Hukum Dagang merupakan hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan untuk memperoleh keuntungan . atau hukum yang mengatur hubungan hukum
antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan perdagangan .
Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 yaitu tertulis dan tidak tertulis tentang aturan
perdagangan. Pada dasarnya Hukum dagang dan hukum perdata adalah dua hukum yang saling
berkaitan. Hal ini dapat dibuktikan di dalam Pasal 1 dan Pasal 15 KUH Dagang.
Pasal 1 KUH Dagang, disebutkan bahwa KUH Perdata seberapa jauh dari padanya kitab ini
tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang
dibicarakan dalam kitab ini.
Pasal 15 KUH Dagang, disebutkan bahwa segala persoalan tersebut dalam bab ini dikuasai
oleh persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan oleh kitab ini dan oleh hukum perdata.
Sejarah Hukum Dagang.
Sejak abad pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan
pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan
(Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat
itu hukum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara dalam
perdagangan , maka dibuatlah hukum baru di samping hukum Romawi yang berdiri sendiri pada
abad ke-16 yang disebut hukum pedagang (koopmansrecht). Karena bertambah pesatnya
hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam hukum dagang oleh mentri
keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan peraturan (ORDONNANCE
DU COMMERCE) 1673. Dan pada tahun 1681 disusun ORDONNANCE DE LA MARINE
yang mengatur tenteng kedaulatan.
Dan pada tahun 1807 di Perancis di buat hukum dagang tersendiri dari hukum sipil yang ada
yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance du commerce (1673) dan
ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hukum dagang
tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab
dan tidak mengenal peradilan khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi pemmbuatan KUHD di
Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19 Prof. molengraaff merancang UU
kepailitan sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku
1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu , tentang dagang umumnya
dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.
Artikel mengenai sejarah hukum dagang ini dimaksudkan untuk mengurai sejarah hukum
dagang secara umum. Namun, sebelum menguraikan sejarah hukum dagang, sebelumnya perlu
dijelaskan keterkaitan antara hukum perdata dan hukum dagang dalam sejarah hukum dagang.
Pembagian hukum privat ke dalam hukum perdata dan hukum dagang sebenarnya bukanlah
pembagian yang asasi, tetapi pembagian yang berdasarkan sejarah hukum dagang.
Bahwa pembagian tersebut bukanlah bersifat asasi dapat kita lihat dalam ketentuan yang
tercantum dalam Pasal 1 KUHD yang menyatakan bahwa peraturan-peraturan KUH Perdata
dapat juga dijalankan dalam penyelesaian masalah yang disinggung dalam KUHD terkecuali
dalam penyelesaian masalah yang semata-mata diadakan oleh KUHD.
Kenyataan lain yang membuktikan bahwa pembagian itu bukan pembagian asasi adalah:
1. Perjanjian jual beli yang merupakan perjanjian terpenting dalam bidang
perdagangan tidak ditetapkan dalam KUHD tetapi diatur dalam KUH Perdata.
2. Perjanjian pertanggungan (asuransi) yang sangat penting juga bagi soal
keperdataan ditetapkan dalam KUHD.
Selanjutnya mari kita lihat seperti apa sejarah hukum dagang dalam tahap perkembangan
kodifikasi hukum di dunia.
Sejarah hukum dagang sebenarnya telah dimulai sejak abad pertengahan di Eropa, kira-kira dari
tahun 1000 sampai tahun 1500. Asal mula perkembangan hukum dagang ini dapat kita
hubungkan dengan terjadinya kota-kota di Eropa Barat. Pada zaman itu di Italia dan Prancis
Selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, Venesia, Marseille,
Barcelona, dan lain sebagainya).
Hukum romawi ternyata tidak dapat menyelesaikan seluruh perkara-perkara yang timbul di
bidang perdagangan. Oleh karena itulah di Kota-Kota Eropa Barat disusun peraturan hukum baru
yang berdiri sendiri disamping hukum romawi yang berlaku.
Hukum yang baru ini berlaku bagi golongan pedagang dan disebut hukum pedagang. Kemudian
pada abad 16 dan 17 sebagian besar kota di Prancis mengadakan pengadilan istimewa khusus
menyelesaikan perkara-perkara di bidang perdagangan.
Hukum pedagang ini pada mulanya belum merupakan unifikasi, berlakunya suatu sistem hukum
untuk seluruh daerah, karena berlakunya masih bersifat kedaerahan. Tiap-tiap daerah mempunyai
hukum pedagangnya sendiri-sendiri yang berlainan satu sama lainnya. Kemudian disebabkan
bertambah eratnya hubungan perdagangan antar daerah, maka dirasakan perlu adanya suatu
kesatuan hukum di bidang hukum pedagang ini.
Oleh karena itulah, sehingga di Prancis pada abad 17 diadakanlah kodifikasi dalam hukum
pedagang. Menteri Keuangan dari Raja Louis XIV (1643-1715) yaitu Colbert membuat suatu
peraturan, yaitu Ordonnance du Commerce (1673).
Peraturan tersebut mengatur hukum pedagang itu sebagai hukum golongan tertentu yakni kaum
pedagang. Ordonnance du Commerce ini dalam tahun 1681 disusul dengan suatu peraturan lain,
yakni Ordonnance de la Marine, yang mengatur hukum perdagangan laut (untuk pedagangpedagang kota pelabuhan).
Pada tahun 1807 di Prancis di samping adanya Code Civil des Francais, yang mengatur hukum
perdata Prancis, telah dibuat lagi suatu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersendiri, yakni
Code de Commerce.
Dengan demikian, dalam sejarah hukum dagang di Prancis pada tahun 1807 terdapat hukum
dagang yang dikodifikasikan dalam Code de Commerce yang dipisahkan dari hukum perdata
yang dikodifikasikan dalam Code Civil. Code de Commerce ini memuat peraturan-peraturan
hukum yang timbul dalam bidang perdagangan sejak zaman pertengahan. Adapu yang menjadi
dasar bagi penyusun Code de Commerce (1807) itu antara lain: Ordonnance du Commerce
(1673) Ordonnance de la Marine (1681).
Kemudian kodifikasi-kodifikasi hukum Prancis tahun 1807 (yakni Code Civil dan Code de
Commerce) dinyatakan berlaku juga di Netherlands sampai tahun 1838.
Perdagangan atau perniagaan dalam arti umum ialah pekerjaan membeli barang
dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain
atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.
Di zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada
produsen dan konsumen untuk membelikan menjual barang-barang yang
memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan.
Adapun pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen itu meliputi
beberapa macam pekerjaan, misalnya :
-Makelar, komisioner
-Badan-badan usaha (assosiasi-assosiasi). Contoh : P.T, V.O.F
-Asuransi
-Perantara bankir
-Surat perniagaan untuk melakukan pembayaran, dengan cara memperoleh kredit,
dan sebagainya.
Orang membagi jenis perdagangan itu :
-Menurut pekerjaan yang di lakukan perdagangan
-Menurut jenis barang yang diperdagangkan
-Menurut daerah, tempat perdagangan itu dijalankan
Adapun usaha perniagaan itu meliputi :
-Benda-benda yang dapat di raba, dilihat serta hak-haknya
-Para pelanggan
-Rahasia-rahasia perusahaan.
Menurut Mr. M. Polak dan Mr. W.L.P.A Molengraaff, bahwa : Kekayaan dari usaha
perniagaan ini tidak terpisah dari kekayaan prive perusahaan.
Dengan demikian sistem atau perusahaan-perusahaan perdagangan yang berlaku
pada umumnya tidak mempertahankan memisah-misahkan kekayaan perusahaan
dari kekayaan prive perusahaan, berhubung dengan pertanggungan jawab pihak
pengusaha terhadap pihak-pihak ketiga. (para kreditor).
