun
itu telah dihubungkan oleh infrastruktur
tradisional jalan setapak dan jalan-jalan kecil
yang permanen, sehingga interaksi masyarakat
antar dusun dan lalulintas perdagangan
berlangsung cukup lancar, baik dalam wilayah
negeri-negeri Segindo maupun dengan negeri-
negeri pada kerajaan lain disekitar Alam Kerinci.
28
3. Terbukanya akses perdagangan melalui
pelabuhan -pelabuhan pantai Barat Sumatera,
telah menga-tasi isolasi jalur perdagangan
pantai Timur yang dikuasai kerajaan Sriwijaya.
Arus perdagangan khususnya bagi rakyat
Kerinci Tinggi dan sebagian daerah Kerinci
Rendah menjadi hidup kembali. Sekarang
rakyat membina hubungan dagang dengan
negeri-negeri dan kerajaan-kerajaan di sekitar
pantai Barat. Perdagangan dengan daerah
pantai Barat menunjukkan kemajuan yang
semakin berkembang.
29
Kerinci sekitar pertengahan abad ke 12 M
melalui pantai Barat Sumatera (Muko-Muko,
Indrapura, Ipuh, Sebelat, dll) di bawa oleh para
pedagang Arab dan Turki dan para mubalih
(juru dakwah) dari Barus. Pada masa itu, Barus
sudah dikenal sebagai sebuah kota dagang dan
perkampungan Islam di pantai Barat Sumatera.
Di sini banyak bermukim pedagang dari Arab
Selatan seperti dari Hendralmaut, Oman,
Gujarat, dan India (Tamil). Di Barus ditemukan
banyak bekas peninggalan sejarah seperti
mushola, mesjid dan makam-makam, termasuk
peninggalan keramik dari berbagai situs periode
dinasti Tang hingga Ching. Pada sebuah bukit
kecil bernama Mahligai terdapat sebuah
makam bernama Siti Tuhar Amisuri (612 H atau
1206 M). Demikian pula pada prasasti
berbahasa Tamil di Lobu Tuo (abad ke11M)
menyebutkan terdapatnya pemukiman Tamil di
Barus. Hubungan perniagaan dari orang-orang
Kerinci dengan daerah patai Barat Sumatera di
atas telah menjadikan penduduk negeri di Alam
Kerinci sekitar akhir abad ke 14 M sebagian
besar (termasuk daerah Kerinci Rendah)
diyakini sudah memeluk agama Islam.
30
perubahan terhadap sistem nilai dalam pola
kepemimpinan masyarakat. Implikasi dari berbagai
perubahan tersebut telah melemahkan kekuasaan
para Segindo dalam mengatur negeri. Tanpa disadari
peran mengatur negeri sudah beralih kepada para
pemuka adat dusun dan perangkat dusun yang
tercipta sesuai dengan tatanan kebutuhan rakyat saat
itu. Ikatan komunitas dusun semakin menunjukkan
eksestensinya dalam mengatur warga masyarakat-
nya sendiri. Pada masa terjadinya berbagai
perubahan ini, secara perlahan-lahan dan pasti posisi
para Segindo dan perangkat pemerintahannya
semakin terjepit.
31
pemerintahan negeri hanya diatur oleh para pejabat
yang berasal dari kaum adat saja, karena
pemerintahan Segindo hanya bersendi pada adat
semata. Setelah masuknya Islam, sendi agama tidak
dapat ditinggalkan lagi dan mutlak diinginkan dalam
mengatur kehidupan masyarakat. Maka berlakulah
secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakat di
Alam Kerinci yang berazaskan pada : “Adat bersendi
syarak (hukum Islam), Syarak bersendi kitabullah (Al
Qur’an), Syarak mengato, Adat Memakai.” dalam
mengatur kehidupan sehari-hari.
32
perpecahan dalam kelompok masyarakat (pemuka
adat, pemuka agama, cerdik pandai) yang saling tarik
menarik. Berpegang pada pepatah adat : “Bulat air
dek pembuluh, Bulat kato dek mufakat, Kalau bulat
dapat digulingkan, Pipih dapat dilayangkan, Putih
berkeadaan, Merah dapat dilihat, Panjang dapat
diukur, dan Berat dapat ditimbang”, maka satu demi
satu masalah dan kekurangan dapat diatasi dan
disempurnakan.
33
Patih Semangat lalu menetap di Tanjung Tanah dan
kemudian mereka kawin dengan orang Kerinci.
Mereka dan keturunannya menjadi “anak betino”
atau menantu dari kerabat istri (perut, kelebu dan
lurah) dan sekaligus menjadi “anak betino” dari orang
dusun, mendapo dan tanah depati yang status
kewargaannya disamakan dengan penduduk asli.
Dalam posisi sebagai warga negara baru, mereka
diminta aktif menyumbangkan pemikirannya bagi
penyempurnaan pemerintahan negeri. Kedatangan
pasukan Ekspedisi Pamalayu tahun 1292 ke Kerinci
untuk meminta perlindungan kepada Negara Segindo
mempunyai andil yang cukup besar terhadap
perubahan ketatanegaraan terutama dengan
masuknya berbagai istilah Jawa. Mereka menyum-
bangkan gelar bagi pejabat adat sesuai dengan
fungsi dan tugas yang diemban, seperti Depati
berasal dari kata Adipati, Manggung berasal dari
Temenggung, Menti dari kata Permenti, demikian
pula dengan kata Rio, Ngabi, Kaluhah, dan Ngalawe.
Termasuk Mendapo berasal dari istilah Jawa yang
diambil dari kata Pendapa (pendopo). Selain itu,
dipakai pula istilah kata yang didapat dari daerah
sekitar Kerinci seperti : Rajo, Datuk, Sutan, dll.
34
mamak sebagai pejabat pelaksana, dan kemudian
pembantu pelaksana disebut dengan “uleh jari
sambung tangan”. Pembaruan ini sekaligus
meninggalkan pemakaian gelar lama seperti Segindo,
Tuo, dll. Pembaharuan lainnya masuknya kaum
agama dalam pemerintahan dengan mendapat
jabatan dan gelar seperti : pegawai syarak dengan
gelar kadhi (hakim agama), imam (pemimpin sholat),
khatib (pemberi khotbah), bilal (penyeru azan) dan
garim (petugas rumah ibadah). Sama halnya denga
pemilihan pemangku adat, petugas agama di atas
juga dipilih dan diangkat melalui system gilir ganti
(sko bergilir sandang berganti). Sebagai pejabat
negeri pegawai syarak mengurus urusan yang
berhubungan dengan keagamaan dan ibadah yang
terkait dengan syariat seperti : perkawinan, zakat,
infak, dan sadokah. Sedangkan pemangku adat
mengurus urusan keduniaan menurut aturan
sepanjang adat.
35
dewan pemerintahan dan memproklamirkan menjadi
Negara Depati Empat Alam Kerinci. Adapun tanah
depati yang terbentuk di Kerinci Tinggi sebagai cikal
bakal dari Negara Depati Empat Alam Kerinci adalah
: (1) Tanah Depati Atur Bumi berpusat di negeri
Hiang, (2) Tanah Depati Biang Sari berpusat di negeri
Pengasih, (3) Tanah Depati Rencong Telang
berpusat di negeri Pulau Sangkar, dan (4) Tanah
Depati Muaro Langkap Tanjung sekian berpusat di
negeri Tamiai.
36
cukup lama. Tahap penyelesaiannya baru dapat
dituntaskan dipenghujung abad ke 14. Setelah itu,
pada akhir tahun 1524 para pemangku adat dari
Kerinci Rendah lalu menyampaikan kepada Depati
Empat Alam Kerinci, bahwa penyusunan
pemerintahan menurut sepanjang adat telah selesai
dilakukan. Oleh sebab itu, mereka meminta kepada
Depati Empat Alam Kerinci untuk menyatukan
kembali daerah Kerinci Rendah dengan Kerinci
Tinggi sesuai dengan keinginan mayoritas rakyat
Kerinci Rendah.
37
dataran rendah sebelah Timur disebut dengan Kerinci
Rendah atau daerah Baruh. Ke dua wilayah di atas
sejak dulu telah dihuni masyarakat serumpun yang
berasal dari keturunan yang sama. Menimbang
bahwa penyusunan tata pemerintahan masyarakat
wilayah Kerinci Rendah dipandang telah sesuai
menurut sepanjang adat, maka keinginan rakyat
Kerinci Rendah untuk bersatu kembali sudah dapat
direalisir.
38
Kerinci dapat terawasi dengan baik, sehingga
keamanan wilayah dapat terjaga dari pihak-pihak
yang bermaksud mempropokasi rakyat maupun dari
para penyusup yang ingin menghancurkan
kedaulatan negara.
39
dilakukan menurut sepanjang adat melalui kenduri
sko membunuh kerbau seekor dengan beras seratus
gantang.
40
yang dicampur dengan nangka (cempedak) yang
rasanya pedas. Gule putih masakan daging dicampur
kentang yang rasanya tidak pedas.
41
BAB III
Wilayah dan
Penduduk
S
EBAGAI sebuah negara merdeka Negara
Depati Empat Alam Kerinci menempati
wilayah yang disebut dengan Alam Kerinci.
Wilayah ini sudah didiami oleh penduduk yang
berasal dari satu komunitas induk yaitu suku bangsa
Kerinci. Mereka telah tinggal dan membangun
daerahnya sejak berabad-abad lamanya, diimulai
sejak masa sebelum pemerintahan Koying, kemudian
dilanjutkan pada masa pemerintahan Segindo dan
berlanjut pada masa pemerintahan Depati Empat
sampai sekarang. Mereka mendiami daerah asal,
yaitu wilayah Kerinci Tinggi yang berada pada bagian
Barat dari tanah pergunungan Bukit Barisan dan
42
wilayah Kerinci Rendah pada dataran rendah di
sebelah Timur pergunungan Bukit Barisan dan
daerah sepanjang aliran sungai Batang Merangin dan
sungai Batang Tabir. Wilayah ini berada diantara
Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh di sebelah Utara,
dengan daerah perbukitan di sebelah Selatan
disepanjang wilayah sekitar Bukit Pengganti (321 m),
Bukit Bedang (629 m), Bukti Hulu Landas (905 m),
Bukit Legak Tinggi (439 m), Bukit Sepah (807 m) dan
Gunung Bujang (1951 m). Semua daerah di atas
berada di bagian Selatan dari gunung Masurai
(2935).
43
dusun-dusun baru terutama di sepanjang sungai
Batang Merangin dan sungai-sungai disekitar daerah
Pangkalan Jambu, Batang Seringet, Batang
Mesumai, Batang Tantan, dan Batang Tabir. Selain
itu, komunikasi dan interaksi penduduk antar dusun
sudah berlangsung baik mengingat jalan-jalan
penghubung cukup banyak baik di dalam wilayah
Kerinci Tinggi maupun di dalam wilayah Kerinci
Rendah, termasuk jalan penghubung antara dusun-
dusun di wilayah Kerinci Rendah dengan dusun-
dusun di wilayah Kerinci Tinggi. Tentang hal ini telah
dijelaskan secara rinci dalam buku Seri Sejarah
Kerinci 2 bagian 3 sub bagian 2. Menjelang abad ke
14 wilayah Alam Kerinci boleh dikatakan sudah terisi
hampir merata. Seluruh penduduk yang mendiami
wilayah di atas itulah yang menjadi warga negara dari
Negara Depati Empat Alam Kerinci.
44
gunung Kerinci, gunung Tujuh dan danau Tujuh dan
dalam bentuk patok alam lainnya seperti bukit,
sungai, dll.
45
Sungai Pagu Rantau Alam Minangkabau, dan batas
wilayah Selatannya dengan daerah otonomi
Persekutuan Hukum Adat orang Batin di Sarolangun
yang daerahnya berbatas dengan negari Rejang.
Negeri ini disebut orang dengan Rejang Tiang IV atau
disebut juga dengan Rejang IV Petulai.
46
tentang negeri Batin akan ditulis dalam buku
tersendiri.
47
Pergunungan tersebut pada masa kerajaan
Koying sebagian besar merupakan gunung api yang
aktif, namun setelah melalui masa yang panjang
dengan adanya perubahan geografis, pergeseran
kulit bumi dan sebagainya kini hanya tinggal
beberapa gunung saja yang masih aktif. Di sekitar
pergunungan di atas terdapat dataran tinggi seperti
dataran tinggi Kerinci, Serampas, Sungai Tenang,
Siau dan Jangkat. Hamparan dataran tinggi
umumnya berbentuk cekungan seperti kuali besar
yang dikelilingi pergunungan. Salah satu dataran
tinggi terluas adalah dataran tinggi Kerinci yang
berada di Selatan Gunung Kerinci dan disekitar
danau Kerinci. Di daerah ini bermukim sebagian
besar penduduk yang berada di wilayah Kerinci
Tinggi. Sedangkan pada dataran tinggi dibagian
Selatan hamparannya lebih kecil bila dibandingkan
dengan yang berada di Utara. Daerah inipun dihuni
penduduk yang jumlahnya tidak terlalu banyak.
Dataran tinggi itu, antara lain berada disekitar
Gunung Masurai dan danau Depati Empat (danau
Besar). Pada celah-celah pergunungan terdapat
lembah-lembah sempit yang di aliri sungai dan anak-
anak sungai. Baik daerah Utara maupun daerah
Selatan, karena letaknya tinggi dari permukaan laut
maka mudah dilihat dari berbagai penjuru. Puncak-
puncak gunung yang menjulang terlihat jelas dari
kejauhan di sepanjang pantai Barat laut Hindia, dari
48
Muaro Bungo dan Sarolangun, dan dari daerah
Kerinci Rendah. Dari wilayah Kerinci Tinggi mengalir
banyak sungai besar maupun kecil ke pantai Barat
Pulau Sumatera dan ke patai Timur melewati dataran
rendah Jambi.
49
memberikan kesegaran pada iklim, cuaca, suhu dan
udara. Pada daerah ini banyak terdapat potensi
bahan tambang seperti emas, batu bara, minyak, air
raksa, semen, kapur, marmar, dll yang belum banyak
diolah. Hanya emas yang sejak dulu sudah
ditambang secara tradisional oleh rakyat terutama di
daerah Pangkalan Jambu (Perentak), Sungai Manau,
hulu sungai Batang Tabir, Muara Siau, Jangkat,
Serampas, Sungai Tenang, dll. Emas merupakan
hasil tambang dari Negara Depati Empat yang
banyak diekspor.
50
P EMBAGIAN wilayah menurut sepanjang adat
dinyatakan dalam seluko adat atau pepatah adat
berbunyi : “Negara Depati Empat Alam Kerinci,
Empat di Ateh, Tigo di Baruh, Pemuncak Pulau
Rengas, Permarab Pemenang”. Seluko adat tersebut
menjelaskan bahwa Negara Depati Empat terbagi
atas 2 wilayah besar yaitu wilayah dataran
pergunungan yang tinggi atau “atas” yang disebut
dengan Kerinci Tinggi dan wilayah dataran
pergunungan yang rendah atau “bawah” disebut
dengan Kerinci Rendah.
51
1. Tanah Depati Atur Bumi wilayahnya berada pada
daerah kecamatan Sitinjau Laut, kecematan
Sungai Penuh, kecamatan Air Hangat dan
kecamatan Gunung Kerinci. Tanah Depati ini
memiliki 8 daerah otonom atau daerah tingkat II
yang disebut dengan Tanah Mendapo, terdiri atas
: (1) Tanah Mendapo Semurup memiliki 28
dusun, (2) Tanah Mendapo Kemantan memiliki 12
dusun, (3) Tanah Mendapo Depati Tujuh memiliki
12 dusun, (4) Tanah Mendapo Rawang Mudik
memiliki 18 dusun, (5) Tanah Mendapo Rawang
Hlir memiliki 17 dusun, (6) Tanah Mendapo
Penawar memiliki 4 dusun, (7) Tanah Mendapo
Hiang memiliki 9 dusun, dan (8) Tanah Mendapo
Seleman memiliki 7 dusun.
52
3. Tanah Depati Rencong Telang wilayahnya
sekarang berada pada daerah kecamatan
Gunung Raya, sebahagian daerah kecematan
danau Kerinci, kecamatan Muaro Siau,
kecamatan Jangkat dan kecamatan Tabir. Tiga
kecamatan terakhir berada dalam wilayah
kabupaten Merangin. Tanah Depati ini memiliki 3
daerah otonom atau daerah tingkat II yang
disebut dengan Tanah Pemuncak, terdiri atas :
(1) Tanah Pemuncak Tuo memiliki 35 dusun, (2)
Tanah Pemuncak Tengah memiliki 31 dusun, dan
(3) Tanah Pemuncak Bungsu memiliki 17 dusun.
Sebenarnya tanah Depati ini wilayahnya sampai
ke daerah pantai Barat, sering disebut orang
dengan “Ombak berdebur Depati Rencong
Telang” wilayahnya termasuk mulai dari Lunang,
Sungai Manjuto, Air Muko-Muko, Air Dikit
(merupakan daerah Tanah Pemuncak Tuo); Air
Ipuh, Bantan, Air Tenang (merupakan daerah
Tanah Pemuncak Tengah); Seblat dan Ketahun
(merupakan daerah Tanah Pemuncak Bungsu).
53
Muaro, terdiri atas : (1) Tanah Muaro Ateh
memiliki 2 dusun, dan (2) Tanah Muaro Bawah
memiliki 6 dusun.
54
Selain ke 3 tanah depati di atas, dalam
wilayah Kerinci Rendah masih terdapat 2 daerah
khusus yaitu :
55
Kesatuan wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci
Rendah tetap terjaga sampai kedatangan Belanda
pada tahun 1903. Setelah itu, Belanda lalu
memisahkan kembali daerah Kerinci Rendah dan
Kerinci Tinggi. Daerah Kerinci Rendah dijadikan
Onderafdeeling Bangko tergabung dalam Resedentie
Palembang, sedangkan daerah Kerinci Tinggi
dijadikan Landschap Korintji yang tergabung dalam
Gouverment Sumatra’s Westkust (Sumatera Barat).
