Oleh : Kelompok 7
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Assalamualaiukum Wr. Wb
Rasa syukur patut kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah
mengijinkan dan memberi kesehatan kepada saya sehingga bisa menyusun
makalah Ilmu Sosial dan Budaya ini dengan lancar. Hal yang mendasari kami
untuk menyusun makalah ini adalah tugas dari mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan dan untuk
memperkenalkan Kebudayaan kerinci kepada pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
tahun yang lalu . Jaspan (dalam Soekanto 2001 :21) mengklasifikasikan suku bangsa
Indonesia dengan mengambil patokan kriteria bahasa, kebudayaan daerah serta
susunan masyarakat, dengan rincian yaitu
Selama ratusan bahkan ribuan tahun itu pula mereka telah menumbuhkan,
memelihara dan mengembangkan tradisi. Masing-masing suku bangsa tersebut memiliki
tradisi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal inilah yang menyatakan
bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk akan kebudayaan, baik itu dalam
bentuk bahasa sehari-hari maupun tradisi-tradisi lainnya. Bentuk bentuk tradisi yang
dilakukan oleh berbagai suku bangsa antara lain perkawinan, pesta adat, kematian, dan
lain sebagainya. Masing- masing bentuk upacara tersebut dilakukan dengan cara cara
tertentu yang menjadi ciri khas dari masing masing suku bangsa tersebut.
Ciri khas tersebut di satu pihak ada yang masih dipertahankan oleh masyarakat
dan tidak mengalami perubahan sama sekali, dilain pihak ada yang mengalami
perubahan atau malah hilang sama sekali sebagai suatu tradisi yang menjadi bagian
dari masyarakat.
Salah satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa adalah
tradisi pelaksanaan pesta adat siap panen. Hampir setiap daerah masih
melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton di Nusa Tenggara Timur, upacara adat
aruh mahannyari pada suku dayak, upacara penolak bala sebagai rasa syukur setelah
berhasil panen di Sulawesi Selatan dan lain sebagainya. Tradisi tradisi ini di maksud
untuk mensyukuri hasil panen yang telah didapat oleh masyarakat, sekaligus memohon
berkah agar mereka mendapat hasil yang lebih baik di musim panen mendatang.
Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat yang ada di Propinsi Jambi, yakni
di Kabupaten Kerinci. Mereka dikenal sebagai orang Melayu Tua (Zakaria, 1985 :15).
Orang Melayu Tua tersebut masih mengenal bentuk bentuk upacara atau pesta adat
siap panen yang lebih dikenal dengan istilah kenduri sko. Kenduri sko merupakan
upacara adat yang terbesar di daerah Kerinci dan termasuk kedalam upacara adat
Titian Teras Bertangga Batu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daud (1991 : 32)
bahwa upacara adat di Kerinci dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yang disebut
dengan:
Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu memiliki pengertian suatu upacara adat
yang berkesinambungan dari generasi ke generasi yang meliputi upacara kenduri sko,
perkawinan, kelahiran, kerat pusat, dan upacara kematian. Upacara Adat Cupak Gantang
Kerja Kerapat memiliki pengertian suatu upacara adat yang terkait dengan sistem mata
pencaharian hidup dan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan secara bergotong
royong. Upacara ini meliputi kegiatan mendirikan rumah baru mencangkup kerja sama
menarik ramuan kayu di hutan, merendam ramuan kayu, betegak rumah, gotong
royong menuai padi, tolak bala, dan upacara yang berhubungan dengan spritual seperti
upacara tolak bala dan upacara minta ahi hujan. Upacara Adat Tumbuh - tumbuh
Roman roman memiliki pengertian suatu upacara adat yang dilaksanakan pada waktu
tertentu sesuai dengan pokok persoalan yang timbul pada bentuk tertentu pula dan
bersifat khusus. Upacara ini meliputi upacara asyeik negeri, mengangkat anak angkat,
pelanggaran terhadap hukum adat, melepas nazar, dan upacara silang sengketa. Lebih
lanjut dijelaskan Daud bahwa upacara - upacara adat yang dilaksanakan oleh penduduk
Kerinci selain menjadi warisan budaya nenek moyang juga mempuyai fungsi antara
lain :
1. Memperkokoh persatuan dan kesatuan kekerabatan dan meningkatkan
silaturrahmi dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
3. Wujud kebanggaan bagi masyarakat Kerinci bahwa mereka memiliki tata cara
adat tersendiri yang tidak kalah dengan adat lainnya.
5. Sarana pembinaan nilai nilai tradisional yang tak lapuk kena hujan tak lekang
kena panas.
Sebagaimana upacara - upacara adat lainnya, upacara adat kenduri sko menarik
untuk dikaji. Kenduri sko merupakan upacara adat terbesar yang ada di Kerinci dan
mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat. Di dalam upacara tersebut terdapat acara
penurunan benda - benda pusaka nenek moyang, serta pemberian gelar adat kepada
pemangku pemangku adat yang baru yang akan memimpin adat desa tersebut. Dengan
demikian, upacara kenduri sko sangat penting sekali bagi orang Melayu Tua yang ada
di Kabupaten Kerinci khususnya Di kecamatan tanah kampung.
BAB II
PEMBAHASAN
Kerinci adalah salah satu kabupaten yang terletak di bagian barat di Provinsi Jambi
dan telah di mekarkan dengan kota Sungai Penuh dengan berbagai pesona wisata alamnya
yang indah. Salah satu objek wisata yang terkenal di kabupaten kerinci adalah Objek wisata
Aroma Peco, danau Kerinci, Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh.