Menurut sejarah hukum dagang
Perkembangan dimulai sejak kurang lebih tahun 1500. di Italia dan Perancis selatan
lahir kota-kota pesat perdagangan seperti Florence, Vennetia, Marseille, Barcelona,
dan lain-lain.
Pada hukum Romawi (corpus loris civilis) dapat memberikan penyelesaian yang ada
pada waktu itu, sehingga para pedagang (gilda) memberikan sebuah peraturan
sendiri yang bersifat kedaerahan.
Sistematika KUHD
Hukum dagang di Indonesia terutama bersumber pada :
-Hukum tertulis yang sudah di kodifikasikan
-KUHD (kitab undang-undang hukum dagang) atau wetboek van koophandel
Indonesia (W.K)
-KUHS (kitab undang-undang hukum sipil) atau Burgerlijk wetboek Indonesia (B.W)
Hukum-hukum tertulis yang belum dikoodifikasikan, yakni :
Perudang-undangan khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan
dengan perdagangan.
Hukum dagang di atas terkait dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terbit
dari pelajaran, dan dagang pada umumnya.
KUHD di Indonesia kira-kira satu abad yang lalu di bawa dari Belanda ke tanah air
kita, dan KUHD ini berlaku di Indonesia pada 1 Mei 1848 yang kitabnya terbagi atas
dua, masing-masing kitab di bagi menjadi beberapa bab tentang hukum dagang itu
sendiri. Dan terbagi dalam bagian-bagian, dan masing-masing bagian itu di bagi
dalam bagian-bagian dan masing menjadi pasal-pasal atau ayat-ayat.
Pada bagian KUHS itu mengatur tentang hukum dagang. Hal-hal yang diatur dalam
KUHS adalah mengenai perikatan umumnya seperti :
-Persetujuan jual beli (contract of sale)
-Persetujuan sewa-menyewa (contract of hire)
-Persetujuan pinjaman uang (contract of loun)
Hukum dagang selain di atur KUHD dan KUHS juga terdapat berbagai peraturanperaturan khusus (yang belum di koodifikasikan) seperti :
-Peraturan tentang koperasi
-Peraturan pailisemen
-Undang-undang oktroi
-Peraturan lalu lintas
-Peraturan maskapai andil Indonesia
-Peraturan tentang perusahaan negara
-Hubungan Hukum Perdata dan KUHD
Hukum dagang merupakan keseluruhan dari aturan-aturan hukum yang mengatur
dengan disertai sanksi perbuatan-perbuatan manusia di dalam usaha mereka untuk
menjalankan usaha atau perdagangan.
Menurut Prof. Subekti, S.H berpendapat bahwa :
Terdapatnya KUHD dan KUHS sekarang tidak dianggap pada tempatnya, oleh karena
Hukum Dagang tidak lain adalah hukum perdata itu sendiri melainkan
pengertian perekonomian.
Hukum dagang dan hukum perdata bersifat asasi terbukti di dalam :
-Pasal 1 KUHD
-Perjanjian jual beli
-Asuransi yang diterapkan dalam KUHD dagang
Dalam hubungan hukum dagang dan hukum perdata dibandingkan pada sistem
hukum yang bersangkutan pada negara itu sendiri. Hal ini berarti bahwa yang di
atur dalam KUHD sepanjang tidak terdapat peraturan-peraturan khusus yang
berlainan, juga berlaku peraturan-peraturan dalam KUHS, bahwa kedudukan KUHD
terdapat KUHS adalah sebagai hukum khusus terhadap hukum umum.
-Persetujuan Dagang
Dalam hukum dagang di kenal beberapa macam persekutuan dagang, antara lain :
-Firma
-Perseroan komanditer
-Perseroan terbatas
-Koperasi
DAFTAR PUSTAKA
Siti Soetami, SH., Pengantar Tatat Hukum Indonesia, Refika Aditama, Bandung,
2001.
Kansil, SH., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1989.
Krass, Peter (ed), The Book of Business Wisdom, John Wiley & Sons, New York, 1998.
Hubungan Hukum Dagang dan Hukum Perdata
Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan
antara individu-individu dalam masyarakat. Berikut beberapa pengartian dari
Hukum Perdata:
Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 : tertulis dan tidak tertulis tentang
aturan
perdagangan.
Hukum
Dagang
Indonesia
terutama
bersumber
pada
:
1)
Hukum
tertulis
yang
dikofifikasikan
:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel
Indonesia
(W.v.K)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek Indonesia
(BW)
2) Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus
yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan (C.S.T.
Kansil,
1985
:
7).
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang
mengadakan
perjanjian.
Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seirinbg
berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan
hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD )
yang sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
(
KUHPer
).
Antara KUHperdata dengan KUHdagang mempunyai hubungan yang erat.
Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 1KUhdagang, yang isinya sebagai berikut:
Adapun mengenai hubungan tersebut adalah special derogate legi generali artinya
hukum yang khusus: KUHDagang mengesampingkan hukum yang umum:
KUHperdata.
Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini
dianggap tidak pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama
dengan hukum perdata. Selain itu dagang bukanlah suatu pengertian dalam
hukum melainkan suatu pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke dalam
KUHD hanyalah berdasarkan sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum
terkenal peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab
perdagangan antar Negara baru berkembang dalam abad pertengahan.
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda, berdasarkan
asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka
berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 kedua kitab tersebut
berlaku di Indonesia. KUHD terdiri atas 2 buku, buku I berjudul perdagangan pada
umumnya, buku II berjudul Hak dan Kewajiban yang timbul karena perhubungan
kapal.
Hukum
Dagang
di
Indonesia
bersumber
pada
:
1.
hukum
tertulis
yang
dikodifikasi
yaitu
:
a.
KUHD
b.
KUH
Perdata
2. hukum tertulis yang tidak dikodifikasi, yaitu peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan, misal UU Hak
Cipta.
Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur dalam KUH
Perdata yaitu tentang Perikatan, seperti jual-beli,sewa-menyewa, pinjam-meminjam.
Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam KUHD dan
KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai peraturan khusus yang
belum dikodifikasi seperti tentang koperasi, perusahaan negara, hak cipta dll.
Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini dapat
dimengerti karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat dalam satu
kodefikasi. Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan hukum dagang itu
sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal perniagaan.
Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain
Hukum
Dagang
meruapkan
perluasan
dari
Hukum
Perdata.
Untuk itu berlangsung asas Lex Specialis dan Lex Generalis, yang artinya ketentuan
atau hukum khusus dapat mengesampingkan ketentuan atau hukum umum.
KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang daitur dalam
KUHDagang
sepanjang
KUHD
tidak
mengaturnya
secara
khusus.
SUMBER
http://www.google.co.id/search?
q=1.%09Hubungan+Hukum+Perdata+dengan+Hukum+Dagang&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefoxa#sclient=psy&hl=id&client=firefox-a&hs=7bW&rls=org.mozilla:en-US
%3Aofficial&source=hp&q=Hubungan+Hukum+Perdata+dengan+Hukum+Dagang
&aq=f&aqi=g1&aql=&oq=&fp=280606c4c1c8f636
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=10&ved=0CFUQFjAJ&url=http
%3A%2F%2Fstaff.ui.ac.id%2Finternal%2F090603089%2Fmaterial
%2FHUKUMPERDATA.doc&rct=j&q=1.%09Hubungan%20Hukum%20Perdata
%20dengan%20Hukum
%20Dagang&ei=S55jTdatKY_qrQeUgpHUAg&usg=AFQjCNFr8Kq8w4_XgDPDUx3QBY
MhYrpahw&cad=rja
http://yasmineszone.blogspot.com/2011/02/hubungan-hukum-perdata-denganhukum.html
dan dari berbagai sumber
Kansil,
1985
:
7).
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang
mengadakan
perjanjian.
Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seirinbg
berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan
hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD )
yang sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
(
KUHPer
).
