SKRIPSI
Oleh:
11140321000046
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1439 H / 2018 M
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh:
Di Bawah Bimbingan:
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag) pada Program Studi
Agama-agama.
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Anggota,
Pembimbing,
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya begitupun hingga skripsi
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga setiap dari kita kelak
Penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari sempurna ini tidak
akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dari banyak pihak baik secara materil
maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
arahan, atas kesabaran dan ketelitian dalam membimbing Penulis. Beliau yang
2. Dr. Media Zainul Bahri, M.A, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama
serta selaku Penasehat Akademik dan Dra. Halimah Mahmudy M.A, selaku
3. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A atas
kesempatan belajar dan fasilitas yang diberikan pada Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat.
v
vi
4. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prof. Dr. Masri Mansoer,
5. Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, M.A, selaku Wadek I bidang Administrasi Fakultas
tentang skripsi, para Staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan para Staff
Pedro Da Silva tercinta dan adik-adik serta keluarga yang membuat saya
8. Teman-teman terbaik yang selalu mensupport dan mendukung dari awal mula
Nur Shabrina, Windy Anisa Dhiya, Siti Meli Marliana, Elva Nuzuliah, Dede
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
2.3 Upacara Adat dan Agama dalam Suku Bangsa Dayak .......................... 39
KALIMANTAN .................................................................................................. 52
viii
ix
4.2 Klasifikasi Motif Produk Kesenian Masyarakat Dayak Kaharingan ... 107
ix
BAB I
PENDAHULUAN
berlaku sekarang ini adalah suatu kawasan atau wilayah bekas jajahan Belanda
antara abad ke-17 hingga abad ke-20. Pada saat itu, Indonesia disebut Hindia
salah satu bangsa di dunia yang paling majemuk dipandang dari segi
daerah dipakai, dan hampir semua agama besar diwakili, selain agama asli
digambarkan oleh para pendiri Republik Indonesia ini pada tahun 1945
”Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu.” Motto ini diambil dari gagasan brilian
1
Faisal Ismail, “Prolog,”dalam Kementrian Agama RI, Badan LITBANG dan Diklat, Ed.,
Ahmad Syafi’I Muhfid, Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia (Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), h. xi.
1
2
kembali motto ini oleh para pendiri Republik ini sebagai motto nasional
adalah untuk mempertegas visi kebangsaan dan aspirasi sosial politik mereka
integritas wilayah dan stabilitas negara Indonesia yang kita kenal sebagai
final dan ditetapkan sebagai ‘harga mati.’ Konsesus nasional pun secara bulat
banyaknya etnis seperti etnis Jawa, Sunda, Betawi, Madura, Batak, Bugis,
Banjar, Dayak, Buton, Bali, Sasak, Maluku, Minang, dll. yang semuanya
memperkirakan lebih dari 250 bahasa lokal dipakai di Indonesia), adat istiadat,
tradisi, seni dan budaya sendiri dengan identitas khas yang berbeda satu sama
lain. Dari segi agama dan kepercayaan, bangsa Indonesia memperlihatkan juga
3
seperti Islam (dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia), Kristen (Katolik dan
Protestan), Hindu dan Budha sudah lama eksis di Tanah Air ini dan
dan menjaga kerukunan antar umat beragama dan toleransi antar penganut
kepercayaan.2
lokalitas dengan latar belakang kehidupan, tradisi, adat istiadat dan kultur
lokal itu memperlihatkan ciri-ciri khas yang berlainan satu sama lain. Dengan
kata lain, suatu kepercayaan lokal yang terdapat di suatu daerah akan tidak
sama dengan kepercayaan lokal yang terdapat di daerah lain. Bisa saja
kepercayaan, tetapi setiap kepercayaan lokal akan menampakkan ciri khas dan
dianut dan dipraktikkan oleh suku yang mendiami daerah tertentu. Dapat
2
Ismail, “Prolog,” h. xiii.
4
kepercayaan lokal ini tetap bertahan pada saat agama Hindu, Budha, Islam dan
Kristen datang ke Nusantara dan terus dianut secara turun temurun oleh suku-
Hindu Bali atau Hindu Dharma), Aluk Tadolo (Toraja), Sunda wiwitan
Hindu Kaharingan adalah Tiwah, yaitu upacara kematian terakhir. Upacara ini
berlangsung paling sedikit tujuh hari dan paling lama tiga puluh tiga hari.
surga agar dapat bersatu dengan nenek moyangnya serta sangiang, mahkluk
3
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_asli_Nusantara pada tanggal 25
Maret 2018, 01.51.
5
gagasan kekeluargaan.4
Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan asal-
usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan kosmos dan sifat manusia,
orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang
hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
(budia atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan
4
Brooke Nolan, Dayak Kaharingan Belief System.(tanpa kota: tanpa penerbit, tanpa
tahun), h. 1.
5
Diakses dari https://kbbi.web.id/budaya pada tanggal 27 September 2018 pukul 13.26
WIB.
6
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agama pada tanggal 27 September 2018
pukul 11.50 WIB
7
Diakses dari https://kbbi.web.id/agamapada tanggal 27september2018 pukul 13.25
WIB.
6
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bahasa Indonesia.8
aktivitas keseharian masyarakat Dayak pada masa lalu, baik dalam upaya
menyeluruh.9
Menurut Salam sistem sosial dan kerohanian suku Dayak yang mereka peroleh
ataupun mitos yang disampaikan secara langsung oleh orang tua-tua kepada
anak, dari anak ke anaknya lagi dan begitu seterusnya, sehingga tradisi-tradisi
yang berjudul Religi Suku Murba di Indonesia (2003) lebih banyak membahas
yang banyak antara suku yang satu dengan suku lain, baik dibidang
Marko Mahin adalah pendeta dan juga teolog Indonesia yang menulis
religionization).12
10
Syamsir Salam, Agama Kaharingan Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan
Tengah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 212.
11
Harun Hadiwijono, Religi Suku Murba di Indonesia (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), h.
56.
12
Marko Mahin, Kaharingan: Dinamika Agama Dayak di Kalimantan Tengah, (SKripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI, 2009), h. 343.
8
agama seperti magi, ritual, pembacaan doa dan kepercayaan pada kosmologi
Barat adalah 442/100.000 kelahiran hidup berada di atas angka rata-rata dunia,
bahan pangan (56 jenis), obat-obatan (46 jenis), kosmetik (4 jenis), bahan
13
Diana H. Sofyah, Agama dan Pengobatan Latar Belakang Religi dan Konsep Dasar
Pengobatan Dayak Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah Khususnya Kota Madya
Palangkaraya,(Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI Jakarta, 1997), h. 182.
14
Edy Suprabowo, “Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas pada Suku
Dayak Sanggau,”Kesahatan Masyarakat Nasional, Vol 1, No. 3, Desember 2006, h. 112.
9
hidupnya.15
metode-metode yang berbeda. Penulis tertarik ingin meneliti hasil karya para
penulis di atas, yang penulis rumuskan menjadi judul “Agama Suku Bangsa
Indonesia?
15
Franisca Murti Setyowati dkk, Enbotani Masyarakat Dayak Ngaju di Daerah Timpah
Kalimantan Tengah,(tanpa tempat: Pusat Penelitian Biologi: LIPI, 2005), h. 504-507.
10
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi para
subjektif lagi dalam memahami setiap hasil karya orang lain, dan hasil
penelitian ini dapat menjadi rujukan para peneliti lain dengan tema
c. Kegunaan Akademis
1. Jenis Penelitian
16
Sayuthi Ali, Metode Penelitian Agama Pendekatan Teori & Praktik (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 58.
17
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdokarya,
1996), h. 27.
12
penelitian kauntitatif.
2. Pendekatan Penelitian
berhubungan dengan dewa Hermes, dewa dalam mitos orang Yunani, yang
bertugas menyampaikan berita dari dewa kepada manusia. Dewa ini juga
18
Boy S. Sarbaguna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif (Jakarta: UI Press, 2008), h.
1.
19
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama Pengenalan Awal Metodelogi
Studi Agama-agama untuk IAIN, STAIN, PTAIS (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 39.
13
3. Teknik Penulisan
lembaga lainnya.22
1. Sumber Primer
20
Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Al-Kitab ( Malang:
Seminari Al-Kitab Asia Tenggara, 1993), h. 1.
21
Heru Sukardi K, Dasar-dasar Metodologi Sejarah (Surabaya, Proyek Peningkatan/
Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Surabaya, 1979), h. 5.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D,
edisi IV (CET XIX, Bandung: Alfabeta, 2014), h. 3.
14
Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data
Hidayatullah. 2009.
Penelitian Biologi-LIPI).
15
1996.
2. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang materinya secara tidak langsung
1) Tim Penulis UIN Sunan Kalijaga dan AIFIS. “Agama dan Budaya
23
Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.117.
16
dan sistematika penulisan. Secara garis besar bagian ini bertujuan sebagai
Bab ketiga Para Penulis Indonesia dengan isi karyanya. Bab ini
tersebut ke dalam dua aspek, yakni aspek keagamaan dan aspek kebudayaan.
kesimpulan yang mencakup semua isi skripsi, saran dan diakhiri dengan kata
penutup.
BAB II
kalimantan seperti Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sarawak dan Sabah,
Kalimantan memiliki 7 suku asli yakni Banjar, Tidung, Melayu, Dayak, Kutai,
Paser dan Berau, namun pada tahun 2010 menururt sensus Badan Pusat
yakni Banjar, Dayak dan suku bangsa asli Kalimantan lainnya (non Dayak dan
Non Banjar).24
tergolong dalam suku bangsa Melayu Tua (Proto Melayu). Istilah “Orang
Dayak” adalah nama yang diberikan oleh pengarang bangsa asing yang
dengan suku bangsa lainnya yang mendiami bagian pantai Kalimantan seperti
suku Banjar. Penduduk asli itu sendiri mulanya tidak mengenal nama “Dayak”
24
Diakses dari https://id.wikipdia.org/wiki/suku-Dayak pada tanggal 28 April pukul 23.44
WIB.