Sejarah Kerinci
Nama Kerinci berasal dari bahasa Tamil Kurinci. Tanah Tamil dapat dibagi
menjadi empat kawasan yang dinamakan menurut bunga yang khas untuk masing-masing
daerah. Bunga yang khas untuk daerah pegunungan ialah bunga Kurinci (Latin Strobilanthus.
Dengan demikian Kurinci juga berarti kawasan pegunungan.
Di zaman dahulu Sumatra dikenal dengan istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah atau
pulau emas). Kala itu Kerinci, Lebong dan Minangkabau menjadi wilayah penghasil emas
utama di Indonesia (walaupun kebanyakan sumber emas terdapat di luar Kabupaten Kerinci
di daerah Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin).
Di daerah Kerinci banyak ditemukan batu-batuan Megalitik dari zaman Perunggu (Bronze
Age) dengan pengaruh Budha termasuk keramik Tiongkok. Hal ini menunjukkan wilayah ini
telah banyak berhubungan dengan dunia luar.
Awalnya Kerinci adalah nama sebuah gunung dan danau (tasik), tetapi kemudian wilayah
yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan begitu daerahnya disebut
sebagai Kerinci (Kurinchai atau Kunchai atau Kinchai dalam bahasa setempat), dan
penduduknya pun disebut sebagai orang Kerinci.
Jadi tidaklah heran jika banyak masyarakat Kerinci yang lebih mudah mengerti bahasa
Minangkabau dibanding dengan penduduk wilayah Jambi lainnya karena keterikatan sejarah
kerajaan masa lampau.
Letak Kerinci
Kerinci berada di ujung barat Provinsi Jambi, berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat
(Minangkabau) di sebagian barat dan utara.
Seiring dengan pemekaran daerah, Kerinci saat ini telah terpisah dengan kota Madya Sungai
Penuh dan memiliki pusat pemerintahan sendiri di Siulak.
Jauh sebelum Indonesia merdeka, Kerinci merupakan kawasan yang telah memiliki
kekuasaan politik tersendiri.
Sebelum Belanda masuk Kerinci mencatat tiga fase sejarahnya yaitu: Periode Kerajaan
Manjuto atau Kerajaan Pamuncak Nan Tigo Kaum, Periode Depati, dan Periode Depati IV
Alam Kerinci. Kerajaan Manjuto, sebuah kerajaan yang berada di antara Kerajaaan
Minangkabau dan Kerajaan Jambi, beribukotakan di Pulau Sangkar.
Berikutnya, pada dua periode Depati, Pulau Sangkar memainkan peran sentral sebagai salah
satu dari empat pusat kekuasaan di Kerinci (Rasyid Yakin, hal. 4 -14).
Tetapi semenjak Belanda mulai menduduki Kerinci pada 1914, peran sentral Pulau Sangkar
secara politik pemerintahan mulai mengalami penyusutan.
Ketika Belanda menetapkan Kerinci sebagai sebuah afdelling dalam kekuasaaan Karesidenan
Jambi (1904) maupun di bawah Karesidenan Sumatera Barat (1921), dan ketika Kerinci
menjadi sebuah kabupaten sendiri dalam wilayah Propinsi Jambi (pada 1958), Pulau Sangkar
hanyalah sebuah ibukota kemendapoan (sebuah unit pemerintahan setingkat di bawah
kecamatan dan setingkat di atas desa).
Adat tumbuh sepanjang masa,tumbuh dan berkembang sesuai dengan aspirasi masyarakat
adat pendukungnya, sesuai dengan pepatah adat mengatakan Adat atas tumbuh,Lembago atas
tuang,melenting menuju buah, bakato menuju benar, sko dengan buatnyo, yang lahir
dipandang nyato,yang bathin di imankan.
Contoh nyata perubahan adat ialah setelah masuknya agama Islam ke alam Kerinci, adaptasi
adat dengan ajaran agama Islam secara menyeluruh adat berubah dengan sendirinya menjadi
Adat Besendi Syara- Syara yang Bersendi Kitabullah- yang merupakan perubahan dari adat
yang bersendi patut, patut bersendi benar yang sejak berabad abad sebelum agama Islam
masuk di pakai dan menjadi pedoman nenek moyang orang suku Kerinci.
Tugas dan kewajiban para pemangku adat adalah mengarah, mengajun, memapah
membimbing, menghilo membentang, keruh di jernih, kusut di selesai, silang di patut,
renggang disusun, apabila timbul silang selisih haruslah menghukum adil seperti tibo di mato
jangan dipicing, tibo diperut jangan di jangan singinjek, kempih, tibo dipapan jangan
berentak, tibo di duri jangan singinjek ,bukato jangan ngulung lidah,bejalan jangan ngenjen
kaki.
Para pemangku adat terutama yang masih muda usia diharapkan dapat memahami tugas dan
kewajibannya, Pemangku adat juga harus memahamiSko Tigo Takah dan memahami
hukum Syara,dengan dmikian diharapkan setiap keputusan yang diambil tetap berdasarkan
kata kata adat yakni,Adat bersendi Syara- Syara bersendi Kitabullah, dan setiap keputusan
yang diambil benar benar dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat luas terutama
kepada Allah.SWT.
