Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM ADAT
(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
Mata Kuliah Hukum Adat)

Dosen Pengampu : DEWI SEPTIANA, S.H.,M.H.

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Muhammad Barry Salaki (2012011277)
2. Danang Sulistiyanto (2012011318)
3. Muhammad Nur Rizki (2012011281)
4. Julia Veronica Sunjaya (2012011297)
5. Raja Edgar Schubert Carusso Girsang (2012011322)

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME. Atas rahmatnya yang berlimpah
dalam penyusunan atau pembuatan makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu tugas
untuk memenuhi penilaian tugas kelompok enam dengan materi “Corak Hukum Adat”.

emoga makalah ini dapat membantu dan menambah pengetahuan kepada para
pembaca tentang materi dalam makalah ini, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.

Kami mohon saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat dan
kegunaannya untuk pembaca atau semua pihak termasuk kami kedepannya. Terima kasih

Bandar Lampung, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Pembahasan 1

Bab II Pembahasan
1. Tradisional 2
2. Keagamaan 2
3. Kebersamaan 3
4. Kongkret dan Visual 4
5. Terbuka dan Sederhana 4
6. Dapat Berubah dan Menyesuaikan 5
7. Tidak Dikodifikasi 5
8. Musyawarah dan Mufakat 6

Bab III Penutup 8

Daftar Pustaka 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum bisa diartikan sebagai ketentuan atau peraturan yang terbentuk dari
sebuah kesepakatan atau persetujuan yang tujuannya mengatur kehidupan
bermasyarakat yang baik yang berbentuk tertulis maupun tidak tertulis. Hukum juga
tidak hanya sekedar mengatur, tetapi juga memberi sanksi kepada masyarakatnya
yang melanggar aturan yang sudah disepakati. Hukum tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari manusia. Disetiap negara bahkan disetiap daerah pastinya
memiliki aturan atau hukum yang berbeda, karena menyesuaikan dengan kebiasaan
masyarakat setempat.

Indonesia memiliki berbagai macam corak adat yang berbeda disetiap


daerahnya. Sehingga disetiap daerah tersebut memiliki aturan atau hukum yang tidak
tertulis yang dipatuhi oleh masyarakat daerahnya yang hukum tersebut berasal dari
adat budaya mereka. Untuk dapat membedakan hukum adat yang berlaku pada
masyarakat adat, kita perlu memahami corak-corak yang terdapat disetiap adat. Oleh
karena itu, makalah ini dibuat untuk membantu pemmaca dalam memahami dari
setiap adat melalui coraknya

B. Tujuan Pembahasan
Pada makalah ini, capaian tujuan yang akan kita capai yaitu :
1. Memahami tentang corak-corak Hukum Adat Indonesia
2. Mengetahui corak-corak hukum adat dari beberapa adat yang ada di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tradisional
Hukum adat berbentuk tradisional, artinya bersifat turun temurun dari zaman
nenek moyang sampai ke anak cucu sekarang, dan keberadaannya masih tetap
dipertahankan oleh masyarakat adat yang bersangkutan.
Misalnya, Tradisi Mupuk Im Bene oleh masyarakat Minahasa di Manado,
merupakan cara mensyukuri hasil panen raya kepada Sang Pencipta. Mupuk Im Bene
sendiri merupakan sebuah upacara dengan prosesi yang diikuti oleh seluruh penduduk
desa, terutama para petani. Jadi saat upacara Mupuk Im Bene yang sudah menjadi
tradisi dari nenek moyang ini masyarakat desa berkumpul di lapangan atau gereja
dengan membawa hasil panennya.

Contoh lainnya Didaerah Cepu Jawa Tengah masih mengenal adanya sistem
sesaji yang biasa disebut dengan manganan. Yaitu mana setiap rumah harus
mengirimkan seloyang makanan yang berisi hasil bumi untuk dibawa ke suatu tempat
yang biasa disebut dengan kramat atau punden. Dimana ditempat tersebut masyarakat
mempercayai adanya penunggu atau dewa yang memberikan kesuburan dan yang
menjaga tanaman atau tanah yang mereka tanami dari roh-roh jahat. Masyarakat desa
percaya bahwa orang yang dikubur di kramat atau punden tersebut adalah orang
pertama yang membangun desa hingga menjadi semakmur sekarang.