18
19
yang diberikan kepada mereka itu secara keseluruhan. Mereka menyebut suku
Tengah ibu kotanya Palangka Raya, Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak,
suku Dayak, terbagi dalam 405 sub-sub suku. Etnis Dayak Kalimantan yang
dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai,
nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya
dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut
sumber yang lainnya yang dikutip Hamid bahwa mereka menyebut dirinya
dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Batang Lupar,
25
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat dan Upacara Perkawinan
Daerah Kalimantan Timur, (Jakarta: PN Balai Pustaka, tanpa tahun), h. 14-15.
20
Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju, Desa dan lainnya, yang memiliki latar
sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut "Nansarunai Usak
Jawa", yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit,
pedalaman.26
dalam kehidupan suatu suku bangsa, demikian pula halnya dengan masyarakat
Adat istiadat itu sangat mereka hormati dan benar-benar dijunjung tinggi.
bangsa Dayak mempunyai banyak sekali tata aturan hidup yang harus di
patuhi, misalnya adat berpakaian, adat dalam melakukan suatu upacara baik
yang berkaitan dengan daur hidup maupun dengan peristiwa alam, adat
26
Hamid Darmadi, “Dayak dan Asal-usul Penyeberannya di Bumi Borneo (1),” Jurnal
Pendidikan Sosial, Vol 3, No. 2, Desember 2016, h. 323-333.
21
ketentuan akan hukum adat yang tetap diberlakukan bagi si pelanggar adat
sampai sekarang.
Hukum adat adalah cetusan jiwa dari suatu suku bangsa. Ia lahir
Mengetahui hukum adat adalah salah satu langkah untuk menguasai jiwa
seseorang dalam masyarakat tertentu, sehingga hukum adat itu dapat dengan
hukum adat dan adat istiadat dalam suatu masyarakat berarti telah memiliki
disimpulkan bahwa hukum adat juga merupakan adat atau kebiasaan yang
Hukum adat yang baik tertulis, maupun yang tidak tertulis sampai
sekarang tetap, hidup subur dan terpelihara oleh masyarakat Dayak pada
umumnya. Masyarakat yang melanggar adat atau norma yang berlaku akan
dikenakan sanksi adat (harus membayar adat). Besar kecilnya sanksi adat
ditentukan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini berlaku
bagi semua warga masyarakat yang melakukan pelanggaran tanpa kecuali baik
Sebagian besar suku Dayak yang memeluk agama Islam tidak lagi
mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tetapi menyebut dirinya sebagai orang
“Melayu” atau orang “Banjar”. Sedangkan orang Dayak yang tidak memeluk
27
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Kebudayaan
Kalimantan, (Jakarta: Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 19993), h. 34-35.
22
Balangan. Sebagain lagi terus masuk rimba. Orang Dayak yang memeluk
Tidak ada orang Dayak di pulau lain selain Kalimantan, dahulu mereka ini
Akan tetapi ketika orang Melayu dari Sumatera dan Tanah Semenanjung
hutan yang dinilai subur untuk berladang dan bercocok tanam sebagai mata
tahun, ratusan tahun dan bahkan puluh ribuan tahun akhirnya hampir seluruh
daerah pelosok pedalaman Kalimantan tidak ada yang lepas dari hunian orang
satu dengan lainnya memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai
23
mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya.
catatan, dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan
keampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari
tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-
20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang
mati karena di-kayau, maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau
tersebut menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu
sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata
Suku Dayak merupakan salah satu suku besar di Indonesia, suku ini
Kalimantan. Pada awalnya kata Dayak yang memiliki arti orang-orang yang
berasal dari Hulu Sungai atau yang tinggal di bukit, hanya merupakan sebutan
kolektif dari orang Inggris dan Melayu bagi suku-suku asli yang mendiami
28
Hamid, “Dayak dan Asal-usul Penebarannya di Bumi Borneo,” h. 325.
24
suku berdasarkan asal daerahnya. Dari ketujuh daerah tersebut, terdapat 405
sub-suku dengan bahasa yang berbeda satu sama lain. Selain bahasa yang
berbeda, dialek atau logat untuk satu bahasa yang sama juga bisa sangat
besar dan kecil. Pemukiman mereka jauh dari satu ke yang lain. Pemukiman
mereka sendiri, bahkan ada pula yang menganggap bahwa adanya kebiasaan
tanda kekuatan seseorang atau suatu kelompok, semakin banyak kepala yang
antara mereka memisahkan diri dan mencari tempat yang lebih aman seperti
atau telah berkembang menjadi suatu masyarakat yang berdiri sendiri dengan
29
Diakses dari https://www.hipwee.com/list/mengenal-7-rumpun-suku-dayak-di-pulau-
kalimantan/ pada tanggal 30 April 2018 pukul 22.29 WIB .
25
dengan pemukiman yang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok
1. Dayak Ngaju
Suku Ngaju secara administratif merupakan suku baru yang muncul dalam
sensus tahun 2000 dan merupakan 18,02% (400.000 jiwa) dari penduduk
Dayak dalam sensus 1930. Ngaju berarti udik. Suku Ngaju kebanyakan
Barito dan Katingan bahkan ada pula yang mendiami daerah Kalimantan
Selatan. Orang Dayak Ngaju yang kita kenal sekarang, dalam literatur-
dan pola hidup (Ras 1968: 336). Menurut Hikayat Banjar, Sungai
Kahayan dan Kapuas sekarang ini disebut dengan nama sungai Biaju yaitu
Batang Biaju Basar, dan Batang Biaju Kecil. Orang yang mendiaminya
disebut Orang Biaju Basar dan Orang Biaju Kacil. Sedangkan sungai
30
Salam, Agama Kaharingan Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan Tengah, h. 68.
26
(lihat Ras 1968: 314). Pulau Petak yang merupakan tempat tinggal orang
bentuk kolokial dari bi dan aju yang artinya ”dari hulu” atau ”dari udik”.
Bakumpai, orang Dayak Ngaju disebut dengan Biaju (lihat Schärer 1963:
1), yang artinya orang yang berdiam di dan dari bagian hulu sungai (Riwut
1958: 208). Di kemudian hari, istilah ini dipungut begitu saja oleh orang
Banjar untuk menyebut semua orang pedalaman hulu sungai yang tidak
Karena itu dalam catatan pelayaran para pedagang Cina, Portugis dan
Inggris dapat ditemukan kata Biaju yang merujuk pada suku di pedalaman
yang bukan orang Banjar dan tidak beragama Islam (Groeneveldt 1880,
Beckman 1718).31
Ciri khas dari Dayak Ngaju adalah agama kaharingan yang masih
dianut oleh sebagian suku Ngaju, serta upacara Tiwah, atau upacara
menggunakan warna merah sebagai warna dominan, kain atau rompi dari
kulit kayu, serta menggunakan bulu burung enggang dan ruai sebagai
hiasan kepala.
31
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju pada 02 Juni 2018 pukul
23.04 WITA.
27
dominasi oleh Kecapi Karungut, Rebab, Gandang Tatau, Gong, dan suling.
Suku Dayak Ngaju terbagi dalam empat suku kecil dan keempat suku
itu terbagi lagi dalam 90 suku paling kecil (suku sedatuk) yaitu :
atau Orang Ulu yang berasal dari Sarawak. Ketika memasuki Kalimantan
aliran sungai Kayan, karena alasan perang antar suku dan mencari daerah
yang lebih subur serta daerah asal (Apau Kayan) yang sangat tertinggal
dan terisolir, suku Kayan meninggalkan Apau Kayan yang telah mereka
Kabupaten Kutai Timur terutama di Desa Miau Baru sejak tahun 1969.
32
Salam, Agama Kaharingan Akar-akar Budaya Suku Dayak Kalimantan Tengah, h. 68.
28
Kemungkinan suku Kayan ini termasuk salah satu suku yang belakangan
Barat, pada sekitar tahun 1863, suku Iban bermigrasi ke daerah hulu
sungai Saribas dan sungai Rejang, dan menyerang suku Kayan di daerah
hulu sungai-sungai dan terus maju ke utara dan ke timur. Perang dan
Ciri khas dari Dayak Apo Kayan adalah telinga panjang, serta tato di
Dayak Apo Kayan biasanya di dominasi oleh warna Hitam, Putih, dan
bulu enggang.
Alat musik yang paling terkenal dari rumput Dayak Apo Kayan adalah
Kenyah), kecapi ini berbeda dari karungut, berfungsi sebagai alat musik
melodis dan ukurannya lebih besar. Selain itu ada juga Gong,
33
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Kayan pada tanggal 02 Juni
2018 pukul 23.49 WITA.
34
Diakses dari http://asiantribal.blogspot.com/2013/03/asal-usul-suku-dayak-kayan.html
pukul 10.33 WIB pada tanggal 06 Agustus 2018.
29
Dayak Apau Kayan terbagi menjadi tiga suku kecil meliputi 60 suku-
Suku Dayak Iban, adalah salah satu rumpun suku Dayak yang terdapat
Saat ini suku Iban menetap di hutan terpencil dan juga sebagian tinggal
Ditahun 1947, jumlah mereka diperkirakan hampir lebih dari sepertiga dari
antara etnik grup. Pada dasarnya mereka adalah orang yang tinggal di
Dayak iban memiliki ciri khas yaitu menjamu tamu dengan tuak (rice
tempat. Motif tato yang sering digunakan adalah motif bunga terong yang
pakaian tradisional wanita Iban memiliki hiasan kepala dari logam, selain
itu Dayak Iban memiliki kain tenun dengan motif yang sangat khas,
ditambah dengan hiasan bulu burung enggang dan ruai di bagian kepala.
dan Gong.
barat pulau Kalimantan.Dayak Darat dikenal karena sifat yang ramah dan
37
Andayu Intan Permatasari, Karangan Etnografi Kebudayaan Suku Iban di Kalimantan
Barat, (Tanpa Penerbit, Tanpa Tempat, Tanpa Tahun), h. 2-3.
31
Pantak yang merupakan warisan dari nenek moyang dari rumpun Dayak
Darat.
merah, kuning, hitam dan putih, dengan hiasan manik-manik. Selain itu
terdapat juga rompi dari kulit kayu yang diberi motif tertentu. Untuk
berwarna merah dengan hiasan bulu burung ruai, enggang, atau daun
Dayak Klemantan atau Dayak Darat terbagi dalam dusa suku masing-
masing adalah:
5. Dayak Murut
tinggal di dalam rumah panjang dan hidup harmoni dalam keluarga besar.
rotan dan madu lebah). Pada masa kini kaum murut sudah ada yang
38
Diakses dari https://www.hipwee.com/list/mengenal-7-rumpun-suku-dayak-di-pulau-
kalimantan/ pada 03 Juni 2018 pukul 00.14 WITA.