Sejak kedatangan Belanda maka daerah Kerinci
mengalami beberapa kali perubahan penempatan
wilayah dan pemerintahan sesuai dengan keinginan
pemerintahan Belanda. Sungguhpun demikian
kesatuan wilayah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah
masih tetap dapat dilihat sampai sekarang bila dilihat
dari sudut pandang kesamaan dialek bahasa dan
kesamaan adat istiadat masyarakatnya.
3.3. Penduduk
56
ratusan dusun yang telah mereka buat dan mereka
kembangkan sejak zaman nenek moyang dulu. Di
sana mereka hidup dan beranak keturunan sebagai
warga negara yang terikat dengan ketentuan-
ketentuan hukum adat dan hukum syarak. Selain
penduduk asli warga negara juga bisa berasal dari
orang luar yang kawin dengan penduduk asli dan
orang luar yang menetap di wilayah negara kemudian
mengajukan keinginan untuk bergabung menjadi
warga negara. Setiap warga negara mendapat
perlindungan dari negara, mempunyai hak politis,
dapat diangkat sebagai pemangku adat, dan
mempunyai kewajiban untuk membela dan
mempertahankan kedaulatan negara. Bagi yang
bukan berstatus warga negara dan tinggal di wilayah
Alam Kerinci, mereka harus tunduk pada hukum adat
Kerinci. Tradisi dan hukum adat negeri asal tidak
boleh dibawa. Seluko adat menyatakan :
57
Dalam Negara Depati Empat, status sebagai
warga negara langsung atau otomatis diperoleh
bilamana yang bersangkutan adalah penduduk asli
(khalifah dijunjung, waris dijawat). Orang luar baik
laki-laki maupun perempuan kawin dengan orang
Kerinci atau disebut dengan istilah “menumbuk
bandul” maka yang bersangkutan lebur menjadi
orang Kerinci. Seorang laki-laki dari luar kawin
dengan perempuan Kerinci, maka yang bersangkutan
akan menjadi “anak betino” dari komunitas “perut,
kelebu, lurah” keluarga si perempuan, demikian pula
sebaliknya. Jadi se- seorang yang telah kawin
dengan orang Kerinci, dia tidak dipandang lagi
sebagai orang luar, tapi sudah dianggap merupakan
bagian dari kumunitas dimana yang bersangkutan
kawin dan kedudukannya menurut hukum adat sama
dengan kerabat lainnya. Pada sebagian besar daerah
di Kerinci “anak betino” yang datang dari luar dapat
diangkat menjadi pemangku adat. Hal ini telah
berlangsung sejak zaman dulu sampai sekarang.
Kasus-kasus ini banyak ditemukan pada dusun-
dusun di Kerinci. Di sini pengertian “anak betino”
tidak sama dengan pengertian orang “sumando”
yang terdapat di Minangkabau, di mana orang
“sumando” tetap di anggap komunitas pihak istri
sebagai orang luar.
58
Orang luar dari daerah lain yang sudah lama
menetap di daerah Kerinci, telah berbaur dengan
penduduk asli, menjunjung tinggi tradisi dan hukum
adat mereka dapat dinyatakan sebagai warga
negara yang tentunya harus dikukuhkan menurut
sepanjang adat. Contohnya orang Penghulu yang
datang dari Minangkabau yang telah menetap
puluhan tahun lamanya di daerah Pangkalan Jambu
(Perentak), Seringek Hulu Tabir, dan lainnya. Daerah
seperti Pangkalan Jambu, Luhak Nan XVI
(Serampas), Sungai Tenang, Siau dan Jangkat
penduduk aslinya berasal dari Tamiai. Sedangkan
Seringek Hulu Tabir di daerah Air Liki penduduk
aslinya berasal dari Pulau Sangkar, Pengasih,
Terutung, dan Pulau Pandan. Sekarang dalam
perkembangannya, penduduk pada daerah yang
disebutkan di atas telah bercampur dan melebur satu
dengan lainnya.
59
• Tudung menudung bak daun sirih, jahit menjahit
bak daun petai
• Hati gajah samo dilapah, hati tungao samo di
cecah
• Ado samo dimakan, idak samo di cari
60
mengerjakan pekerjaan tambahan untuk mendukung
kebutuhan hidup, seperti membuat aneka kerajinan,
beternak, mencari ikan dan berburu, mencari hasil
hutan dan tambang, serta berdagang.
61
Jambu (Perentak), Tamiai, Batang Asai, Tanah
Renah, Sungai Manau, Saringek, Ulu Tabir, dll.
Rakyat menambang emas pada kaki-kaki bukit dan
mendulang di sungai-sungai. Alam Kerinci yang
potensial dan penduduknya yang rajin pada masa itu,
telah membuat mereka hidup makmur dan sejahtera.
Rakyat dengan kemampuan sendiri dapat memenuhi
kebutuhan pangan, sandang dan papan dengan
baik. Mereka melakukan interaksi perdagangan
dengan negeri-negeri luar disekitarnya untuk saling
melengkapi kebutuhan hidup sehari-hari.
62
• Matri anak gempar serumah, mati adat gempar
sebangsa,
• Biar mati anak daripada mati adat.
63
dengan sesama warga, mengatur hubungan warga
dengan warga negara lainnya dan mengatur
hubungan warga dengan lingkungannya. Semua
yang bersifat privat maupun publik tunduk pada
ketentuan hukum adat.
BAB IV
Pusat
Pemerintahan
S
EBAGAI sebuah negara sudah pasti memiliki
ibukota pusat pemerintahan. Ibukota negara
dalam bahasa Kerinci disebut tanah
“kadipan”, tempat di mana kepala negara dan
aparatnya menjalankan roda pemerintahan atau
tanah sebagai tempat menerima kehadiran petinggi
negara baik dari dalam negeri maupun negeri luar.
Pada masa Negara Segindo Alam Kerinci pusat
pemerintahan (tanah kadipan) terletak disebelah
Selatan danau Kerinci yaitu Jerangkan Tinggi di
64
dekat dusun Muak sekarang. Sesudah negara ini
berubah menjadi Negara Depati Empat Alam Kerinci
(1296), maka ibu kota negara dialihkan kira-kira 5 km
kesebelah Timur Jerangkang Tinggi ditepi danau
Kerinci dan diberi nama Sanggar Agung. Pemin-
dahan ibukota negara dari Jerangkang Tinggi ke
Sanggar Agung dimaksudkan guna mendukung
kelancaran kerja pemerintahan pusat, mengingat
tempat tersebut letaknya cukup strategis berada di
tengah-tengah negara Depati Empat Alam Kerinci.
Lokasi ini pada posisi di mana jarak dengan daerah-
daerah dalam wilayah negara baik ke sebelah Timur,
Barat, Utara dan Selatan berada dalam radius yang
hampir sama. Selain itu, daerah ini merupakan
tempat yang paling mudah dicapai melalui 2 cara
yaitu menggunakan jalan setapak (fotpath) dan
berlayar memakai biduk (perahu) di aliran sungai dan
danau. Sungai yang dapat dilayari diantaranya sungai
Batang Siulak di Utara dan Batang Merangin di
sebelah Tenggara. Sedangkan orang-orang pada
dusun-dusun disekitar danau Kerinci dapat pula
dengan mudah berlayar dengan perahu menuju
Sanggar Agung.
65
tempat tinggal sewaktu mereka membuka ladang dan
sawah. Migrasi yang dilakukan orang Pengasih di
sekitar daerah ini, dan ke daerah Pendung Talang
Genting, Seleman dan Tebing Tinggi sudah berjalan
lama. Perpindahan mereka tidak lain bertujuan untuk
mencari tanah guna dijadikan lahan sawah dan
ladang, mengingat daerah Pengasih yang terjepit
perbukitan tidak memungkinkan lagi untuk perluasan
areal persawahan dan perladangan. Pada lokasi
baru ini, usaha bersawah dan berladang yang
mereka rintis berhasil baik sehingga daerah ini
berkembang cepat dan makmur.
66
dan jangan roboh, sedangkan yang ditopang adalah
sebuah negara besar atau “agung”. Jadi Sanggar
Agung bermakna sebagai tempat menopang atau
menyangga sebuah negara, atau dengan kata lain
merupakan sebuah ibukota negara yang disebut
sebagai Tanah Kadipan. Kata ini berasal dari kausa
kata bahasa Kerinci yang merupakan salah satu
cabang dari bahasa Melayu. Selama ini banyak
terjadi kesalahan dalam menafsirkan kata tersebut,
karena tidak tahu persis akan asal usulnya.
67
dari Sanggar Agung menjadi Sanggaran Agung dan
berubahan lagi menjadi Sandaran Agung telah
menimbulkan kerancuan dalam mengartikan nama
tersebut. Kerancuan terjadi disebabkan kesalahan
informasi yang diberikan para pemangku adat dusun
tersebut pada masa lalu.
68
negara pedalaman pulau Sumatera yang sering
dibicarakan, pertama Sekala Berak ibukota kerajaan
Sekala Berak pada dataran tinggi di Bukit Mesagi
dekat danau Ranau, kedua Sanggar Agung ibukota
Negara Depati Empat Alam Kerinci di tepi danau
Kerinci, dan ketiga Pagaruyung ibukota dari kerajaan
Minangkabau pada dataran tinggi sekitar Gunung
Merapi.
69
banyak pekerjaan, baru mereka bermalam di
Sanggar Agung, seperti menerima tamu negara, dan
menghadiri rapat-rapat penting kenegaraan.
70
apabila ada tugas kenegaraan karena Depati
Rencong Telang akan menunggu di Pulau Sangkar.
71
terus ke Sanggar Agung. Dari daerah Kerinci
Rendah terdapat pula dua lintasan dari Ujung
Tanjung Muaro Mesumai (Bangko) melalui Sungai
Manau, Perentak dan Tamiai; dan lintasan jalan
setapak dari Rantau Panjang melalui Air Liki dan
Terutung terus ke Sanggar Agung. Dari daerah
Sungai Tenang dan Serampas orang dapat pergi
melalui Lempur, Lolo dan Jujun terus ke Sanggar
Agung. Dari daerah Moko-Moko orang dapat ke
Sanggar Agung melalui Sungai Ipuh dan Lempur;
dari daerah Indrapura, Tapan dan Lunang dapat
melalui Tapan, Muaro Sako, Koto Limau Sering,
Sekukung terus ke Rawang dan akhirnya ke Sanggar
Agung. Demikian pula dari Muara Labuh, Simpang
Koto Baru, Sepanjang Batang Sangir ke Kayu Aro
dan kemudian meneruskan perjalanan ke Sanggar
Agung. Jalan-jalan penghubung di atas telah
memudahkan orang-orang untuk berkunjung ke
Sanggar Agung.
72
sebagai sarana tempat beribadah dan menguman-
dakan siar agama Islam. Tiga bangunan utama diatas
merupakan sebuah komplek berpekarangan luas.
Pelataran pekarangan dimanfaatkan untuk kegiatan
upacara keramaian adat dan agama. Di pinggir dusun
terdapat sebuah lapangan untuk tempat orang belajar
silat, berolahraga seperti bermain sepak raga dan
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya.
73
rawa-rawa agar dapat memperluas daerah lahan
persawahan dll.
74
BAB V
Pemerintahan
5.1. Gambaran Umum
N
EGARA Depati Empat Alam Kerinci (1296)
merupakan sebuah negara berdaulat dan
merdeka. Pada waktu negara ini terbentuk
penduduk negeri Alam Kerinci telah memeluk agama
Islam. Oleh sebab itu, hukum adat dan ajaran Islam
menjadi pegangan dalam mengatur negara dan
penduduknya. Pengaruh Islam dinyatakan secara
jelas dan tegas dalam seluko adat yang berbunyi :
“Adat bersendi syarak, Syarak bersendi kitabullah
(Al-Qur’an), Syarak mengato, Adat memakai”.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa
Negara Depati Empat Alam Kerinci terbentuk setelah
terjadinya pembaharuan dan restrukturisasi dalam
organisasi atau institusi masyarakat dari
75
pemerintahan sebelumnya yaitu pemerintahan
Segindo. Baik pemerintahan Segindo maupun
pemerintahan Depati Empat sebenarnya mempunyai
beberapa kesamaan. Negara Segindo dibentuk atas
dasar penggabungan dari seluruh negeri-negeri
Segindo yang terdapat di Alam Kerinci, sedangkan
Negara Depati Empat terbentuk atas dasar
penyatuan negeri-negeri hasil restrukturisasi dari
negeri-negeri Segindo yang dikelompokkan atas
tanah depati. Oleh sebab itu, negeri-negeri yang
tergabung dalam tanah depati merupakan struktur
kelembagaan pemerintahan rakyat yang baru hasil
penyempurnaan dari pemerintahan sebelumnya.
Proses penyatuan negeri-negeri khususnya di Kerinci
Tinggi menjadi tanah depati dilakukan atas dasar
geografis dusun dan geneologis komunitas
seketurunan darah. Penataan ini telah menjadikan
dalam satu tanah depati terdapat beberapa tanah
Segindo beserta komunitas masyarakatnya.
Berdasarkan kenyataan di atas dapat dilihat baik
Negara Segindo maupun Negara Depati Empat pada
prinsipnya merupakan negara kesatuan (unitaris).
76
tanah depati. Ke empat tanah depati ini kemudian
sepakat untuk bersatu membuat satu pemerintah
induk (negara) yang diberi nama Negara Depati
Empat Alam Kerinci atau negara yang mempunyai
empat tanah depati. Adapun ke empat tanah depati
yang dimaksud, adalah : (1) Tanah Depati Atur Bumi,
(2) Tanah Depati Biang Sari, (3) Tanah Depati
Rencong Telang dan (4) Tanah Depati Muara
Langkap Tanjung Sekian.
77
ingin mengambil keuntungan memecahkan belah
rakyat Kerinci, seperti pernah terjadi sebelumnya
pada daerah Kerinci Rendah. Penyatuan
pemerintahan tanah depati dalam satu payung
pemerintahan merupakan langkah stratiegis guna
menghindari politik adu domba dari pihak lain.
78
Para penjabat adat yang mengemban tugas
negara dipilih dan diangkat dari bawah melalui
seleksi yang ketat. Mereka merupakan orang pilihan
yaitu dari orang yang utama dari rakyat yang sama
(primus inter parest). Keutamaan seseorang
diperoleh atas dasar perjuangan hidupnya yang
dinilai baik dan diketahui masyarakat secara luas.
Figur atau tokoh itulah yang dipromosikan untuk
menjadi pemangku adat dan pegawai syarak guna
mengurus kepentingan negara dan warga
masyarakat. Semua aparat atau pejabat mulai dari
strata pemerintahan terendah sampai ke pejabat
negara tertinggi diangkat dan dipilih oleh komunitas
masyarakat secara bottom up melalui suatu
kerapatan adat. Kedudukan mereka tidak ditentukan
atau ditunjuk oleh pejabat yang berada diatasnya
melainkan atas dasar pilihan rakyat. Cara yang
demikian telah diadatkan semenjak orang Kerinci
mulai membentuk negara dan telah dijadikan
sebagai "sko purbakala", atau warisan nenek moyang
yang selalu ditaati. Berdasarkan lapisan tingkatan
pemerintahan yang ada, maka dalam negara Depati
Empat terdapat pejabat sebagai pemangku adat dan
pegawai syarak dalam kampung dan dusun, pejabat
sebagai pemangku adat dan pegawai syarak pada
tingkat tanah mendapo, pejabat sebagai pemangku
adat dan pegawai syarak pada tingkat tanah depati,
dan terakhir pejabat sebagai pemangku adat dan
79
pegawai syarak pada tingkat pemerintahan negara
atau pemerintahan pusat.
80
jantan dan anak betino”, menyebabkan tidak ada
pewarisan gelar adat kepada keturunan atau anak
sendiri, seperti seorang raja mewariskan tahta
kepada putera mahkota. Jadi sistem pemerintahan
dalam masyarakat Kerinci bukanlah merupakan
sebuah pemerintahan kerajaan, tetapi sebuah bentuk
negara kerakyatan dengan memiliki ciri
ketatanegaraan sendiri yang khas. Sistem ini mereka
terima sebagai warisan “sko purbakala” dari nenek
moyang dan bukan berasal dari negeri luar. Lain
halnya dengan sistem kerajaan dan kesultanan yang
dipakai negeri tetangga, seperti Kerajaan
Minangkabau, Kerajaan Kakubang Sungai Pagu,
Kesultanan Indrapura dan Kesultanan Jambi semua
berasal dari negeri luar. Sistem kerajaan berasal dari
India yang dibawa oleh orang Hindu sekitar abad ke 1
masehi. Sistem kesultanan berasal dari Arab dibawa
oleh orang Arab Islam pada sekitar abad ke 8
masehi. Jadi sistem ketatanegaraan Negara Depati
Empat Alam Kerinci adalah sistem ketatanegaraan
yang spesifik, asli dan berkepribadian Indonesia.
81
hulubalang, dll. Orang-orang yang terpilih akan
memimpin komunitasnya yang berada dalam dusun
atau tersebar pada beberapa dusun yang berdekatan
secara bersama. Cermin pemerintahan dusun secara
bersama (collogial) dalam satu dewan (college)
diperlakukan pula pada tingkat pemerintah lebih
tinggi, seperti pada pemerintahan tingkat tanah
mendapo tanah pemuncak, tanah muaro, tanah
biang, dan tingkat tanah depati, serta pada
pemerintahan negara.
82
Sepuluh, Ninik Mamak nan Berenam, Lantak Depati
Agung, Cermin Depati Sukobarajo dan Karang Setio
Depati Anum. Untuk negeri Siulak oleh Dewan
Pemangku Adat : Depati Tigo Siulak Tanah
Sekudung, Pemangku nan Berenam dan Permenti
nan Delapan. Negeri Lolo diperintah oleh Dewan
Pemangku Adat : Depati nan Berenam, Ninik Mamak
nan Batigo. Negeri Terutung (lekuk 33 tumbi)
diperintah oleh dewan pemangku adat : Depati nan
Bertujuh, Ninik Mamak nan Bertujuh. Itulah bentuk
system pemerintahan pada tiap-tiap negeri dan
dusun pada masa Negara Depati Empat Alam
Kerinci, dimana sebuah negeri yang terdiri atas
beberapa dusun diperintah secara bersama
(collogial) oleh pemangku adat dalam suatu dewan
sebagaimana telah digambarkan di atas.