2. Keagamaan
Hukum adat bercorak Magis-religius yang berarti perilaku atau norma-norma
hukumnya berhubungan dengan sesuatu yang ghaib dan atau berdasarkan pada
pedoman ajaran ketuhanan yang maha esa.
Masyarakat mempercayai kekuatan gaib yang harus dipelihara agar
masyarakat tetap aman, tentram dan bahagia. Mereka melakukan pemujaan kepada
alam arwah-arwah nenek moyang dan kehidupan makhluk-makhluk lainnya. Kegiatan
atau perbuatan-perbuatan bersama, seperti membuka tanah, membangun rumah,

2
menanam dan peristiwa-peristiwa penting lainnya selalu diadakan upacara-upacara
religius yang bertujuan mendapat berkah serta tidak ada halangan dan selalu berhasil
dengan baik.
Contoh dalam masyarakat adat Minahasa Dalam kepercayaan Minahasa,
Dalam mitologi orang Suku Minahasa dahulu mengenal banyak dewa. Masyarakat
Suku Minahasa menyebut Dewa dengan nama empung atau opo, dan untuk dewa
yang tertinggi disebut Opo Wailan Wangko. Dewa yang penting sesudah dewa
tertinggi adalah Karena. Opo Wailan Wangko dianggap sebagai pencipta seluruh alam
dengan isinya. Karena yang mewujudkan diri sebagai manusia adalah penunjuk jalan
bagi Lumimu’ut (wanita sebagai manusia pertama) untuk mendapatkan keturunan
seorang pria yang kemudian dinamakan To’ar, yang juga dianggap sebagai pembawa
adat, khususnya cara-cara pertanian, yaitu sebagai cultural hero (dewa pembawa
adat).

Contoh Lainnya didaerah Cepu Jawa Tengah adanya budaya manganan


membawa sugesti kepada masyarakat. Budaya manganan diselenggarakan setelah
sawah yang mereka garap menghasilkan padi-padi yang berkualitas atau dapat
dikatakan mereka menggelar manganan setelah panen padi berhasil. Mereka percaya
apabila tidak membawa hasil bumi ke kramat maka tanah atau sawah yang mereka
garap tidak akan subur dan bagi petani yang menggarap sawah maka sawah mereka
akan selalu gagal panen. Dan bagi mereka yang bekerja dibidang lain, rejeki yang
diperoleh akan sedikit. Masyarakat disana mempercayai Allah namun mereka juga
mempercayai adanya tenaga magis (gaib) yang berasal dari kramat.

3. Kebersamaan
Kehidupam masyarakat hukum adat selalu dalam wujud kelompok, sebagai
satu kesatuan yang utuh. individu satu dengan yang lainnya tidak dapat hidup sendiri,
manusia adalah makluk sosial, manusia selalu hidup bermasyarakatan, kepentingan
bersama lebih diutamakan daripada kepentingan perseorangan.

Contoh, dalam adat Dayak anggota keluarga tinggal bersama dalam satu
rumah Betang agar dapat berkomunikasi dengan mudah dan saling melindungi serta
membantu dalam hal apapun, termasuk ekonomi, pekerjaan, dan lainnya.
Kebersamaan keluarga di dalam Rumah Betang dilihat dari kehidupan sehari-hari

3
yang tidak lepas dari gotong royong. Terutama saat ada prosesi adat, seluruh penghuni
rumah mulai anak kecil hingga orang dewasa saling berbagi tugas dan membantu agar
acara dapat berlangsung dengan baik.

Contoh lainnya terdapat pada masyarakat Papua, yaitu pesta Bakar Batu yang
juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga. Dalam pesta ini akan terlihat
betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Semua warga desa
bahu membahu mencari bebatuan demi mengetahui keunikan budaya papua yang
khas.

4. Kongkret dan Visual


Hukum adat adalah Konkret, maknanya, jelas, nyata, dan berwujud, dan
Visual artinya dapat terlihat, tampak, terbuka, dan tidak bersembunyi. Semua
perbuatan atau keinginan dalam setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus
dibuktikan dengan benda-benda yang berwujud.
Contoh pada masyarakat Dayak pada Upacara Adat Balala’ Tahutn terdapat
alat-alat seperti beras banyu, tumpi’, pinang karake’, ayam, telur ayam, dan palantar
yang merupakan simbol-simbol atau lambang yang terdapat pada bahan-bahan
terdapat arti penting seperti kekeluargaan, kebersamaan, kerukunan, semangat gotong
royong, dan tolong menolong.