Antara KUHperdata dengan KUHdagang mempunyai hubungan yang erat.
Hal ini dapat dilihat dari isi Pasal 1KUhdagang, yang isinya sebagai berikut:
Adapun mengenai hubungan tersebut adalah special derogate legi generali artinya
hukum yang khusus: KUHDagang mengesampingkan hukum yang umum:
KUHperdata.
Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHS sekarang ini
dianggap tidak pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama
dengan hukum perdata. Selain itu dagang bukanlah suatu pengertian dalam
hukum melainkan suatu pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke dalam
KUHD hanyalah berdasarkan sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum
terkenal peraturan-peraturan seperti yang sekarang termuat dalah KUHD, sebab
perdagangan antar Negara baru berkembang dalam abad pertengahan.
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda, berdasarkan
asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka
berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 kedua kitab tersebut
berlaku di Indonesia. KUHD terdiri atas 2 buku, buku I berjudul perdagangan pada
umumnya, buku II berjudul Hak dan Kewajiban yang timbul karena perhubungan
kapal.
Hukum
Dagang
di
Indonesia
bersumber
pada
:
1.
hukum
tertulis
yang
dikodifikasi
yaitu
:
a.
KUHD
b.
KUH
Perdata
2. hukum tertulis yang tidak dikodifikasi, yaitu peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan, misal UU Hak
Cipta.
Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur dalam KUH
Perdata yaitu tentang Perikatan, seperti jual-beli,sewa-menyewa, pinjam-meminjam.
Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam KUHD dan
KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai peraturan khusus yang
belum dikodifikasi seperti tentang koperasi, perusahaan negara, hak cipta dll.
Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini dapat
dimengerti karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat dalam satu
kodefikasi. Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan hukum dagang itu
sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal perniagaan.
Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain
Hukum
Dagang
meruapkan
perluasan
dari
Hukum
Perdata.
Untuk itu berlangsung asas Lex Specialis dan Lex Generalis, yang artinya ketentuan
atau hukum khusus dapat mengesampingkan ketentuan atau hukum umum.
KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang daitur dalam
KUHDagang
sepanjang
KUHD
tidak
mengaturnya
secara
khusus.
SUMBER
http://www.google.co.id/search?
q=1.%09Hubungan+Hukum+Perdata+dengan+Hukum+Dagang&ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefoxa#sclient=psy&hl=id&client=firefox-a&hs=7bW&rls=org.mozilla:en-US
%3Aofficial&source=hp&q=Hubungan+Hukum+Perdata+dengan+Hukum+Dagang
&aq=f&aqi=g1&aql=&oq=&fp=280606c4c1c8f636
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=10&ved=0CFUQFjAJ&url=http
%3A%2F%2Fstaff.ui.ac.id%2Finternal%2F090603089%2Fmaterial
%2FHUKUMPERDATA.doc&rct=j&q=1.%09Hubungan%20Hukum%20Perdata
%20dengan%20Hukum
%20Dagang&ei=S55jTdatKY_qrQeUgpHUAg&usg=AFQjCNFr8Kq8w4_XgDPDUx3QBY
MhYrpahw&cad=rja
http://yasmineszone.blogspot.com/2011/02/hubungan-hukum-perdata-denganhukum.html
dan dari berbagai sumber
Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang yang satu dan
lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah hukum perdata khusus, KUH Perdata
merupakan lex generalis (hukum umum), sedangkan KUHD merupakan lex specialis (hukum
khusus). Dalam hubungannya dengan hal tersebut berlaku adagium lex specialis derogate lex
generalis (hukum khusus mengesampingkan hukum umum). Khusus untuk bidang
perdagangan,Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) dipakai sebagai acuan. Isi KUHD
berkaitan erat dengan KUHPerdata, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian
khusus dari KUHPerdata.
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda, berdasarkan asas
konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah Indonesia merdeka berdasarkan
ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 kedua kitab tersebut berlaku di Indonesia. KUHD
terdiri atas 2 buku, buku I berjudul perdagangan pada umumnya, buku II berjudul Hak dan
Kewajiban yang timbul karena perhubungan kapal.
Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada :
1. hukum tertulis yang dikodifikasi yaitu :
a. KUHD
b. KUH Perdata
2. hukum tertulis yang tidak dikodifikasi, yaitu peraturan perundangan khusus yang mengatur
tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan, misal UU Hak Cipta.
Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur dalam KUH Perdata yaitu
tentang Perikatan, seperti jual-beli,sewa-menyewa, pinjam-meminjam. Secara khusus materi
hukum dagang yang belum atau tidak diatur dalam KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat
ditemukan dalam berbagai peraturan khusus yang belum dikodifikasi seperti tentang koperasi,
perusahaan negara, hak cipta dll.
Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini dapat dimengerti
karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat dalam satu kodefikasi. Pemisahan
keduanya hanyalah karena perkembangan hukum dagang itu sendiri dalam mengatur pergaulan
internasional dalam hal perniagaan.
Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata lain Hukum Dagang
meruapkan perluasan dari Hukum Perdata.
Untuk itu berlangsung asas Lex Specialis dan Lex Generalis, yang artinya ketentuan atau hukum
khusus dapat mengesampingkan ketentuan atau hukum umum.
KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang daitur dalam KUHDagang
sepanjang KUHD tidak mengaturnya secara khusus.
2. Berlakunya Hukum Dagang
Perkembangan hokum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad pertengahan eropa (1000/
1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan pada zaman itu di Italia dan perancis
selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille,
Barcelona dan Negara-negara lainnya ) . tetapi pada saat itu hokum Romawi (corpus lurus
civilis ) tidak dapat menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum
baru di samping hokum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang berlaku
bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya mengatur perkara di
bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum pedagang ini bersifat unifikasi.
Karena bertambah pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi dalam
hokum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715) yaitu Corbert dengan
peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673. Dan pada tahun 1681 disusun
ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur tenteng kedaulatan.
Dan pada tahun 1807 di Perancis di buat hokum dagang tersendiri dari hokum sipil yang ada
yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance du commerce (1673) dan
ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands menginginkan adanya hokum dagang
tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab
dan tidak mengenal peradilan khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi pemmbuatan KUHD di
Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19 Prof. molengraaff merancang UU
kepailitan sebagai buku III di KUHD Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku
1896).Dan sampai sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu , tentang dagang umumnya
dan tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.
3. Hubungan Pengusaha dan Pembantunya
Pengusaha adalah seseorang yang melakukan atau menyuruh melakukan perusahaannya. Dalam
menjalankan perusahannya pengusaha dapat:
a. Melakukan sendiri, Bentuk perusahaannya sangat sederhana dan semua pekerjaan dilakukan
sendiri, merupakan perusahaan perseorangan.
b. Dibantu oleh orang lain, Pengusaha turut serta dalam melakukan perusahaan, jadi dia
mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan dan merupakan
perusahaan besar.
c. Menyuruh orang lain melakukan usaha sedangkan dia tidak ikut serta dalam melakukan
perusahaan, Hanya memiliki satu kedudukan sebagai seorang pengusaha dan merupakan
perusahaan besar.
Sebuah perusahaan dapat dikerjakan oleh seseorang pengusaha atau beberapa orang pengusaha
dalam bentuk kerjasama. Dalam menjalankan perusahaannya seorang pengusaha dapat bekerja
sendirian atau dapat dibantu oleh orang-orang lain disebut pembantu-pembantu perusahaan.
Orang-orang perantara ini dapat dibagi dalam dua golongan. Golongan pertama terdiri dari
orang-orang yang sebenarnya hanya buruh atau pekerja saja dalam pengertian BW dan lazimnya
juga dinamakan handels-bedienden. Dalam golongan ini termasuk, misal pelayan, pemegang
buku, kassier, procuratie houder dan sebagainya. Golongan kedua terdiri dari orang-orang yang
tidak dapat dikatakan bekerja pada seorang majikan, tetapi dapat dipandang sebagai seorang
lasthebber dalam pengertian BW. Dalam golongan ini termasuk makelar, komissioner.