83
pemuncak, tanah muaro, dan tanah biang. Sebagai
contoh dewan mendapo (mendaporaad), kemudian
dirobah dengan menunjuk seseorang untuk menjadi
kepala pemerintahan tanah mendapo, yang disebut
dengan kepala mendapo (mendapo hoofd).
5.2. Struktur
Pemerintahan
84
(executif). Hal ini disebabkan karena tugas
pemerintahan (executif) diberikan tanggung jawabnya
kepada masing-masing depati yang duduk di dewan
negara. Sepintas kelihatan bahwa kekuasaan Dewan
Depati Empat bersifat absulut dan tumpang tindih.
Namun kekuasaan tersebut ternyata dapat dijalankan
dengan baik dan adil, karena mereka adalah figure
orang yang bijaksana dipilih secara selektif, seperti
digambarkan dalam pepatah adat :“Gepuk badannya,
Simbai ekornya dan Langsing kokoknya”.
85
yang mengingkari atau berbuat sewenang-wenang
(detorunement de pouvoir) dengan kekuasaan yang
diembannya dapat diberhentikan dari jabatan oleh
“anak jantan dan anak batino” atau masyarakat
komunitas yang memilihnya. Walaupun ke 3 fungsi
kekuasaan di atas saling melekat pada
penyelenggara negara, namun di antara satu fungsi
dengan fungsi yang lain dapat terkontrol dan
dibedakan secara jelas. Berpijak pada norma-norma
yang telah digariskan, maka roda pemerintahan
dapat berjalan dengan baik.
86
Depati Empat adalah anggota dewan negara
sekaligus menjadi aparat pelaksana pemerintah
pusat. Selain itu Dewan Negara memegang
kekuasaan legeslatif dan eksekutif secara kolektif.
Pemerintahan daerah otonom merupakan perangkat
pemerintahan negara yang ada dibawah pemerintah
pusat. Pada lapisan pertama langsung dibawah
pemerintah pusat adalah pemerintahan Tanah
Depati. Pada lapisan kedua dibawah pemerintahan
Tanah Depati disebut dengan pemerintahan Tanah
Mendapo, Tanah Pemuncak, Tanah Muaro dan
Tanah Biang. Terakhir pada lapisan 3 disebut dengan
pemerintahan dusun. Pemerintahan dusun
merupakan ujung tombak yang bersentuhan
langsung dengan rakyat. Pada masing-masing
tingkatan di atas dilengkapi dengan aparat
penyelenggara pemerintahan dengan tugas,
kewenangan dan tanggung jawab yang telah
ditentukan dengan jelas.
87
5.3. Dewan Negara
88
(collogial) melalui satu majelis, bukan berada
dibawah kendali seseorang.
89
dalam kehidupan masyarakat seperti terhadap hal-hal
yang disebutkan pada point (1). Dewan negara
memegang kewenangan dalam memutuskan
pengenaan sanksi kepada daerah otonom yang
melanggar kesepakatan hukum adat seperti dalam
masalah perbatasan, peradilan, perdagangan antar
negara dll. Menyetujui/menolak kesepakatan perjan-
jian dengan kerajaan lain, seperti dilakukan pada
perjanjian Bukit Setinjau Laut pada tahun 1530,
dimana 4 negara yang terdiri atas : Negara Depati
Empat Alam Kerinci, Kerajaan Kakabung Sungai
Pagu, Kesultanan Indrapura dan Kesultanan Jambi
membuat kesepakatan bersama. Perjanjian ini
terkenal kerena diadakan di atas Bukit Setinjau Laut
dengan menggelar perhelatan besar “membunuh
kerbau dua ekor beras seratus gantang”. Kemudian
pernah pula dilakukan perjanjian dengan pemerintah
Inggris dan Belanda. Selain itu, Dewan Depati Empat
juga telah menyetujui pengangkatan duta asing,
seperti yang dilakukan terhadap Pangeran
Temanggung Kabaruh di Bukit, yang dikirimkan dari
Kerajaan Majapahit. Duta besar kerajaan Majapahit di
terima Negara Depati Empat Alam Kerinci dan
ditempatkan di Ujung Tanjung Muara Masumai
(Bangko) atau di Kerinci Rendah. Mengerahkan
rakyat melakukan perang melawan musuh, baik yang
datang dari luar maupun yang timbul dari dalam
negeri mesti melalui persetujuan dari dewan depati
90
empat. Jika terjadi perang, rakyat harus mematuhi
ketentuan hukum adat yang dicetuskan dalam seluko
adat berbunyi :
91
menangani perkara besar dalam lingkup terjadinya
perselisihan antar tanah depati seperti masalah
perbatasan, tanah hak ulayat, pertikaian antar
kelompok warga, penguasan sumber barang
tambang, potensi hutan, dan potensi alam lainnya,
serta menyelesaikan perkara kasasi yang tidak dapat
diselesaikan pada tingkat peradilan tanah depati
(tingkat banding). Sebenarnya tidak banyak perkara
yang sampai kepada peradilan negara, karena telah
ditangani dan diputuskan pada peradilan tingkat
bawah. Peradilan tingkat bawah berusaha secara
optimal menyelesaikan perkara dengan baik, supaya
segala perkara dalam masyarakat dapat
memperoleh penyelesaian dengan adil dan tidak
perlu dilanjutkan ke peradilan diatasnya atau “hentak
tajuk ile/mudik ke Sanggar Agung” atau kasasi
kepada Depati Empat Alam Kerinci. Untuk itu telah
disiapkan lembaga peradilan tingkat bawah pada
setiap dusun guna mengadili berbagai bentuk
perkara. Rakyat yang berselisih atau bersengketa
dapat menyerahkan perkara mereka pada peradilan
adat tingkat dusun untuk diselesaikan. Peradilan adat
tingkat dusun dimaksud adalah :
92
sebuah dusun. Sedangkan tengganai adalah
saudara laki-laki dari ibu/bapak, nenek/kakek
dan moyang/puyang. Kerapatan ini
mengupayakan penyelesaian secara dini suatu
perselisihan atau perkara yang terjadi dalam
masyarakat.
2. Kerapatan Ninik Mamak, yaitu kerapatan yang
anggotanya para ninik mamak dalam dusun,
ditambah dengan orang tua dan cerdik pandai.
Kerapatan ini menyelesaikan perkara banding
dari suatu perselisihan yang dinilai pihak yang
berperkara belum dapat diselesaikan dengan
adil pada kerapatan tengganai.
93
imam, khatib, ulama, para guru agama (uztad)
ditambah orang tua dan cerdik pandai yang
dipilih oleh kerapatan.
94
hanya terdapat dalam dusun. Pada pemerintahan
Tanah Mendapo, Tanah Biang, Tanah Pamuncak,
dan tanah Muaro dan pemerintahan Tanah Depati
tidak diadakan lembaga peradilan yang secara
langsung menggelar perkara antara pihak-pihak yang
bersengketa baik peradilan adat maupun peradilan
agama. Kerapatan yang terdapat pada pemerintahan
Tanah Mendapo, Tanah Biang, Tanah Pamuncak,
Tanah Muaro dan pemerintahan Tanah Depati tugas
pokoknya hanya mengurus soal pemerintahan.
95
sebagaimana mana ikrar pembentukannya.
Masuknya wilayah Kerinci Rendah maka dewan
depati empat mendapat tambahan 5 (lima) anggota
baru yang berasal dari 3 kepala tanah depati dan 2
kepala daerah khusus. Namun anggota dewan yang
baru tidak mempunyai status yang sama dengan 4
anggota utama yang telah ada sebelumnya. Mereka
hanya mempunyai hak untuk mengemukakan
pendapat dalam sidang dewan, tapi tidak mempunyai
hak suara dalam pengambilan keputusan dewan.
Selain itu, dewan negara bila bersidang hanya
dipimpin secara bergilir diantara empat kepala tanah
depati yang utama, dimulai dari anggota tertua
hingga semua anggota dewan utama mendapat
giliran. Sedangkan 3 kepala tanah depati dari Kerinci
Rendah tidak mendapat hak untuk memimpin sidang
dewan. Komitmen ini merupakan bagian dari
kesepakatan yang telah disetujui dalam perjanjian
Salam Baku.
96
“adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah,
syarak mengato, adat memakai”. Berpijak pada
landasan di atas, perselisihan pendapat akan dapat
di atasi. Sungguhpun terjadi perbedaan pendapat
maka akan dapat diselesaikan melalui musyawarah
dan mufakat. Musyawarah dan mufakat merupakan
cara efektif dalam mengambil keputusan menurut
sepanjang adat untuk mendapatkan jalan keluar yang
bijaksana terhadap penyelesaian suatu perma-
salahan. Cara voting tidak digunakan karena akan
ada pihak yang dikalahkan. Oleh sebab itu, selalu
diupayakan agar semua pihak sepakat dengan suatu
keputusan yang akan diambil. Berbagai keputusan
dan kebijaksanaan yang dibuat Dewan Negara akan
dijalankan oleh perangkat pemerintah negara atau
pelaksan pemerintah pusat.
97
bahwa anggota dewan negara berfungsi ganda, yaitu
menjalankan fungsi legeslatif, eksekutif dan juga
fungsi yudikatif. Anggota dewan negara sebagai
pelaksana kebijakan negara berfungsi sebagai
perangkat pemerintahan pusat yang menjalankan
fungsi eksekutif dengan pembagian tugas masing-
masing yang telah disepakati bersama. Selain itu,
mereka juga terkait dengan fungsi yudikatif sebagai
perangkat peradilan negara. Ke tiga fungsi tersebut
walaupun tidak terpisah namun dapat dibedakan dan
akan kelihatan dalam pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan. Kelihatan bahwa pemerintahan
Negara Depati Empat merupakan pemerintahan
kolektif dimana ke empat depati bertanggung jawab
terhadap kelangsungan kehidupan bernegara secara
bersama-sama. Jadi bisa dikatakan Negara Depati
Empat sebelum masuknya daerah Kerinci Rendah
merupakan sebuah negara yang diurus, dikomandoi
dan dimotori oleh empat depati.
98
mereka saling melakukan kontrol terhadap fungsi dan
tugas yang diemban melalui dewan negara. Secara
teoritis bentuk penyelenggaraan pemerintahan
seperti ini memang tidak ditemukan dalam literature.
Kondisi demikian mungkin dikarenakan tugas
penyelenggaraan negara pada saat itu belumlah
terlalu rumit dan komplek. Masyarakat tidak sulit
untuk di atur, mereka patuh kepada pemimpin serta
tidak banyak intrik dan kepentingan kelompok yang
terjadi. Pada sisi lain kepercayaan masyarakat
kepada pemimpin sangat tinggi karena mereka yang
terpilih adalah orang yang diyakini akan memegang
amanah, jujur, adil dan memiliki pengabdian yang
tinggi untuk kepentingan rakyat.
99
atas penyelenggaraannya diserahkan sepenuhnya
kepada kebijakan daerah otonom masing-masing.
100
Adapun urusan negara yang disertakan atau
dilimpahkan kepada masing-masing depati, tercermin
dari gelar yang mereka sandang. Jadi Dewan Depati
Empat Alam Kerinci mengurus urusan pemerintah
negara secara bersama, dan melimpahkan urusan
pemerintah pusat menjadi tugas masing-masing
dengan lingkup tugas sebagai berikut :
101
Pembenahan baru selesai tahun 1520 dan
pada tahun 1525 bertempat di dusun
Selembuku (Kerinci Rendah) Depati Atur Bumi
melaporkan hasilnya kepada Depati Empat
Alam Kerinci dalam musyawarah pemangku
adat di Kerinci Rendah, sekaligus menyepakati
pembentukan 3 buah tanah depati dan 2 buah
daerah khusus diwilayah Kerinci Rendah.
Persetujuan Salam Baku ini, telah menjadikan
Negara Depati Empat Alam Kerinci mempunyai
7 tanah depati dan 2 daerah khusus.
102
dengan negara lain. Tamu negara yang datang
secara resmi akan disambut dengan upacara
kenegaraan dan dilayani dengan baik. Setiap
tamu negara diharuskan menunjukkan tanda
bukti kenegaraan yang menyatakan mereka
memang datang dari suatu negara tertentu.
Sebagai contoh, kedatangan Raja Kerajaan
Kakubang Sungai Pagu dan Sultan Indrapura
memperlihatkan “surat lipat”, surat yang
menyatakan mereka adalah kepala negara.
Sultan Jambi memperlihatkan keris Seginjai
sebagai lambang kebesaran Kesultanan Jambi.
103
686 di Kerinci Rendah, sehingga daerah ini
dijajah kerajaan Sriwijaya (686– 377).
Kemudian dalam Perang Kerinci (1901-1903)
melawan Belanda, Negara Depati Empat
mengalami kekalahan.
104
Bahkan ditentukan pula adanya pajak yang
harus dipungut seketika diperlukan untuk
pembiayaan negara, yang disebut dengan
pepan. Pepan merupakan pendapatan negara
yang dapat dipergunakan untuk keperluan
pengeluaran negara.
105
pasangannya yaitu Depati Rio, para Menggung
(Tumenggung) dan Kabidin. Tugas penting dari
pegawai dalam adalah mengerjakan
tatalaksana administrasi pemerintah negara.
Untuk itu, pegawai dalam dipersyaratkan dapat
menulis secara baik dalam aksara Tulisan
Rencong dan Arab Melayu (Arab Gundul), serta
memahami berbagai bahasa seperti bahasa
Minangkabau, Indrapura, Jambi dan Rejang.
Tugas penting lainnya yang menjadi tanggung
jawab pegawai dalam adalah menjaga
Balairung Sari Istana, menyelenggarakan
penerimaan tamu negara dan menyimpan harta
pusaka pendandan negara. Harta pusaka
pedadan negara antara lain : (a) Mangkuk
Pengarang Setio di Bukit Sitinjau Laut, (b) Keris
Penatar Segar Jantan, (c) Keris Malelo
Pengarang Setio, (d) Keris Malelo Penikam
Batu dari Indrapura. Ke empat barang tersebut
merupakan cendra mata dari Sultan Indrapura.
Terdapat pula cendra mata dari Raja Jambi
berupa : (a) Kalikati Bergombak Emas alat
pembelah pinang, dan (b) Tanduk Kijang
Bercupang Tujuh. Sedangkan cendra mata dari
Raja Sungai Pagu berupa sebuah Tombak
Belang. Selain cendra mata di atas terdapat
pula harta pusaka pedadan negara berupa :
naskah tulisan rencong dan naskah tulisan arab
106
gundul dan lainnya. Semua harta pusaka
pedandan di atas disimpan dan diurus oleh
Kabidin.
107
masalah yang sering dikemukakan rakyat pada
waktu itu adalah tentang Agama Islam. Ia harus
bisa pula menyampaikan fatwa ulama mengenai
sesuatu yang memerlukan kejelasan
masyarakat. Penyuluhan dan penerangan
kepada rakyat berada ditangannya karena
fungsinya menjadi suluh bindang dalam negeri
.
3. Kelambu Rajo adalah pegawai tinggi yang
mengurus tatalaksana pertahanan dan
keamanan negara. Menjadi garda terdepan
dalam melindungi negara dari berbagai
ancaman baik dari dalam maupun dari luar.
Tugas ini dijabat oleh depati yang berasal dari
dusun Lolo dalam tanah Depati Rencong
Telang. Orangnya ditentukan oleh Depati Nan
Berenam, Ninik Mamak Nan Batigo dari dusun
Lolo (Lolo Kecil, Lolo Gedang dan Lolo Hilir).
Menurut yang terjadi, jabatan ini terus menerus
dipercayakan kepada Depati Parbo. Tugas yang
diemban merupakan tugas lanjutan dari Depati
Rencong Telang dalam masalah pertahanan
dan keamanan negara. Dalam setiap
peperangan Kelambu Rajo menjadi komandan
angkatan perang Negara Depati Empat. Ketika
perang melawan Belanda tahun 1901–1903 di
Kerinci Rendah dan Kerinci Tinggi, rakyat
Kerinci dipimpin oleh Kelambu Rajo yaitu
108
Panglima Perang Depati Perbo dari dusun Lolo.
Dalam perang ini Negara Depati Empat Alam
Kerinci mengalami kekalahan, sehingga Kerinci
dijajah Belanda selama 41 tahun. Depati Perbo
dapat ditangkap kemudian diasingkan ke Pulau
Ternate, Provinsi Maluku Utara. Setelah Depati
Perbo dibuang ke Ternate barulah Kerinci dapat
diamankan Belanda.
5.5. Pemerintahan
Daerah Otonom
109
dikelompokkan atas kawasan tanah kampung.
Pemerintah tanah depati lalu mengorganisir dusun-
dusun melalui kelompok kawasan yang telah dibuat.
Pada sebagian besar tanah depati, menempatkan
pemerintahan tanah dusun pada posisi lapisan ke
dua setelah Tanah Mendapo, Tanah Pemuncak,
Tanah Biang, dan Tanah Muaro atau dengan kata
lain berada pada lapisan keempat dalam struktur
pemerintahan negara. Pemerintahan dusun mem-
punyai peran sangat strategis karena merupakan
ujung tombak yang langsung berinteraksi dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari.
110
Alam Kerinci terdiri atas daerah :" Empat di Ateh,
Tigo di Baruh, Pemuncak Pulau Rengas, Pemarab
Pemenang". Kesemuanya itu adalah daerah otonom
dibawah pemerintah pusat. Secara geografis daerah
Empat di Ateh berada di Kerinci Tinggi dan
merupakan hasil pembagian daerah yang dibuat
pada tahun 1296 sewaktu Negara Depati Empat di
proklamirkan, sedangkan daerah Tigo di Baruh
dengan 2 daerah khusus berada di Kerinci Rendah
merupakan daerah yang diintegrasi kemudian pada
tahun 1525 berdasarkan perjanjian Salam Baku.