C.SISTEM PEREKONOMIAN
Total luas alam Kerinci yang meliputi Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh seluas lebih
kurang 4.200 Km2, berada di wilayah paling barat Propinsi Jambi, dataran tinggi yang
terdapat didalam wilayah alam Kerinci bentuknya hampir menyerupai kuali, sehingga letak
pemukiman serta tempat mata pencarian berada ditengah tengah bukit serta pegunungan.
Pegunungan serta bukit yang melingkungi bumi alam Kerinci antara lain gunung Kerinci
(dengan ketinggian 3.805.M.dpl) merupakan gunung berapi tertinggi dan paling aktif di Pulau
Sumatera,gunung kunyit dan gunung raya) sedangkan bukitnya antara lain bukit gajah.bukit
tiong,bukit siru,bukit tapan,bukit sitinjau,dll.
Dataran tinggi dan lembah lembah yang berada di alam Kerinci merupakan daerah yang
sangat subur dan memiliki hutan belantara yang lebat dan dihuni beragam flora dan fauna
langka seperti gajah,harimau, rusa, kijang, kancil, napuh, serta puluhan jenis burung dan
primata.
Penduduk suku Kerinci disamping berusaha dilapangan pertanian dengan menggarap lahan
sawah dan perkebunan kopi dan casiavera serta pertanian holtikultura juga melakukan usaha
kegiatan peternakan secara tradisional dengan mengusahakan peternakan
kerbau,sapi(jawi),kuda kambing,biri biri,ayam,dan itik khas Kerinci. Khusus untuk ternak
sapi dan kerbau disamping untuk di konsumsi dan dijual juga dimanfaatkan sebagai sarana
transportasi dan digunakan sebagai alat pembantu untuk kegiatan pertanian disawah,kedua
jenis ternak ini digunakan untuk membajak lahan persawahan.
Secara geografis keadaan alam pemukiman suku Kerinci berupa dataran tinggi,dengan
ketinggian antara 900 -1.500. M.Dpl dengan curah hujan rata rata berkisar 3.000 4.000.M3
pertahun dengan suhu maksimum 28 Derajat Celcius. letak pemukiman penduduk berada
dibawah lereng gunung dan diatas areal persawahan,sehingga secara keseluruhan daerah
pemukiman orang Kerinci bentuknya hampir menyerupai kuali yang dikelilingi oleh bukit
bukit dan gunung gunung,kondisi dan kontur lahan pemukiman alam Kerinci memiliki
kesamaan dengan Bandung ibukota Propinsi Jawa Barat.
Diantara suku suku asli yang ada di Propinsi Jambi,suku Kerinci memiliki jumlah penduduk
yang relatif lebih banyak, disamping tingkat kepadadatan cukup padat dibandingkan dengan
Kabupaten lain selain Kota Jambi,masyarakat suku Kerinci memiliki taraf pendidikan yang
cukup baik, pada dekade tahun 1970 an hingga menjelang akhir tahun 1990 an jumlah warga
suku Kerinci yang berhasil meraih gelar sarjana lebih banyak dibandingkan dengan penduduk
suku suku asli lainnya di Jambi bahkan puluhan putra terbaik alam Kerinci mampu meraih
prestasi pendidikan dan jabatan tinggi baik yang berkarir dibidang pendidikan, dunia usaha,
PNS, Politisi, maupun Militer.
Potensi lahan alam yang indah dan subur membuat negeri ini oleh pujangga diumpamakan
Sekepal tanah surga yang tercampak kedunia,alam kerinci yang elok dan permai serta
tanahnya yang subur memberikan peluang besar masyarakatnya untuk bergerak disektor
pertanian
Bentuk usaha pertanian dimaksud dapat dibagi atas jenis usaha bersawah,berladang dan
berkebun,lebih dari 85% dari total penduduk di alam Kerinci bergerak di bidang pertanian
(bersawah) mata pencarian lain adalah berladang dengan menanam kopi,casiavera,cengkeh
dan tembakau, disamping itu masyarakat juga mengusahakan lahan lahan dengan menanam
palawijaya seperti kentang, tomat, sayur mayur, kacang kacangan. dll.
D.SISTEM PEMERINTAHAN
Satu kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala dusun, yang
juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat masyarakat dusun dibina
oleh para pemimpin disebut dengan Sko yang Tigo Takah, terdiri dari Sko Depati, Sko
Pemangku dan Sko Permenti Ninik Mamak. Depati merupakan jabatan tertinggi dibawahnya
adalah Pemangku yang merupakan Tangan kanan dari Depati, Dibawah Pemangku ada
Permenti Ninik Mamak (Rio, Datuk, Ngebi) merupakan gelar adat yang mempunyai
kekuatan dalam segala masalah kehidupan masyarakat adat.Wilayah Depati Ninik Mamak
disebut ajun arah. Struktur pemerintahan Kedepatian di Alam Kerinci disebut dengan
Pemerintahan Depati Empat Diatas dan Tiga dibaruh, Pemangku Lima, Delapan Helai Kain
Depati Tiga dibaruh memerintah di Alam Kerinci Rendah, wilayah Kabupaten Merangin
Sekarang yang, terdiri dari :
Depati Empat diatas memerintah di Alam Kerinci Tinggi, Wilayah Kabupaten Kerinci bagian
Hilir Sekarang, yang terdiri dari :
Kemudian di Wilayah Kerinci Bagian Tengah berdiri Mendapo nan Selapan Helai Kain yang
terdiri dari :
4. Depati Mudo Udo Nenggalo Terawang Lidah beserta Kembar Rekannya di wilayah
Rawang (Mendapo Tap)
8. Depati Punjung Sepenuh Bumi ( Depati Singa Lago) beserta kembar rekannya diwilayah
Rawang ( Mendapo Balun)
ditambah dengan Sungai Penuh sebagai Pegawai Jenang, Pegawai Rajo, Pegawai Syara'
Suluh Bindang Alam Kerinci di bawah Pemerintahan Depati Nan Batujuh Permenti Nan
Sepuluh Pemangku duo Ngebi Teh Setio Bawo, yang merupakan Turunan dari Siak Lengih
salah satu penyebar Islam di Kerinci, Siak Lengih diceritakan masih merupakan Kerabat
dekat dari Tuan Kadhi dari Padang Genting.