Namun, di dalam menjalankan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang pengusaha
tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan tersebut dalam skala
besar. Oleh karena itu diperlukan bantuan orang/pihak lain untuk membantu melakukan
kegiatan-kegiatan usaha tersebut.
Pembantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi 2 fungsi :
1. Membantu didalam perusahaan
2.. Membantu diluar perusahaan
1. Adapun pembantu-pembantu dalam perusahaan antara lain:
a) Pelayan toko
b)Pekerja keliling
c) Pengurus filial.
d) Pemegang prokurasi
e) Pimpinan perusahaan
Hubungan hukum antara pimpinan perusahaan dengan pengusaha bersifat :
(1) Hubungan perburuhan, yaitu hubungan yang subordinasi antara majikan dan buruh, yang
memerintah dan yang diperintah. Manager mengikatkan dirinya untuk menjalankan perusahaan
dengan sebaik-baiknya, sedangkan pengusaha mengikatkan diri untuk membayar upahnya (pasal
1601 a KUHPER).
(2) Hubungan pemberian kekuasaan, yaitu hubungan hukum yang diatur dalam pasal 1792 dsl
KUHPER yang menetapkan sebagai berikut pemberian kuasa adalah suatu perjanjian, dengan
mana seorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya untuk atas nama
pemberi kuasa menyelenggarakan suatu urusan. Pengusaha merupakan pemberi kuasa,
sedangkan si manager merupakan pemegang kuasa. Pemegang kuasa mengikatkan diri untuk
melaksakan perintah si pemberi kuasa, sedangkan si pemberi kuasa mengikatkan diri untuk
memberi upah sesuai dengan perjanjian yang bersangkutan.
Dua sifat hukum tersebut di atas tidak hanya berlaku bagi pimpinan perusahaan dan pengusaha,
tetapi juga berlaku bagi semua pembantu pengusaha dalam perusahaan, yakni: pemegang
prokurasi, pengurus filial, pekerja keliling dan pelayan toko. Karena hubungan hukum tersebut
bersifat campuran, maka berlaku pasal 160 c KUHPER, yang menentukan bahwa segala
peraturan mengenai pemberian kuasa dan mengenai perburuhan berlaku padanya. Kalau ada
perselisihan antara kedua peraturan itu, maka berlaku peraturan mengenai perjanjian perburuhan
(pasal 1601 c ayat (1) KUHPER.
2. Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain:
a) Agen perusahaan
Hubungan pengusaha dengan agen perusahaan adalah sama tinggi dan sama rendah, seperti
pengusaha dengan pengusaha. Hubungan agen perusahaan bersifat tetap. Agen perusahaan juga
mewakili pengusaha, maka ada hubungan pemberi kuasa. Perjanjian pemberian kuasa diatur
dalam Bab XVI, Buku II, KUHPER, mulai dengan pasal 1792, sampai dengan 1819. Perjanjian
bentuk ini selalu mengandung unsur perwakilan (volmacht) bagi pemegang kuasa (pasal 1799
KUHPER). Dalam hal ini agen perusahaan sebagai pemegang kuasa, mengadakan perjanjian
dengan pihak ketiga atas nama pengusaha.
b) Perusahaan perbankan
c) Pengacara
d) Notaris
e) Makelar
f) Komisioner
4. Pengusaha dan Kewajibannya
Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undang-undang, ada dua
macam kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu :
1. membuat pembukuan ( sesuai dengan Pasal 6 KUH Dagang Undang-undang Nomor 8 Tahun
1997 tentang dokumen perusahaan ), dan
di dalam pasal 2 undang-undang nomor 8 tahun 1997 yang dikatakan dokumen perusahaan
adalah terdiri dari dokumen keuangan dan dokumen lainnya.
a. dokumen keuangan terdiri dari catatan ( neraca tahunan, perhitungan laba, rekening, jurnal
transaksi harian )
b. dokumen lainnya terdiri dari data setiap tulisan yang berisi keterangan yang mempunyai nilai
guna bagi perusahaan, meskipun tidak terkait langsung denagn dokumen keuangan.
2. mendaftarkan perusahaannya ( sesuai Undang0undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib
daftar perusahaan ).
Drnagn adanya undang-undang nomor 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan maka setiap
orang atau badan yang menjalankan perusahaan, menurut hukum wajib untuk melakukan
pemdaftaran tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya sejak tanggal 1 juni 1985
Berdasarkan pasal 25 undang-undang nomor 3 tahun 1982, daftar perusahaan hapus, jika terjadi :
a. perusahaan yang bersangkutan menghentikan segala kegiatan usahanya ;
b. perusahaaan yang bersangkutan berhenti pada waktu akta pendiriannya kadarluasa;
c. perusahaan yang bersangkutan dihentikan segala kegiatan usahanya berdasarkan suatu putusan
pengadilan negeri yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
5. Bentuk-bentuk Badan Usaha
Bentuk-bentuk perusahaan yang umum digunakan para pelaku bisnis di Indonesia adalah:
1)
2)
Firma (Fa)
3)
4)
Kerugian yang disebabkan oleh seorang anggota, harus ditangung bersama anggota lainnya
Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu
PERSEROAN KOMANDITER (C.V.)
Bentuk Badan Usaha CV adalah bentuk perusahaan kedua setelah PT yang paling banyak
digunakan para pelaku bisnis untuk menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia. Namun tidak
semua bidang usaha dapat dijalankan Perseroan Komanditer (CV), hal ini mengingat adanya
beberapa bidang usaha tertentu yang diatur secara khusus dan hanya dapat dilakukan oleh badan
usaha Perseroan Terbatas (PT).
Perseroan Komanditer adalah bentuk perjanjian kerjasama berusaha bersama antara 2 (dua)
orang atau lebih, dengan AKTA OTENTIK sebagai AKTA PENDIRIAN yang dibuat dihadapan
NOTARIS yang berwenang.
Para pendiri perseroan komanditer terdiri dari PESERO AKTIF dan PERSERO PASIF yang
membedakan adalah tanggungjawabnya dalam perseroan.
Persero Aktif yaitu orang yang aktif menjalankan dan mengelola perusahaan termasuk
bertanggung jawab secara penuh atas kekayaan pribadinya.
Persero Pasif yaitu orang yang hanya bertanggung jawab sebatas uang yang disetor saja kedalam
perusahaan tanpa melibatkan harta dan kekayaan peribadinya.
Kebaikan :
Kemampuan manajemen lebih besar
Proses pendirianya relatif mudah
Modal yang dikumpulkan bisa lebih besar
Mudah memperoleh kredit
Keburukan :
Sebagian sekutu yang menjadi Persero Aktif memiliki tanggung tidak terbatas
Sulit menarik kembali modal
Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu.
6.
Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV), adalah suatu
persekutuan untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari Saham, yang pemiliknya
memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham
yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu
membubarkan perusahaan.
Perseroan terbatas merupakan Badan Usaha dan besarnya modal perseroan tercantum dalam
anggaran dasar. Kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi pemilik perusahaan
sehingga memiliki harta kekayaan sendiri. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham
yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang
terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila Utang perusahaan melebihi kekayaan
perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham.
Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut
Dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan
terbatas.
Selain berasal dari Saham, modal PT dapat pula berasal dari Obligasi. Keuntungan yang
diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan Bunga tetap tanpa menghiraukan
untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.
Mekanisme Pendirian PT
Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi ( akta yang dibuat oleh notaris )
yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan Terbatas, Modal, bidang usaha, alamat
Perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman,
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1)
2)
3)
Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar. (sesuai
dengan UU No. 1 Tahun 1995 & UU No. 40 Tahun 2007, keduanya tentang perseroan terbatas).