Contoh lainnya, yaitu Tradisi menghantar mas kawin atau Ararem,


merupakan tradisi warisan masyarakat Suku Biak, Papua. Dalam menjalankan tradisi
Ararem, para calon suami dan keluarga besarnya akan berjalan kaki menuju kediaman
calon istri, dengan melakukan pawai sambil membawa berbagai jenis barang, seperti
piring gantung, uang, bendera merah putih, hingga peralatan rumah tangga. Piring
gantung memberikan makna kehormatan, harga diri, dan tanda penghargaan yang
besar bagi masyarakat Biak.

5. Terbuka dan Sederhana


Hukum adat terbuka maksudnya dapat menerima masuknya unsur-unsur asing
yang datang dari luar, asalkan tidak bertentangan dengan jiwa hukum adat itu sendiri.

4
sedangkan Bersifat sederhana, bersahaja, tidak rumit, tidak banyak administrasinya,
mudah dipahami dan dijalankan.
Contoh Orang Batak dalam bermasyarakat biasanya dikenal sangat terbuka
dan sederhana. Dalam hal ini orang Batak biasanya langsung terbuka dalam
menyatakan apa yang dirasakannya, baik itu buruk ataupun baik. Karena sifat ini
orang batak terkenal akan tegas dan tidak sedikit yang menganngapnya kasar.

Contoh lainnya, Masyarakat Toraja pada umumnya memiliki sifat yang baik
dan sopan, ini adalah kearifan lokal masyarakat Toraja yang sudah turun temurun
terus terpelihara, orang Toraja percaya bahwa dengan bersikapan sopan, baik dan
rendah hati akan mendatangkan berkah(dalle') dalam kehidupan. Itu juga salah satu
aspek yang menjadikan daerah Toraja merupakan salah satu objek wisata yang
terkenal hingga ke manca negara.

6. Dapat Berubah dan Menyesuaikan


Hukum Adat dapat berubah menurut keadaan, waktu, dan tempat. Dimasa
sekarang hukum adat banyak yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hukum
adat juga dapat disesuaikan dengan kesesuaian.
Contoh Suku Batak yang sekarang jika dibandingkan dengan yang hidup
dijaman dahulu sudah sangat banyak perubahannya dari berbagai aspek,terutama
kebudayaan.
Contoh lainnya, Di Lawongan – Totemboan, upacara dilakukan dirumah
pihak pengantin pria, atau di Tomohon-Tombulu di rumah pihak pengantin wanita.
Apabila mengalami kesulitan dalam pernikahan maka dilakukan dengan tradisi
mapalus yaitu kedua pengantin dibantu oleh mapalus warga desa, seperti di desa
Tombuluan.

7. Tidak Dikodifikasi
Hukum adat banyak yang tidak ditulis walaupun ada yang dicatat dalam
aksara daerah, bahkan ada yang dikodifikasikan dengan cara yang tidak sistematis,

5
namun hanya sekedar sebagai pedoman bukan mutlak yang harus dijalankan kecuali
yang bersifat perintah tuhan.

Contoh Misalnya dalam hukum adat Palembang Undang-undang Simbur


Cahaya merupakan kitab undang-undang hukum adat, yang merupakan perpaduan
antara hukum adat yang berkembang secara lisan di pedalaman Sumatera Selatan,
dengan ajaran Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan ketentuan Undang-undang Simbur Cahaya yang masih diamalkan
masyarakat Palembang terkhususnya masyarakat yang berada di Kampung Al-
Munawar (Kampung Arab) serta untuk mengetahui bagaimana penerapan sanksi
terhadap pelaksanaan hukum adat berdasarkan Undang-undang Simbur Cahaya di
masyarakat Palembang terkhususnya masyarakat Kampung Al-Munawar (Kampung
Arab).

Penelitian yang dilkakukan adalah penelitian hukum yuridis Normatif dengan


pendekatan yuridis Sosiologis yang diambil data primer dengan melakukan
wawancara dan data skunder dengan mengolah data dari bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasaan menunjukan bahwa pelaksanaan hukum adat di masyarakat Palembang
terkhusus di Kampung Al-Munawar (Kampung Arab) masih menerapkan peraturan
hukum adat yang terkandung dalam Undang-undang Simbur Cahaya, contohnya
dalam perkawinan, pertunangan serta dalam musyawarah yang dilakukan oleh
masyarakat saat ini.