2. Rio Jayo
3. Rio Mendiho
4. Rio Sengaro
5. Rio Temenggung
6. Rio Pati
7. Rio Mandaro
1. Pemangku Rajo
Disebut Anjung lain Tepian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin, di bawah pemerintahan
Depati Bertiga, Bungkan Perbakalo yang Empat, Ninik Mamak Permenti Nan Salapan
1. Depati Intan Kumbalo Bumi Kum Segalo Bumi Rajo di Siulak Mukai
1. Demang Sakti
1. Rajo Liko
2. Rajo Indah
3. Rajo Penghulu
8. Sulah Putih
2. Depati Anggo
3. Depati Sangkar
5. Depati Gung
6. Depati Talago
1. Depati Pulang
2. Depati Naur
3. Depati Serampas
4. Depati Ketau
5. Depati Payung
6. Depati Karamo
Kekuatan Depati menurut adat dikisahkan memenggal putus, memakan habis, membunuh
mati. Depati mempunyai hak yang tertinggi untuk memutuskan suatu perkara. Dalam dusun
ada 4 pilar yang disebut golongan 4 jenis, yaitu golongan adat, ulama, cendekiawan dan
pemuda. Keempat pilar ini merupakan pemimpin formal sebelum belanda masuk Kerinci
1903. Sesudah tahun 1903, golongan 4 jenis berubah menjadi informal leader. Pemerintahan
dusun(pemerintahan Depati) tidak bersifat otokrasi. Segala maslah dusun, anak kemenakan
selalu diselesaikan dengan musyawarah mufakat.
Perkawinan adalah suatu bentuk hubungan pergaulan antara pria dan wanita yang
paling tua, sama tuanya dengan kelahiran manusia di muka bumi ini, dan yang paling umum
paling kuat dab sakral. Oleh karena itu ikatan perkawinan mempunyai ketentuan-ketentuan,
sistem dan cara yang jelas. Sebelum datangnya agama-agama samawi, perkawinan diatur
menurut aturan yang di buat oleh masyarakat sendiri berdasarkan akal pikiran dengan
memperhatikan alam sekitarnya sebagai guru. Maka lahirlah bentuk-bentuk dan cara-cara
perkawinan menurut keadaan dan kondisi masing-masing. Cara-cara yang mereka tetapkan
itu mereka lakukan berulang-ulang setiap melangsungkan perkawinan menurut bentuk dan
sistem yang mereka buat, maka jadilah ia menjadi adat dan kebiasaan yang lama kelamaan di
anggap suatu ketentuan yang harus di patuhi bersama.
Sedangkan perkawinan menurut adat kerinci bukanlah urusan kedua belah pihak calon
penganten, tetapi merupakan kewajiban kedua belah pihak orang tua, nenek
mamak,tengganai mereka. Seperti di jelaskan dalam hukum keluargaan, maka adalah menjadi
hutang bagi orang tua, terutama ayahnya untuk mengantar anak berumah tangga terutama
terhadap anak perempuan.
Di samping itu dalam pandangan masyarakat adat kerinci perkawinan adalah suatu
ikatan sakral (suci) yang mengikat kedua belah pihak penganten lahir bathin dengan jalan
memenuhi ketentuan adat, syarak dan sekarang di tambah lagi dengan undang-undang
perkawinan. Dengan kata lain bahwa perkawinan itu diletakkan diatas tungku bercabang tiga,
yaitu :
1. Memenuhi ketentuan adat
Setelah datang agama, khususnya agama islam, dan seruannya sampai kepada umat
dan dianutnya maka secara beransur-ansur cara-cara dan sistem adat kebiasaan itu di
pengaruhi oleh agama yang pada gilirannya menggantikan atau menyempurnakan adat.
Penggantian adat oleh agama itu melalui bermacam cara dan bentuk pula. Dalam hal yang
tegas-tegas terjadi pertentangan antara adat dan agama, maka ketentuan agamalah yang
diikuti. Kalau hanya berbeda sebutan maka agama menyempurnakan atau membiarkannya
berlaku.
Sejak diundangkannya UU no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan PP no. 9 tahun
1975 sebagai peraturan pelaksananya, maka hal-hal yang tidak diatur di dalam undang-
undang dan peraturan pelaksanya itu berlaku hukum adat. Adat disini sudah barang tentu adat
yang tidak bertentangan dengan undang-undang, apalagi dengan agama. Berikut ini akan di
bicarakan berturut-turut mengenai sistem perkawinan, adat kebiasaan mencari jodoh, upacara
perkawinan, harta perkawinan dan putusnya perkawinan serta akibat-akibatnya.
1. SISTEM PERKAWINAN
Kita mengenal tiga macam sistem perkawinan, yaitu endogami, eksogami, dan
eleutherogami.