Setelah mendapat pengesahan, dahulu sebelum adanya UU mengenai Perseroan Terbatas (UU
No. 1 tahun 1995) Perseroan Terbatas harus didaftarkan ke Pengadilan Negeri setempat, tetapi
setelah berlakunya UU NO. 1 tahun 1995 tersebut, maka akta pendirian tersebut harus
didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Perusahaan (sesuai UU Wajib Daftar Perusahaan tahun 1982)
(dengan kata lain tidak perlu lagi didaftarkan ke Pengadilan negeri, dan perkembangan tetapi
selanjutnya sesuai UU No. 40 tahun 2007, kewajiban pendaftaran di Kantor Pendaftaran
Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan pengumuman dalam Berita Negara
Republik Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku, hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku
pengumuman tersebut merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi sesuai dengan
UU NO. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri Hukum dan
HAM.
Setelah tahap tersebut dilalui maka perseroan telah sah sebagai badan hukum dan perseroan
terbatas menjadi dirinya sendiri serta dapat melakukan perjanjian-perjanjian dan Kekayaan
perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya. Modal dasar perseroan adalah jumlah modal yang
dicantumkan dalam akta pendirian sampai jumlah maksimal bila seluruh Saham dikeluarkan.
Selain modal dasar, dalam perseroan terbatas juga terdapat modal yang ditempatkan, modal yang
disetorkan dan modal bayar. Modal yang ditempatkan merupakan jumlah yang disanggupi untuk
dimasukkan, yang pada waktu pendiriannya merupakan jumlah yang disertakan oleh para persero
Pendiri. Modal yang disetor merupakan modal yang dimasukkan dalam perusahaan. Modal bayar
merupakan modal yang diwujudkan dalam jumlah Uang.
Pembagian perseroan terbatas
PT terbuka
Perseroan terbuka adalah perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui
pasar modal (go public). Jadi sahamnya ditawarkan kepada umum, diperjualbelikan melalui
bursa saham dan setiap orang berhak untuk membeli saham perusahaan tersebut.
PT tertutup
Perseroan terbatas tertutup adalah perseroan terbatas yang modalnya berasal dari kalangan
tertentu misalnya pemegang sahamnya hanya dari kerabat dan keluarga saja atau kalangan
terbatas dan tidak dijual kepada umum.
PT kosong
Perseroan terbatas kosong adalah perseroan terbatas yang sudah tidak aktif menjalankan
usahanya dan hanya tinggal nama saja.
Pembagian Wewenang Dalam PT
Dalam perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah juga
ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Pengelolaan perusahaan
dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya Profesional. Struktur organisasi
perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan komisaris.Dalam PT, para
pemegang saham melimpahkan wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan
mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan
dengan tugas tersebut, direksi berwenang untuk mewakili Perusahaan, mengadakan perjanjian
dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar ( diatas 50 % ) maka
direksi harus melaporkannya ke para pemegang Saham dan pihak ketiga, untuk kemudian
dirapatkan.
Komisaris memiliki Fungsi sebagai Pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan. Komisaris bisa
memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan bila perlu memberhentikan
direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk mengambil keputusan apakah direksi akan
diberhentikan atau tidak.
Dalam RUPS/Rapat Umum Pemegang Saham, semua pemegang saham sebesar/sekecil apapun
sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS sendiri dibahas masalahmasalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang harus
dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa melempar Suara miliknya ke
pemegang lain yang disebut Proxy Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk
diteruskan ke direksi untuk dijalankan.
Isi RUPS :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
mengutamakan kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin
dan mengikuti prinsipprinsip koperasi dan kaidah-kaidah ekonomi.
Prinsip Koperasi
Di dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian disebutkan pada pasal 5
bahwa dalam pelaksanaannya, sebuah koperasi harus melaksanakan prinsip koperasi.
Berikut ini beberapa prinsip koperasi:
v
v Sisa hasil usaha (SHU) yang merupakan keuntungan dari usaha yang dilakukan oleh
koperasi dibagi berdasarkan besarnya jasa masing-masing anggota.
v
Berdasarkan sifat seperti itu maka koperasi diharapkan dapat memainkan peranannya dalam
menggalang dan memperkokoh perekonomian rakyat. Oleh karena itu koperasi harus berusaha
sekuat tenaga agar memiliki kinerja usaha yang tangguh dan efisien. Sebab hanya dengan cara
itulah koperasi dapat menjadikan perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional.
4)
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi Sebagai
salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia, koperasi mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan perekonomian nasional bersama-sama dengan pelakupelaku ekonomi lainnya. Namun koperasi mempunyai sifat-sifat khusus yang berbeda dari sifat
bentuk perusahaan lainnya, maka koperasi menempati kedudukan yang sangat penting dalam
sistem perekonomian Indonesia. Dengan demikian koperasi harus mempunyai kesungguhan
untuk memiliki usaha yang sehat dan tangguh, sehingga dengan cara tersebut koperasi dapat
mengemban amanat dengan baik.
Manfaat Koperasi
Berdasarkan fungsi dan peran koperasi, maka manfaat koperasi dapat dibagi menjadi dua bidang,
yaitu manfaat koperasi di bidang ekonomi dan manfaat koperasi di bidang sosial.
Manfaat Koperasi di Bidang Ekonomi
Berikut ini beberapa manfaat koperasi di bidang ekonomi.
a)
Meningkatkan penghasilan anggota-anggotanya. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi
dibagikan kembali kepada para anggotanya sesuai dengan jasa dan aktivitasnya.
b)
Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah. Barang dan jasa yang
ditawarkan oleh koperasi lebih murah dari yang ditawarkan di toko-toko. Hal ini bertujuan agar
barang dan jasa mampu dibeli para anggota koperasi yang kurang mampu.
c)
Menumbuhkan motif berusaha yang berperikemanusiaan. Kegiatan koperasi tidak sematamata mencari keuntungan tetapi melayani dengan baik keperluan anggotanya.
d)
Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan koperasi. Setiap anggota
berhak menjadi pengurus koperasi dan berhak mengetahui laporan keuangan koperasi.
e)
Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara lebih efektif dan
membiasakan untuk hidup hemat.
f)
b.
Mendorong terwujudnya aturan yang manusiawi yang dibangun tidak di atas hubunganhubungan kebendaan tetapi di atas rasa kekeluargaan.
c.
Mendidik anggota-anggotanya untuk memiliki semangat kerja sama dan semangat
kekeluargaan
8. Yayasan
Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
dalam mencapai tujuan tertentu pada bidang sosial, keagamaan, kesehatan, kemanusiaan dan
lain-lain. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan
tujuan didirikannya yayasan tersebut.
Pihak-pihak yang Terkait dengan Yayasan:
1)
Pengadilan Negeri
Akuntan Publik
Laporan keuangan yayasan diaudit oleh akuntan publik yang memiliki izin menjalankan
pekerjaan sebagai akuntan publik
Kedudukan Yayasan
Yayasan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Sumber Kekayaan Yayasan
v
Wakaf
Hibah
Hibah wasiat
v Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan
perundangan yang berlaku
Yayasan Asing
Yayasan asing yang tidak berbadan hukum Indonesia dapat melakukan kegiatannya di wilayah
Negara Republik Indonesia, jika kegiatan yayasan tersebut tidak merugikan masyarakat, bangsa,
dan Negara Indonesia
Syarat-syarat Pendirian Yayasan
Yayasan terdiri atas Pembina pengurus dan pengawas. Yayasan didirikan oleh satu orang atau
lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendiriannya sebagai kekayaan awal.
Pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Yayasan
dapat didirikan berdasarkan surat wasiat. Yayasan yang didirikan oleh orang asing atau bersama
orang asing, mengenai syarat dan tata cara pendiriannya diatur dengan peraturan pemerintah.
Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan memperoleh
pengesahan dari mentri. Yayasan tidak boleh memakai nama yang telah dipakai secara sah oleh
yayasan lain, bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan. Nama yayasan harus
didahului kata yayasan dan yang terakhir yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu
atau tidak tertentu yang diatur dalam anggaran dasar.
Sedangkan pendirian suatu Yayasan berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 mengenai
Yayasan, yang diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004, diatur dalam pasal 9 UU No.
16/2001, yaitu:
1)
Minimal didirikan oleh satu orang atau lebih. Sedangkan yang dimaksud Satu orang di
sini bisa berupa orang perorangan, bisa juga berupa badan hukum. Pendiri yayasan boleh WNI,
tapi juga boleh orang asing (WNA atau Badan hukum asing). Namun demikian, untuk pendirian
yayasan oleh orang asing atau bersama-sama dengan orang asing akan ditetapkan lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah (pasal 9 ayat 5).
2)
Pendiri tersebut harus memisahkan kekayaan pribadinya dengan kekayaan Yayasan. Hal ini
sama seperti PT, dimana pendiri menyetorkan sejumlah uang kepada Yayasan, untuk kemdian
uang tersebut selanjutnya menjadi Modal awal/kekayaan Yayasan.
3)
Dibuat dalam bentuk akta Notaris yang kemudian di ajukan pengesahannya pada Menteri
Kehakiman dan Hak Azasi Manusia, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia.
Proses Pendirian Yayasan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Sedangkan utuk melengkapi legalitas suatu yayasan, maka diperlukan ijin-ijin standard yang
meliputi:
1.
2.
3.
Ijin dariDinas sosial (merupakan pelengkap, jika diperlukan untuk melaksanakan kegiatankegiatan sosial) atau,
4.
Ijin/terdaftar di Departemen Agama untuk Yayasan yang bersifat keagamaan (jika
diperlukan).
Pendirian yayasan pada saat ini harus di ikuti tujuan yang benar-benar bersifat sosial. Karena
sejak berlakunya Undang-Undang No. 16/2001, maka yayasan tidak bisa digunakan sebagai
sarana kegiatan yang bersifat komersial dan harus murni bersifat sosial.
Kepengurusan
Sesuai dengan UU RI No.28 tahun 2004 tentang yayasan, disebutkan bahwa organ yayasan
terdiri dari :
1)
Pembina
adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang diserahkan kepada pengurus atau
pengawas oleh UU atau AD. Anggota pembina adalah pendiri yayasan atau mereka yang
berdasarkan rapat anggota pembina dinilai memiliki dedikasi tinggi untuk mencapai maksud dan
tujuan yayasan, ( pasal 28-30 ).
2)
Pengurus
adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan. Susunan pengurus sekurangkurangnya terdiri dari: ketua, sekretaris, dan bendahara, ( pasal 31-39 ).
Hak Pengurus:
1.
2.
Mengatur ketentuan-ketentuan tentang organisasi termasuk menetapkan iuran tetap dan
iuran wajib anggota organisasi dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku
3.
Menjalankan tindakan-tindakan lainnya baik mengenai pengurus maupun pemilikan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga ini dan
ditetapkan oleh rapat anggota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban Pengurus:
1.
Mengusahakan dan menjamin terlaksananya kegiatan organisasi sesuai dengan maksud dan
tujuan serta kegiatan organisasi.
2.
Menyiapkan pada waktunya rencana pengembangan organisasi, rencana kerja dan anggaran
tahunan organisasi termasuk rencana-rencana lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan
organisasi.
3.
Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi organisasi sesuai dengan
kelaziman yang berlaku bagi organisasi.
4.
Memberi pertanggungjawaban dan segala kepentingan tentang keadaan dan jalannya
organisasi berdasarkan laporan tahunan termasuk perhitungan kepada rapat anggota.
5.
6.
Menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam Anggaran Dasar Rumah Tangga dan ditetapkan oleh rapat anggota berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3)
Pengawas
adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta melakukan nasehat kepada
pengurus dalam menjalankan kegiatan pengurus. Pengawas yayasan diangkat oleh pembina dan
merupakan orang yang mampu melakukan tindakan hukum, ( pasal 40-47 )
Berakhirnya Yayasan sebagai Badan Hukum
PASAL 62
Alasan pembubaran:
1)
2)
3)
Putusan pengadilan:
a.
b.
c.
PASAL 63
Likuidator: pihak untuk membereskan kekayaan Yayasan
1)
2)
Selama proses likuidasi, untuk semua surat keluar, dicantumkan frase dalam likuidasi di
belakang nama Yayasan
PASAL 68
1)
Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan pada Yayasan lain yang mempunyai kesamaan
kegiatan. Jika tidak, maka kekayaan sisa hasil likuidasi tersebut diserahkan kepada Negara dan
penggunaannya dilakukan sesuai dengan kegiatan Yayasan yang bubar.
9. Badan Usaha Milik Negara
BUMN adalah suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan negara yang nilainya cukup besar.
Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :
v Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya
v
Mengejar keuntungan
Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modal atau
sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan.
Karena Persero diharapakan dapat memperoleh laba yang besar, maka otomatis persero dituntut
untuk dapat memberikan produk barang maupun jasa yang terbaik agar produk output yang
dihasilkan tetap laku dan terus-menerus mencetak keuntungan.
Persero terbuka sesuai kebijakan pemerintah tentang privatisasi. Privatisasi adalah penjualan
sebagian atau seluruh saham persero kepada pihak lain untuk peningkatan kualitas. Persero yang
diprivatisasi adalah yang unsur usahanya kompetitif dan teknologinya cepat berubah.
Di Indonesia sendiri yang sudah menjadi Persero adalah PT. PP (Pembangunan Perumahan), PT
Bank BNI Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Indo Farma Tbk, PT Tambang Timah Tbk, dan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
v
Perusahaan Jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang berasal dari
negara. Besarnya modal Perusahaan Jawatan ditetapkan melalui APBN.
v
Perusahaan umum atau disingkat perum adalah perusahaan unit bisnis negara yang seluruh
modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan
barang dan jasa publik yang baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.
Contoh perum antara lain : Perum Peruri/PNRI (Percetakan Negara RI), Perum Perhutani, Perum
Damri, Perum Pegadaian, Perum Jasatirta, Perum DAMRI, dan sebagainya.
BUMN utama berkembang dengan monopoli atau peraturan khusus yang bertentangan dengan
semangat persaingan usaha sehat (UU no. 5 tahun 1999), tidak jarang Badan Usaha Milik Negara
ini bertindak selaku pelaku bisnis sekaligus sebagai regulator.
Sayangnya, badan usaha ini kerap menjadi sumber korupsi, yang lazim dikenal sebagai sapi
perahan bagi oknum pejabat atau partai.
Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai
praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari BUMN. Sebagai akibatnya,
banyak Badan Usaha Milik Negara ini yang terancam gulung tikar, tetapi beberapa lainnya
berhasil memperkokoh posisi bisnisnya.
Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau lebih wajib membuat peraturan
perusahaan
Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi
Wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja yang telah mempunyai masa
kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih
Wajib mengikut sertakan dalam program Jamsostek
5. Bentuk-Bentuk Badan Usaha
Perusahaan Perorangan
Perusahaan Perorangan adalah perusahaan yang dikelola dan diawasi oleh satu orang sehingga
semua keuntungan yang didapatkan akan menjadi haknya secara penuh dan jika terdapat
kerugian maka yang bersangkutan harus menanggung resiko tersebut secara sendiri.
Firma
Firma adalah Bentuk badan usaha yang didirikan oleh beberapa orang dengan menggunakan
nana bersama atau satu nama digunakan bersama. Dalam firma semua anggota bertanggungjawab sepenuhnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan
kepada pihak lainnya.