32
pertahanan.
Ahavah, Tanggara atau Tanggala, Kolor atau Kolod atau Akolod, Murut
Nabai, Murut Gana atau Hana dan Murut Lundayeh atau Lun Bawang.
Sabah yaitu lebih kurang 50,000 orang. Suku kaum Murut juga terdapat di
bahasa tersendiri yang berbeda dengan suku kaum Murut yang lain seperti
Lun Bawang atau Lun Dayeh. Ini disebabkan faktor geografi sebagai
juga kaum Murut yang tinggal dan membina penempatan secara individu
di sepanjang sungai. Suku kaum Murut pakar dalam membuat perahu dan
kaum Murut pakar dalam berburu dan masih mengamalkan tradisi bertato
33
seperti kaum Iban di Sarawak tetapi tradisi ini semakin kurang di lakukan
saat ini. Salah satu pemukiman Dayak Murut adalah di Desa Tau Lumbis
masyarakat Desa Tau Lumbis adalah suku Dayak Murut Tahol. Bahasa
Kalimaran dan lain-lain. Pesta Kalimaran ialah pesta sama seperti kaum
mereka menuai padi. Kaum Murut masa kini, telah mengalami proses
kemodenan dan ramai yang berkerja sebagai kaki tangan kerajaan dan
masih lagi mengamalkan adat istiadat yang diamalkan oleh nenek moyang
39
Nopli Adranus, Mursalim, Syamsul Rijal, “Reduplikasi dalam Bahasa Dayak Murut
Tahol di Desa Tau Lubis Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan”, Ilmu Budaya, Vol. 2, No.
1. Januari 2018, h. 36.
34
mereka sebagai adat turun temurun yang mempunyai nilai estetika tinggi
dalam kehidupan.40
kemahiran dan ketangkasan yang baik untuk menari melintasi buluh yang
Pakaian tradisional Dayak Murut untuk pria secara umum terbuat dari
kulit kayu atau kain tenun, dengan ikat kepala serta hiasan bulu burung
tiup).
Dayak Murut terbagi pula kepada tiga suku yang meliputi 44 suku-
6. Dayak Punan
leluhur suku Dayak Punan datang dari sebuah negeri yang bernama
40
Diakses dari https://ms.wikipedia.org/wiki/Murut pada tanggal 03 Juni 2018 pukul
00.41 WITA.
35
Mereka berasal dari suatu komunitas yang konon adalah keluarga salah
Pulau Kalimantan. Di tempat baru ini mereka merasa cocok dan aman, dan
lebih memilih untuk hidup seperti cara hidup leluhur mereka. Mereka
selalu berpindah pindah dari satu tempat ke lain tempat dan terus
percaya kalau roh dari orang yang meninggal akan gentayangan yang akan
orang Punan, dan mereka menyebut diri mereka sebagai orang Dayak
diperkirakan sudah tidak asli lagi sebagai orang Dayak Punan, karena telah
36
terjadi kawin-campur antara orang Dayak Punan dan orang Dayak Siang-
Murung, Dayak Bahau, Dayak Benuaq dan Dayak Ot Danum atau Dayak
diperkirakan berjumlah 8.956 jiwa uku Punan yang tersebar pada 77 lokasi
pemukiman, dan terpecah lagi dalam sub-sub kecil yang terdiri dari:
Masyarakat Dayak Punan dikenal dari pola hidup yang nomaden atau
yang memiliki rumah panjang sebagai tempat tinggal. Saat ini kebanyakan
Alat musik yang biasa dimainkan adalah Suling yang ditiup dengan
41
Diakses dari http://protomalayans.blogspot.com/2012/07/suku-dayak-punan.html
pada tanggal 06 Agustus 2018 pukul 13.04 WIB.
42
Diakses dari
http://www.netralnews.com/news/rsn/read/101038/inilah.suku.dayak.punan..primitif.yang.t
pada 03 Juni 2018 pukul 00. 52 WITA.
37
7. Dayak Ot-Danum
dan Ot Danum berarti "orang air" atau "orang yang hidup di hulu
sungai". Suku Dayak Ot Danum dekat dengan kehidupan alam dan sangat
disebut suku Dayak Uud Danum. Secara fisik, karakter dan budaya bisa
Siang yang memiliki kesamaan sebesar 70%, dengan bahasa Dayak Kohin
salah satunya di puncak bukit Pamatuan, suatu dataran tinggi antara hulu
Barito, sungai Kahayan, sungai Kapuas dan sungai Katingan yang disebut
usul suku Dayak Ot Danum ini, ada yang mengatakan bahwa suku Dayak
Borneo. Tetapi versi lain menyebutkan bahwa suku Dayak Ot Danum ini
berasal dari Formosa dan sudah sejak ada di pulau Kalimantan sejak 4000
tahun yang lalu, karena di Formosa Taiwan terdapat budaya yang mirip
liar, serta bertani berladang juga mereka lakukan dan memelihara ternak
seperti ayam dan babi. Kegiatan lain seperti ikut dalam penambangan
Selain itu tidak sedikit yang telah bekerja di luar wilayah mereka, seperti
39
Ciri khas dari Dayak Ot Danum adalah pada beberapa upacara penting,
ikat kepala dan ada beberapa sub-suku Dayak Ot Danum yang juga
keseluruhan suku Dayak yang terdiri dari tujuh besar, terbagi lagi kepada
18 suku kecil dan 405 suku yang lebih kecil lagi. Khusus yang bertempat
rantai yang tak dapat dipisahkan dari Tattwa yang merupakan inti dari pada
ajaran agama Hindu Kaharingan (tradisi religi asli masyarakat Dayak) dengan
43
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ot_Danum pada 03 Juni 2018
pukul 00.59 WITA.
44
Syamsir Salam, Agama Kaharingan Akar-akar Budaya Suku Dayak Kalimantan
Tengah, h. 69.
40
tujuan. Unsur tattwa, etika dan upacara merupakan unsur universal ajaran
agama Hindu Kaharingan yang terkandung dalam setiap ritual yang dilakukan
oleh masyarakat Dayak, yang mana antara unsur yang satu dengan yang
lainnya harus saling dipahami dan ditaati secara terpadu dan simultan serta
tidak terpisahkan.45
(kematian).
ini mempunyai makna yang sangat sakral dan penting. Masyarakat Dayak
keluarganya, arwah akan tetap berada di bumi dan tidak bisa menuju ke
2. Upacara Perkawinan
peningkatan nilai berdasarkan hukum agama yang sakral. Salah satu tujuan
perkawinan menurut adat suku bangsa Dayak adalah untuk menjaga nama
baik keluarga, terutama bagi suatu keluarga yang mempunyai anak gadis.
Pada keluarga dari kalangan rakyat yang biasa berlaku anggapan bahwa
anak perempuan yang telah berusia lebih dari 15 tahun dan belum menikah
Oleh sebab itu apabila suatu keluarga tersebut mempunyai anak gadis dan
pertama bagi gadis itu, pinangan tersebut sering kali diterima olah orang
kalanya anak perempuan yang berusia 9 tahun atau 10 tahun sudah bisa
dan wania yang telah dewasa (biasanya wanita berumur 15 atau 16 tahun)
46
Nina Putri Hayam Dey, Sri Suwartuningsih dan Daru Purnomo, “Aspek Budaya, Sosial
dan Ekonomi dari Tiwah (Upacara Masyarakat Dayak Tomun Lamandau), Jurnal Studi
Pembangunan Interdisiplin, Vol XXI no. 2, 2012, h. 175.
47
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat dan Upacara Perkawinan
Daerah Kalimantan Timur, h. 52.
42
keluarga yang dekat, misalnya sepupu sekali sampai sepupu dua kali, tidak
pekerjaan atau mata pencaharian, tetapi terkadang terjadi bahwa pihak pria
Dalam tahap ini ialah tahap awal dalam upacara perkawinan suku
Helat atau Saruhan agar niatnya sampai kepada keluarga gadis yang
dari pihak pria memberikan mangkok berisi beras dan telur ayam yang
lalu diberikan kepada Uluh Helat tersebut dan diberika kepada pihak
wanita.
48
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat dan Upacara Perkawinan
Daerah Kalimantan Timur, h. 109.
43
b. Mamanggul
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari Hakumbang Auh yakni cara
membawa berupa sebuah Balanga (guci asli cina) atau sebuah gong.
Kesepakatan ini dapat berupa lisan maupun tertulis yang dibuat dalam
bentuk sebuah surat perjanjian yang disebut surat Panggul. Jika pihak
lazim sekarang ini cenderung mulai dari Hakumbang Auh lalu Maja
Maja berarti bertemu, Misek berarti bertanya. Dalam upacara ini pihak
d. Mamanggar Janji
wanita.
e. Pelaksanaan Perkawinan
minyak kelapa, tanah, air dan beras serta tapung tawar. Beras
nasi), sebagai simbol penyatuan mereka bahwa sejak hari itu resmi
50
Diakses dari https://rid755.wordpress.com/2012/07/30/pelaksanaan-upacara-
perkawinan-agama-hindu-kaharingan/ pada tanggal 04 Juli 2018 pukul 16.04 WIB.
47
4. Balampah
pernah dilakukan, sehingga butuh pendekatan diri dengan dewa atau roh-
yang dianggap angker dan jarang ditempuh banyak orang. Berikut cara-
a. Tidak boleh diketahui orang banyak bahwa akan bertapa, oleh karena
digoda oleh binatang buas, binatang melata, ataupun oleh suara-suara yang
51
Diakses dari http://www.senibudayaku.com/2017/12/upacara-adat-kalimantan-
tengah.html?m=1# pada tanggal 13 Juli 2018 pukul 12.32 WIB.
48
tidak diketahui darimana asalnya. Disaat godaan itu tiba, maka setiap
bertahan dari sengatan serangga, digigit ular dan lain sebagainya. Bila
maka biasanya akan muncul seorang manusia yang berwajah seram, tinggi
keterangan yang diperlukan, tapi terkadang hanya ada suara yang akan
menyampaikan nasehat atau pesan. Selain itu ada pula yang datang berupa
agama Kristen dan juga agama Islam. Tetapi walaupun sebagian dari suku
Dayak telah memeluk agama Kristen dan Islam, beberapa tradisi Kaharingan
moyang itu selalu memperhatikan serta melindungi anak cucunya yang masih
52
Salam, Agama Kaharingan: Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan Tengah, h.