Di kalangan anggota masyarakat kerinci ada orang atau kelompok yang memandang
perkawinan di dalam lingkungan kerabat sendiri itu lebih diutamakan, tetapi berarti
perkawinan keluar kerabat tidak atau kurang baik, tidak ada larangan mencari pasangan
keluar lingkungan kerabat, apalagi di lingkungan kaum kerabat tidak ada yang sejodoh.
Dengan demikian jelas bahwa sistem perkawinan di kerinci adalah eleutherogami. Kawin
antar warga berlainan desa atau daerah juga tidak dilarang, bahkan dengan orang asingpun
tidak di larang, bahkan dengan orang asingpun tidak di larang asalkan sama-sama beragama
islam. Untuk larangan kawin hukum adat kerinci mengacu kepada hukum perkawinan islam
seperti yang diatur dalam undang-undang no. 1 tahun 1974. Dalam pada itu terdapat juga
orang atau kelompok masyarakat yang tidak atau kurang menyukai perkawinan yang
hubungan keluarganya terlalu dekat, seperti umpamanya dengan sepupu di mana bapak atau
ibu mereka bersaudara kandung. Sebaliknya mereka sangat menyukai perkawinan dengan
anak mamak dan anak datung (bibi). Perkawinan demikian dikatakan kuah jauh ke nasi.
Mengenai tempat tinggal setelah perkawinan dilangsungkan, sang suami ikut kerumah
pihak isteri (matrilokal) sampai mereka memiliki rumah sendiri. Sungguhpun demikian,
bukanlah suatu aib bila si isteri yang ikut tinggal di rumah suami yang di sebut semendo
surut. Dalam pergaulan sehari-hari kerabat pihak isteri memandang orang semendo sebagai
anggota keluarga sendiri dengan kedudukan sebagai anak batino tanpa keluar dari suku
kerabatnya di mana dia sebagai anak jantan.
Dalam semendo surut sang isteri di pandang sebagai anak batino. Berbagai alasan
mengapa terjadi semendo surut itu. Ada alasan karena keluarga suami tidak mempunyai anak
perempuan, isteri berasal dari keluarga yang menganut sistem patrilineal, atau mereka kawin
di rantau lalu isteri di bawa pulang ke rumah suami. Di sambut dengan kenduri memotong
kambing seekor beras dua puluh (menyembelih seekor kambing, menanak beras dua puluh
gantang).
Sebagai suatu ikatan perjanjian, maka sudah barang tentu ada sanksinya bilamana di
langgar. Demikian pula janji kawin yang di buhul dengan suatu tanda berupa cihai itu.
Kalau igkar janji itu dating dari pihak si bujang, maka ia akan kehilangan cihai, dan barang
tersebut jatuh menjadi milik gadis. Dan kalau yang ingkar janji itu pihak si gadis, maka ia
harus mengembalikan dua kali harga cihai tersebut. Pihak yang ingkar janji harus
mengadakan upacara kenduri dengan mengundang para ninik mamak, alim ulama serta orang
adat, sekaligus memberitahukan, bahwa ikatan perjanjian atau pertuangan telah putus, dan
masing-masing pihak telah kembali bebas seperti sedia kala. Untuk selanjutnya, bila
pemutusan itu di lakukan secara baik-baik, maka kedua belah pihak lalu mengadakan suatu
ikatan kekeluargaan sebagai adik kakak.
Adapun apabila pemutusan ikatan janji itu atas persetujuan kedua belah pihak, maka
sanksi seperti tersebut diatas tidak berlaku. Dalam hal ini berlaku undang-undang adat yang
mengatakan alah sko dek janji,alah janji dek mufakat
Sejak tercapainya kata sepakat untuk melangsungkan perkawinan dan hari H-nya pun
sudah di tetapkan, maka masing-masing pihak mulai mengadakan persiapan agar bila tiba
saatnya yang ditunggu-tunggu semuanya sudah siap dan upacara pernikahan dapat di
laksanakan dengan tertib dan lancar. Soal waktu dan tempat ijab disesuaikan dengan situasi
dan kondisi,apakah siang atau malam, dirumah atau di masjid atau dibalai nikah. Masing-
masing desa mempunyai ketentuan atau tradisi sendiri. Dan bila di laksanakan di rumah pihak
si wanita, dan tentunya setelah segala urusan administrasi di selesaikan.
Secara umum terdapat dua macam pola upacara pernikahan: pertama, upacara adat
terpisah dengan upacara peresmian/resepsi;kedua, upacara akad dilakukan sekaligus dengan
upacara peresmian/resepsi. Upacara akad (ijab qabul) di laksanakan menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan ijab biasanya di wakilkan kepada
tuan khadi ; jarang sekali wali nasab mengijabkan piterinya. Dalam setiap upacara pernikahan
akan melibatkan para tengganai dan ninik mamak, alim ulama, cerdik pandai dan pemuda-
pemudi. Masing-masing mempunyai tugas tertentu. Ninik mamak bertugas mengawasi
jalannya upacara, alim ulama memimpin doa dan memberikan nasihat perkawinan, cerdik
pandai memberikan sambutan, dan pemuda-pemudi urusan tamu, menghias pengantin dan
rumah tempat acara berlangsung (rumah muntaing) dan lain sebagainya.
