Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH HUKUM ZAMAN HINDIA BELANDA

1. MASA SEBELUM PENJAJAHAN

penjajah Masa sebelum Jauh sebelum masa penjajahan, banyak data yang menguatkan bahwa Nusantara
telah memberlakukan norma-norma pidana berupa norma pidana adat. Norma pidana adat ini berlaku
secara terpisah menurut wilayah kekuasaan setiap kerajaan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Dengan kata lain, beberapa kerajaan ada yang membukukan dan memberlakukan norma pidana secara
turun-menurun dari generasi satu ke generasi selanjutnya. Namun, ada pula kerajaan yang hanya
memberlakukan dan menerapkan norma-norma pidana yang berlaku dan diakui sekelompok masyarakat
untuk setiap kasus kejahatan.

2. Masa kolonial Belanda

Setelah Belanda datang, Indonesia menganut dualisme hukum, yaitu Hukum Belanda Kuno atau Hukum
Kapal Belanda, dan Hukum Adat. Hukum Belanda Kuno yang mengacu pada Hukum Romawi dibawa
masuk ke Nusantara bersama kapal dagang di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Hukum Kapal
Belanda berlaku terus sampai beberapa tahun setelah VOC berdiri pada 20 Maret 1602. Namun seiring
waktu, Hukum Belanda tak lagi mampu menyelesaikan masalah-masalah hukum di sejumlah bandar
perdagangan. Karena merasa perlu memberlakukan aturan baru, Staten General (Badan Federasi Tertinggi)
di Belanda memberikan kekuasaan kepada VOC untuk membuat aturan sendiri. Semua peraturan yang
sudah dibuat tersebut kemudian dimuat dalam papan pengumuman di dinding kantor VOC. Aturan
tertempel ini pun disebut sebagai Pelakat. Pelakat mencakup hukum privat dan hukum pidana. Peraturan
pidana ini tetap berlaku sampai berlakunya Wetboek van Strafrecht voor de Eropeanen pada 1 Januari 1867
bagi orang Eropa. Baca juga: Apa Artinya Hukuman Mati pada Vonis Ferdy Sambo? Sementara bagi
bangsa Indonesia dan Timur Asing berlaku Wetboek van Strafrecht tertanggal 1 Januari 1873. Pada akhir
abad ke-19, pemerintah kolonial merasa perlu melakukan unifikasi atau menyeragamkan hukum pidana.
Pemerintah Belanda kemudian mengadakan kodifikasi (penyusunan) hukum pidana baru, yaitu Wetboek
van Strafrecht 1881 dan diberlakukan secara nasional mulai 1 September 1886. Dengan demikian, mulai 1
September 1886, di Belanda hanya berlaku Wetboek van Strafrecht 1881 sebagai peraturan pidana. Di sisi
lain, unifikasi hukum pidana juga dilakukan di negeri jajahan berdasarkan pengumuman Raja Belanda
pada 15 Oktober 1915. Sejak saat itu, wilayah Hindia Belanda memiliki Wetboek van Strafrecht voor
Nederlandsch-Indie 1915 yang merupakan perubahan dan penyesuaian dari Wetboek van Strafrecht 1881.
Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915 pun dinyatakan berlaku di seluruh wilayah Hindia
Belanda mulai 1 Januari 1918.

3. Masa pendudukan Jepang

Masuknya tentara Jepang ke wilayah Hindia Belanda pada 8 Maret 1942 menggantikan kependudukan
Belanda atas Indonesia. Berlangsung kurang lebih tiga tahun, penjajahan bangsa Jepang tak banyak
berpengaruh terhadap aturan hukum pidana di Indonesia. Dilansir dari laman Universitas Islam An-Nur
Lampung, pemerintah Jepang memberlakukan kembali peraturan zaman Belanda dengan dasar Gun Seirei
melalui Osamu Seirei. Pertama, pemerintahan militer Jepang mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 1 Tahun
1942. Pasal 3 aturan tersebut menyebutkan, semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan
undang-undang dari pemerintah terdahulu, tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal tidak bertentangan
dengan pemerintahan militer. Oleh sebab itu, Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915
peninggalan Belanda masih tetap berlaku, di samping aturan pidana pemerintahan Jepang. Baca juga:
Macam-macam atau Jenis Penggolongan Hukum

4. Masa kemerdekaan Indonesia

Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 1945, berlaku Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945) sebagai sumber hukum tertinggi. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 mengatur:
"Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini." Dengan demikian, peraturan hukum pada masa itu termasuk Wetboek
van Strafrecht voor nederlandsch-Indie 1915 dan peraturan pemerintahan Jepang masih berlaku. Hingga
pada 26 Pebruari 1946, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana. Undang-undang tersebut antara lain mengatur: Mencabut berlakunya hukum pidana yang
dikeluarkan oleh pemerintah Jepang. Mencabut semua aturan hukum pidana yang dikeluarkan Panglima
Tertinggi Balatentara Hindia Belanda. Peraturan hukum pidana yang berlaku di Indonesia adalah peraturan
yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1915. Mengubah nama Wetboek van Strafrecht
voor Nederlandsch-Indie menjadi Wetboek van Strafrecht dan selanjutnya diterjemahkan menjadi Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Mencabut atau mengubah beberapa pasal dari KUHP. Memuat
beberapa tindak pidana baru. Menetapkan bahwa UU ini berlaku untuk Pulau Jawa dan Madura terhitung
mulai 26 Februari 1946.

Anda mungkin juga menyukai