187-189.
53
Fimier Liadi, “Penelusuran Sistem Kepercayaan Suku Dohoi (Anak Suku Ot Danum) di
Tumbang Samba Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah”, Palita: Journal of Social-Religion
Reserch, Vol. 2, No. 2, Oktober 2017, h. 135-136.
49
hidup di dunia. Selain itu mereka juga percaya bahwa hambaruan (jiwa) orang
bahwa setiap benda, baik benda hidup maupun benda mati mempunyai jiwa
atau roh. Jiwa atau roh benda-benda itu dalam kehidupan sehari-hari selalu
diperhatikan dan dihormati. Di samping itu, mereka juga percaya akan adanya
kekuatan gaib. Kekuatan-kekuatan gaib itu biasa terdapat pada segala macam
seperti batu-batu, kayu besar, dan guci. Demikian mereka percaya bahwa alam
menempati tiang rumah, batu-batu besar, pohon-pohon besar, hutan, air dan
halus, yang meliputi: Orang gaib tinggal di bumi lamah, berbentuk manusia
gaib, mati dan melahirkan, hidup bermasyarakat seperti manusia biasa, dari
hal ini golongan raja-raja mitologis sampai dengan beberapa raja historis
dikategorikan dengan manusia alam gaib ini. Kepercayaan kepada para datu;
kepercayaan ini juga amat umum di daerah Kalimantan Selatan. Datu-datu ini
seperti datu Pujung, datu pegunungan bukit Meratus, datu Kertamina, datu
54
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Kebudayaan
Kalimantan, h, 63.
50
kekuatan-kekuatan positif atau negatif, dalam istilah daerah kekutan putih dan
kekuatan hitam. Dalam hal ini yang bersumber kebudayaan asli daerah yaitu
maya, jenis-jenis tundik, yang merupakan sistem untuk membunuh musuh dari
Parang maya adalah jenis untuk membunuh musuh dari jarak jauh
dengan memiliki batas waktu seperti sakit-sakitan dan kemudian mati dan
langsung mati tanpa adanya sakit-sakitan atau batas waktu. Sementara tundik
digunakan untuk mencelakan orang atau musuh dengan kekuatan gaib dengan
cara menusuk patung orang yang ingin dibunuh dengan tombak. Bila tombak
semesta ini terbagi menjadi dualitas sifatnya. Alam atau mereka sebut dikuasai
oleh Mahatala yang digambarkan sebagai burung enggang dan alam bawah
oleh Jata digambarkan sebagai naga. Alam atas bersifat jantan sedangkan
semua yang ada diciptakan Mahatala dan Jata Bersama-sama dan diatur
55
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat Istiadat Daerah
Kalimantan Selatan, (Jakarta: PN Balai Pustaka, tanpa tahun), h. 120.123.
56
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Kalimantan
Selatan, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1978), h. 15.
51
Dwitunggal ini mencerminkan sifat alam serba dua dalam ketunggalan, seperti
etis-religius yang ambivalen. Ilah Dwitunggal ini dengan sifat serba dua tadi
dari Ilah Dwitunggal tadi.Dalam tiap upacara, baik peserta maupun pimpinan
secara antropomorfis sekali, sebagai laki-laki dan wanita. Suku Bangsa Dayak
percaya banyak roh, ada roh yang baik dan ada roh yang jahat. Ada yang
dipandang sebagai pembantu alam atas, ada uang dipandang sebagai pembantu
a. Ilah Kilat atau Raja Pali bertindak dalam pelanggaran adat dan hukum
adat.
57
Tim Penulis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Kalimantan
Selatan, h. 25.
BAB III
A. Syamsir Salam
Lembaga Penelitian sekaligus salah satu guru Besar Fakultas Dakwah dan
Salah satu karya Syamsir salam yang dirumuskan dengan judul Agama
adalah salah satu karya yang dibuat sebagai refrensi yang tepat untuk
58
Daftar Riwayat Hidup Syamsir Salam didapatkan dari TU Fakultas Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
52
53
yang religius, sehingga segala adat dan tradisi, hukum dan moral, kehidupan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dari Balitbang agama (1976-1977) yang
faktor, yakni adanya rasa segan para peneliti agama terhadap masalah-
masalah agama.59
B. Harun Hadiwijono
Dr. Harun Hadiwijono adalah Guru Besar dan Rektor Sekolah Tinggi
oleh BPK Mulia ialah: Kebatinan dan Injil, Teologi Reformatoris Abad
ke-20, Iman Kristen, Sari Filsafat India, Kebatinan Jawa dalam Abad ke-
59
Salam, Agama Kaharingan: Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan Tengah, h. 1.
54
19, dan juga buku yang akan saya bahas yakni Religi Suku Murba di
Indonesia (2003).
sebelah timur pulau Alor dan sebelah timur Laut Timor, dan Seram), religi
suku murba di Sulawesi (Toraja dan Minahasa), dan religi suku Murba di
murba atau dalam ilmu pengetahuan disebut “religi bersahaja atau religi
diperkirakan ada gagasan yang sama, sehingga religi yang banyak itu
karena ada beberapa gagasan yang dapat disamakan tetapi umumnya para
ahli sudah mengakui bahwa sama sekali tidak ada kesatuan di antara
Selain itu ada juga yang beranggapan bahwa religi umat manusia
bentuk tertinggi. Religi terendah itu ialah religi asal, yang disebut “religi
antara religi yang masih di anut suku-suku bangsa yang bersahaja dan
seperti itu sudah ditinggalkan oleh para ahli, karena ternyata hingga saat
55
C. Marko Mahin
Pdt. Dr. Marko Mahin, S. Th. MA. lahir di Sei Kayu, Kapuas 26 Maret
buku dan melakukan penelitian, beliau juga aktif sebagai staff pengajar di
sidang terbuka Senat Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) sejak tahun 2007. Selain
itu, ia juga menulis buku dan melakukan penelitian, salah satunya adalah
Indonesia."61
60
Harun, Suku Murba di Indonesia, h. 1-2.
61
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Marko_Mahin pada tanggal 26 Agustus 18
pukul 12.48 WIB.
56
gambaran yang luas maka ada 2 hal yang dipaparkan oleh Marko, yakni
menghidupi dan hidup dalam kaharingan. Kedua adalah ruang atau pentas
sosial dimana Kaharingan adalah proses kehidupan sosial, maka para aktor
Kaharingan bahwa mereka tak beragama, dan kelak akan hilang atau sudah
tidak ada lagi para penganutnya. Tujuan Marko menulis disertasi ini
meyakini pasti ada penjelasan ilmiah yang lebih manusiawi dan tidak
disertasinya.
D. Diana H. Sofyah
Salah satu karya Diana yang saya paparkan di sini ialah Tesisnya yang
62
Marko, Kaharingan: Dinamika Agama Dayak di Kalimantan Tengah, h. 341-342.
57
Besar Kaharingan.63
E. Edy Suprabowo
kelahiran, dan nifas. Menurut WHO, kematian ibu masih menjadi masalah
kematian rata-rata 400 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu
di Kalimantan Barat adalah 442 / 100. 000 kelahiran hidup berada di atas
(DKT) dan observasi langsung. Dalam hasil karya Edy disebutkan ada
persalinan dan nifas pada masyarakat Dayak Sanggau tersebut antara lain :
63
Diana, Agama dan Pengobatan Latar Belakang Religi dan Konsep Dasar Pengobatan
Dayak Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah Khususnya Kota Madya Palangkaraya, h. 29.30.
58
lapangan dan juga wawancara kepala desa dan beberapa tokoh. Di dalam
64
Edy, “Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas pada Suku Dayak
Sanggau,” h. 113.
65
Franiscadkk, Enbotani Masyarakat Dayak Ngaju di Daerah Timpah Kalimantan Tengah,
h. 502-503.
59
G. Edy Tandililing
adat, guru dan tokoh masyarakat Dayak Kanayat’n yang mengenal benar
66
Edy, Pengembangan Pembelajaran Metematika Sekolah dengan Pendekatan
Etnomatika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika di Sekolah, h. 195.
60
H. Agung Hartoyo
interpretative understanding.
dan analisis data yang digunakan Agung yakni: pengumpulan data, reduksi
67
Agung,“Eksplorasi Etnomatika pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan Indonesia-
Malaysia Kabupaten Sanggau KALBAR, h. 16.
61
tumbuh atau hidup, seperti dalam istilah danum kaharingan (air kehidupan),
maksudnya agama suku atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(Ranyiang Hatalla Langit), yang hidup dan tumbuh secara turun temurun dan
1. Syamsir Salam
68
Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kaharingan pada tanggal 03 Oktober 2018
pukul 17.56 WIB.
62
mereka sendiri.
masih ada perubahan, namun tidak dalam hal pokok-pokoknya yang masih
Indonesia, yang masih eksis hingga sekarang dan dianut oleh suku Dayak
Mei-Juni 2008.70
Selain itu juga suku Dayak sangat menghormati arwah nenek moyang,
2. Harun Hadwijono
Kalimantan harus dilihat dari gagasannya tentang para dewa dan tentang
wujud burung enggang dan Jata yang menampakkan diri sebagai naga
69
Salam, Agama Kaharingan: Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan Tengah, h.
211-212.
70
Diakseshttps://tokoh.id/biografi/5-wiki-tokoh/antropolog-penyelami-kaharingan/
pada tanggal 08/08/2018 pukul 20.30 WIB.
71
Salam, Agama Kaharingan: Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan Tengah, h.
213.
64
bersatu. Oleh karena itu motif religi suku Dayak di Kalimantan adalah
pengaruh timbal balik antara pertentangan antara Mahatala dan Jata dan
kedua dewa tersebut bersatu. Kesatuan kedua dewa tersebut lahir bukan
karena dualitasnya, bukan juga karena sifatnya yang dwiganda itu hilang
dua, dan di dalam sifat dwigandanya mereka tetap satu. Dengan demikian,
religi suku Dayak ini tidak mengajarkan adanya dua asa yang secara
lagi dalam suatu penciptaan baru yang mewujudkan suatu kesatuan yang
baru.
dalam tata tertib sosial, bahkan di dalam hidup rumah tangga dan
3. Marko Mahin
Dalam disertasi Marko Mahin menjelaskan juga bahwa pada masa lalu,
72
Harun, Suku Murba di Indonesia, h. 70-71.