Persekutuan Komanditer (Commanditer Vennootschap)
Persekutuan Komanditer adalah persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang sekutu yang
menyerahkan dan mempercayakan uangnya untuk dipakai dalam persekutuan.
6. Perseroan Terbatas
Perseroan terbatas (PT/NV atau Naamloze Vennotschap) adalah suatu badan usaha yang
mempunyai kekayaan, hak, serta kewajiban sendiri, yang terpisah dari kekayaan, hak sereta
kewajiban para pendiri maupun pemilik.
7. Koperasi
Menurut UU no. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah suatu bentuk badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
8. Yayasan
Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial,
keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang
ditentukan dalam undang-undang.
b. Perdagangan import
c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)
2. Sumber-sumber Hukum Dagang
Hukum dagang Indonesia terutama bersumber pada (diatur dalam)
a. Hukum Yang Tertulis yang dikodifikasikan
1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetbook van Koopehandel
Indonesia (WvK)
2. Kitab Undang-undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetbook Indonesia (BW)
b. Hukum Tertulis yang belum dikodifikasikan
Yakni peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan perdagangan.
1. Hukum Tertulis yang dikodifikasikan :
Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) merupakan sumber hukum tertulis yang
mengatur masalah
a. Peraturan lain diluar kodifikasi
a. Staatblad 1927-262, mengenai pengangkutan dengan kereta api (Bepalingen
Spoorwagen
b. Staatblad 1939-100 jo 101, mengenai pengangkutan dengan kapal terbang
dipedalaman dan perubahan-perubahan serta tambahan selanjutnya
c. Staatblad 1941-101, mengenai perusahaan pertanggungan jiwa
d. Peraturan pemerintah No. 36 tahun 1948 tentang Damri
e. Undang-undang No.4 Tahun 1959 tentang POS
f. Peraturan pemerintah No.27 Tahun 1959, tentang POS internasinal
2. Landasan strukturil UUD 45 pasl 33 ayat 1 berbunyi : Perekonomian disusun berasas
pada kekeluargaan Dari dasar itu maka dilahirkanlah UU atau aturan yang menyangkut
perdagangan daam Negara RI. Hukum ini tidak boleh bertentangan dengan ekdua
landasan di atas. Karenanya tujuan hokum dagang adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum.
3. Yang belum terkodifikasi :
a. UU No.1 thn 1995 tentang PT (UU No 40 thn 2007 ttg PT)
b. UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
c. UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN,
d. UU no 14 tahun 2001 tentang hak Paten,
e. UU no 14 tahun 2001 tentang Merek,
f. UU no 19 tahun 2002 Hak Cipta,
g. UU no 30 tahun 2000 Rahasia Dagang
1. Yursiprudensi
2. Traktat
3. Hukum Kebiasaan
2. Menurut Purwosutjipto
Hukum Perikatan yang timbul dalam lapangan perusahaan
Hukum Dagang ialah Hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan dalam usahanya memperoleh keuntungan
3. Menurut KUHD
Hukum dagang adalah bagian hukum perdata pada umumnya, yakni yang mengatur masalah
perjanjian dan perikatan-perikatan yang diatur dalam Buki III BW.
4. Latar belakang Lahirnya Hukum Dagang ;
a. Asal Usul KUHD
Berdasarkan pasal II aturan peralihan UUD RI tahun 1945, KUHD masih berlaku di
Indonesia. KUHD Indonesia diumumkan dengan dipublikasi tanggal 30 April 1847 (staatblad
1847-23) yang mulai berlaku mulai Mei 1848
KUHD Indonesia hanya turunan dari wetbook van koophandel Belanda yang ibuat atas
dasar asas konkordansi (pasal 131. I.S) (indishe staatregeling). Burgerlijk. Wetbook van
Koophandel Belanda berlaku mulai tanggal 1 oktober 1838 dan 1 January di Linburg.
Slanjutnya wetbook van Koophandel juga mencontoh dari Code du Commerce Perancis
itu diambila alih oleh wetbook van koophandel Belanda.
b. Penerapan dari Perancis ke Belanda
Dalam abad pertengahan ketika bangsa Romawi sedang mengalami masa kejayaan,
hukum rmawi pada waktu itu dianggap paling sempurna yang banyak digunakan oleh bangsa di
dunia.
Atas perintah Napoleon, hukum yang berlaku bagi pedagang dibutuhkan dalam buku
code de commerce) tahun 1807. Disamping itu disusun kitab-kitab lainnya, yakni :Code Civil
adalah pengatur hukum sipil/hukum perdata, Code Panal ialah yang mengatur tentang hukum
pidana.
Kedua buku itu dibawa dan berlaku di negeri Belanda dan akhirnya di bawa ke Indonesia
tanggal 1 Januari 1809 Code De Commerce (hukum dagang) berlaku di Belanda atas azas
konkordansi yang diterapkan oleh Perancis kepada Belanda
c. Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia
Sejarah Hukum Dagang thn 1807 di Prancis dgn nama code de commerce lalu tahun
1838 (WvK) Wet Book van Koophandel dinyatakan berlaku di Belanda pada waktu itu,
pemerintah Belanda menginginkan adanya Hukum dagang sendiri dgn nama KUHD dimana kitab
tersebut diberlakukan juga di Indonesia berdasarkan asas konkordansi sistem hukum yang dianut
oleh penjajah diterapkan pula pada tanah jajahannya, hal tersebut terjadi pada tahun 1848. Jadi
dalam struktur
Mungkin pembentuk undang-undang beranggapan bahwa rumusan atau definisi hukum
dagang diserahkan kepada pendapat atau doktrin dari para sarjana. Untuk memahami makna
hukum dagang, berikut dikutip rumusan hukum dagang yang dikemukakan oleh para sarjana :
a. Hukum dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, yaitu soal-soal
yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan.
b. Hukum dagang adalah bagian dari hukum perdata pada umumnya,yakni mengatur
masalah perjanjian dan perikatan yang diatur dalam buku ke III BW. Dengan kata
lain, hukum dagang adalah himpunan dari peraturan-peraturan yang mengatur
seseorang dangan orang lain dalam kegiatan perusahaan yang terutama terdapat
dalam kodifikasi Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Hukum dagang pula dapat dirumuskan sebagai serangkaian kaidah
yang mengatur tentang dunia usaha atau bisnis dalam lalu lintas perdagangan.
c. Hukum dagang (handelsrecht) adalah keseluruhan dari aturan hukum mengenai
perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur dalam Kitb UndangUndang Hukum Dagang dan Hukum Perdata dijadikan dalam 1 (satu) buku, yaitu
buku II da buku III dalam BW baru Belanda.
d. Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari lapagan perusahaan
e. Hukum dagang adalah hukum bagi para pedagang untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya
5. Hubungan Antara KUHPer dan KUHD
Apabila dicermati dengan seksama, terdapat hubungan yang sangat erat antara Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Kiranya dapat dikemukakan bahwa KUHPerdata adalah ketentuan umum (genus) dalam
mengatur hubungan dunia usaha, sedangkan KUHD adalah ketentuan khusus (spesies)
bagaimana mengatur dunia usaha. Hubungan antara KUHPerdata dan KUHD terlihat pada pasal
1 KUHD yang mengemukakan :
kitab undang-undang hukum perdata, seberapa jauh dalam kitab undang-undang hukum
dagang ini tidak khusus diadakan penyimpangan-penyimpangan berlaku juga terhadap hal-hal
yang disinggung dalam kitab ini.
