Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH HUKUM ACARA PIDANA

DI INDONESIA
BY ROBI AKROMAN 101180205
Masa Kerajaan Nusantara
Pada masa kerajaan nusantara banyak kerajaan yag sudah
mempunyai perangkat atau aturan hukum. Aturan tersebut
tertuang dalam keputusan para raja ataupun dengan kitab
hukum yang dibuat oleh para ahli hukum. Hukum Pidana yang
berlaku saat itu belum mengenal unifikasi. Disetiap daerah
berlaku aturan hukum pidana yang berbeda-beda. Kerajaan
besar macam Sriwijaya samapai dengan kerajaan Demak pun
menerapkan aturan hukum pidana. Kitab peraturan seperti
Undang-undang raja niscaya, undang-undang mataram, jaya
lengkara, dsb. Yang berlaku pada masa itu. Hukum pidana adat
juga menjadi perangkat aturan pidana yang dipatuhi dan ditaati
oleh masyarakat nusantara.
Masa sebelum penjajahan Belanda
Di Nusantara pada masa sebelum zaman penjajahan,
sebelum Belanda menguasai kerajaan-kerajaan yang ada
pada Nusantara, banyak data yang menguatkan bahwa
telah berlaku norma-norma pidana adat yang berlaku
pada masa itu. Norma adat berlaku terpisah menurut
wilayah kekuasaan setiap kerajaan. Diantaranya ada
yang secara tertulis maupun tidak. Dengan kata lain ada
kerajaan yang membukukan dan memberlakukan suatu
peraturan tersebut secara turun temurun telah berlaku
dan diakui keberadaannya oleh masyarakat.
Masa Penjajahan
Sejak masuknya Belanda dan tata hukumnya di Nusantara
tahun 1596 berlakulah dualisme hukum Indonesia, yaitu
berlakunya hukum Belanda Kuno yang berazazkan Romawi
yang dibawa masuk ke Nusantara bersama kapal dagang
Belanda pertama dibawah pimpinan Cornelis de Houtman,
dan berlakunya hukum adat di Nusantara. Lambat laun
Hukum kapal itu dirasak sudah tidak mampu lagi
menyelesaikan permasalahan yang ada di Nusantara.
Sehingga perlu adanya pembaruan peraturan atau hukum
baru yang mengatasi perkembangan masalah hukum di
daerah yang dikuasai VOC.
Masa Sesudah Kedatangan Penjajahan
Belanda
•   Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie ( VOC ) Tahun 1602 – 1799
Lambat laun Hukum kapal itu dirasak sudah tidak mampu lagi menyelesaikan permasalahan yang ada di Nusantara.
Sehingga perlu adanya pembaruan peraturan atau hukum baru yang mengatasi perkembangan masalah hukum di daerah
yang dikuasai VOC.

• Masa Besluiten Regeling ( 1864 – 1855 )


Setelah dilaksanakannya Convention of London antara Inggris dan Belanda pada tanggal 13 Agustus 1814, Penguasaan
atas wilayah Nusantara diberikan kepada Belanda oleh Inggris. Para komisaris Jendral itu tidak membuat peraturan baru
untuk mengatur pemerintahannya, dan tetap memberlakukan undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku
pada masa Inggris berkuasa di Indonesia. Dalam bidang hukum peraturan yang berlaku bagi orang Belanda tidak
mengalami perubahan, karena menunggunya terwujudnya kodifikasi hukum yang direncanakan oleh pemerintah Belanda.
• Masa Regeling Regelment ( 1855 – 1926 )
Di negeri Belanda terjadi perubahan Grond wet (UUD) pada tahun 1848 sebagai akibat dari pertentangan Staten General
(Parlemen) dan raja yang berakhir dengan kemenangan Parlemen dalam bidang mengelola kehidupan bernegara.
• Masa Indische Staatregeling ( 1926 – 1942 )
Pada masa berlakunya IS tata hukum yang berlaku di Hindia Belanda adalah pertama-tama yang tertulis dan yang tidak
tertulis (Hukum Adat) dan sifatnya masih pluralistis khususnya hukum perdata. Hal ini ampak pada ketentuan pasal 131 IS
yang juga menjelaskan bahwa pemerintah Hindia Belanda membuka kemungkinan adanya usaha untuk unifikasi hukum
bagi ketiga golongan penduduk Hindia Belanda.
Masa Sesudah Kedatangan Jepang
( 1942 – 1945 )
Pada tangal 09 Maret 1942 Jepang memasuki dan menduduki
wilayah Nusantara setelah mengalahkan pasukan sekutu.
Penjajahan bangsa Jepang mempunyai banyak pengaruh yang
sangat besar terhadap dinamika aturan hukum pidana di
Indonesia. Demi kepentingan kekuasaan dan pemerintahannya.
Namun demikian sepanjang sejarah pendudukan Jepang di
Indonesia tidak pernah mencabut berlakunya Wetboekcvan
Strafecht voor Nedherlandsch-Indie 1915. Jadi selama
kependudukan Jepang di Indonesia hukum yang berlaku
bersamaan yakni hukum pidana yang dikeluarkan oleh
pemerintahan Jepang dan hukum pidana peninggalan colonial
Belanda, jadi kembali berlakunya dualisme.
Masa KUHP 1915 – Sekarang
Indonesia baru dapat keluar dari cengkraman
penjajah dan mecapai kemerdekaannya.
Selanjutnya pada 18 Agustus 1945
diberlakukannya langsung UUD 1945 sebagai
sumber hukum tertinggi dalam NKRI. Dalam pasal
II aturan peralihan UUD dinyatakan, bahwa segala
lembaga negara dan peraturan hukum yang ada
pada waktu itu diganti dengan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar 1945 itu sendiri.
USAHA PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI
INDONESIA
• Alasan yang bersifat politik
Bahwa suatau negara merdeka harus mempunyai hukum sendiri
yang bersifat nasional demi kebanggaan
• Alasan yang bersifat sosiologis
Menghendaki adanya hukum yang mencerminkan nilai-nilai
kebudayaan dari suatu bangsa
• Alasan yang bersifat praktis
Bersumber pada kenyataan bahwa biasanya bekas-bekas negara
jajahan mewarisi hukum yang menjajahnya dengan bahasa
aslinya, yang kemudian banyak tidak dipahami oleh generasi
muda dari negara yang baru merdeka tsb.

Anda mungkin juga menyukai