65
indikasi dari pemilikan modal yang besar. Karena itu mereka cukup berani
pelanggar HAM.74
berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh adanya pendanaan yang
73
Marko, Kaharingan: Dinamika Agama Dayak di Kalimantan Tengah, h. 343.
74
Marko, Kaharingan: Dinamika Agama Dayak di Kalimantan Tengah, h. 344.
66
pendanaan paling tidak berasal dari dua sumber yaitu dana dari umat dan
persembahan uang yang ditaruh di bokor yang disebut dengan istilah Duit
jumlahnya sangat kecil yaitu anatara 60 ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Timur.
lima ratus ribu rupiah), namun pada tahun 2004 mendapatkan bantuan
Balai Basarah, yang diresmikan pada tahun 2004 dengan menelan dana
b) Rumah Duka
d) Museum Budaya
ritual keagamaan.75
dari sudut kepentingan sosial budaya, hal ini di cantumkan dalam Rencana
75
Nasruddin, DKK., Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi, (Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kebudayaan, 2011), h. 117-118.
76
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah, RJMD Provinsi Kalimantan Tengah
2016-2017, No. 1 2017.
77
Marko, Kaharingan: Dinamika Agama Dayak di Kalimantan Tengah, h. 342.
68
4. Diana H. Sofyah
menjadi:
menggunakan doa.
78
Diana, Agama dan Pengobatan Latar Belakang Religi dan Konsep dasar Pengobatan
Dayak Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah Khususnya Kota Madya Palangkaraya, h. 179-180.
69
Ambun ijau ambun kuning Ambun manikam raja manawar Aku nuruntan
tawaran saribu Anak ikan putih dari lautan Panas sajuk barat ringan
Mantra Kempunan untuk sakit karena kekuatan gaib “Bi ism Allah ya
79
Diana, Agama dan Pengobatan Latar Belakang Religi dan Konsep dasar Pengobatan
Dayak Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah Khususnya Kota Madya Palangkaraya, h. 183.
70
kuat mendapat tempat dalam ajaran Islam. Beberapa aspek kepercayaan itu
islamisasi dilakukan oleh elit lokal Islam dalam rangka penyebaran agama
penjinakan Islam.80
5. Edy Suprabowo
pembesaran perut, ngeraah atau ngidam, tidak datang bulan dan badan
lendir darah atau biasa disebut calak, perut mulas, sakit pinggang, pecah
80
Hermansyah, “Islam dan Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Muslim Kanayatn
Dayak di Kalimantan Barat,” Islamica, Vol. 7, No. 2, Maret 2013, h. 349-350.
71
air ketuban atau piying nutup. Masyarakat Dayak Sanggau tidak mengenal
istilah nifas karena itu yang digunakan istilah masa setelah melahirkan.
yang menyatakan satu minggu, dua minggu dan satu bulan mereka tidak
Ketika ibu hamil maka dilaksanakan upacara Nyaki Tihi. Istilah Nyaki
Tihi berasal dari dua kata yang secara substansi berbeda makna. "Nyaki"
tindakan "memoles ibu hamil". Jadi Nyaki Tihi adalah memoleskan darah
kepada seorang wanita yang sedang mengandung atau hamil anak pertama
dalam masyarakat Dayak. Tujuan Nyaki Tihi ini karena keyakinan atau
81
Edy, “Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas pada Suku Dayak
Sanggau,” h. 114.
72
Pada saat persalinanya, biasanya dibantu oleh dukun bayi dan sebelum
dan abu dapur. Bakul itu kemudian digantungkan diatas pohon buah-
buahan yang ada di sekitar rumah, atau dikubur di bawah tangga depan
pintu.
Ranyiang Hatalla Langit, serta roh-roh lainnya baik yang berada di alam
atas maupun alam bawah. Peralatan yang digunakan dalam upacara ini
ialah: satu batang sawang, yang dibungkus dengan tikar pandan dan diikat
dengan rotan, lalu sesajen berupa seekor ayam jago, lakar (wadah dari
82
Wilson, “Makna Upacara Nyaki Tihi Adat Dayak Ngaju di Desa Samba Danum Katingan,
Kalimantan Tengah”, Konstektualita, Vol. 26, No. 2, Desember 2009, h. 43-44.
83
Salam, Agama Kaharingan Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan Tengah, h.
181.
73
kepada pemujaan kepada roh leluhur dan menganggap bahwa alam sekitar
mengenai kondisi sehat dan sakit (barigas dan haban), diyakini oleh
Sistem keyakinan terhadap sehat sakit (barigas haban) dalam tradisi suku
bangsa Dayak, tampak dalam sistem kosmologi suku bangsa Dayak yaitu
(cerita dari nenek moyang), lime sarahan dan telu kapataut belum.
74
Sikap masyarakat suku bangsa Dayak terhadap alam gaib dan upacara
“Tinai eka ije inyuhu tuntang inampa awi Ranying Hatalla akan ewen ndue,
iete bagare: batang danum rasau kaput, puna batang danum tatau nyahukan,
tuntang aran ewen ndue into hete ije hatue bagare mangku amat sangen, ije
bawi bagare nyai jaya nyangiang, ewen ndue mijen huang ije parung hayak
mahaga garu bahari, santi mait, ulih mambelum tingang tapatusuk pimpinge
Yang artinya : “Tempat yang diberikan bagi mereka berdua itu disebut
oleh Ranying Hatalla bernama batang danum rasau kaput, yaitu Batang
Danum Tatau Nyahukan dan nama bagi mereka berdua disebut dan
diberikan oleh Ranying Hatalla bernama Mangku Amat Sangen dan Nyai
Jaya Sangiang. Mereka berdua tinggal pada sebuah balai dan mereka
“Iyoh tingang esu rawei mangku amat sangen ewen ndue nyai jaya
nyangiang, kue tingang tatum tuh dia ulih mawi jalanan kanih kate mikeh dia
ulih ketun mahaga palin bambang penyang kue sintung ndue, basa amun
84
Kadek Sukiada, “Sistem Medis Tradisional Suku Dayak dalam Kepercayaan Hindu
Kaharingan di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah”, DHARMASMRT, Vo. XIII, no. 26,
Oktober 2015, h. 54.
75
saluh sawak bambang penyang kue sintung ndue, pea ketun mite kue tingang
tatum tinai”.
Yang artinya: “Ya cucuku kata Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya
Sangiang, kami berdua kakek nenekmu, sudah tidak kuat lagi bepergian
jauh dan yang paling utama adalah karena banyak sekali pantangan
bahwa segala yang ada di dunia ini ada rohnya. Kami percaya di air ada
rohnya, udara, api dan pada tumbuh-tumbuhan serta binatang ada rohnya.
Oleh karena itu, untuk mengambil bahan obat kita permisi dulu, dengan
anakku tuh ije buat paripit, dohop i kau mangat anakku tuh Salamat,
Yang artinya, “tumbuhan atau pohon ini, aku permisi mau mengambil
sebagian dari tubuhmu itu, aku pergunakan untuk bahan obat agar nanti
85
Kadek Sukiada, “Nikai Kebhinekaan Sistem Kosmologi Hindu Kaharingan dalam
Pengobatan Tradisional Suku Dayak”, Seminar Nasional Filsafat, 17 Maret 2017, h. 124.
76
7. Edy Tandililing
ini, maka etnomatika memiliki pengertian yang lebih luas dari hanya
sekedar etno (etnis) atau suku. Jika ditinjau dari sudut pandang riset maka
Sebagai contoh dalam penelitian ini, etnis suku Dayak Kanayat’n yang
Barat, budaya dan kehidupan dalam masyarakat banyak dijumpai yang erat
matematika.87
kegiatan tradisis sastra lisan tersebut antara lain : lalak, tanung, totongt,
86
Kadek Sukiada, “Sistem Medis Tradisional Suku Dayak dalam Kepercayaan Hindu
Kaharingan di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah”, h. 60.
87
Edy, Pengembangan Pembelajaran Metematika Sekolah dengan Pendekatan
Etnomatika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika di Sekolah, h. 193.
77
tumpang dan ikat kepala. Contoh : ikat kepala yang digunakan pada saat
pesta atau ritual selalu dipasangkan dengan bulu ruai yang diselipkan di
biasanya digunakan oleh laki-laki, 1 bulu ruai digunakan oleh wanita yang
waris dua belah pihak sebanyak 4 siam, 4 ekor jalu dan 4 ekor ayam;
kg; ketiga, hukum pesirah Siam menyanyi yaitu jalu minimal 15 kg.88
upacara adat suku bangsa Dayak Kanayat’n memiliki patokan dan jumlah
tertentu.
88
Edy, Pengembangan Pembelajaran Metematika Sekolah dengan Pendekatan
Etnomatika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika di Sekolah, h. 196.
78
8. Agung Hartoyo
sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa,
dan pemodelan. Akhirnya “tIcs” berasal dari techne, dan bermakna sama
berbeda (ethnos).”89
suatu materi oleh siswa menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait
89
Sri Rahmawati Fitriatien, Pembelajaran Brbasis Etnomatika, (Surabaya, PGRI Adi
Buana, Juni 2017), h. 5.
79
ide-ide yang ada pada dirinya kepada orang lain secara sistematis dan
90
Wahyu Fitroh dan Nurul Hikmawati, Prosding Seminar Matematika dan Pendidikan
Matematika, (Semarang, UMS, 2015), h. 336.
91
Agung Hartoyo,“Eksplorasi Etnomatika pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan
Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau KALBAR, h. 20.
80
dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih
tinggi dan lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek
dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu
moralitas dan adat istiadat,” hingga pendekatan intreperatif yang Bactiar kutip
bangsa Dayak dari satu kesatuan komplek seperti adat istiadat Kaharingan,
nenek moyang mereka yang hasil kegiatan tersebut di anggap tinggi dan yang
92
Leonard Siregar, “Antropologi dan Konsep Kebudayaan”, Antropologi Papua, Vol.1,
No.1, Agustus 2002, h. 5.