111
sebagai daerah administrasi pemerintahan. Dari
sudut geografis ke sembilan daerah di atas berada di
wilayah hulu Kesultanan Jambi pada daerah dataran
Tinggi Kerinci di pergunungan Bukit Barisan. Posisi
geografis tersebut menjadikannya disebut dengan
daerah “pucuk” atau daerah yang berada di atas
(ateh) atau daerah yang letaknya tinggi. Itulah yang
menyebabkannya disebut sebagai “pucuk Jambi”.
Jadi yang dimaksud dengan “Pucuk Jambi Sembilan
Lurah” adalah Negara Depati Empat Alam Kerinci.
112
Tiga Tanah Depati yang berada di Kerinci Rendah
atau pada daerah di Baruh terdiri atas :
113
Tanah Biang, dan Tanah Muaro. Jadi pemerintahan
Tanah Depati dapat dikatakan sama seperti
pemerintah daerah Tingkat I, sedangkan pemerin-
tahan Tanah Mendapo, Tanah Pemuncak, Tanah
Biang, dan Tanah Muaro merupakan pemerintah
daerah Tingkat II. Oleh sebab itu, dua daerah khusus
di Kerinci Rendah merupakan daerah yang statusnya
sederajad dengan daerah Tingkat II dalam Negara
Depati Empat Alam Kerinci. Sedangkan lapisan
pemerintahan negara paling bawah adalah
pemerintahan dusun. Sungguhpun demikian terdapat
Tanah Depati yang dibawahnya langsung terdiri atas
tanah dusun seperti di daerah Kerinci Rendah.
Adanya keragaman ini disebabkan faktor geografis,
demografis dan politis, namun semuanya
dimungkinkan dalam adat ketatanegaraan rakyat
Kerinci, mengacu pada prinsip : "adat serupa ico
(pegang) pakai yang berlain-lain".
114
tengganai bukan merupakan aparat pemerintahan
dusun.
115
Struktur dan hirarki pemerintahan Depati Empat
sebagaimana digambarkan di atas berlangsung
sampai Belanda datang ke Kerinci. Setelah Belanda
menguasai daerah Kerinci maka terjadi banyak
perubahan, diantaranya Belanda memisahkan
kembali Kerinci Rendah dari Kerinci Tinggi, Belanda
kemudian tidak mengakui Pemerintahan Depati
Empat dan menghapus pemerintahan lapisan ke 1
Tanah Depati dan hanya membiarkan keberadaan
pemerintahan lapisan ke 2 di Kerinci Tinggi yang
diseragamkan hanya dalam bentuk Tanah Mendapo.
Setelah itu, Belanda juga membuat beberapa
perubahan dengan melakukan penataan pada
berbagai aspek tertentu dan membentuk beberapa
mendapo baru.
116
BAB VI
Tanah Depati
Atur Bumi
T
ANAH Depati Atur Bumi merupakan salah
satu dari empat tanah depati “Empat di Ateh”
(Kerinci Tinggi). Tanah depati ini berbatas :
sebelah Utara dengan Kerajaan Kakabung Sungai
Pagu (Muara Labuh) Rantau Alam Minangkabau
dengan tapal batas Gunung Kerinci, Gunung Tujuh
dan danau Gunung Tujuh. Sebelah Barat berbatas
dengan Renah pesisir pantai sesuai dengan
Perjanjian Bukit Setinjau Laut (1530 M) yaitu :
Gunung Nan Memuncak Depati Empat Punyo, Laut
Nan Berdabur yang di Pertuan Punyo. Sebelah
Selatan berbatas dengan Tanah Depati Rencong
Telang dengan tapal batas antara dusun Kumun Hilir
dengan Tanjung Pauh Mudik, danau Kerinci, dan
Tanah Depati Biang Sari dengan tapal batas (didih
temih) di tengah-tengah dusun Seleman dan sejajar
117
dengan batas mudik dusun Tebing Tinggi dengan
dusun Cupak. Sebelah Timur berbatas dengan tapal
batas daerah Otonomi Persekutuan Hukum Adat
Orang Batin Muara Bungo. Batas-batas sebagaimana
disebutkan merupakan batas alam yang telah
disepakati para pemangku adat kedua belah pihak
dan batas-batas tersebut dihapal di luar kepala oleh
kedua belah pihak.
118
yaitu tanah Rawang Mudik dan satu lagi masuk ke
dalam wilayah Tigo di Hilir yaitu tanah Rawang Hilir.
Adapun tanah mendapo Tigo di Mudik Empat Tanah
Rawang yang dimaksudkan adalah ::
119
2. Tanah Mendapo Hiang, berpusat di dusun Koto
Baru, dipimpin atau sebagai kepala mendapo
Depati Batu Hampar.
3. Tanah Mendapo Penawar, berpusat di dusun
Tanjung Mudo, dipimpin atau sebagai kepala
mendapo Depati Mudo Beterawang Lidah atau
Depati Penawar.
4. Tanah Mendapo Rawang Hilir, berpusat di
dusun Koto Tuo, dipimpin atau sebagai kepala
mendapo Depati Mudo Beterawang Lido.
120
Rawang. Oleh sebab itu, maka tafsiran ini jelas
merupakan tafsiran yang keliru.
121
menetapkan Tanah Rawang menjadi Hamparan
Besar atau tempat bermusyawarah (bersidang) dan
bukan dusun Hiang ibu kota tanah depati. Penetapan
ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Tanah
Rawang letaknya sangat strategis dari segala
penjuru. Tanah Rawang terletak di tengah-tengah
Tanah Mendapo Nan Delapan Helai Kain, mudah
dicapai dengan berjalan kaki melalui jalan setapak
ataupun berlayar dengan perahu (biduk) melalui jalur
sungai dan danau. Selain itu, pada tiap-tiap pusat
pemerintahan tanah mendapo, terdapat pula sebuah
hamparan panjang tempat pertemuan.
122
yang takluk dengan hak rumah bertengganai
kampung nan batuo.
123
Disini terdapat gunung tertinggi di Indonesia bagian
Barat yaitu Gunung Kerinci (3805 m).
124
Depati Simpan Bumi dan Depati Mudo, di tambah
dengan pemangku adat, ninik mamak, orang tuo,
cerdik pandai dan pegawai syarak. Pemekaran
dusun-dusun dalam tanah mendapo ini,
menyebabkan terjadi pula pemekaran pejabat adat
seperti depati, ninik mamak dan pemangku adat
lainnya. Pada dusun-dusun yang baru orang
membuat pula pemekaran Depati Kepala Sembah,
Depati Simpan Bumi dan Depati Mudo, dan mungkin
membentuk depati, ninik mamak dan pemangku adat
lainnya.
125
Kerinci). Penduduk dusun-dusun disekitar
Jerangkang Tinggi umumnya hidup dari usaha
perladangan, sedangkan usaha persawahan boleh
dikatakan tidak bisa dilakukan karena kondisi
geografis yang tidak mendukung, sehingga mereka
sering kekurangan padi. Mendengar keberhasilan
penduduk di kemendapoan Semurup, maka mereka
bermaksud pula mengadu nasib ingin meneruko
(membuka lahan persawahan) baru bersama-sama.
Kelompok migrasi ini lalu datang ke Semurup dan
meminta kepada pemangku adat agar dapat
diberikan tanah untuk lahan persawahan. Pemangku
adat Semurup tidak keberatan, lalu memberi izin
untuk menggarap tanah di Ulak Utara atau bagian
Utara tanah mendapo Semurup. Tanah yang
diberikan disebut dengan Siulak Tanah Sekudung.
Maka berdatanganlah mereka pindah kesini
meneruko sawah dan mendirikan dusun-dusun baru.
Disamping daerah ini cocok untuk lahan persawahan
ternyata geografis sebagian daerah yang berbukit-
bukit sangat baik pula untuk daerah perladangan.
Kondisi itu dimanfaatkan dengan baik oleh orang-
orang yang pindah ke sini. Ketekunan dan kerja keras
yang dilakukan menyebabkan dalam kurun waktu
tidak begitu lama, mereka dapat mencapai
keberhasilan yang sama dan bahkan kemudian lebih
makmur dari saudara-saudara mereka di Semurup.
126
Di Siuluk Tanah Sekudung, mereka
mendirikan kerukunan persekutuan hukum adat
dalam naungan Mendapo Semurup. Persekutuan ini
mereka namakan dengan Persekutuan Hukum Adat
Depati Tigo Lurah Siuluk Tanah Sekudung. Adapun
Depati Tigo Luhah itu adalah ::
127
4. Depati Intan Tanah Mataram
5. Depati Intan Tanah Mendapo.
6. Depati Intan Tanah Pilih
7. Depati Intan Tanah Marajo
1. Rajo Liko.
2. Jindah Tuo.
3. Pemangku.
4. Rajo Indah.
5. Rajo Penghulu.
128
Kabupaten Solok (bagian daerah Muara Labuh)
Provinsi Sumatera Barat belum terdapat dusun-
dusun. Baru pada masa pemerintahan Hindia
Belanda setelah berdirinya perkebunan Teh Kayu Aro
pada tahun 1923 muncul perkampungan buruh
(koelie contract) yang didatangkan dari Jawa.
Perkampungan buruh ini lazim disebut dengan
bedeng, seperti : bedeng IV, bedeng V, bedeng VIII
dll. Pada sekitar tahun 1945, orang-orang Siulak yang
berladang di daerah ini mulai membuat dusun-dusun
baru. Pertumbuhan dan perkembangan dusun-dusun
disini sangat cepat, sehingga sekarang terdapat
banyak dusun di mana-mana.
129
adalah Depati Kepala Sembah dari dusun Semurup.
Depati ini berasal dari pemangku adat yang tertua
dari keturunan nenek Koto Limau Sering (Koto
Mansering). Depati Kepala Sembah dijadikan sebagai
:"orang yang berkata dulu sepatah dan berjalan dulu
selangkah" dari pemangku adat lain yang berasal
usul dari keturunan yang sama, seperti dari dusun :
Koto Beringin, Koto Tengah, Koto Datuk, Muara
Semerah, Koto Baru, Beluwi, Tebat Ijuk, Koto Tuo,
Sekungkung, Koto Cayo, Kubang dll.
130
Tanah Mendapo Semurup disebut orang
dengan Semurup Tigo Luhah, dikelola oleh
pemangku adat Depati Nan Bertigo, Pemangku Nan
Berduo, Ninik Mamak Permenti Nan Delapan.
Adapun Depati Nan Bertigo adalah :
131
Pada beberapa dusun di Semurup Tigo
Luhah, terdapat para depati yang mengurus dusun
mereka masing-masing, seperti :
132
nama itu telah dipakai pada masa silam. Mendapo
Kemantan merupakan tanah mendapo yang kedua di
mudik dalam bilangan pepatah adat tentang Tanah
Mendapo Nan Delapan Helai Kain atau Tanah Depati
Atur Bumi.
133
Pusat kemendapoan Kemantan adalah dusun
Kemantan Kebalai, dari tempat ini Depati Rajo Mudo
Pangeran beserta aparat adat mengatur
pemerintahan tanah mendapo. Depati Rajo Mudo
Pangeran merupakan pemangku adat yang berasal
dari komunitas tertua dan tertinggi dari keturunan
nenek moyang yang datang dari dusun purba Talang
Banio. Sebagaimana diketahui bahwa di Selatan
Talang Banio tedapat koto Jelatang dan di
sebelahnya dekat danau Kerinci terdapat Jerangkang
Tinggi. Komunitas masyarakat dari dusun-dusun
yang berasal dari Talang Banio dan sekitarnya
menyebar ke arah pesisir kaki pergunungan Kerinci
Timur pada dataran tinggi yang luas. Di sana mereka
membuat dusun-dusun baru diantaranya adalah :
Koto Majidin, Kemantan Kebalai, Kemantan Dahek,
Ladeh Pauh, Air Angat, Sungai Medang, Sungai
Tutung, Dusun Baru, Sungai Abu, Koto Tebat, Pungut
Mudik, dan Pungut Ilir.
134
dusun Pungut Ilir. Dari ke dua dusun itu, kemudian
lalu mekar menjadi sebuah dusun lagi, yaitu dusun
Pungut Tengah. Dataran lembah telah dibuat rakyat
menjadi persawahan, dan sepanjang pinggir gunung
lembah dibuat perladangan. Dari daerah ini
dihasilkan padi, cassia vera (kulit manis), kopi, dan
berbagai tanaman sayur-sayuran.
135
Sebagai contoh dapat dikemukakan pemangku adat
dalam dusun Sungai Tutung, dimana dusun ini
membentuk pemangku adat yang disebut dengan
Depati Nan Balimo, Ninik Mamak Nan Balimo, terdiri
atas :
1. Depati Anum
2. Depati Mudo
3. Depati Suko Berajo
4. Depati Riyang
5. Depati Rajo Mudo
136
pula batu pasu (baskom batu), dan beberapa buah
lesung batu yang berasal dari zaman batu baru
(neolitikum). Batu pasu digunakan sebagai tempat
menampung air, sedangkan lesung batu sebagai alat
menumbuk padi. Diperkirakan nenek moyang pada
waktu itu telah berladang padi di sekitar dusun
mereka.
137
6.3. Tanah Mendapo
Depati Tujuh
138
pemerintahan dibantu oleh Dewan Musyawarah
Mendapo atau disebut dengan mendapo raad.
139
nenek moyang mereka yang bertujuh yang
menyandang sko gelar depati dan ngabi. Adapun
nenek moyang dimaksud adalah :
140
Tujuh. Menurut mereka nama tanah mendapo Depati
Tujuh sudah merupakah nama menurut sepanjang
adat, dan itulah yang harus dituturkan kepada anak
keterunan. Jadi mendapo Depati Tujuh dikuasai
komunitas keturunan dari Depati Sekungkung Jenak
Putih dan Depati Kuning.
141
Sedangkan Ninik Mamak Nan Bertigo terdiri atas :
1. Rio Karalhih
2. Rio Sukoberajo
3. Mangku
142
6. Mangku dari 1 (satu) orang menjadi 4 (empat)
orang
Tanah Mendapo
Rawang Mudik
143
termasuk dalam pergunungan Kerinci Barat. Di
bagian Timur tanah Mendapo Rawang Mudik berupa
tanah dataran tinggi dengan hamparan sawah yang
luas, sedangkan dibagian Barat tanahnya berbukit
dan bergunung, dimana sebagian telah dibuat orang
menjadi ladang.
144
Beringing). Koto Pandan terletak diatas Kota Sungai
Penuh di dekat Pondok Tinggi, sedangkan Koto
Bingin (Koto Beringin) terletak di bukti diatas dusun
Sungai Liuk. Koto Bingin berada di sebelah Utara
dan Koto Pandan di Sebelah Selatan.
145
mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari
Depati Duo Nienek.
146
Tanah Rawang di aliri sungai Batang Merao (Batang
Siulak), dimana orang-orang yang datang dari ulu
(Siulak, Semurup dll) dapat mengaliri air sungai
dengan perahu (biduk), dan orang-orang di hilir
(Seleman, Hiang, Penawar dll) dapat memudiki
sungai dan danau dengan perahu pula.
147
2 Dusun Kampung di Ilir di Dayi memiliki
pemangku adat terdiri atas :
148
Sedangkan Ninik Mamak Nan Delapan adalah :
1) Patih
2) Yo Bensu
3) Suku Bensu
4) Datuk Singo Rajo Putih
149
5) Mangku Jin
6) Mangku Mudo
7) Mangku Agung
Tanah Mendapo
Rawang Hilir
150
“Tigo di Hilir Empat Tanah Rawang”, seharusnya
tanah mendapo ini berada pada urutan ke 8.
Mengingat di tanah Rawang terdapat 2 (dua) buah
mendapo yaitu tanah Mendapo Rawang Mudik dan
tanah Mendapo Rawang Hilir, maka supaya tidak
membingungkan sengaja penjelasannya diletakkan
setelah tanah Mendapo Rawang Mudik.
151
Setio Balu memegang Undang dan Teliti. Sedangkan
isi dari Keris Setio Tap adalah : (1) Depati Awal, (2)
Depati Janggut, (3) Depati Punjung, (4) Depati Sino
Gumi ; dan isi Karis Setio Balu adalah : (1) Depati
Mudo, (2) Depati Nanggalo, (3) Depati Niat, (4)
Depati Bendaro.
1. Mendapo Semurup
2. Mendapo Kemantan
3. Mendapo Depati Tujuh
4. Mendapo Rawang Mudik
152
1. Mendapo Rawang Mudik
2. Mendapo Penawar
3. Mendapo Hiang
4. Mendapo Seleman
153
Mendapo Natasari dan Mendapo Lempur. Penjelasan
tentang keberadaan dusun dan mendapo di Kerinci
akan ditulis dalam buku tersendiri berjudul : Hukum
Adat Tentang Pemerintahan Dusun dan Mendapo di
Kerinci. Selain itu telah disiapkan terjemahan bebas
dan penjelasan dari tulisan "De Mendapo Hiang in
het District Korintji, adatrechtelijke Verhandelingen",
karangan Dr. H. H. Morison seorang Controleur
Belanda yang pernah memerintah di Kerinci.
154
Merao), sungai Batang Sangkir dan sungai Batang
Bengkal. Pada ke 3 (tiga) muara sungai yang menuju
ke danau Kerinci terdapat banyak rawa-rawa seperti
di sekitar dusun Debai.
155
Menurut legenda orang Sungai Penuh,
Pondok Tinggi dan dusun Baru mereka berasal dari
nenek Siak Lengih di Koto Pandan, dan dari
keturunan Depati Duo Nienek di Rawang. Suatu hal
yang menarik di Koto Pinang (sekarang Sumur Ayir)
terdapat peninggalan prasejarah yang sangat tua
berupa batu Manhir sezaman dengan peninggalan
prasejarah di Talang Betung berupa batu media
pemujaan arwah nenek moyang pada zaman dulu.
Namun orang Sungai Penuh, Pondok Tinggi dan
dusun Baru tidak pernah mengatakan bahwa mereka
berasal dari nenek yang mempunyai batu menhir itu.
