PENDAHULUAN
Pada saat Belanda menginjakkan kakinya di Nusantara, telah ada lembaga tata
negara dan lembaga tata hukum atau dengan kata lain telah tercipta hukum di
Bumi Nusantara yang lahir dari masyarakat tradisional sendiri yang kemudian
yang menjadi rujukan utama hukum acara pidana tidak mengatur secara lengkap,
penerapannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam berbagai literatur, hukum pidana yang berlaku di Indonesia dapat dibagi
dalam tiga masa: masa sebelum penjajahan Belanda; masa sesudah kedatangan
Tercatat terdapat beberapa hukum pidana yang pernah ada dan berlaku di
lain: Ciwasana atau Purwadhigama pada abad ke-10 di masa Raja Dharmawangsa;
Kitab Gajamada pada pertengahan abad ke -14, yang diberi nama oleh Mahapatih
Lampung yang digunakan pada awal abad 16; Kitab Lontara ade yang berlaku di
Sulawesi Selatan sampai akhir abad 19; Patik Dohot Uhum ni Halak Batak di
Tanah Batak; dan Awig-awig di Bali. Kitab-kitab tersebut hanya sebagian dari
Hukum yang pertama kali digunakan oleh VOC pada pusat-pusat perdagangan
2
(Scheeps Recht). Hukum kapal ini terdiri dari dua bagian, yaitu hukum Belanda
badan pemerintah yang memiliki hak istimewa untuk memonopoli pelayaran dan
kerajaan di Nusantara, dan mencetak uang. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
Pada awalnya plakat tersebut hanya berlaku untuk wilayah kota Betawi.
seluruh wilayah VOC. Dikarenakan sejak awal tidak disusun dan dikumpulkan
secara baik dan teratur, Gubernur Jenderal Van Diemen kemudian memerintahkan
yang kemudian dikenal dengan istilah Statuten van Batavia. Dengan demikian
pada masa VOC telah berlaku : 1. Hukum statuten (termuat di dalam Statuta
kemudian menunjuk tiga orang Komisaris Jenderal yang terdiri dari : Elout,
Buyskes, dan Van der Capellen. Para Komisaris Jenderal tetap memberlakukan
3
peraturan-peraturan yang berlaku pada masa Inggris dan tidak mengadakan
Belanda dan daerah jajahannya. Perubahan itu membuat kekuasaan raja Belanda
peraturan yang diterapkan tidak hanya Koninklijk Besluit saja tetapi juga harus
yang dibuat bersama oleh raja dan parlemen untuk mengatur daerah jajahan
adalah Regeling Reglement (RR) yang dibuat dalam bentuk Undang-Undang dan
Pidana Eropa.
Hukum Pidana Hindia Belanda yang diundangkan dengan Staatblad No. 732
yang mulai berlaku sejak 1 Januari 1926, dengan diundangkannya Staatblad No.
415 tahun 1925. Perubahan Grond Wet khususnya mengenai pembagian golongan
Masa pendudukan Jepang selama kurang lebih 3,5 tahun tidak memberikan
Pemerintah Militer Jepang mengeluarkan Osamu Seirei No. 1 Tahun 1942, yang
Seirei, Gun Seirei No. 25 tahun 1944 tentang pengaturan hukum pidana umum
dan hukum pidana khusus dan Gun Seirei No. 14 tahun 1942 tentang Pengadilan
di Hindia Belanda.
3. Masa Kemerdekaan
perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajahan dan juga ungkapan tekad untuk
5
mengubah sistem hukum kolonial menjadi sistem hukum Nasional. Meskipun
demikian, untuk membuat satu sistem hukum yang bersifat Nasional tentu saja
bukan perkara mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena
menyatakan: Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar masih berlaku asal
Dengan adanya Peraturan Presiden tersebut tentu saja makin memperjelas dan
ada pada masa kolonial sampai dengan adanya peraturan baru yang dapat
6
Februari 1946, pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang No. 1 tahun
Indie menjadi Wetboek van Strafrecht (WvS), yang kemudian dikenal dengan
pidana yang sekarang berlaku ialah peraturan-peraturan hukum pidana yang ada
Meskipun demikian, dalam Pasal XVII UU No. 2 Tahun 1946 juga terdapat
ketentuan yang menyatakan bahwa Undang-Undang ini mulai berlaku buat pulau
Jawa dan Madura pada hari diumumkannya dan buat daerah lain pada hari yang
Strafrecht voor Netherlands Indie menjadi Wetboek van Strafrecht hanya terbatas
Pidana diseluruh wilayah Republik Indonesia atau nasional baru dilakukan pada
nasional tidak berarti bahwa upaya untuk membuat sistem hukum pidana yang
sebagai upaya untuk membentuk KUHP Nasional yang baru. Seminar Hukum
Nasional I yang diadakan pada tahun 1963 telah menghasilkan berbagai resolusi
yang antara lain adanya desakan untuk menyelesakan KUHP Nasional dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya. Upaya tersebut masih terus berjalan dan telah
Dari sejarah hukum pidana diatas para ahli berpendapat Hukum Acara Pidana
Secara umum dapat dikatakan sebagai susunan atau tata cara aturan bagaimana
S. M. Amin.
Hukum Acara Pidana adalah Sederet atauran dan peraturan yang dibuat
dengan tujuan memberikan sebuah pedoman dalam usaha mencarai kebenaran dan
keadilan bila terjadi tindak pidana pemerkosaan atau pelanggaran terhadap apa
8
Mochtar Kusuma Atmadja.
suatu hukum materil. Hukum pidana formil sendiri memproses suatu proses
Hukum Acara Pidana adalah Sederet aturan yang memuat peraturan dan tata
tujuan negara.
memiliki tata cara serta norma-norma yang berlaku, bahkan jika dilihat dari
susunan substansi hukum acara pidana mengandung struktur ambivalensi dari segi
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hukum acara pidana dibagi menjadi 3
masa, yaitu pada masa sebelum penjajahan Belanda, masa kedatangan Belanda
2. Menurut pendapat ahli diatas dapat disimpulkan hukum acara pidana dikatakan
sebagai susunan atau tata cara aturan bagaimana negara serta perantara alat-alat
10
Daftar pustaka
http://tesishukum.com/pengertian-hukum-acara-pidana-menurut-para-ahli.
http://nandhadhyzilianz.blogspot.com/2013/10/sejarah-kuhp.html.
11