Demikian juga pada pasal 15 KUHD disebutkan segala perseroan tersebut dalam bab
ini dikuasai oleh persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan oleh kitab ini dan oleh hukum
perdata
Hubungan keduanya hukum tersebut merupkaan genus (umum) dan species (khusus)
yang dikenal dengan azas Lex Specialist Derogat Lex Generalis (Hukum yang khusus dapat
mengalahkan hukum yang umum), di mana ketentuan ini dapat ditemukan dalam pasal 1 KUHD
yang menyebutkan Kitab UU Perdata, sepanjang tidak diatur lain, berlaku juga terhadap hal-hal
yang diatur dalam kitab ini (KUHD)
Menurut Prof. Sudiman Kartohadiprojo KUHD merupakan suatu lex specialist terhadap
KUH Perdata sebagai lex generalis, maka sebagai lex specialist, kalau andaikata dalam KUHD
terdapat ketentuan mengenai hal yang dapat aturan pula dalam KUH Perdata, maka ketentuan
dalam KUHD itulah yang berlaku.
6. Kodifikasi Hukum Dagang Yang Pertama
Dahulu sebelum zaman Romawi, disamping Hukum perdata yang mengatur hubugan
antara perseorangan yang sekarang termasuk dalam KUH Perdata, pdara pedagang
membutuhkan peraturan-peraturan mengenai perniagaan. Karena perniagaan makin lama
makin berkembang, maka kebutuhan hukum perniagaan atau hukum dagang makin
bertambah.
Lama kelamaan hukum dagang pada waktu itu masih merupakan hukum kebiasaan,
begitu banyak sehingga dipandang perlu untuk mengadakan kodifikasi. Kodifikasi hukum
dagang yang pertama dibuat atas perintah raja Lodewjik XIV di Prancis, yaitu Ordonnance de
Commerce 1673 dan Ordonnance de la Marine 1681.
7. Kitab Undang-undang Hukum Sipil (KUHS)
Berdasarkan azas konkordansi, pada tanggal 1 mei 1948 di Indonesia diadakan KUHS,
adapun KUHS Indonesia ini berasal dari KUHS Nedetland yang dikodifikasikan pada tanggal 5
Juli 1830, dan mulai berlaku di Netherland pada Desember 1830
KUHS Belanda ini berasal / bersumber pada KUHS Prancis (Code Civil) dan code civil ini
bersumber pula pada kodifikasi hukum Romawi Corplus Iuris Civilis dari kaisar Justianus (527565)
KUHS Indonesia Terbagi atas 4 Bab yakni:
1. Kitab I Berjudul : Perial orang (van personen), yang memuat hukum tentang
diri seseorang dan hukum kekluargaan, termasuk hukum perkawinan.
2. Kitab II berjudul : hal benda (van zaken) yang memuat hukum perbendaan
serta hukum warisan.
3. Kitab III Berjudul : hal perikatan (van verbintenis) yang memuat hukum
kekayaan yang mengenal hak-hak kewajiban yang berlaku terhadap
orang-orang atau pihak yang tertentu (perjanjian-perjanjian)
4. Kitab IV berjudul : perihal pembuktian kadaluarsa (van bewijs en verjaring),
yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu
terhadap hubungan-hubungan hukum.
Bagian dari KUHS yang memuat tentang hukum dagang ialah sebagian besar dari kitab III dan
sebagian kecil dari kitab II. Hal-hal yang diatur dalam KUHS ialah mengenai perikatan-perikatan
paa umumnya dan perikatan-perikatan yang dilahirkan dari persetujuan dan undang-undang
seperti :
a. Persetujuan jual beli (contract of sale)
b. Persetujuan sewa menyewa (contract of hire)
c. Persetujuan peminjaman uang (contract of loan)
a. Buku III Hukum Sipil/BW, yaitu Mengenai Hukum Perikatan
Hukum perikatan yang mengatur akibat hukum yang disebut perikatan, yakni suatu
hubungan hukum, yang terletak dalam bidang hukum harta kekayaan, antar dua pihak yang
masing-masing berdiri sendiri, yang menyebabkan pihak yang satu terhadap pihak menjadi
kewajiban pihak terakhir pihak pertama
Jadi, perikatan adalah hubungan hukum, dan hukum adalah salah satu akibat hukum.
Akibat hukum ini timbul karena adalah suatu kenyataan hukum (rechtfeit) kenyataan hukum ini
terdiri atas :
1. Kenyataan belaka, misalnya gila, jatuh pailit, adanya dua buah pekarangan yang
letaknya berdampingan, daluarsa, lahir, mati, dewasa, dan lain-lain.
Walaupun hak cipta itu adalah benda bergerak, ia tidak dapat disita (Pasal 4 UUHC).
Alasannya adalah ciptaan bersifat pribadi dan menunggal pada diri pencipta. Apabila
pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pemegang hak cipta sebagai yang
berwewenang menguasai hak cipta, dengan hak cipta itu melakukan pelanggaran
hukum, atau melanggar ketertiban umum, maka yang dapat dilarang oleh hukum
adalah perbuatan pemilik atau pemegang haj cipta yang mengunakan haknya itu.
Apabila larangan tersebut mengakibatkan penghukuman, maka penghukuman itu
tidak mengenai hak cipta, atrinya hak cipta tidak dapat disita, dirampas atau
dilenyapkan. Yang dapat disita adalah ciptaannya.
9. Persekutuan Perdata
Inggris dikenal dengan istilah Hukum Persekutuan dengan nama company law adalah
himpunan hukum atau ilmu hukum mengenai bentuk-bentuk kerjasama, baik yang berstatus
badan hukum (partnership) ataupun yang tidak berstatus badan hukum (corporation)
Belanda istilah Hukum Persekutuan dengan nama Vennotschapsretchts yang lebih
simple sekadar terbatas pada NV, Firma dan CV diatur dalam KUHD, sedangkan
Persekutuan Perdata (maatschap) yang dianggap sebagai induknya diatur dalam KUH
Perdata.
Pengertian Persekutuan Perdata Psl 1618 KUH Perdata adalah perjanjian antara dua
orang atau lebih mengikat diri untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan
dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh karenanya.
Unsur-unsurnya :
1. Adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih
2. masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng)
3. bermaksud membagi keuntungan bersama
Angela Scheeman mendefinifisikan partnership sebagai suatu organisasi yang terdiri dari
dua orang atau lebih melakukan kepemilikan bersama suatu bisnis untuk mendapatkan
keuntungan
Partnership dapat diartikan sebagai suatu perjanjian (agreetment) diantara dua orang
atau lebih untuk memasukkan uang, tenaga kerja dan keahlian kedalam suatu perusahaan
untuk mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan bagian atau proporsi
yang telah disepakati bersama.
Di Inggris menurut psl 1 Partnership ACT 1890 persekutuan perdata adalah hubungan
antara orang yang menjalankan kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan.
1. uang
2. benda-benda apa saja yang layak bagi pemasukan seperti kendaraan bermotor dan alat
perlengkapan kantor
1. Sekutu yang mengadakan hubungan hokum dengan pihak ketiga maka sekutu yang
bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab atau perbuatan-perbuatan hokum yang dilakukan
dengan pihak ketiga itu, walaupun ia mengatakan bahwa dia berbuat untuk kepentingan
persekutuan
2. Perbuatan tersebut baru mengikat sekut-sekutu yang lain apabila : a. nyata-nyata ada surat
kuasa dari sekutu yang lain
b. hasil perbuatannya atau keuntungan itu telah nyata-nyata
dinikmati oleh persekutuan
3. Jika beberapa orang sekutu persekutuan perdata mengadakan hubungan dengan pihak ketiga,
maka para sekutu itu dapat dipertanggungjawabkan sama rata, meskipun pemasukan mereka
masing-masing tidak sama, kecuali dengan tegas ditetapkan imbangan tujuan masing-masing
sekutu menurut perjanjian itu
4. Jika seorang sekutu perdata mengadakan hubungan hokum dengan pihak ketiga atas nama
persekutuan, maka persekutuan dapat langsung menggugat pihak ketiga.
Berakhirnya Persekutuan Perdata