Diduga mereka tidak tahu sejarah awal asal usul
keturunannya, atau barangkali mereka berpantang
(pemali) mengatakan berasal dari nenek yang kafir,
karena nenek pemilik batu menhir di Koto Pinang
sudah pasti bukan menganut agama Islam.
156
Mendapo Rawang Hilir juga memperoleh
keistimewaan dengan diberikan kedudukan untuk
mengisi jabatan menempatkan seorang pegawai
tinggi di pusat pemerintahan Negara Depati Empat
Alam Kerinci di Sanggar Agung. Jabatan yang
dimaksud adalah jabatan Pegawai Jenang Pegawai
Rajo Suluh Bindang Dalam Negeri. Jabatan Pegawai
Dalam dipegang oleh depati dari Sanggar Agung,
sedangkan Kelambu Rajo dijabat depati dari dusun
Lolo. Jadi pegawai tinggi itu diberikan kepada 3 (tiga)
orang depati dari 3 (tiga) tanah depati yaitu : Tanah
Depati Atur Bumi, Tanah Depati Biang Sari, dan
Tanah Depati Rencong Telang.
157
terdapat rawa-rawa luas, seakan-akan memisahkan
daerah Pesisir Bukit dengan daerah tanah Dayi.
Rawa-rawa ini tidak bisa ditempuh baik dengan
berjalan kaki maupun dilayari dengan biduk (perahu).
Kondisi ini menyebabkan hubungan dan kontak
antara masyarakat pada ke dua daerah menjadi sulit.
Interaksi masyarakat hanya lebih intensif pada
lingkungan kawasan masing-masing.
158
3. Depati Mudo Perbo Alam
159
Sedangkan perangkat Ninik Mamak Nan
Bertujuh adalah:
1. Rio Kelurah
2. Rio Bensu Panjang
3. Rio Depati Panjang
4. Rio Bensu
5. Rio Bensu Pandak
6. Rio Suko
7. Rio Temenggung.
160
belain-lain". Sebagai contoh dusun Kumun dan Debai
dipimpin oleh pemangku adat yang tergabung dalam
sebuah dewan disebut Depati Empat, Patih Nan Duo,
Pemangku Nan Duo. Sedangkan di daerah Sungai
Penuh terdiri atas dusun Baru, dusun Sungai Penuh,
dusun Pondok Tinggi dan dusun Empeh dipimpin
oleh sebuah dewan bernama Depati Nan Bertujuh,
Permenti Nan Sepuluh, Pemangku Nan Berduo,
Ngabi Teh Sentio Bawo.
161
3. Rio Mendaro/Rio Pati, Pondok Tinggi
4. Rio Temenggung, dusun Sungai Penuh
5. Rio Jayo, dusun Sungai Penuh
6. Rio Mendiho, dusun Sungai Penuh
7. Datuk Sepati Gagak, dusun Sungai Penuh
8. Datuk Sepati Uban, dusun Sungai Penuh
9. Datuk Kuning Kodrad, Sungai Penuh
10. Rio Mangkubumi, dusun Sungai Penuh
162
Sedangkan Patih Nan Duo adalah :
1. Patih Balang
2. Patih Nyampai
163
Hampir sama halnya dengan kata penuras yang
berarti sesuatu pelumas untuk mengobati penyakit.
164
kemendapoan Penawar menurut sejarah berasal dari
koto Jelatang (Hiang Tinggi) sekitar 3 atau 4 km dari
daerah ini. Ke empat dusun yang telah disebutkan di
atas mempunyai hubungan kekerabatan dengan
orang-orang dusun Pendung Koto Padang, Debai,
Pendung, Hiang, Sungai Abu dan Koto Tebat.
Hubungan kekerabatan ini secara adat mengikat atau
mewajibkan orang Penawar untuk mengun-dang
orang-orang dusun-dusun tersebut pada waktu
mereka mengadakan kenduri sko dan perhelatan
adat lainnya, demikian pula sebaliknya.
165
Adapun pemangku adat Depati Nan Empat dari
kemen-dapoan Penawar terdiri dari :
166
1. Depati Mudo Beterawang Lido
2. Depati Penawar Rajo
3. Depati German Besi
4. Depati Metak Bumi
5. Depati Lurah Gedang
6. Depati Penawar Agum
7. Depati Udo
1. Patih Pimpon
2. Rio Sedalam
3. Rio Milijo
4. Rio Bensu Putih
5. Sembah Ajo
6. Rio Mendaro
7. Rio Mulyo Hitam
8. Mangku Tarajo
9. Patih Pimpon Negeri
167
6.7. Tanah Mendapo
Hiang
168
Dayang Endah, Dayang Ruami dan Dayang
Rumayah. Dari ke tiga anak perempuan itu
melahirkan banyak keturunan, diantara yang
terpenting adalah dari keturunan Dayang Endah. Dia
bersuami Ilang Dilaman dan mempunyai anak
sebanyak 5 (lima) orang, yaitu : Sari Endah, Sari
Setu, Meh Cincin, Meh Ripin dan Meh Jeman.
Diantara mereka yaitu Meh Jeman mempunyai 2
(dua) orang anak, yaitu : Serunjung Angin dan
Sejaman. Sedangkan Sari Endah melahirkan
Saindah, Sari Pemantu, dan Inten Pematu. Kemudian
Meh Ripin mempunyai anak pula bernama Saipin.
Sebagian besar dari keturunan tersebut menetap di
negeri Hiang dan Penawar, sedangkan yang lainnya
menyebar pada beberapa dusun di Kerinci. Namun,
sejauhmana kebenaran cerita ini tidaklah dapat
dijelaskan.
169
Sedangkan pada bagian Utara merupakan tanah
yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung dan
masih berupa hutan. Adapun dusun-dusun dalam
tanah mendapo ini adalah : Hiang Tinggi, Betung
Kuning, Koto Baru, Ambai, Pendung, Semerah,
Sebukar, Kayu Aro Ambai dan Bungo Tanjung.
170
seorang Controluer Belanda yang pernah memangku
jabatan sebagai Kepala Daerah Onderafdeeling
Kerintji Indrapura dan sebagai Kepala Daerah District
Kerinci.
1. Mendalo Ajo
2. Cindai Pati
3. Kalukah
171
4. Kebalo Ajo
5. Depati Ajo
172
biasanya disesuaikan menurut banyaknya lurah
dalam sebuah dusun.
1. Depati Agung
2. Depati Rajo
3. Depati Anggo Rajo
4. Depati Garmeng
Sedangkan perangkat Ninik Mamak Nan berempat
terdiri pula atas :
1. Rio Agung
2. Rio Pati
3. Rio Parbo
4. Rio Karango
173
1. Depati Intan
2. Depati Mandaro
3. Depati Simpan Negeri
4. Depati Mangkuto Alam
5. Depati Rajo Depati
6. Depati Jayo
1. Rajo Mangkuto
2. Sutan Manenggang
3. Rajo Penghulu
4. Depati Suko Berajo
5. Depati Gerah Bumi
6. Depati Bumi Siam
174
1. Depati Celak Gedang
2. Depati Celak Kecik
3. Depati Celak Putih
4. Depati Celak Itam
175
(enam) lurah dan 6 (enam kelebu, diurus oleh 6
(enam) orang ninik mamak. Dusun Bungo Tanjung
mempunyai 4 (emapt) lurah dan 4 (empat) kelebu,
diurus oleh 4 (empat) orang depati dan 4 (empat)
orang ninik mamak.
176
Dusun-dusun yang termasuk dalam Mendapo
Seleman menurut sepanjang adat adalah : Seleman
(Separuh), Tanjung Tanah, Koto Petai, Ujung Pasir,
Koto Iman, Koto Salak, dan Cupak. Tentang asal usul
penduduk yang mendiami dusun-dusun tersebut
berkembang beberapa legenda dalam masyarakat.
Salah satunya mengatakan orang yang pertama
dikenal di daerah ini adalah nenek Segindo Kuning,
atau ada yang menyebutnya dengan Nenek Sagindo
Kerau. Namun dari mana asalnya tidak mereka
ketahui. Mereka hanya mengatakan nenek Sagindo
Kuning atau nenek Segindo Kerau bertempat tinggal
di dusun Seleman di tepi Danau Kerinci. Beliau sering
berpindah tempat tinggal antara Seleman dengan
Tanjung Kerbau Jatuh di Sanggar Agung. Beliau
meninggal dan dikuburkan di Seleman. Kuburannya
sudah terendam air danau Kerinci. Terlepas dari
legenda di atas, perlu untuk digaris bawahi bahwa di
dekat daerah ini terdapat dua dusun purba yaitu :
Koto Jelantang di Hiang Tinggi dan Jerangkan Tinggi
di dekat dusun Muak disebelah Selatan danau
Kerinci. Secara logis maka sangat besar
kemungkinan asal anak keturunan yang berkembang
di sekitar daerah ini, datang dari kedua dusun purba
tersebut, baik secara langsung maupun tidak.
177
Depati Biang Sari yang berpusat di dusun Pengasih.
Penduduk dusun Pengasih banyak bermigrasi ke
Pulau Pandan, Sanggar Agung, dan Pendung Talang
Genting. Dari ke 3 (tiga) dusun itu mereka pergi ke
dusun Seleman dan Tebing Tinggi. Mereka datang ke
sini tidak lain untuk membuat sawah. Selain itu, ke
daerah Mendapo Seleman datang pula migrasi dari
Koto Jelantang (Hiang Tinggi). Migrasi penduduk
bergerak ke Ambai, Cupak, Tanjung Tanah, Koto
Iman, Koto Salak, Ujung Pasir dan kemudian ke
dusun Seleman. Arus migrasi kemudian bertemu di
dusun Seleman, baik yang datang dari keturunan
nenek moyang Koto Jelantang maupun dari nenek
moyang Jerangkang Tinggi. Lalu secara bersama-
sama mereka membangun kehidupan dengan
membentuk dusun yang disebutkan di atas.
178
6. Depati Pengasih
7. Depati Segalo Putih
8. Depati Senggaro
1. Temenggung Rajo
2. Panglimo Sutan
3. Rajo Mudo Putih
4. Rajo Ketib
5. Rajo Tiang Alam
6. Rajo Temenggung
7. Rajo Sari
8. Rajo Negaro
179
tugas mengurus dusun dilaksanakan oleh
kembarannya. Keadaan yang sama juga berlaku
pada dusun-dusun lain, dimana setiap dusun memiliki
perangkat pemerintahan dusun. Sebagai contoh
dapat dikemukakan dusun Tanjung Tanah dan Dusun
Cupak. Pemangku adat yang memerintah dusun
Tanjung Tanah disebut dengan Depati Nan Batigo,
Ninik Mamak Nan Batigo. Adapun perangkat Depati
Nan Batigo terdiri atas :
1. Depati Talam
2. Depati Kerto Bumi
3. Depati Sikembang
180
3. Depati Sakarjo
4. Depati Sukoberajo
181
BAB VII
Tanah Depati
Biang Sari
T
anah depati ini memiliki batas, di sebelah
Utara dengan Tanah Depati Atur Bumi,
dengan tapal batas berada di tengah-tengah
dusun Seleman, disebut dengan "didih temih". Batas
di sebelah Barat dengan Danau Kerinci dan Tanah
Depati Rencong Telang (antara Pidung dengan
Keluru) dan sungai Batang Merangin. Di sebelah
Selatan dengan Pulau Manis (antara Muan dengan
Terutung) Tanah Depati Rencong Telang, dan
disebelah Timur berbatas dengan Rantau Nan Tigo
Jenjang (Air Liki). Rantau Nan Tigo Jenjang diatas
termasuk dalam wilayah adat Tanah Depati Rencong
Telang.
182
Jika batas Tanah Depati Atur Bumi dengan
daerah Minangkabau (kerajaan Kakabung Sungai
Pagu) dalam bentuk batas alam yaitu Gunung Kerinci,
maka batas Tanah Depati Atur Bumi dengan Tanah
Depati Biang Sari berupa tapal batas buatan berada
di tengah-tengah dusun Seleman. Dalam seluko adat
disebutkan "batas alam bersuluh matahari,
sedangkan batas buatan bersuluh ingatan (fikiran),
dimana lantak tidak goyah, cermin tidak kabur".
183
3. Tanah Biang Ngaol terdiri atas dusun Telantam,
Kandang, Kampung Tengah, Rumah Panjang,
Pulau Demat, Tanjung Putus, Lubuk Punti,
Sungai Talang, Ngaol, Muaro Berembang, Air
Liki, Sarik Belarik, Genting, dan Renah
Kepayang.
184
dusun yang sangat penting kedudukannya adalah
dusun Sanggar Agung, karena dusun ini merupakan
pusat pemerintahan Negara Depati Empat Alam
Kerinci. Dusun Pengasih disebut sebagai tanah
sebingkah atau tempat pusat pemerintahan adat
tanah Depati Biang Sari. Dusun Pengasih sekaligus
merupakan hamparan besar dari Tanah Depati Biang
Sari, tempat para pemangku adat seluruh Tanah
Biang dan tanah dusun bermusyawarah dalam
mengelola negeri Tanah Biang Sari.
185
dan tanah dusun. Perangkat pemerintahan tanah
depati hanya bersifat mengawasi, menuntun dan
memberi sanksi terhadap penyimpangan dari
kebijakan yang telah disepakati.
1. Depati Biasan
2. Depati Rio Suto
186
Sedangkan Ninik Mamak Nan Berduo adalah :
1. Rio Ginggang
2. Rio Laksano
1. Depati Mongem
2. Depati Parbo
187
membangun dusun Tanjung Batu dan Pidung. Orang
yang datang dari tanah Depati Biang Sari itu, dalam
seluko adat disebut : "belalang Depati Biang Sari,
padang Depati Rencong Telang”.
188
Pemuncak Tengah Tanjung Kaseri di Serampas.
Kedua daerah pemuncak itu termasuk ke dalam
Tanah Depati Rencong Telang.
189
Menggung. Aparat ini telah dianggap cukup pada
masa itu untuk memerintah dusun Sanggar Agung
yang baru tumbuh. Dalam urusan pemerintahan
Negara Depati Empat Alam Kerinci Depati Sanggar
Agung ditetapkan sebagai Pegawai Dalam, dibantu
Pengawai Jenang dan Pegawai Rajo dari dusun
Lolo. Mengenai hal ini telah diterangkan pada awal
tulisan tentang pemerintah pusat.
190
teratas (negara) disebut dengan “kedepatian”, dan
tempat pertemuannya disebut dengan “kadipan”.
BAB VIII
Tanah Depati
Rencong Telang
T
ANAH Depati Rencong Telang berpusat di
Pulau Sangkar. Tanah Depati Rencong
Telang dalam seluko adat disebut juga
dengan "Tanah Pemuncak Nan Tigo Kaum,
Pemuncak Tuo Pulau Sangkar, Pemuncak Tengah
Tanjung Kaseri, Pemuncak Bungsu Koto Tapus". Jadi
Tanah Depati Rencong Telang sama dengan Tanah
Pemuncak Nan Tigo Kaum. Tanah depati ini
merupakan tanah depati yang terluas dalam Negara
Depati Empat Alam Kerinci. Apa lagi bila dimasukkan
rantau dari Tanah Pemuncak Tuo Pulau Sangkar
yaitu Rantau Menjuto. Wilayah Tanah Depati
Rencong Telang terdiri dari daerah pergunungan,
191
dataran tinggi, dataran rendah dan daerah pantai.
Tiga lingkungan tersebut telah mempengaruhi
kehidupan dan mata pencaharian rakyat.
Sungguhpun demikian mata pencaharian pokok
rakyat tetap bertani dengan mengerjakan sawah dan
ladang. Sedangkan mata pencaharian tambahan
adalah mencari ikan, mendulang emas, dan mencari
hasil hutan, dll. Tanah Depati Rencong Telang
termasuk Rantau Menjuto dan Rantau Nan Tigo
Jenjang, berbatas di sebelah Utara dengan Tanah
Depati Biang Sari dan Tanah Depati Atur Bumi.
Bagian Barat Laut berbatas dengan Kesultanan
Indrapura dan bagian Barat Daya dengan Lautan
Hindia. Sebelah Selatan berbatas dengan daerah
Otonomi Persekutuan Hukum Adat Orang Batin
Sarolangon, dan di sebelah Timur berbatas dengan
daerah Kerinci Rendah.
192
seluruh Tanah Pemuncak Nan Tigo Kaum atau
Tanah Depati Rencong Telang.
193
memerintah suatu hamparan wilayah tertentu. Pada
suatu ketika Pemuncak Asal yang terakhir menelusuri
sungai Batang Merangin kemudian mendapatkan
sebuah delta yang dikelilingi sungai lalu mendirikan
dusun yang kemudian diberi nama Pulau Sangkar.
Pemuncak Asal mempunyai 3 (tiga) orang anak laki-
laki dan setelah dewasa mereka diberi tugas
membantu dalam urusan pemerintahan. Anak laki-
laki tertua di beri tugas membantu memerintah di
Pulau Sangkar, anak yang tengah ditugaskan
memerintah di daerah Serampas sekarang, dan anak
yang bungsu di tempatkan di Koto Tapus (daerah
Jangkat sekarang). Pada hari tua dimana Pemuncak
Asal tidak memungkinkan lagi untuk memerintah, lalu
dibaginya Tanah Pemuncak yang diperintahnya
menjadi 3 (tiga) bagian, namun tetap tergabung
dalam payung pemerintahan Pemuncak Asal.
Pembagian ini disebut dengan “Tanah Pemuncak
Nan Tigo Kaum”. Sedangakan untuk memerintah
seluruh Tanah Pemuncak Asal diserahkan kepada
anak laki-laki tertua. Jadi anak tertua memikul dua
tugas, yaitu sebagai kepala pemerintahan Tanah
Pemuncak Asal atau Tanah Depati Rencong Telang
dan sebagai kepala pemerintahan Tanah Pemuncak
Tuo Pulau Sangkar.