Apabila segala persiapan dianggap sudah lengkap, para undang terutama PPN, kadhi
dan wali nikah, maka pihak tengganai mengutus orang kerumah calon mempelai pria untuk
memberitahukan bahwa upacara akad segera akan di laksanakan. Calon mempelai pria yang
memang sudah siap menunggu kedatangan utusan tersebut, segera berangkat kerumah calon
pengganti wanita dengan diiringi oleh para pengantar dari pihak keluarganya dan teman-
temannya. Sesampai di rumah calon pengantin wanita, istirahat sebentar, kemudian pembawa
acara berdiri untuk membacakan susunan acara yang akan di laksanakan. Kedua calon
mempelai beserta pendampingnya dipersilahkan mengambil tempat yang telah disediakan
didepan pejabat PPN dan tuan kadhi serta wali nasabnya.
Apabila acara akad dipisahkan dengan resepsi peresmian, maka pada acara akad
hanya diadakan kenduri kecil saja, sedangkan resepsi yang sesungguhnya akan di
selenggarakan beberapa hari kenudian, dan pada saat itulah upacara secara adat dilakukan,
seperti menyampaikan pno, pemberian gelar dan sebagainya. Pada upacara akad yang
digabungkan dengan resepsi sekaligus, maka acara pno dan lain-lainnya itu di laksanakan
ketika itu juga.
Walaupun akad nikah (dan resepsinya) telah berlangsung,namun mempelai pria belum
diperkenankan tinggal di rumah penggantin wanita, ia dibawa kembali oleh pengiring-
pengiringnya kembali kerumah orang tuanya, sampai datangnya jemputan dari pengantin
wanita.
Jemputan itu dilakukan keesokan harinya, di mana pengantin wanita di temani oleh
seorang wanita setengah baya. Jemputan itu adalah jemput terbawa . artinya pengantin
wanita pulang dengan membawa pengantin pria.pengantin itu sangat dianjurkan berkunjung
kerumah-rumah kaum keluarga yang dipandang patut di beri penghormatan atau di tuakan
dalam keluarga, seperti mamak, paman, datung(bibi) dan lain-lain.
Dalam masyarakat kerinci juga di kenal, yang disebut kawin gantung, yaitu
perkawinan dimana pasangan suami isteri itu belum hidup serumah sebagai layaknya orang
bekeluarga. Terjadinya kawin gantung itu di sebabkan berbagai pertimbangan. Umpamanya
karena si isteri masih di bawah umur, situasi dan kondisi yang belum mengizinkan mereka
berkumpul dan sebagainya. Kawin gantung itu lebih kuat dari ikatan pertunangan,karena
sudah di penuhi nya syarat dan rukunnya.
Pencak Silat adalah seni bela diri dengan menggunakan dua mata pedang. Pencak silat ini
dimainkan oleh sepasang anak jantan yang masing-masing memegang satu pedang. Mereka
mempertontonkan keahlian bermain senjata tajam.
2) Tari Persembahan
Tari persembahan adalah tari untuk menyerahkan sekapur sirih kepada para petinggi-
petinggi daerah yang hadir, Depati nan Bertujuh, Permanti nan Sepuluh, Mangku nan Baduo
serta Ngabi Teh SantioBawo. Juga menyerahkan sekapur sirih kepada calon Depati, Ngabi,
Permanti dan Mangku yang akan dinobatkan menjadi pemangku adat yang baru.
3) Tarian asyeak
Tarian asyeak yaitu tarian upacara yang pada klimaksnya dapat membuat penari
kesurupan (trance)sehingga tubuh para penari tersebut tidak mempan oleh senjata tajam atau
api,meniti mata keris atau pedang tanpa luka .biasanya tarian jenis ini terasa dominan
mempengaruhi unsur-unsur magis,sehingga tidak bisa dipertunjukkan disembarang waktu.
4) Tari Massal
Tarian ini ditata sedemikian rupa khusus dipagelarkan untuk acara-acara helatan besar
seperti Festival danau Kerinci dan juga Kenduri Sko. Tarian ini ditata dengan konfigurasi
menggambarkan keadaan geografis Kerinci yang berbentuk kawah (landai). Gerakan yang
ditarikan merupakan gerak-gerak tari tradisional Kerinci seperti tari Rangguk dan tari Iyo-yo.
5) Tari Rangguk
Tari Rangguk ini merupakan tarian spesifik Kerinci yang populer. Tarian ini ditarikan
oleh beberapa gadis remaja sambil memukul rebana kecil. Tarian ini diiringi dengan nyanyian
sambil mengangguk-anggukkan kepala seakan memberikan hormat. Tari Rangguk dilakukan
pada acara-acara tertentu seperti menerima kedatangan Depati (tokoh adat Kerinci), tamu dan
para pembesar dari luar daerah.
6) Penurunan Pusaka
Menurunkan pusaka dari Rumah Gadang (dalam bahasa Kerinci Rumah Gedang
disebut Umoh Deh)dibawa ke Tanah Mendapo tempat upacara dilaksanakan. Oleh para
sesepuh adat, pusaka itu lalu dibuka satu persatu, dibersihkan dan dipertontonkan kepada
masyarakat sambil menceritakan asal usul atau sejarah pusaka tersebut.
7) Penobatan para pemangku adat
1. Depati
Semua calon Depati dan Ngabi memakai pakaian adat berwarna hitam dan berbenang
emas. Dipinggang sebelah kanan diselipkan sebilah keris. Untuk calon Permanti dan Mangku
juga memakai pakaian adat dan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu pacat.
Calon Depati baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai
diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan
dijabatnya.