93
Bachtiar Alam,“Globalisasi dan Perubahan Budaya: Perspektif Teori Kebudayaan”,
Antropologi Indonesia 54, 1998, h. 2.
81
kebudayaan Kaharingan:
1. Syamsir Salam
peristiwa luar biasa. Gejala-gejala dan peristiwa luar biasa itu dapat
biasa. Sedangkan peristiwa yang luar biasa adalah peristiwa yang sangat
tak masuk akal, sangat luar biasa, sehingga menimbulkan ketakutan, rasa
Gejala alam yang dianggap mempunyai tenaga gaib salah satunya ialah
bila dia dapat melakukan hal yang luar biasa, misalnya para balian yang
dapat membunuh atau mecelekakan orang lain dari jauh, baik dengan
sebagainya.94
2. Harun Hadiwijono
berarti berupa tata cara hidup suku bangsa Dayak seperti adat istiadat dan
Mahatala dan Jata, yang juga disebut Hatala atau Lahatala (sebutan
agama Hindu) memiliki nama asli Tambon, dan sering juga disebut
94
Salam, Agama Kaharingan: Akar-akar Budaya Suku Dayak di Kalimantan Tengah, h.
121-122.
83
(vagina).
mengatakan bahwa keduanya sudah ada sejak semula, tanpa ada yang
karena sentuhan dua bukit. Mana yang benar sukar untuk ditentukan.95
b) Mite Penjadian
bebera tahap:
adalah dua bukit, yaitu bukit emas dan bukit permata tempat kediaman
binatang rawang riwo yang memiliki ludah emas, dan binatang didis
dengan sebuah batu permata yang berdiri tegak. Inilah akhir dari tahap
pertama.
95
Harun, Religi Suku Murba di Indonesia, h. 57.
84
akhir tahap kedua ini alam atas dan alam bawah sudah terjadi sebagai
suatu totalitas. Akan tetapi pada tahap ini manusia belum ada.
memiliki daun terbuat dari emas dan buah terbuat dari gading.
Cerita selanjutnya, ada dua ekor burung enggang (jantan dan betina)
membuat pohon itu hancur. Dari bagian kayunya yang terpental oleh
Alam semesta terdiri dari tiga bagian, yaitu alam atas, alam tengah,
Alam tengah, yaitu bumi tidak lain ruang hidup yang dikenal oleh suku
Ngaju, yang dipandang sebagai tanah suci. Tanah ini diterima dari
pertama, di antara alam atas dan alam bawah, di atas punggung Jata.
Selanjutnya bumi dibatasi oleh ekor naga yang ditegakkan di satu sisi
macam jiwa, hambaruan dan liau. Akan tetapi di balik kedua macam
jiwa ini terkandung dua macam konsepsi yang berbeda, yang tidak ada
manusia maupun tubuh binatang. Liau baru tampil ke depan jika orang
sudah mati, dengan demikian liau berarti dari sang wafat sendiri, yakni
3. Marko Mahin
lebih baik.
dapat eksis sebagai entitas sosial, politik, budaya dan agama di panggung
96
Harun, Religi Suku Murba di Indonesia, h. 65-66.
86
kepada Sang pencipta Ranying Hatalla yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
kumpulan doa, pengakuan iman (credo) dan tata cara beribadah. Pada
tahun 1995 buku ini direvisi dengan judul baru Talatah Basarah. Buku
pengukuhan jabatan.
secara rutin yang disebut dengan Basarah yaitu setiap kamis atau
jumat malam.
dikenal dengan Bawi Ayah Muhun Bara Lewu Telu Akan Pantai
Danum Kalunen. Hari Raya Pekanan Sahur Lewu atau Hari Raya
kabupaten.
g) Mendidik guru agama dan mencetak buku pelajaran agama dari tingkat
4. Diana H. Sofyah
namun dalam aspek kebudayaan dari hasil penelitian Diana ialah sistem
berabad-abad.
97
Marko Mahin, “Multikulturalisme, Sebagai Resolusi Konflik dan Pembangunan
Harmoni: Studi Kasus Kaharingan di Kalimantan Tengah” diakses dari
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/02/17/multikulturalisme-sebagai-resolusi-konflik-
dan-pembangunan-harmoni-studi-kasus-kaharingan-di-kalimantan-tengah/ pada tanggal 07
oktober 2018 pukul 12.01 WIB.
98
Diana H. Sofyan, Agama dan Pengobatan Latar Belakang Religi dan Konsep Dasar
Pengobatan Dayak Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah Khususnya Kota Madya Palangkaraya,
h. 180.
89
Kaharingan yaitu baru satu generasi, pasien yang mempunyai kakek dan
5. Edy Suprabowo
Selain itu juga ada pantangan bagi suami maupun istri yang sedang hamil.
Perbuatan yang tidak boleh dilakukan istri salah satunya tidak boleh duduk
pakaian, dan duduk di atas lesung. Sementara pantangan yang tidak boleh
binatang hidup dalam lobang, membendung parit (anak sungai) dan sawah.
99
Diana, Agama dan Pengobatan Latar Belakang Religi dan Konsep Dasar Pengobatan
Dayak Suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah Khususnya Kota Madya Palangkaraya,h. 183.
90
pantangan makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu yang habis
melahirkan, yakni daging (3 bulan daging rusa, 1 bulan daging ayam dan
sapi, daging babi 8 bulan), telur (1 bulan), ikan, sayuran yang bersifat
dingin (1 bulan) seperti labu air, timun, perenggi (wuluh), dan sayuran
a) Pantang keluar senja hingga maghrib, karena pada saat itu dipercaya
ilmu jahat atau roh-roh jahat mencari mangsa dan target utamanya
ayah atau ibu mengenakan bahan, seperti: kain, handuk atau tas yang
melilit leher, anak yang keluar nanti lehernya takan terlilit tali pusar.
100
Edy, “Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas pada Suku Dayak
Sanggau,” h. 116.
91
e) Pantang mengasah pisau tanpa air, Mengasah pisau tanpa air dianggap
akan berakibat manak teah ini adalah suatu kondisi dimana proses
kelahiran menjadi sulit karena teah atau kering. Tidak ada air ataupun
f) Pantang menjelek-jelekan orang lain, Intinya orang tua atau ibu yang
sedang hamil, harus menjaga mulut untuk tidak berbicara yang jelek-
g) Pantang mandi terlalu sore atau malam, pantangan ini ialah salah satu
mitos dalam Dayak dikarenakan dengan mandi terlalu sore atau malam
untuk doa terbaik bagi calon buah hati, kita harus tetap bekerja seperti
101
Diakses dari http://www.netralnews.com/news/rsn/read/104265/inilah-9-hal-
pantangan-yang-dilakukan-ibu-ibu-dayak-saat-hamil pada tanggal 14 Agustus 2018 pukul 11.16
WIB.
92
pembukaan kandungan.102
hasil dari budaya masyarakat suku Bangsa Dayak, begitu pula praktik
bahan kosmetik, bahan rempah dan juga bahan pewarna. Tercatat tidak
kurang dari 107 jenis tumbuhan terdiri dari 51 suku dan 86 marga yang
dimanfaatkan baik sebagai bahan pangan (56 jenis), obat-obatan (46 jenis),
102
Edy, “Praktik Budaya dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas pada Suku Dayak
Sanggau,” h. 119.
93
tetes mata, sakit urat, gatal-gatal, perawatan paska kelahiran dan lain-lain.
pengobatan, yaitu akar, batang, daun, kulit kayu, pucuk, rimpang, umbi,
bunga, buah, dan biji. Penggunaan tumbuhan obat dengan cara yang
103
Fransisca, Etnomatika Masyarakat Dayak Ngaju di Daerah Timpah Kalimantan
Tengah, h. 504-506.
104
Mahrus Aryadi, A. Fithria, Susilawati dan Fatria, ”Kearifan Lokal Masyarakat Dayak
Terhadap Tumbuhan Berkhasiat Obat di Lahan Agroforest Kabupaten Barito Utara,” Hutan Tropis,
Vo. 2, No. 3, November 2014, h. 237.
94
seluang belum dan akar tekerek, kedua jenis tersebut kemudian direbus
dan selanjutnya air rebusannya diminum, atau biasa juga yang berbentuk
tunggal yaitu dengan meminum rebusan dari kulit batang dan daun
bahan kosmetik seperti bejakah kalanis, tayak dan kayu baluh. Di lokasi
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna hanya ada 1 jenis
berupa akar seluang, akar tekerek dengan cara direbus dan diminum air
7. Edy Tandililing
105
Fransisca, Etnomatika Masyarakat Dayak Ngaju di Daerah Timpah Kalimantan
Tengah, h. 505-507.
95
batu, tongkat, dan tali (rotan dan akar). Pada berbagai upacara adat
dari seikat).
menentukan arah tujuan atau jalan pulang dengan tepat dan cepat
masing kotak, akan tetapi dalam berpindah dari satu kotak ke kotak
lainnya dijaga oleh pihak lawan, apabila lawan yang sedang main
laki.
pahat dan artifak seni lukis. Artifak seni pahat sebagai bagian dari seni
motif pengantin, motif manusia jongkok, motif naga, motif bunga, dan
Contoh sebuah mantra: asa, dua, talu, ampat, lima, anam, tujuh, ian aku
Dengan dimikian, apa yang telah saya paparkan di atas, hasil penelitian
artifak-artifak seni budaya baik seni pahat maupun seni lukis masyarakat
8. Agung Hartoyo
B. Mengukur, berikut beberapa jenis alat ukur dan satuan ukuran yang
anyaman.
dewasa.
satu kalik.
orang dewasa.
hutan, mereka selalu menemukan arah jalan pulang atau posisi awal.
99
bakul adalah : siluk langit, ati lang, sulau, siku remaung, berangan
107
Agung,“Eksplorasi Etnomatika pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan
dan Jata serta hidup seutuhnya dari kedua tokoh dewa ini. Kedudukan suku
Dayak Kaharingan:
a. Utus Gentong
b. Utus Rendah
c. Golongan Budak
d. Golongan Imam
e. Golongan Hanteun108
Dayak Kaharingan hanyalah kelas merdeka dan kelas budak. Di samping itu
masih ada dua golongan lain, yaitu golongan imam dan hanteun, namun
108
Salam, Agama Kaharingan:Akar-akar Budaya Suku Dayak Kaharingan di Kalimantan
Tengah, h. 71-73.