194
dekat Muak di sebelah Selatan danau Kerinci. Dulu
dari Jerangkang Tinggi orang berpindah menyebar ke
daerah sebelah Timur, Barat dan Selatan danau
Kerinci, bahkan sampai kesebelah Utara derah
Gunung Kerinci. Dari dusun purba Jerangkang Tinggi
terdapat sebagian orang berhijrah menyusuri Sungai
Batang Merangin ke hilir hingga sampai ke sebuah
delta yang merupakan daerah pertemuan Sungai
Batang Air Lingkat masuk ke sungai Batang
Merangin. Di atas delta itu kemudian mereka
membuat sebuah dusun yang di beri nama Pulau
Sangkar, karena delta itu berbentuk menyerupai
sebuah sangkar.
195
dan Batang Limun. Orang Kerinci yang pindah ke
daerah Batang Asai dan Batang Limun menyatakan
diri sebagai Orang Batin. Perpindahan ke Selatan
hanya sampai ke daerah Batang Asai dan Batang
Limun saja, karena daerah Selatan telah banyak di isi
oleh orang Rejang. Orang Rejang telah hidup
berkelompok membuat kampung, bahkan mereka
telah mendirikan persekutuan hukum adat yang lebih
besar disebut dengan “Rejang Empat Petulai”.
Mereka telah menduduki daerah yang luas di Lebong,
Rejang, Lais, dll.
196
Migrasi penduduk dari dusun Pulau Sangkar
berlangsung terus. Tercatat pula perpindahan 33
tumbi (keluarga) ke daerah Terutung sekarang.
Kemudian mereka bermigrasi pula ke hulu sungai
sungai Batang Tabir dengan membangun beberapa
buah dusun. Dusun-dusun itu dulunya berada di
bawah naungan dari Depati Rencong Telang di Pulau
Sangkar. Untuk mengurus pemerintahan dusun disini
Depati Rencong Telang mendelegasikan
kekuasaannya kepada Depati Bendaro Langit dari
dusun Terutung. Setelah itu berpindah lagi orang dari
dusn Pulau Sangkar ke dusun Lolo. Kemudian diikuti
pula dengan berpindahnya 50 Tumbi orang dusun
Pulau Sangkar ke sebuah lembah di sebelah barat
dusun Lolo, yang diberi nama dengan Lekuk 50
Tumbi. Nama ini kemudian berubah menjadi dusun
Lempur. Demikian cerita asal usul nenek moyang
yang mendiami Tanah Pemuncak Tigo Kaum, daerah
Orang Batin Batang Asai dan Limun, daerah Rantau
Negeri Menjuto dan Rantau Nan Tigo Jenjang.
197
Ninik Mamak Nan Delapan. Adapun Depati Nan
Berenam adalah :
1. Rajo Depati
2. Bagindo Sutan Mas
3. Kiyai Ngabi
4. Rajo Mudo
5. Rajo Batuah
6. Rajo Alam
7. Mantiko Alam
8. Bagindo Rajo Mudo
198
depati lain dalam dusun Pulau Sangkar, seperti :
Depati Permai, Depati Cahayo Negaro dll, tetapi
mereka tidak menjadi kembang rekan dari Depati
Rencong Telang dalam memerintah, namun hanya
ikut memerintah dalam tanah dusun saja.
199
yang letaknya sudah jauh dari daerah Asal yang
didatangi oleh komunitas orang-orang dari daerah
asal. Daerah asal secara geografis terbagi atas
daerah di tepi sungai Batang Merangin dengan
segala anak-anak sungainya, dan daerah di tepi
danau Kerinci. Pada daerah sepanjang tepi sungai
Batang Merangin dengan anak-anak sungainya
terdapat dusun-dusun, antara lain : Muak, Dusun
Pondok, Pulau Sangkar, Lempur Mudik, Lempur
Tengah, Lempur Hilir, Selempaung, Lubuk Paku,
Terutung, Lolo Gedang, Lolo Kecil, Talang Kemuning,
dan Lolo Hilir. Sedangkan dusun-dusun disepanjang
tepi danau Kerinci adalah : Jujun, Benik, Keluru, Koto
Dian, Koto Tuo, Lempur Danau, Semerap, Tanjung
Pauh Hilir, Tanjung Pauh Mudik, dan Pondok
Sibuang.
200
disebutkan. Dalam memerintah Tanah Pemuncak
Tuo Pulau Sangkar, maka Depati Rencong Telang
membawahi 23 (dua puluh tiga) pemerintahan tanah
dusun di daerah asal dan berpuluh-puluh dusun di
daerah rantau (Rantau Menjuto dan Rantau Nan Tigo
Jenjang).
201
tersebut dijalankan oleh pejabat pemangku adat
Depati Nan Tujuh, Ninik Mamak Nan Tujuh.
1. Pendekar Alam
2. Rajo Depati
3. Kelurah
4. Paduko Rajo
5. Rajo Temenggung
6. Paduko Garang
7. Rio
202
Terutung sendiri. Dusun Terutung letaknya tidak
berapa jauh dari dusun Pulau Sangkar yang
merupakan dusun induknya, karena sebanyak 33
Tumbi orang Pulau Sangkar pindah ke Terutung
dalam rangka mencari tanah sawah. Itulah sebabnya
dusun Terutung bernama Lekuk 33 Tumbi, namun
kemudian berubah menjadi Terutung. Konon
perubahan nama tersebut disebabkan karena orang
ingin menyebut dengan nama yang lebih ringkas atau
pendek. Perubahan nama ini diambil dari pohon
durian besar yang bernama durian Terutung.
203
Sedangkan simpang ketiga menuju ke Pulau Sangkar
pusat pemerintahan Tanah Depati Rencong Telang.
Dalam posisi strategis itu, maka dusun Lempur
(Lempur Mudik dan Lempur Hilir atau sekarang
Lempur Tengah) diperkuat dengan depati dan ninik
mamak yang cukup andal disebut dengan Depati Nan
Sepuluh, Ninik Mamak Nan Enam, Lantak Depati
Agung, Cermin Depati Suko Berajo, Karang Setio
Depati Anum.
204
1. Depati Serampas
2. Depati Ketau
3. Depati Naur
4. Depati Karamo
5. Depati Payung
6. Depati Pulang
205
riel adalah 6 (enam) orang, terdiri atas 3 (tiga) orang
ninik mamak di Lempur Mudik dan 3 (tiga) orang ninik
mamak di Lempur Hilir (sekarang Lempur Tengah).
Adapun Ninik Mamak Nan Bertigo dari Lempur Mudik
adalah :
1. Rajo Depati
2. Rajo Bujang
3. Rajo Mangkuto Alam
206
Sebuah dusun tetangga Lempur yang patut
menjadi perhatian adalah dusun Lolo, karena
peranannya sebagai “Kelambu Rajo” dan komando
Lasykar Rakyat Negara Depati IV Alam Kerinci.
Sekarang negeri Lolo terdiri atas : Lolo Kecil, Lolo
Gedang dan Lolo Hilir (Lolo Tamiang). Diantara ke 3
(tiga0 dusun yang ada, Lolo Gedang merupakan
dusun terbesar. Pemerintahan Lolo Gedang menurut
sepanjang adat disebut dengan Depati Nan Berenam
Ninik Mamak Nan Bertigo.
1. Rajo Batuah
2. Rajo Tiang Alam
3. Sutan Bagindo
207
berlembah-lembah kecil. Bukitnya dapat dijadikan
ladang sedangkan hamparan lembahnya dapat
dibuat sawah. Pada kenyataannya disini persawahan
lebih sedikit jika dibandingkan dengan perladangan
yang memenuhi hampir sebagian besar bukit-bukit
disekitarnya.
208
danau. Namun lahan persawahan jumlahnya sangat
terbatas. Ke tiga mata pencaharian itu, cukup
memberi kehidupan yang baik kepada warga dusun.
Dusun Jujun diperintah oleh Depati Nan Delapan,
Ninik Mamak Nan Delapan.
1. Depati Jujun
2. Depati Jayo
3. Depati Sti
4. Depati Tarajo
5. Depati Iman
6. Depati Kuju
7. Depati Manco
8. Depati Matan
209
Selain Jujun, dusun utama lainnya adalah
dusun Pulau Tengah yang terbagi atas : Koto Dian,
dusun Baru dan Koto Tuo. Dusun Pulau Tengah yang
tiga diatas masing-masing mempunyai pemerintahan
adat sendiri-sendiri. Pemerintah adat Koto Dian
disebut dengan Depati Nan Berempat, Ninik Mamak
Nan Batigo. Adapun para depatinya adalah :
1. Depati Mudo
2. Depati Citam
3. Depati Cayo
4. Depati Telago
210
Pemerintahan adat dusun Koto Tuo disebut
dengan Depati Nan Bertigo, Ninik Mamak Nan
Bertigo. Adapun yang disebut Depati Nan Bertigo
adalah :
1. Depati Citam
2. Depati Suko Berajo
3. Depati Gento Menggalo
1. Pranomanti
2. Pemangku
3. Rajo Pati
211
bilal. Mereka dibantu para ulama, ustadz dan para
guru mengaji, yang ada dalam dusun. Tugas mereka
menyelenggarakan urusan keagamaan dalam
masyarakat seperti : pendidikan agama, pengajian,
mesjid, surau dan urusan kematian.
212
Kemantan, Koto Tuo, Rawang dan Sungai Penuh.
Cerita perpindahan meraka di catat dalam beberpa
naskah tulisan rencong yang di tulis di atas tanduk
kerbau dan disimpan sebagai pusaka pedandan di
beberapa dusun di Kerinci. Gerakan migrasi ke
daerah diatas banyak dilakukan sesudah Kerajaan
Sriwijaya menduduki Kerinci Rendah pada tahun 686
(Prasasti Karang Berahi).
213
Dusun di sepanjang aliran sungai di atas satu sama
lainnya membuat persekutuan hukum adat dengan
negeri asalnya yaitu Segindo Balak di Tanjung
Kaseri, Segindo Elok Misai di dusun Sungai Tenang
dan Segindo Batinting di dusun Pulau Sangkar.
214
Daerah rantau kedua dari Tanah Pemuncak
Tuo Pulau Sangkar adalah Rantau Nan Tigo Jenjang.
Daerah rantau ini berada di sepanjng sungai Batang
Tabir yang hulunya berada di daerah Terutung dan
muaranya masuk ke Sungai Batanghari di dusun
Peninjauan. Pada daerah aliran sungai ini, nenek
moyang pada zaman dulu berdiam dengan membuat
3 (tiga) kelompok komunitas masyarakat adat (adat
groep) di sebut dengan Rantau Nan Tigo Jenjang.
215
Jenjang ke dua adalah kelompok masyarakat
adat (adat groep) Tabir Tengah. Situasi dan kondisi
daerahnya tidak banyak berbeda dengan daerah
Tabir Hulu. Semua dusun dan kampung terletak pada
Sungai Batang Tabir dengan anak-anak sungainya.
Adapun dusun dan kampung pada sungai Batang
Tabir dengan anak-anak sungainya yang termasuk
dalam Tabir Tengah adalah : Batu Gedang, Muaro
Langeh, Sungai Ampar, Tanjung Putus, Pulau
Terbakar, Muaro Gobah, Kampung Baru, Kampung
Tengah, Kampung Aur, Kampung Dalam, Sungai
Tabir, Lubuk Resam, Padang Lendir, dan Pulau
Lebar.
216
Kandang, Koto Rayo, Rantau Arau, Muaro Jernih,
Pulau Aro, Kapuk, dan Seling.
217
kekuasaan dan kewenangannya kepada Depati
Mendaro Langit dari dusun Terutung.
218
Tinggi dan Pulau Sangkar. Pada zaman Pemuncak
Asal, orang Pulau Sangkar berdatangan ke Tanah
Pemuncak Tengah Tanjung Kaseri. Disini mereka
membuat talang, koto dan kampung dan kemudian
menjadi dusun purba. Dusun purba yang terdapat di
daerah Serampas anatara lain : Renah Punti, Talang
Menggalo dan Muaro Penon. Cukup lama dusun
purba di sini bertahan, diantaranya ada yang lenyap
namun terdapat pula dusun purba yang kemudian
melahirkan banyak dusun disekitarnya. Beberapa
dusun hasil pemekaran dari dusun purba di daerah
ini, antara lain : Rantau Kermas, Renah Kemumu,
Tanjung Kaseri, Renah Alai, Lubuk Muntilan, Muaro
Sungai Lindung, Talang Menggalo, Tanjung Agung,
Koto Muring, dan Tanjung Menuang.
219
Dusun di sini satu sama lainnya berjarak
cukup jauh, namun telah dihubungkan dengan jalan
pintas setapak. Mata pencaharian rakyat bersawah
dan berladang. Hasil panen sawah cukup berlebih
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan
pangan dan keperluan sehari-hari dengan baik.
Kelebihan padi mereka simpan dalam lubung padi
(bilik padi). Mereka menyimpan padi sampai puluhan
tahun lamanya dan padi yang sudah lama tersimpan
itu bila dijadikan beras disebut dengan beras usang.
Beras seperti ini mengandung vitamin B yang bergizi
tinggi.
220
6 (enam) induk dan 10 (sepuluh) anak negeri. Induk
negeri yang 6 (enam) terdiri atas : Tiang Pumpung,
Pratin Tuo, Sungai Tenang, Pemarap, Senggrahan,
dan Serampas. Sedangkan 10 (sepuluh) anak
negerinya, yaitu : Rangkiling (Depati Kecik, Batin
Enam (VI) Mandiangin), Dusun Ngai (Depati Agung
Tiang Pumpung ), Muaro Siau (Depati Mudo),
Pematang Pauh (Depati Renah Udo, Sungai
Tenang), Dusun Kabu (Depati Tiang Menggalo,
Sungai Tenang), Dusun Gedang (Depati Kerto Dewo,
Sungai Tenang), Serampas (Depati Sungai
Menggalo), Rantau Suli (Depati Siang Dito, Sungai
Tenang), Dusun Tuo (Depati Agung, Pratin Tuo).
221
pembantu aparat pemerintah di Tanah Serampas.
Diantara kembang rekannya terdapat depati-depati
dari Tanah Serampas sebagai berikut :
1. Depati Serampas
2. Depati Ketau
3. Depati Naur
4. Depati Karamo
5. Depati Payung
6. Depati Pulang
222
Kaseri yang dipimpin langsung oleh Depati Sri Bumi
Pemuncak Alam. Dewan beranggotakan depati dan
ninik mamak utusan dari tiap-tiap dusun. Mereka
akan berkumpul untuk mengadakan rapat di dusun
Tanjung Kaseri. Dusun ini merupakan Hamparan
Panjang dari Tanah Pemuncak Tengah Tanjung
Kaseri. Semua keputusan dewan akan dijalankan
oleh Depati Sri Bumi Pemuncak Alam dan segala
para pemangku adat yang tersebar di setiap dusun.
Keputusan dewan menjadi adat yang diadatkan, adat
yang menjadi pegang pakai anak jantan dan anak
batino dalam kehidupan sehari- hari.
223
Tanah Pemuncak Bensu Koto Tapus berbatas
sebelah Barat dengan Rantau Negeri Menjuto
(Kerajaan Menjuto), disebelah Timur dengan Daerah
Otonomi Persekutuan hukum Adat Orang Batin
Sarolangon, di sebelah Utara berbatas dengan
Tanah Pemuncak Pulau Rengas, Tanah Depati Setio
Nyato, Tanah Depati Muaro Langkap Tanjung Sekian
dan Tanah Pemuncak Tuo Pulau Sangkar.
224
tidak terdapat disini ikan yang bersisik seperti belut,
limbat, tilan dan baung.
225
jalan kecil. Selain dusun diatas masih terdapat lagi
beberapa dusun kecil seperti : dusun Pematang
Pauh, dusun Baru, dusun Gedang, dll.
226
Dalam perjalanan sejarah yang panjang
penduduk Tanah Pemuncak Tengah Tanjung Kaseri
dan Pemuncak Bensu Koto Tapus semakin
bertambah. Sebahagian dari mereka lalu mengisi
daerah kosong disekitarnya dengan membangun
dusun baru seperti ke daerah Pratin Tuo, Tiang
Pumpung, Senggerahan dan Pemarab Guguk. Salah
satu daerah yang banyak di isi adalah Pratin Tuo,
mungkin disebabkan karena daerah ini mudah untuk
di capai. Daerah Serampas dan Sungai Tenang
berada di sebelah Barat gunung Masurai, sedangkan
daerah Pratin Tuo berada di sebelah Timur gunung
Masurai. Adapun kampung dan dusun yang muncul
karena migrasi ke Pratin Tuo diantaranya adalah :
Dusun Tuo, Tanjung Berugo, Nilo Dingin, Dusun
Baru, Koto Rami, Sungai Dilin, Dusun Rancan, dan
Dusun Tiaro.
227
Dari perkembangan anak keturunan nenek
Segindo Kuning melahirkan dusun-dusun diatas.
Keturunan beliaulah yang membuat organisasi
kampung dan dusun di daerah ini dengan
mengangkat pemimpin kelompok komunitasnya yang
diberi gelar Depati Setio Manggalo Pemuncak Alam,
dimana kemudian keturunannya (4 orang anak)
diangkat masyarakat menjadi pemimpin dusun, yaitu :
228
Sanggul, dusun Baru, Rantau Limau Kapas, Pulau
Bayur, dan Selango.
229
6. Depati Suko Berajo di Selango, dengan
kampung Muaro Inum.
1. Depati Surau
2. Depati Tiang Manggalo
3. Depati Karamo
230
Serampas, Tiang Pumpung dan dari daerah hulu
sungai Batang Merangin, terutama dari Kerinci
Rendah seperti dari Tanah Depati Setio Nyato, dan
Tanah Depati Setio Rajo. Bahkan ada juga yang
datang dari Kerinci Tinggi, seperti dari dusun Pulau
Sangkar. Adapun dusun-dusun yang menjadi bagian
dari Tanah Pemarab ini adalah : Guguk, Parit, Ujung
Tanjung, Air Batu, dusun Baru, dan dusun Kebun.