Contoh lainnya, yaitu pada masyarakat Padang Salah satu suku atau
masyarakat adat dengan corak dan kekhasan hukumnya adalah masyarakat adat
Minangkabau. Di Minangkabau dalam hukum kekerabatannya menarik garis
keturunan secara matrilineal, kekhasan dari masyarakat adat Minangkabau lainnya
adalah basako, bapusako dan beragama tunggal, yaitu agama islam.

8. Musyawarah dan Mufakat


Hukum adat mementingkan keberadaan musyawarah dan mufakat di dalam
ikatan kekeluargaan , ikatan ketetanggaan, baik untuk memulai suatu pekerjaan atau
menyelesaikan pekerjaan, apalagi yang bersifat “peradilan” dalam mengakhiri

6
perdebatan antara satu dengan yang lain. Dalam penyelesaian perselisihan selalu
mementingkan jalan penyelesaian secara rukun dan damai dengan musyawarah dan
mufakat dengan saling memaafkan, tidaklah terburu-buru begitu saja ;angsung
menyampaikan ke pengadilan negara.
Contoh dalam proses pernikaha adat palembang Berasan (bermusyawarah).
Musya warah untuk menentukan apa yang diminta pihak wanita, dan yang diberikan
pihak lelaki. Selain itu menentukan adat yang akan dilaksanakan (dari lima pilihan
adat). Tahapan ini sarat dengan pantun.

Contoh lainnya pada masyarakat Padang, Mimbar – Kunci adat istiadat


minangkabau itu musyawarah mufakat. Karena itu, setiap kegiatan di nagari-nagari
melibatkan komponen masyarakat seperti ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai,
bundo kanduang, pemuda, sehingga pelaksanaan pembangunan itu daapat terlaksana
dengan baik dan Adat Istiadat budaya masyarakat dapat dilestarikan.

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam setiap corak hukum adat memiliki arti dan makna yang berbeda. Jika kira
membaca Kembali corak-corak tersebut, masing-masing corak memiliki pengertian atau
paham tersendiri yang membedakan satu sama lain sehingga kita sebagai pembaca dapat
membedakan corak-corak tersebut dari corak adat yang terdapat di Indonesia.
Tradisional artinya segala yang diwarisi oleh leluhur kepada generasi selanjutnya
sampai turun-menurun. Keagamaan mengatur kepercayaan masing-masing adat yang ada di
Indonesia sesuai dengan paham masyarakat adat. Kebersamaan berarti bersama atau
memutuskan suatu hal secara mufakat atau kesepakatn bersama. Kongkret nyata, visual
berwujud. Tidak Dikodifikasikan atau Hukum Adat yang tidak tertulis. Dan yang terakhir
ialah Musyawarah yang berarti upaya memecahkan suatu persoalan secara bersama-sama
dengan rendah hati dan lapang dada.

8
DAFTAR PSUTAKA

Melisatama, 2012, https://melisatama.wordpress.com/2012/11/23/contoh-corak-hukum-adat/


Tracy, Mariska, https://www.pegipegi.com/jelajahi-indonesiamu/sulawesi/5-tradisi-suku-
minahasa-di-manado

Sriyanti, Surya, 2020, https://mediaindonesia.com/nusantara/340190/filosofi-huma-betang-


dan-keberagaman-masyarakat-dayak

Rahmawati, Neni Puji Nur, 2020, http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkalbar/mengenal-


suku-dayak-kalis-dan-hukum-adatnya/

Lokal, Tim Sahabat, 2021, https://www.adira.co.id/sahabatlokal/article_short/metalink/Tradisi-


Ararem-Khas-Papua

Randa, Agustina, 2018, https://www.idntimes.com/travel/destination/randa-austin/5-tradisi-


unik-suku-toraja-c1c2/5

Andriyansyah, Anugrah, 2017, https://www.brilio.net/jalan-jalan/4-tradisi-unik-ini-hanya-


bisa-kamu-temukan-di-sumatera-utara--170103b.html

Sawahlunto, Klikpositif, 2016, https://klikpositif.com/baca/9192/pesan-kebersamaan-


masyarakat-minangkabau-dalam-makan-bajamba

Flo, Eddy, 2017, https://merahputih.com/post/read/8-tradisional-unik-orang-minang-ini-


masih-tetap-eksis

9
10

Anda mungkin juga menyukai