100
101
fungsi mereka.
Awalnya hanya ada satu kelas masyarakat yaitu kelas merdeka. Kelas
orang budak ini mula-mula terdiri dari orang merdeka, tetapi karena keadaan
diasingkan dari masyarakat. Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak dapat
membayar hutang dan para tawanan yang kalah dalam perang, serta orang-
orang yang melanggar adat. Golongan pertama disebut jipen, yang dapat bebas
jika mereka membayar hutang mereka. Golongan kedua dan ketiga disebut
budak itu tidak memiliki hak hidup. Mereka diikut-sertakan dalam upacara-
Mereka berdiam diluar desa dan dikubur di luar desa yang suci.109
susunan masyarakat Dayak seperti yang di tulis oleh Syamsir Salam yang
merujuk pada Frodlin Ukur dalam bukunya yang berjudul Tanya Jawab Suku
susunan masyarakat Dayak di Kalimantan itu tidak terlalu jauh berbeda satu
bahasa.
109
Harun, Suku Murba di Indonesia, h. 62-53.
102
Pada masa lalu menurut Riwut (1958); Ukur (1971); Lontaan (1975)
dalam masyarakat Dayak pada umumnya terbagi atas dua golongan besar;
A. Golongan Merdeka
Masyarakat golongan ini terbagi lagi dalam dua kelompok yaitu: (1)
Utus Gantong atau Utus Tatau; dan (2) Utus Randah atau Utus Pehe
atau golongan gantong ini pada masa lalu adalah dengan melihat jumlah
jipen atau rewar yang mereka miliki, semakin banyak kepala jipen atau
rewar dapat bebas menyandang jipen dan rewar, bila ia dapat melunasi
tempayan suci yang disebut haramaung dan belanga merupakan harta suci
berasal dari illahi turun dari langit ke tujuh yang di miliki nenek moyang
unggas lainnya.
gantong atau utus tatau memiliki keturunan yang kaya dan terhormat,
nama mereka di kenal oleh seluruh kampung atau desa di sepanjang aliran
sungai. Apabila pemangku adat atau ketua adat itu tidak berada di tempat,
maka tidak jarang golongan ini diminta pendapat dalam berbagai hal yang
terutama yang berkaitan dengan masalah pelaksanan hukum adat dan hal
lain yang dianggap penting seperti pesta atau acara kematian bila ada yang
meninggal dunia.
Kelas kedua dalam golongan merdeka adalah Utus Randah atau utus
utus rendah ini, walaupun termasuk kelas merdeka, namun masih juga
tersirat pengertian dan pemahaman religius bahwa mereka itu berasal dari
keilahian secara tidak langsung, hanya saja mereka hidup miskin dan
nilai sosial, mereka tidak memiliki kekayaan seperti benda pusaka yang
suci dan memadai, harta yang mereka miliki umumnya nilainya lebih
rendah dari utus gantong dan lebih rendah dari kekayaan yang di miliki
jipen atau rewar. Utus pehe belum ini masih dilibatkan dalam pengaturan
kehidupan masyarakat, perkara adat dan lain-lain tetapi dalam fungsi yang
B. Golongan Budak
dua kelas yaitu: (1) Jipen; dan (2) Rewar. Kedua kelas ini selalu dikaitkan
dengan kelas di atasnya, baik Jipen maupun Rewar bekerja pada majikan
atau tuannya. Jipen adalah budak yang di kuasai oleh majikan atau
tuannya karena si pemilik hutang tidak dapat melunasi utang sampai jatuh
Timbulnya kelas Jipen ini disebabkan oleh faktor: (1) berasal dari
keturunan ibu yang memang sudah menjadi Jipen; (2) akibat hutang yang
pelanggaran adat, yang dikenakan denda dengan uang, tetapi tidak mampu
hutang dari kapital yang dipinjam; dan (6) akibat kalah perang, sehingga
menjadi tawanan.
memenuhi tuntutan adat yang tersedia yang ditempuh bahwa: (1) harus
menerima sepuluh persen dari seluruh panen pemiliknya, bagian ini dapat
sebagainya adalah milik pribadinya yang dapat dijual; (4) apabila ada
sangat sulit untuk melepaskan diri dari kekuasaan majikannya, hal ini
adalah karena selain utangnya sejak dia berstatus Jipen dilipat gandakan
dalam besaran kelipatan tertentu yang jauh lebih besar dari bunganya juga
atau dicampur dengan makanan Jipen, dengan maksud agar si Jipen tidak
memiliki pikiran untuk melepaskan diri dari status Jipennya dan selalu
ini sering disiksa, dicambuk dan bekerja tidak mengenal waktu. Rewar
hanya boleh makan dari sisa makan anggota keluarga majikannya. Rewar
golongan petani.110
Seni Rupa atau seni lukis Dayak.Ini terlihat pada seni pahat dan patung yang
didominasi motif-motif hias setempat yang banyak mengambil ciri alam dan
Salah satu bentuk identitas dari suku Dayak adalah ukirannya yang
khas dan unik. Bagi sebagian suku Dayak, patung dan beberapa benda seni
yang menjadi kekhasan suku memiliki pesan dan makna yang perlu diungkap.
Selain patung, ada juga karya budaya yang lainnya seperti anyaman dengan
berbagai bahan baku, dari bambu, rotan, keladi air, sampai enceng gondok,
serta roh dari dewa-dewa, misalnya Naang Brang, Pen Lih, Deing Wung Loh,
Salah satu produk kerajinan masyarakat Dayak adalah anyaman dengan bahan
motif kerajinan dalam produk yang dihasilkan oleh Dayak berbeda. Edy
110
Arkanudin, “ Sekilas Gambaran Suku Dayak” Diakses dari
http://arkandien.blogspot.com/2010/06/sekilas-gambaran-suku-dayak-olehprof.html pada
tanggal 06 Agustus2018 pukul 14.22 WIB.
108
mengatakan seni motif Dayak yakni: motif pengantin, motif naga, motif
manusia jongkok, motif bunga dan motif paduan naga dan bunga.111
siluk langit, motif ati lang, motif sulau, motif bunga tekembai, motif angkong,
yang dihasilkan ialah kerajinan anyaman yang bahan bakunya dari bambu,
rotan, keladi air dan eceng gondok.Motif yang banyak degamaripun motif dari
1. Motif Siluk Langit, anyaman tikar yang berbentuk bidang segi delapan
langit yang begitu luas dan tinggi. Maknanya pembelajaran dari motif ini
maupun kekayaan yang dimiliki karena dia atas kehebatan manusia masih
semua orang membawa perubahan kearah yang lebih baik. Makna Sulau
perbedaan yang ada, baik masalah sosial maupun keagamaan dan manusia
4. Berangan Lang, motif yang terdapat pada anyaman topi, tikar saji, dan
diinspirasi dari buah Berangan Lang, meskipun buah ini berduri namun
menggapai sesuatu.
5. Motif Bunga Tekembai, motif yang terdapat pada anyaman topi berbentuk
sesama alam.
anyaman topi petani.motif ini dipercayai sebagai motif pertama yang harus
110
dilakukan bagi pemula dan jika dilewati akan jatuh sakit. Motif ini
mengajarkan bahwa segala sesuatu harus dimulai dari awal dan dipelajari
7. Bulan, adalah motif segi delapan beraturan dan dianyam pada topi dan
8. Motif Pangkak, dibuat dalam dimensi dua terdapat pada anyaman topi.
dijadikan pelajaran bagi setiap manusia untuk terus belajar hingga akhir
hayat.112
112
Agung, “Eksplorasi Etnomatika pada Budaya Masyarakat Dayak Perbatasan
Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau KALBAR,” h. 21-22.
113
Edy, Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan
Etnomatika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika di Sekolah, h. 195.
111
akan nenek moyang dan dianggap dapat menjaga mereka dari kemalangan
atau kejahatan orang lain. Masyarakat Dayak masih ada yang percaya
b. Motif Naga
dianggap mewakili segala sesuatu yang datang dari langit; segala sesuatu
dianggap mewakili segala sesuatu yang datang dari langit; segala sesuatu
114
Maria Sisilia Mayasari, Lintu Tulistyiantoro, M. Taufan Rifqi, “Kajian Simoatik Ornamen
Interior pada Lamin Dayak Kenyah (Studi Kasus Interior Lamin di Desa Budaya Pampang), Intra,
Vol. 2, No. 2, 2014, h. 291.
115
Marcellina Eka Pradita, “Tato Sebagai Sebuah Media KOmunikasi Non Verbal Suku
Dayak Bahau”, Ilmu Komunikasi, Vo. 1, No. 4, 2013, h. 12.
112
Hopes yang telah dikutp Katarian menjelaskan bahwa setiap hewan yang
c. Motif Bunga
Motif Bunga atau akar-akaran yang biasa diukir tepat di bawah kaki
bangsawan ukiran tidak terputus satu objek dengan yang lainnya, namun
tersebut.117
kediaman bangsawan atau kepala adat. Ornamen pada puncak atap ada
116
Katarian Lidya Ega, “Pemaknaan Ukiran Blontakng Kaum Bangsawan Dalam Upacara
Adat Kwangke (Studi diskriptif), Ilmu Pemerintahan, Vol.3 No.1, 2015, h. 437.
117
Katarian Lidya Ega, “Pemaknaan Ukiran Blontakng Kaum Bangsawan Dalam Upacara
Adat Kwangke (Studi diskriptif), h. 438.
113
atau kepala adat terbuat dari papan, sedangkan Lamin milik masyarakat
e. Motif Pengantin
ajimat, kelengkapan upacara atau sebagai alat upacara. Patung Ajimat ini
terbuat dari berbagai jenis kayu yang dianggap berkhasiat untuk menolak
penyakit atau mengembalikan semangat orang yang sakit. Ada juga patung
kecil yang biasanya digunakan saat pelaksanaan upacara adat seperti pelas
tahun, kwangkai dan pesta adat lainnya. Namun pada motif pengantin
tidak ada makna dan histori khusus dari nenek moyang terhadap
binatang serta bentuk-bentuk yang mereka percaya sebagai roh dari dewa-
dari daerah lain di Indonesia, namun hal ini merupakan salah satu
118
Diakses dari http://storystoryguee.blogspot.com/2011/11/lebih-mengenal-suku-
dayak.html?m=1 pada tanggal 25 Agustus 2018 pukul 21.59 WIB.