231
Demikianlah beberapa hal yang dapat
dikemukakan mengenai Tanah Pemuncak Bensu
Koto Tapus yang merupakan Tanah Pemuncak ke
tiga dalam Tanah Depati Rencong Telang atau Tanah
Pemuncak Nan Tigo Kaum. Dari sini dapat diketahui
bahwa orang- orang yang terhimpun dalam Tanah
Pemuncak Nan Tigo Kaum merupakan satu kerabat
besar yang mempunyai ikatan pertalian darah satu
dengan yang lainnya (genealogish). Rasa pertalian
darah ini sampai sekarang tetap terpatri pada setiap
orang dalam Tanah Pemuncak Nan Tigo Kaum atau
Tanah Depati Rencong Telang.
232
dengan memberi tahu kepada pemangku adat
setempat.
Bab IX
Tanah Depati
Muaro Langkap
T
ANAH Depati Muaro Langkap atau sering
disebut juga dengan Tanah Depati Muaro
Langkap Tanjung Sekiau merupakan tanah
depati yang ke empat dari Negara Depati Empat
Alam Kerinci yang berada di daerah Kerinci Tinggi.
Tanah depati ini membagi daerahnya atas 2 wilayah
yaitu : (1) Tanah Muaro di Ateh atau Tanah Tamiai
dan (2) Tanah Muaro di Bawah (di Baruh) atau Tanah
Pangkalan Jambu. Tanah Muaro di Ateh daerahnya
berada dalam wilayah Kerinci Tinggi, sedangkan
Tanah Muaro di Bawah berada di daerah Kerinci
Rendah. Pusat pemerintahan Tanah Depati Muara
233
Langkap adalah dusun Tamiai. Dari sini Depati Muara
Langkap memerintah tanah depati beserta dusun-
dusun yang terdapat dalam wilayahnya. Di dusun
Tamiai ditempatkan hamparan besar tempat
persidangan atau permusyawaratan pemangku adat
negeri-negeri dari tanah depati ini. Dalam
memerintah Depati Muara Langkap didampingi oleh
sebuah kerapatan Adat Tanah Depati. Kerapatan
beranggotakan seluruh pemangku adat wakil dari
Tanah Muaro di Bawah dan Tanah Muaro di Ateh dan
utusan dari tiap-tiap dusun dan kampung. Sedangkan
ketua kerapatan Adat Tanah Depati adalah Depati
Muara Langkap sendiri. Keanggotaan kerapatan adat
yang dibuat luas mencakup sampai pada tingkat
dusun dan kampung dikarenakan daerah Tanah
Depati Muara Langakap wilayahnya tidak begitu luas.
234
Tanah Tamiai yang batasnya ke arah Barat (Kerinci
Rendah) sampai ke sungai Batang Air Miai (sungai
yang terletak di antara Kabupaten Kerinci dengan
Kabupaten Merangin) sekarang. Adanya Tanah
Muaro di Bawah disebabkan terjadinya suatu
peristiwa (kasus) pidana pembunuhan pada daerah
ini. Sebelumnya daerah tersebut merupakan wilayah
Tanah Depati Setio Nyato dari Tanah Renah (Sungai
Manau) yang masih kosong, hanya didiami sedikit
orang pada daerah hulu sungai Kunyit, yang juga
merupakan daerah dari hulu-hulu sungai di daerah
Pangkalan Jambu. Daerah hulu sungai Kunyit didiami
orang-orang yang berasal dari Tamiai. Menurut
cerita, pada suatu ketika datang ke daerah
Pangkalan Jambu seorang anak buah dari Depati
Muara Langkap yang bernama Rio Tunai. Pada
sebuah anak sungai kecil yang ada disini, Rio Tunai
bertemu dengan seorang yang datang dari Tanah
Renah atau Sungai Manau. Kemudian terjadi
pertengkaran di antara mereka, yang diakhiri dengan
perkelahian. Dalam perkelaian ini Rio Tunai
terbunuh, dan mayatnya dibiarkan orang terbujur
disana.
235
akibatnya beliau tidak dapat meminta pertanggung
jawaban pidana kepada siapapun. Ke tidak beresan
penyelesaian kasus pidana ini, lalu diadukan kepada
Depati Empat Alam Kerinci di Sanggar Agung. Depati
Muara Langkap meminta kepada Depati Empat Alam
Kerinci, agar Depati Setio Nyato bertanggung jawab
atas delik yang menimpa anak buahnya. Depati
Empat Alam Kerinci lalu meminta pertanggung
jawaban kepada Depati Setio Nyato. Namun Depati
setio Nyato tetap tidak dapat menemukan siapa
sipembunuh Rio Tunai. Untuk mempertanggung
jawabankan kasus ini, maka Depati Setio Nyato lalu
menyerahkan pampasan tanah sebagai
konsekwensinya mulai dari sungai dimana mayat tadi
terbujur sampai ke batas tanahnya di sungai Batang
Penetai, yaitu batas dengan Tanah Depati Muara
Langkap. Penyerahan tanah ini dimaksudkan sebagai
ganti dari anak buah Depati Muara Langkap yaitu Rio
Tunai yang telah terbunuh. Penyerahan tanah ini
diterima dengan baik oleh Depati Muara Langkap dan
kasus ini dianggap selesai. Tempat ditemukan mayat
Rio Tunai terbunuh dinamai dengan Sungai Bujur,
karena di tempat itu dia mati terbujur. Dengan
penyerahan tanah tersebut, maka daerah itu menjadi
bagian wilayah baru dari Tanah Depati Muara
Langkap dan diberi nama Tanah Muaro di Bawah
Pangkalan Jambu.
236
9.1. Tanah Muaro
di Ateh
237
dikerjakan sekedar untuk memenuhi kebutuhan
sendiri saja.
238
12. Depati Mudo
13. Depati Kecik
14. Depati Tiang Kayo
1. Tiang Bungkuk
2. Ngabih
3. Kelurah
4. Siding Rajo
5. Kedemang Kecik
6. Ki Sutan Bujang
7. Rajo Pati
8. Sri Mangku Bumi
9. Ki Sutan Bungsu
1. Meninding Alam
2. Ngalawe
3. Rajo Tiang Alam
4. Rajo Batuah
239
Depati Muara Langkap. Para pemangku adat dari
daerah ini terkenal militan dalam menja-lankan tugas
untuk kepentingan negara. Dalam sebuah legenda
diceritakan bahwa pada suatu ketika tersebar isu
yang disampaikan salah seorang raja Kerajaan Jambi
yang pada waktu itu berada dalam kekuasaan
Kerajaan Majapahit tentang keinginan Kerajaan
Majapahit akan melebarkan wilayah kekuasaannya
ke Alam Kerinci. Tentu saja isu ini mendapat
tanggapan yang emosional dari seluruh rakyat
Kerinci. Salah seorang pemuka adat Tanah Depati
Muaro Langkap yaitu Tiang Bungkuk lalu tampil
mengumandangkan perlawanan rakyat. Dia
menyatakan perlawanan terhadap Kerajaan
Majapahit dengan memancung segala tandan pisang
dan ayam jago yang berkokok menghadap ke Jambi.
Atas gerakan perlawanan yang dipimpinnya rakyat
lalu memberi gelar kepadanya dengan Tiang
Bungkuk Mendugo Rajo.
240
perjalanan dia ditikam dan direndam dalam air di
bawah rakit, namun karena dia seorang keramat
maka dia tidak sedikitpun luka. Tetapi dengan tipu
daya, akhirnya dia dapat dibunuh dengan kerisnya
sendiri. Ada sebagian orang yang mengatakan
setelah dibunuh lalu dikuburkan di Jambi disuatu
tempat yang dirahasiakan. Hal ini dimaksudkan agar
kuburan-nya tidak diketahui, karena Raja Jambi takut
keturunannya akan datang meminta keramatnya
supaya dapat membalas dendam. Namun ada pula
yang mengatakan bahwa Tiang Bungkuk Mendugo
Rajo dapat meloloskan diri, kemudian kembali ke
Tamiai lalu setelah tua meninggal di Tamiai dan
dikuburkan di dekat Batang Merangin. Sekarang ini di
desa Batang Merangin terdapat kuburan keramat
yang dikatakan sebagai kuburan keramat Tiang
Bungkuk Mendugo Rajo.
241
untuk mencari penghidupan dengan membuka lahan
sawah dan ladang. Selain itu, mereka juga
menemukan mata pencarian baru yaitu mendulang
emas. Usaha ini ternyata cukup berhasil dan
kemudian lalu tersebar berita keberbagai pelosok
bahwa di daerah Pangkalan Jambu banayak terdapat
emas. Berita terdapatnya emas di daerah Pangkalan
Jambu menyebabkan banyak orang datang ke
daerah ini. Dari Minangkabau datang sekelompok
orang di bawah pimpinan Datuk Putih berasal dari
Tanah Datar, kemudian disusul oleh Datuk Mangkuto
Merajo dari Lima Puluh Koto. Mereka mendirikan
dusun Nangko dan Bungo Tanjung dan beberapa
dusun lainnya. Kelompok masyarakat yang datang
dari Minang-kabau lalu kemudian menamakan diri
dengan orang Penghulu. Setelah banyak berdiri
dusun-dusun maka datang pula kemudian orang dari
Luak Nan Enam Belas dan orang dari Tamiai. Mereka
bergabung menjadi satu dengan orang Penghulu dan
menamakan diri dengan orang Pangkalan Jambu.
Jadi di daerah Tanah Muaro di Bawah mata
pencarian rakyat selain bertani (bersawah dan
berladang), rakyat umumnya mendulang emas di
sungai-sungai kecil yang banyak terdapat disini.
Selain mencari emas di sungai, di antara mereka ada
juga yang membuat tambang-tambang emas di kaki-
kaki bukit. Ternyata daerah ini kaya akan kandungan
emas, sehingga hasil mendulang emas cukup banyak
242
didapatkan. Emas yang diperoleh mereka jual keluar
daerah dan ke mancanegara.
243
istiadat Kerinci (dimana bumi dipijak, disitu langit
dijunjung; dimana sumur disauk, disitu ranting
dipatah; dimana negeri dihuni, disitu adat istiadatnya
dipakai). Setelah pemerintahan adat Tanah Muaro di
Bawah berdiri, maka sejak saat itu, Tanah Depati
Muaro Langkap dinyatakan dalam seluko adat
dengan "Tanah Nan Duo Kabung, Sekabung di Ateh
Tanah Tamiai, Sekabung di Baruh Tanah Pangkalan
Jambu"
Adapun pemerintah adat Datuk Nan Berempat
Menti Nan Batigo sebagaimana di sebutkan di atas
adalah :
244
membaginya dengan sebutan "alur". Jadi alur sama
dengan luhak (lurah), icu pakai yang demikian
dibenarkan dalam hukum adat Kerinci atau dalam
seluko adat dikatakan “adat serupo ico (pegang)
pakai nan balain-lain”. Alur yang terdapat di
Pangkalan Jambu ada 3 (tiga), yaitu Alur Tanah
Datar, Alur Tiga Puluh Koto dan Alur Patah Rantau.
Kepada Alur Tanah Datar dan Alur Tigo Puluh Koto
diberikan kedudukan sebagai datuk Nan Berempat,
dimana masing-masingnya memperoleh 2 orang
datuk, sedangkan Alur Patah Rantau mendapat 3
orang Menti.
245
Pangkalan Jambu. Disamping itu, mereka bertindak
sebagai "tunggu tanah" yang mengawasi batas-batas
wilayah dengan daerah lain. Kekuasaan tertinggi
dalam pemerintahan Datuk Nan Berempat Manti Nan
Bertigo terletak ditangan mereka bertujuh. Mereka
bersama dengan pemangku adat lainnya membentuk
kerapatan yang menentukan keputusan untuk
mengurus dan memimpin Tanah Muaro di Bawah
atau daerah Pangkalan Jambu.
246
Bawah Pangkalan Jambu yang merupakan salah
satu bagian dari Tanah Depati Muara Langkap.
247
BAB X
Daerah Tigo di
Baruh Kerinci Rendah
T
ANAH Depati Tigo di Baruh berada di Kerinci
Rendah yaitu pada daerah Alam Kerinci yang
terletak di sebelah Timur dari Kerinci Tinggi
atau pergunungan Bukit Barisan. Daerah ini berada
pada ketinggian lebih kurang 100 m dari permukaan
laut. Topografi daerahnya datar dan banyak
pematang besar (busut) dan hanya sedikit terdapat
bukit-bukit, namun terdapat banyak aliran sungai dan
anak-anak sungai. Diantara sungai yang mengalir di
sini adalah sungai Batang Merangin, sungai Batang
Tembesi, sungai Batang Mesumai, sungai Batang
Tabir, sungai Batang Tantan dan sungai-sungai kecil
lainnya. Semua sungai-sungai di atas berasal dari
pergunungan Bukit Barisan atau dari daerah Kerinci
Tinggi.
Secara geographish daerah Kerinci Tinggi dan
daerah Kerinci Rendah merupakan satu kesatuan
yaitu Alam Kerinci, hanya saja sebagian dari
248
wilayahnya terletak lebih tinggi dari bagian wilayah
lainnya. Bagian wilayah yang tinggi disebut dengan
Kerinci Tinggi, sedangkan bagian wilayah yang
rendah disebut dengan Kerinci Rendah. Perbedaan
ini dalam kehidupan masyarakat sehari-hari kelihatan
jelas dengan adanya istilah di Ateh atau Pucuk untuk
Kerinci Tinggi dan di Baruh atau di Bawah untuk
Kerinci Rendah. Pergi ke Ateh atau ke Pucuk berarti
pergi ke Kerinci Tinggi seperti ke Sungai Penuh,
Serampas, Sungai Tenang, Muara Siau, Jangkat dll.
Sedangkan pergi ke Baruh atau ke bawah berarti
pergi ke Kerinci Rendah seperti ke Bangko, Rantau
Panjang, Pemenang, Sarolangon dll. Istilah ini
sampai sekarang masih berlaku dalam percakapan
sehari-hari, baik pada komunitas masyarakat Kerinci
yang berada di Kerinci Tinggi maupun yang berada di
Kerinci Rendah.
249
sebelumnya dipilih oleh anggota komunitas secara
demokratis yang berpijak pada aturan “sko bergilir
sandang berganti” tidak diberlakukan lagi dan dirubah
dengan cara penunjukkan langsung oleh penguasa
Kerajaan Sriwijaya.
250
pemerintahan Pemuncak Alam Tanah Renah, dan
pemerintahan Pemangku Alam Batang Tantan.
Pemerintahan Batin Pemangku Alam Mesumai
berkedudukan di Renah Limau Abung sebagai cikal
bakal pemerintahan Tanah Depati Setio Rajo.
Daerahnya meliputi : Lubuk Gaung Kering, Cuban,
Sekorahi, Tanjung Mudo, Peninjauan, Lubuk Puri,
Dusun Tinggi, Gelanggang, Tanjung Hutan Udang,
Dusun Potlob. Semua dusun-dusun itu sudah tidak
ada lagi, karena sudah ditinggal orang.
251
hendak pulang ke tempat asalnya di mudik atau
Kerinci Tinggi.
252
kelak mereka berkelakuan sesuai dengan nama yang
disandangnya. Setio Nyato diharapkan akan
mengabdi penuh kepada negeri dan rakyatnya, Setio
Rajo akan setia kepada pemerintahan yang adil (raja
adil raja disembah, raja zalim raja disanggah), dan
Setio Beti diharapkan menjadi pemersatu dalam
masyarakat. Ketiganya dididik dengan baik,
berwawasan luas tentang masyarakat, memahami
adat istiadat, etika, sopan santun, berkerja keras dan
mau mengabdi bagi kepentingan orang banyak.
Setelah sampai masa waktu berumah tangga, maka
Setio Nyato Kawin dengan gadis Tanah Renah, Setio
Rajo kawin dengan gadis Lubuk Gaung dan Setio
Beti kawin dengan gadis Nalo.
253
Kerenggo Bungkuk yang banyak tahu tentang
pemerintahan karena lama tinggal dilingkungan
istana Kerajaan Jambi menyumbangkan
pengetahuannya untuk menata dan membenahi
pemerintahan negeri di sini. Waktu itu di tempat ini
telah ada pemerintahan negeri yaitu : pemerintahan
Batin Pemangku Alam Mesumai, pemerintahan
Pemangku Alam Tanah Renah dan pemerintahan
Pemngku Alam Batang Tantan.
254
Jadi antara tanah depati yang satu dengan tanah
depati yang lain tidak terdapat tapal batas yang
disebut dengan “didih temih”.
255
pemangku adat dusun Pulau Rengas menjadi kepala
Tanah Pemuncak Merangin atau Tanah Pemuncak
Pulau Rengas. Persetujuan Salam Baku sekaligus
meresmikan penggabungan Kerinci Rendah ke dalam
Negara Depati Empat Alam Kerinci. Jadi ketika
Negara Depati Empat Alam Kerinci terbentuk pada
tahun 1296 M daerah Kerinci Rendah belum masuk
ke dalam struktur pemerintahan.
256
Tanah depati di Kerinci Tinggi (Empat di
Ateh) telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
ssdangkan tanah depati di Kerinci Rendah (Tigo di
Baruh) yang akan dikemukakan dalam ulasan
selanjutnya adalah :
257
Merangin. Itupula sebabnya kedua daerah khusus itu,
disebut juga dengan Tanah Pemuncak Merangin dan
Tanah Pemerab Merangin.
258
kembang rekannya dan aparat pemerintahan lain,
serta didampingi sebuah dewan kerapatan tanah
depati. Dusun Tanah Renah sekaligus menjadi
Hamparan Besar tempat bertemunya para pemuka
negeri.
259
daerah Kerinci Rendah. Baru setelah itu datang
pengaruh Hindu Budhis (868 M) yang dibawa
Kerajaan Sriwijaya. Secara ethnologis (antropologis),
sosial politik dan kebudayaan semuanya datang dari
Kerinci Tinggi, baru pada tahun 1343 M masuk
pengaruh dari Minangkabau dengan kedatangan
orang Penghulu.
260
Kampung Seringek, Koto Jayo, Benteng, Lubuk
Sepuh, Muaro Panco, Durian Batakuk, Talang
Segegah, Tanah Renah, Muaro Bantan, Dusun Parit,
Dusun Kebun, Dusun Baru, Guguk, dll.