2. Ninik Mamak
Calon Permanti baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai
diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan
dijabatnya.
3. Teganai
Anak jantan dalam keluarga yang memiliki akal cerdik pandai dalam mengurus
keluarga (anak butino).
Dibawah ini di kutip salah satu bunyi pepatah petitih penobatan dalam wilayah
persekutuan adat Depati nan Berujuh Tanah Mendapo :
Rapek-rapeklah anok janteang anok batino dalon dusun ineih dengea pasak-pasak.Adepun
kamai ineih melakaukan buot dingon karang setio,di ateh baserau ngan baimbea anok
janteang anok batino ,kepado umoh kapado tango ,kapado laheik kapado
jajo,manganengohkan tando kbea sikou breh sratauh ,ndok jadi Depatai dan Permentai.Lah
Bapapah babimboing kapado Depati nan Batujeuh,Pamangkau nan Baduea sarto Permentai
nan Spulauh.Sudeah niang dipabuot,jadinyo Depati Nan Batujeuh ,batinonyo Pamangkau
Nan Baduea,lahirnyo kamai Ngabi Teh Santio Baweo batinnyo Depati Nan Batujeuh ,sudeah
diparbuot di ateh umoh patelai,sandinyo padek tanoh krajaan ,lubeuk mmeh pendannyo
mmeh,sungei bremeh tanjoun bajure,di ateh tanoh ngan sabingkeh,dibawah pawon ngan
sakakai ,bahimpoung piagea ngan tujeuh pucauk pado keri Pendok Anggo
Lumpaing.Masauk pado karang stio ngan samangkauk.Sapo ngising kno miang ,sapo
nguyang kno rbeah,sapo mancak mulih utang,sapo nindeih mulih garoih.Ideak bulieh nuhok
kawang saireing,ideak bulieh nguntein kae dalon lipatan.Ideak bulieh bakuroak bakandon
daleang,ideak bulieh pepak di luo unceing di dalon.Kalou diparbuot ,padoi ditanang lalang
tumbouh,kunyaet ditanang puteih isi,anak dipangkau jadi bateu.Ngadeak ka ilei dikutuk
Tuhang,ngadeak ka mudeik dikutuk Tuhang,dikutuk quran 30 jeuh dimakon biso kawai .Ka
dateh ideak bapucauk ,ka bawoh ideak baurak ,di tengoah di jarum kumbang.Dibageh ingak
pado sagalo anok janteang anok batinoa,jiko awak ideak dilabeuhkan glea,dijadikan rekak
dengon rekik,dijadikan rujuk dingon undou.Manggulung si lengan bajeu ,nyingkak kaki
sirwang ,nambak bateu di balei,manikang kapalo karto ,ngato awak di luo adeak di luo
pusko,ngandang saumo ideuk.itoh salah!.
Didendo dingan breh saratauh kbou sikau.Kalou traso awak dilabeuhkan glo,dijadikan gleak
dingan ilei,dijadikan tpauk dingan tarai,traso gedeang ndok malando,traso panjang ndok
malilaik.Mangupak mangupur balea,bagaligo buleak sakendok atai.Basutang di matao
brajea di atai,babeneak ka mpou kakai.itoh salah!Lahe mulih utang batin dimakon karang
stio nan samangkauk.Kinai lah diangauh breh sratauh kbea sikau,suko jadoi suko
manjadoi,glo jateuh pusko tibeo.
Setelah semua acara acara selesai semua pusaka yang telah dibersihkan diletakkan
kembali di tempat adat yang telah disediakan yang bernama rumah gadang kerinci.
1. Peri sebagai penguasa angin dan elemen udara lainnya serta bersemayam dilangit.
2. Mambang sebagai penguasa Hujan dan elemen air serta bersemayam di danau.
3. Dewo sebagai penguasa hutan dan elemen tanah serta bersemayam di pegunungan
atau hutan larangan.
Selain mempercayai hal tersebut, suku kerinci juga memuja roh para leluhur.
Masyarakat suku kerinci yakin sekali bahwa roh nenek moyang selalu memelihara
dan menjaga anak keturunannya dari marabahaya. Oleh sebab itu, suku kerinci
memiliki ahli agama tersendiri yang disebut Balian.
Karena mendapat pengaruh agama islam Balian ini kadang disebut sebagai Balian
saleh merujuk pada orang yang taat melaksanakan ajaran agama. Balian saleh pada
umumnya adalah perempuan namun ada juga yang laki-laki. Selain sebagai perantara
komunikasi dengan roh leluhur, balian saleh juga berperan sebagai tabib atau dukun
serta pemimpin berbagai ritual dalam rangka memuja roh leluhur.
1. Balian Tuo/Saleh Gedang, sebagai anak perempuan tua. Balian ini yang biasanya
menunggu rumah Gedang(rumah adat kerinci), dan menjadi pemimpin bagi para
balian lain dalam melakukan ritual yang di selenggarakan oleh negeri atau saat
penobatan balian balian saleh yang lain.
2. Balian Kecik/Saleh Kecik sebagai anak perempuan dalam balian ini hanya
melakukan ritual-ritual kecil saja atau ritual yang di gelar oleh suatu kelabu atau
larik.
Setiap balian saleh umumnya memiliki tempat yang amat sacral dirumahnya,
dan memiliki kekuatan mistis yang besar. Tempat itu disebut dengan luwan atau
luwen bwerfungsi sebagai tempat melakukan ritual. Di tempat ritual itu ada benda
yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh leluhur dan tempat memuji roh
leluhur biasanya disebut dengan sangkak. Sangkak ini ada beberapa macam pula,
sangkak tujuh untuk balian tuo, dan sangkak limo untuk balian kecik.