119
Diakses dari
https://www.google.com/amp/s/doyosukmo.wordpress.com/2011/01/21/seni-pahat-
patung/amp/?espv=1 pada tanggal 25 Agustus 18 pukul 22.18 WIB.
114
Dayak yang dikenal dengan sebutan Lamin. Bentuk rumah adat Lamin
dari tiap suku Dayak umumnya tidak jauh berbeda. Lamin biasanya
berupa empat persegi panjang. Panjang Lamin ada yang mencapai 200
kolong ada yang mencapai empat meter. Untuk naik ke atas Lamin,
serangan musuh ataupun binatang buas. Pada awalnya, Lamin dihuni oleh
120
Diakses dari
http://visitingkutaikartanegara.com/depan?module=daya_tarik&sub=seni_dan_budaya&halama
n=5 pada tanggal 12 Agustus2018 pukul 17.45 WIB.
115
Agama masa lampau atau agama lokal ialah agama yang kuno atau
agama yang tertinggal dari segi kebudayaannya. Istilah lokal ini dicirikan pada
manusia atau sekelompok orang yang hidup pada waktu lampau. Meskipun
demikian, agama lokal tidak hanya dilihat sebagai sesuatu yang ada dan hidup
pada masa lampau, tetapi dapat saja terjadi pada seseorang pada masyarakat
modern sekarang.
pandangan, ataupun tradisi yang masih kuno misalnya, umumnya agama lokal
tidak bisa menciptakan tegnologi yang serba canggih. Selain itu, indikasi
tersebut banyak pula ditemui di kalangan masyarakat pedesaan, baik dari segi
keramat.121
benda. Pola pikir ini baru didobrak, ditentang, dan dianggap sesat setelah
dan alam sekitarnya bukanlah objek sebagai subjek. Hal ini berbeda dengan
sebagai objek. Akibat dari tidak bisanya membedakan antara subjek dan
objek, yaitu antara manusia dan alam sekitarnya, akhirnya masyarakat agama
121
M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-agama di Dunia Dari Masa Klasik Hingga
modern, (Yogyakarta: IRCISoD, 2015), h. 18.
116
Untuk melacak sejarah dari peradaban itu sendiri, kita harus menengok
bumi, dan bertanya kembali apa saja yang di dapat ditemukan dalam hukum
adat, lembaga, seni dan pengetahuan suku atau agama lokal. Apa yang
dianggap benar oleh sebuah peradaban pastilah juga dianggap benar oleh
agamanya, karena agama merupakan salah satu dari elemen dasar pembentuk
peradaban.123
keagaman tersebut tercakup semua di dalam agama Kaharingan. Dalam hal ini
termasuk salah satu paham keagaman diatas namun Kaharingan adalah agama
masa lampau atau agama lokal, dimana Kaharingan agama awal atau agama
122
M. Ali Imran, Sejarah Terlengkap Agama-agama di Dunia Dari Masa Klasik Hingga
modern, h. 19-20.
123
Allan Menzies, Sejarah Agama-agama Studi Sejarah, Karakteristik dan Praktik Agama-
agama Besar di Dunia, (Yogyakarta: FORUM, 2014), 23-24.
117
karena negara hanya mengakui enam agama resmi. Para penganut Kaharingan
sempat mendapat lebel sebagai orang yang tak beragama. Kaharingan dinilai
hanya agama orang pedalaman atau penghuni hutan tropis. Agama masa
lampau dan diramalkan bakal punah seperti kayu lapuk. Itu sebabnya beliau
seperti upacara Tiwah (ritual kematian tahap akhir), dan upacara Basarah
Kalimantan, bukan impor dari luar. Secara sosial dan historis, agama ini
agama itu, yang antara lain punya hari besar, rumah peribadatan, dan
Dayak ini akan punah seperti kayu lapuk.Gagasan di atas menurut Marko
124
Diakses dari https://tokoh.id/biografi/5-wiki-tokoh/antropolog-penyelami-
kaharingan/ pada tanggal 12 Agustus 2018 pukul 19.13 WIB.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Agama adalah suatu pedoman tata aturan hidup manusia yang erat
berupa tata cara hidup manusia seperti adat istiadat dan kepercayaan-
lain. Namun perbedaan dari keduanya ialah, agama tata cara hidup manusia
yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa sementara budaya adalah tata cara
cara hidup yang terkait langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa atau tata cara
hidup yang berasal dari hasil karya atau akal manusia? Dalam skripsi ini telah
percaya pada satu tuhan Ranying Hatalla, memiliki kitab suci Panaturan,
Kalimantan ketika agama lain belum memasuki Kalimantan yang hingga saat
118
119
ini masih eksis. Proses komunikasi budaya Dayak Kaharingan terbentuk dari
adat istiadat nenek moyang suku Dayak Kaharingan dan menganut nilai-nilai
keluluhuran yang di pimpin oleh balian atau dukun yang mana isi pesan nenek
Makna budaya bagi masyarakat Dayak ialah sebagai warisan nenek moyang
dan peristiwa yang luar biasa. Kekuatan alam yang mampu melakukan sesuatu
yang luar biasa, seperti banjir dan angin topan.Kaharingan juga percaya ada
manusia yang memiliki kekuatan sakti yang bisa menyembuhkan orang sakit,
para peramal serta benda-benda mati seperti pohon, Mandau (senjata khas
kekuatan sakti.
tercipta atas keduanya yang saling terkait. Mite penjadian yang dipercayai
posisi yang lebih baik, artinya masyarakat suku bangsa Dayak Kaharingan
objektif yang ada di sekitar mereka. Terbukti bahwa adanya dana APBN untuk
Kaharingan.
menganut Kaharingan, artinya berlaku pada pasien yang pindah agama dari
dan juga bahan pewarna. Tercatattidak kurang dari 107 jenis tumbuhan terdiri
dari 51 suku dan86 marga yang dimanfaatkan baik sebagai bahan pangan
ganda.
upacara itu dipersembahkan untuk Sang Hyang Mahatalla dan Jatakarna telah
melindungi manusia dari ketika masih berbentuk janin di dalam perut hingga
jenis permainan anak, kesenian yang dilakukan masyarakt suku bangsa Dayak
Kaharingan yakni seni lukis dan seni pahat. Masyarakat suku bangsa Dayak
geometripenentuan lokasi.
memiliki dua kelas masyarakat yakni merdeka dan budak. Walaupun ada
Dalam hasil penelitian Edy Tandililing klasifikasi seni motif Dayak yang
motif bunga dan motif paduan naga dan bunga. Sementara Agung Hartoyo
mengatakan seni motif Dayak yakni: motif siluk langit, motif ati lang,
123
motif sulau, motif bunga tekembai, motif angkong, motif bulan dan motif
pangkak.
persamaan pendapat antar sesama penulis, yakni Syamsir Salam dan Marko
5.2 Saran
telah saya paparkan, dari penelitian tersebut ada beberapa saran dari penulis
diantaranya:
kata-kata yang awam di dengar tanpa adanya penjelasan atau arti dari kata
tersebut.
b. Pembaca lebih objektif dan teliti lagi dalam membaca serta memahami isi
kali pembaca salah memahami isi buku tersebut, terkadang harus berulang
oleh karenanya dibutuhkan saran serta kritik dari para pembaca agar penulis
dapat menjadi lebih baik lagi dalam menghasilkan karya tulis kedepannya.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
Buku
Ali, Sayuthi. Metode Penelitian Agama Pendekatan Teori & Praktik (Jakarta: PT.
Buana.Juni 2017).
2003).
Kementrian Agama RI, Badan LITBANG dan Diklat. Ed. Ahmad Syafi’I Muhfid.
Rosdokarya. 1996).
125
126
Hidayatullah. 2009).
2008).
tanpa tahun).
127
Nasional. 19993).
2009).
Sofyah, Diana H. Agama dan Pengobatan Latar Belakang Religi dan Konsep
Jurnal
Dey,Nina Putri Hayam. Sri Suwartuningsih dan Daru Purnomo. “Aspek Budaya,
2012. h. 175.
No.1. 2015.
2013.
2.Oktober 2017.
tanpa tahun).
2005).
3.Desember 2006.
Wilson.“Makna Upacara Nyaki Tihi Adat Dayak Ngaju di Desa Samba Danum
2009.
Makalah Seminar
2017.
Sumber Internet
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/02/17/multikulturalisme-
sebagai-resolusi-konflik-dan-pembangunan-harmoni-studi-kasus-
12.01 WIB.
http://arkandien.blogspot.com/2010/06/sekilas-gambaran-suku-dayak-
01.51.
WIB
http://www.wacana.co/2014/02/kaharingan-agama-leluhur-suku-dayak/pada
https://www.hipwee.com/list/mengenal-7-rumpun-suku-dayak-di-pulau-
WITA.
http://asiantribal.blogspot.com/2013/03/asal-usul-suku-dayak-kayan.html pukul
https://www.hipwee.com/list/mengenal-7-rumpun-suku-dayak-di-pulau-
WITA.
http://www.netralnews.com/news/rsn/read/101038/inilah.suku.dayak.punan..primi
00.59 WITA.
https://ekapalangka.wordpress.com/2011/05/26/upacara-perkawinan-masyarakat-
https://ekapalangka.wordpress.com/2011/05/26/upacara-perkawinan-masyarakat-
https://rid755.wordpress.com/2012/07/30/pelaksanaan-upacara-perkawinan-
http://www.senibudayaku.com/2017/12/upacara-adat-kalimantan-
12.48 WIB.
17.56 WIB.
https://tokoh.id/biografi/5-wiki-tokoh/antropolog-penyelami-kaharingan/ pada
http://www.netralnews.com/news/rsn/read/104265/inilah-9-hal-pantangan-yang-
11.16 WIB.
133
https://www.google.com/amp/s/doyosukmo.wordpress.com/2011/01/21/seni-
WIB.
http://visitingkutaikartanegara.com/depan?module=daya_tarik&sub=seni_dan_bu
https://tokoh.id/biografi/5-wiki-tokoh/antropolog-penyelami-kaharingan/ pada
Biografi
Daftar Riwayat Hidup Syamsir Salam didapatkan dari TU Fakultas Dakwah UIN