1. Cinto Berajo
2. Pemangku
3. Rio Seri
4. Penghulu Besar
261
Pada Rio Nan Berempat di atas, Depati Setio
Nyato mempercayakan pelaksanaan tugas
pemerintahan (eksekutif) sehari-hari. Struktur
pemerintahan di Kerinci Rendah, dibawah Tanah
Depati adalah pemerintahan dusun yang terbagi atas
beberapa buah kampung. Masing-masing Rio Nan
Berempat diberi kekuasaan mengkoordinir sebuah
kawasan yang terdiri atas dusun dan kampung.
Tanah Depati Setio Nyato di bagi atas 4 kawasan
pemerintahan dusun dan kampung, sebagai berikut :
262
tunduk pada aturan Tanah Depati Setio Nyato,
namun aspek kemasyarakatan adatnya
mengacu pada “icu pakai” atau tata nilai
masyarakat adat Tanah Pemerab.
263
3) Tuo Kampung yang menjadi kepala
kampung Tanah Renah.
264
1) Pemangku sebagai kepala dusun Muara
Panco.
265
syarak ini mengurus urusan keagamaan mulai
dari urusan mesjid, menjadi Imam, Khatib dan
Bilal. Selain itu, juga mengurus urusan diluar
mesjid sebagai hakim agama atau disebut
khadi. Sebagai hakim agama, khadi
mengepalai kerapatan agama yang disebut
dengan Kerapatan Pegawai Syarak.
266
Sungai Manau berstatus sebagai dusun dan
kampung, maka di sini terdapat 2 kedudukan
pejabat adat, yaitu sebagai :
267
merupakan pusat koordinasi pemerintahan
kawasan ini, tempat penghulu besar kepala
dusun berada. Oleh sebab itu, disini terdapat 2
(dua) pejabat adat :
268
Tanah Depati Setio Nyato kampung awal atau
kampung induknya adalah : Tanah Renah, Muaro
Panco, Sungai Manau dan Tiangko.
269
Tantan, sebelah Selatan berbatas dengan daerah
Khusus Pemuncak Pulau Rengas, sebelah Timur
juga berbatas dengan daerah Khusus Pemuncak
Pulau Rengas, sedangkan sebelah Barat berbatas
dengan Tanah Depati Setio Nyato terutama dengan
daerah Sungai Manau dan Tanah Renah.
270
subur. Selain itu, pada sungai-sungai di sini terdapat
banyak kandungan biji emas, sehingga rakyat banyak
yang mendulang emas di sungai.
271
membuat dusun purba Muaro Semukun, Lubuk Buluh
dan Demahu adalah dari Pulau Sangkar. Dari dusn
purba itu, lalu mekar dan berganti menjadi dusun-
dusun baru yang merupakan tempat kediaman orang
Tanah Depati Setio Rajo. Pada tanah depati ini
terdapat sedikit perbedaan, dimana dusun tidak lagi
terbagi atas kampung-kampung. Setiap dusun
dikepalai oleh seorang kepala dusun, yang bergelar
Rio atau Datuk. Adapun dusun-dusun dalam Tanah
Depati Setio Rajo adalah : Lubuk Gaung, Pulau
Layang, Kampung Baru, Kederasan Panjang, Rantau
Alai, Nibung, Pelangki, Tambang Besi, Titian Teras,
Salam Buku.
272
bilamana ada musuh dari hilir, maka Rio Gemam dari
Tambang Besi yang menghadapinya, dan kalau ada
musuh dari mudik maka Rio Sidik Alam dari Pulau
Layang yang menghadapinya. Kalau musuh berda di
tengah maka dikepung bersama.
273
terdapat pula pejabat adat berupa hulubalang,
penggawa, alingan dan tukang canang sebagai “uleh
jari sambungan tangan” dari mereka.
274
Pemenang di Hilir. Sungai Batang Tantan merupakan
prasarana lintas air dalam tanah depati Setio Beti
yang dapat dilayari dengan perahu dan rakit mulai
dari dusun Baru Nalo dihulu, sampai ke dusun Telun
di muaranya. Di sepanjang tepi Batang Tantan
berjejer dusun dan kampung dari hulu sungai sampai
ke hilirnya. Adapun dusun ysng terdapat dalam tanah
depati ini adalah : dusun Dalam, Nalo Gedang, dusun
Telun, dusun Danau, Aur Baduri, dan Sungai Ulak.
275
yaitu dari keturunan Karenggo Bungkuk Timpang
Dado dengan isterinya Puteri Lelo Beruji yang
mempunyai anak kembar tiga (Setio Nyato, Setio
Rajo dan Setio Beti). Semula Setio Beti berangkat
dari Lubuk Gaung ke Nalo dan Menetap di Muaro
Semukun. Di Muaro Semukun dia diangkat oleh
Pemangku Muaro Semukun menjadi anak angkat.
Kemudiam dia pindah ke Nalo dan disana kawin
dengan gadis Nalo. Setelah kawin di Nalo dia bekerja
keras bersama masyarakat ikut menyempurnakan
bentuk dan susunan pemerin-tahan yang ada disini.
Atas keberhasilannya lalu namanya diabadikan
sebagai nama tanah depati dan sekaligus diangkat
menjadi orang pertama yang memimpin negeri ini.
276
BAB XI
Daerah Khusus
Kerinci Rendah
S
ELAIN tiga Tanah Depati di Kerinci Rendah,
terdapat pula dua daerah khusus yang
ditempatkan dalam bilangan sembilan daerah
administrasi Negara Depati Empat Alam Kerinci. Hal
ini tercermin dalam “seloko adat” ketatanegaraan
yang menyebutkan: “Negara Depati Empat Alam
Kerinci, Empat di Ateh, Tigo di Baruh, Mudik
Pemuncak, Hilir Pemarab”. Dimaksud dengan Mudik
Pemuncak adalah daerah khusus Tanah Pemuncak
Merangin atau disebut juga dengan Tanah Pemuncak
Pulau Rengas berpusat di dusun Pulau Rengas dan
yang dimaksud dengan Hilir Pemarab adalah daerah
khusus Tanah Pemerab Merangin atau disebut juga
dengan Tanah Pemarab Pemenang berpusat di
dusun Pemenang. Kedua daerah terletak di
sepanjang sisi kiri dan kanan tepi Sungai Batang
Merangin, daerah Merkeh dan daerah hilir sungai dari
dusun Merkeh ke Batu Kucing.
277
Sungguhpun merupakan daerah khusus,
namun status yang diberikan setingkat dengan tanah
mendapo atau daerah lapisan ke dua setelah
pemerintah pusat. Ke dua daerah bukan merupa-kan
daerah istimewa, sebab dalam segala hal baik ethnik,
adat istiadat, bahasa, agama dll sama dengan
dengan daerah lainnya. Penduduk pada ke dua
daerah ini juga berasal dari daerah Pulau Sangkar
Kerinci Tinggi. Walaupun terdapat pergeseran-
pergeseran dalam penerapan adat istiadat namun
secara prinsip tidak terdapat perbedaan yang berarti
atau “adat serupo, ico pakai nan balaian-lain”.
Tentang bahasa dalam pergaulan sehari-hari tidak
berbeda dengan bahasa orang Pulau Sangkar dan
daerah sekitarnya.
278
barang. Sungai ini merupakan sungai yang cukup
besar dengan kedalaman yang memadai sehingga
barang-barang dalam jumlah banyak dapat diangkut.
279
membawahi 9 (sembilan) buah dusun, yaitu dusun :
Biuku Tanjung, Kungkai, Pulau Rengas, Bangko
Tinggi, Tanjung Lamin, Pemenang (Teluk Sungai
Lintang), Jelatang, Papit, dan Limbur Merangin.
Dusun di atas termasuk dalam kelompok dusun lama
di daerah hilir sungai Batang Merangin.
1. Biuku Tanjung
2. Kungkai
3. Pulau Rengas
4. Bangko Tinggi
5. Tanjung Lamin
280
Demikian pula di Tanah Pemerab Merangin
atau Tanah Pemarab Pemenang juga terdapat 5
buah dusun pula, yaitu :
1. Pemenang
2. Jelatang
3. Papit
4. Limbur Merangin
5. Tanjung Lamin
281
dan Tanah Pemerab Pemenang dengan Batin
Sembilan Hilir.
282
Dari 5 (lima) dusun pada Tanah Pemuncak
Merangin yang telah disebutkan di atas yaitu : Biuku
Tanjung, Kungkai, Pulau Rengas, Bangko Tinggi dan
dusun Tanjung Lamin, kemudian hanya bertambah 2
(dua) buah dusun saja yaitu : dusun Bangko Rendah,
dan dusun Mudo. Daerah ini ternyata
perkembangannya tidaklah begitu pesat. Tanah
Pemuncak Pulau Rengas berpusat di dusun Pulau
Rengas. Tempat ini juga merupakan Hamparan
Besar dari Tanah Pemuncak, tempat Depati Suko
(Sebo) Berajo memerintah bersama kembang
rekannya yang terdiri atas : Rio Jemenang Rajo,
Mangku dan Hulubalang Batin dan lainnya. Selain itu,
juga terdapat Dewan Kerapatan Tanah Pemuncak
Pulau Rengas.
283
sungai sepengambun jala”. Di tempat ini Pengeran
Temenggung Kabaruh di Bukit melaksanakan
tugasnya sebagai duta untuk Negara Depati Empat
Alam Kerinci. Dia bertugas sebagai penghubung
antara Raja Jambi dengan petinggi Negara Depati
Empat Alam Kerinci, baik di Kerinci Rendah maupun
Kerinci Tinggi. Demikian pula sebaliknya, bilamana
Negara Depati Empat Alam Kerinci hendak
berurusan dengan Raja Jambi atau Kerajaan
Majapahit maka Pangeran Temenggung Kebaruh di
Bukit yang mengaturnya.
284
Dari 5 (lima) buah dusun pada waktu daerah
ini dikukuhkan yaitu : Pemenang, Jelatang, Papit,
Limbur Merangin dan Tanjung Lamin, daerah ini lalu
berkembang menjadi 16 dusun. Adapun dusun yang
terbentuk kemudian adalah : Karang Anyer, Karang
Berahi, Muaro Belengo, Keroya Ulu, Keroya Hilir,
Tanjung Gedang, Empang Benoa, Sungai Nyamuk,
Pangkal Bulian, Kubang Ujo, dan Kasang Melintang.
285
“uleh jari sambungan tangan” seperti : juru tulis,
penggawa, alingan, dan tukang canang. Di sini juga
terdapat kerapatan adat Tanah Pemerab Pemenang
yang turut mengurus masyarakat daerah ini.
Kerapatan ini beranggotakan Rio Kepala dari 16
(enam belas) dusun yang ada, ditambah dengan para
pemangku adat lain. Keputusan kerapatan
merupakan keputusan tertinggi yang harus dipatuhi
Rio Depati Suko Lamo dan segala pemangku adat
lainnya. Para Rio Kepala yang memimpin dusun akan
menerapkan keputusan-keputusan tersebut ditengah
masyarakat sebagai aturan hukum adat yang harus
ditaati.
BAB XII
Penutup
D
alam beberapa literatur yang ditulis para ahli
sejarah dari negeri Cina, Belanda, Inggeris,
maupun Indonesia telah disebutkan dengan
jelas bahwa pada masa silam di Alam Kerinci
terdapat pemerintahan berdaulat yang mempunyai
rakyat, wilayah luas dan telah mengadakan
hubungan dagang, serta membuat perjanjian dengan
286
kerajaan sekitarnya dan diperbincangkan banyak
kerajaan dari negeri luar seperti dari daratan Cina
dan India, serta diakui oleh kerajaan yang ada
disekitarnya seperti Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan
Indrapura, Kerajaan Melayu Jambi dan termasuk
oleh Kerajaan Majapahit di pulau Jawa. Pada sisi
lain, di Alam Kerinci sejak dulu sampai sekarang
tidak pernah ada bentuk kepemimpinan dalam
masyarakat yang diwariskan secara turun temurun,
melainkan dipilih secara demokratis berjenjang
menurut ketentuan adat mulai dari tingkat paling
bawah dalam bentuk komunitas keluarga, lurah,
dusun, kampung, tanah mendapo (tanah Biang,
tanah Pemuncak, tanah Muaro) dan Tanah Depati.
Oleh sebab itu, maka lebih tepat dipakai kata negara
bukan kata kerajaan untuk mengaktualisasikan
bentuk pemerintahan rakyat bumiputra yang pernah
ada di daerah ini.
287
berlandaskan pada “Adat bersendi syarak,
Syarak bersendi kitabullah (Al-Qur’an)”. .Ke 4
Tanah Depati tersebut merupakan daerah
otonom tingkat pertama yang terletak di Kerinci
Tinggi, kemudian ditambah dengan 3 Tanah
Depati dan 2 daerah khusus setelah berga-
bungnya kembali daerah Kerinci Rendah yang
sebelumnya berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya.
288
Ke Empat Tanah Depati di Kerinci Tinggi itu
disebut Tanah Depati Utama yang kemudian
sepakat membentuk sebuah pemerintahan atau
disebut dengan Pemerintahan Depati Empat
(1296 M). Pemberian nama pemerintahan/
negara Depati Empat bermakna pemerintahan/
negara yang memiliki Empat Tanah Depati
sebagai wilayah kekuasaannya.
289
7. Tanah depati Tigo di Baruh dan dua daerah
khusus di Kerinci Rendah merupakan daerah
otonom dari Negara Depati Empat yang
bergabung kemudian setelah ditandatangani
Perjanjian Salam Baku (1525 M). Perjanjian ini
mempunyai arti dan nilai sejarah yang tinggi
bagi rakyat Kerinci saat itu, karena kembalinya
rakyat Kerinci Rendah dalam satu payung
pemerintahan yang sama dengan rakyat Kerinci
Tinggi sebagaimana masa-masa sebelumnya.
290
kewenangan memerintah tanah depati masing-
masing.
291
12. Sejak saaat itu keberadaan pemerintahan
Tanah Depati resmi dihilangkan. Khusus di
daerah Kerinci Tinggi sebutan pemerintahan
tanah Biang, tanah Pemuncak dan tanah Muaro
ditiadakan dan diseragamkan menjadi tanah
Mendapo. Belanda membagi daerah Kerinci
Tinggi atas distrik Kerinci Hilir dan distrik Kerinci
Hulu.
___000___
292
Daftar Pustaka
Abdullah Siddik, Prof. Dr. H. : Hukum Adat Rejang ,
PN. Balai Pustaka, Jakarta 1980.
293
Idris Djakfar, Prof. H, SH, dkk. : Hukum Waris Adat
Kerinci, Pustaka Anda, Sungai Penuh Kerinci,
1993.
294
Idris Suid : Marga Batin III Ulu, Skripsi Sarjana Muda Ilmu
Pemerintahan, APDN Jambi, 1970.
295
Muhamad Abu Bakar, : Marga Simpang III Pauh, Skripsi
Sarjana Muda Ilmu Pemerintahan, APDN Jambi,
1970.
296
Sagimun M. D. (editor) : Adat Istiadat Daerah Jambi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jambi
1985.
Sjahril, : Marga Batin II, Skripsi Sarjana Muda Ilmu
Pemerintahan, APDN Jambi, 1970.
297
Zainal Arifin Adnan, H., : Mendapo Hiang, Skripsi Sarjana
Muda Ilmu Pemerintahan, APDN Jambi, 1973.
298
Riwayat Singkat
Penulis
.H. Idris Djakfar, SH, lahir 2 September 1927 di Pulau
Sangkar (Kerinci). Sebelumnya berkiprah di dunia
pendidikan sebagai dosen pada Fakultas Hukum
Universitas Jambi dan pensiun sebagai Guru Besar Hukum
Adat. Kegiatan selama menjalani masa pensiun diisi
dengan mendalami berbagai aspek sosial budaya daerah
Provinsi Jambi terutama bidang hukum adat. Publikasi
ilmiah yang pernah di tulis dalam bentuk buku tentang
daerah Kerinci diantaranya : (1) Hukum Waris Adat Kerinci
(1995), (2) Menguak Tabir Prasejarah
di Alam Kerinci (2001), (3) Pemerintah
Koying dan Segindo di Alam Kerinci
(2003), dan (4) Pemerintahan Depati
Empat Alam Kerinci (2006). Sebagai
putra Kerinci pernah ditunjuk
pemerintah mewakili Provinsi Jambi
menyelesaikan masalah perbatasan
Letter W dengan Provinsi Sumatera
Barat. Selama mengabdi pada negara telah dianugerahkan
tanda jasa : Satya Lencana Perang Kemerdekaan I, Satya
Lencana Perang Kemerdekaan II, Bintang Gerilya, Satya
Lencana Sapta Marga, Satya Lencana Penegak, Satya
Lencana Karya Satya, Satya Lencana Veteran RI dan
mendali Pejuang Angkatan 45. Selain itu, diberi gelar oleh
komunitas adat Provinsi Jambi sebagai Adipati Suryo
Negoro dan komunitas adapt negeri Pulau Sangkar
sebagai Depati Agung. Menetap di Jambi, alamat Komplek
Dosen Universitas Jambi RT.08 RW.03 No.17 Telanaipura
Kodya Jambi (36122), Telp. 0741-61328.
299
Indra Idris, SE,MM,Spn, tinggal di
Jakarta, peneliti dan pemerhati tentang
social ekonomi kerakyatan dan aktif
dalam berbagai kegiatan penelitian, Ikut
tertarik mendalami aspek budaya
masyarakat bumiputra dalam daerah
Provinsi Jambi. Bersama Prof. H. Idris
Djakfar, SH telah menulis beberapa buku
tentang daerah Kerinci antara lain : (1) Hukum Waris Adat
Kerinci (1995), (2) Menguak Tabir Prasejarah di Alam
Kerinci (2001), (3) Pemerintah Koying dan Segindo di Alam
Kerinci (2003), dan (4) Pemerintahan Depati Empat Alam
Kerinci (2006). Alamat : Komplek Bintara Jaya Permai
RT.06, RW.11 Blok C.157 Cibening Bekasi Barat (17136),
Telp. 021-8645465.
--------------oOo---------------
300