Berbagai ritual yang berkaitan dengan pemujaan roh nenek moyang disebut
Pelaho. Pelaho mengandung makna yang dalam sekali dimana para leluhur
memerintahkan supaya anak keturunannya memelihara segala tradisi dari mereka
terdahulu.
Upacara pelaho ini tidak lepas dari sesajian yang wajib ada untuk di
persembahkan kepada leluhur seperti:
1. Jikat yaitu beras yang di masukan kedalam bakul. Ada dua jenis jikat begantang
sebanyak 8 canting beras biasanya dan jikat secupak sebanyak 1 canting 3
genggam selain itu juga diisikan cincin anye dan sejumlah mata uang sebagai
persyaratan.
2. Perlengkapan sirih dan pinang, rokok enau dan tembakau sebagai tanda
penghormatan kepada leluhur. Sirih ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ada
namanya sirih tigo kapur, sirih tigo silo, sirih tigo kalinsung, sirih pengucap, sirih
punyayo, sirih tujuh pinang.
3. Jamba, biasanya digunakan ayam hitam, ayam putih serta berwarna kuning.
4. Kain putih biasanya disebut kain limo jito.
5. Benang sepuluh dan keris.
6. Berbagai bunga-bungaan, dalam bahasa setempat bunga yang digunakan seperti
bungo cino, bungo pandan, bungo kembang alo, bungo karangmanding, bungo
sepeleh hari, bungo kembang setahun, bungo talipuk tebing, tergantung dari ritual
apa yang akan di laksanakan.
1. Pemanggilan arwah leluhur oleh para balian saleh dengan mantra-mantra yang
mereka senandungkan biasa disebut dengan nyaro.
2. Upacara asyik yaitu para balian saleh menari sambil memuji roh leluhur sambil
mengucapkan mantra dengan diiringi oleh dap/rebana tradisional dan gong.
Biasanya balian saleh akan kesurupan atau dirasuki oleh arwah leluhur mereka
disaat itulah masyarakat dapat berkomunikasi dengan arwah leluhur.
3. Upacara ini biasanya diakhiri dengan kenduri bersama.
Pada Prinsipnya adat erat kaitannya dengan agama islam yang dianut oleh
masyarakat alam Kerinci, sejak berabad-abad adat telah menjadi bagian dari tata cara
berbhakti kepada Sang Khalik. Se-belumnya ketika agama belum memasuki kehidupan
masyarakat alam Kerinci, adat merupakan pandangan hidup masyarakat alam Kerinci pada
masa itu, setelah kedatangan agama Islam, maka agama berfungsi sebagai pengontrol
terhadap adat, melalui seleksi alam, adat-adat yang belum bersesuaian dengan agama
perlahan lahan dapat dihilangkan dan disesuaikan dengan ajaran moralitas agama.
Dalam adat pada masa lalu sering ditemui hal hal yang bertentangan, namun
kehadiran agama Islam dalam kehidupan masyarakat alam Kerinci, maka agama islam
memperbaiki dan meluruskan hal hal yang belum berkesesuaian.
K a n d i d a t D o k t o r U n i v e r s i t a s N e g e r i J a k a r t a , D r s J o n i Mardizal, MM
(Kemenpora Jakarta:6-2012) mengemukakan sebelum ajaran agama Islam memasuki kehidupan
masyarakat alam Kerinci, pada masa itu adat masyarakat alam Kerinci banyak bersentuhan
dengan pengaruh-pengaruh dari luar seperti pengaruh agama Hindu,Budha dan kemudiaan Islam
memperbaiki hal hal yang tidak sesuai. Sejak saat itu hubungan antara adat dengan agama
Islam, dan sejak saat itu dalam adat Alam Kerinci dikenal dengan seloko
Adat bersendi syarak-syarak bersendi Kitabullah. Adat berbuwul sentak,- Syarak berbuwul
mati. Adat boleh berubah,-syarak tidak boleh berubah.Seloko atau petitih ini terdapat di
Kerinci, Minangkabau dan Jambi dan masih dijadikan pedoman masyarakat Adat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kabupaten kerinci merupakan kabupaten yang terletak di bagian barat provinsi jambi.
Kabupaten kerinci memiliki banyak objek wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan.
Kabupaten kerinci memiliki sistem adat yang sangat melekat di masyarakatnya misalnya,
sistem peekonomian, sistem perkawinan atau adat perkawinan, sistem pemerintahan, adat
mencari jodoh.
Di masyarakat kabupaten kerinci mengenal adanya kepala adat atau tetua adat.
Kabupaten kerinci memiliki kesenian daerah yang tidak kalah dengan daerah lainnya
misalnya, pencak silat, tari persembahan, tari asyeak, tari massal, tari rangguk, penurunan
pusaka, dan penobatan para pemangku adat.
Tradisi kerinci merupakan tadisi yang unik, misalnya terdapat pidato adat yang berupa
prosa berirama yang terdapat pada acara kenduri sko. Pidato yang berupa prosa berirama
tersebut disebut deto talitai. Sebelum islam masuk ke daerah kerinci, masyarakat kerinci
menganut system kepercayaan anamisme dan dinamisme. Namun setelah islam masuk ke
kabupaten kerinci, masyarakat kerinci menganut agama islam.