Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. TATA HUKUM INDONESIA

Sejarah tata hukum Indonesia dibagi menjadi dua (2) bagian, yakni sebelum kemerdekaan
17 Agustus 1945 dan sesudah kemerdekaan. Adapun sejarah tata hukum Indonesia sebelum
tanggal 17 Agustus 1945 terdiri dari:

1. Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) (1602-1799);


2. Masa Besluiten Regerings (1814-1855)
3. Masa Regerings Reglement (1855-1926)
4. Masa Indische Staatsregeling (1942-1945)
5. Masa Jepang (Osamu Seirei) (1942-1945)
Sedangkan sesudah kemerdekaan 17 Agustus 1945 terdiri dari:
1. Masa 1945 - 1949 ( 18 Agustus 1945 – 26 Desember 1949)
2. Masa 1949 - 1950 (27 Desember 1945 – 16 Agustus 1950)
3. Masa 1950 – 1959 (17 Agustus 1950 – 4 Juli 1959)
4. Masa 1959 – sekarang ( 5 Juli 1959 – sekarang).

B. TATA HUKUM INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN


Adapun gambaran tata hukum sebelum kemerdekaan Indonesia sebagai berikut:
1) Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC/1602 – 1799)

Pada tahun 1596, yakni sebelum kedatangan Belanda ke Indonesia, hukum yang
berlaku di daerah-daerah Indonesia pada umumnya masih dalam hukum tidak tertulis yang
disebut hukum adat.

Pada tahun 1602, Belanda berada di Indonesia dan mendirikan VOC dengan hak
istimewanya (hak octrooi) dalam perdagangan, yang mana dalam hak octrooi itu VOC
berhak melakukan beberapa kebijakannya.

Ketika VOC berkuasa, tata hukum yang berlaku di Indonesia saat itu adalah aturan-
aturan yang berasal dari negeri Belanda sendiri dan aturan yang diciptakan oleh Gubernur
Jenderal Pieter Both yang berkuasa di daerah kekuasaan VOC, serta aturan yang tertulis
maupun tidak tertulis yang berlaku bagi orang-orang pribumi, yakni hukum adatnya
masing-masing. Adapun aturan-aturan hukum yang berasal dari negeri Belanda itu berada
dalam hak istimewa yang dimiliki oleh VOC, yakni:

a) Memonopoli perdagangan
b) Memonopoli pelayaran
c) Mengumumkan perang
d) Mengadakan perdamaian
e) Mencetak uang.

Namun sejak Gubernur Jenderal Pieter Both diberi wewenang untuk membuat peraturan
yang juga diberlakukan VOC di daerah kekuasaannya, maka setiap peraturan yang
diberlakukan itu diumumkan berlakunya melalui “pelekat”. Lalu pelekat itu diumumkan
dan dihimpun dengan nama “Statuten Van Batavia” atau Statuta Betawi pada tahun 1642.
Adapun Statuta tersebut berisi hukum positif baik bagi warga pribumi maupun pendatang
dan kekuatan berlakunya sama dengan peraturan-peraturan yang lain. Peraturan-peraturan
hukum pada masa VOC, kaidah-kaidah hukum adat Indonesia tetap diberlakukan bagi
warga pribumi.

2) Masa Besluiten Regerings (1814 – 1855)


Tata hukum pada masa Busleiten Regerings ini, terdapat peraturan tertulis yang
dikodifikasikan dan juga peraturan tertulis yang tidak dikodifikasikan, serta peraturan
tidak tertulis yakni hukum adat yang hanya berlaku bagi orang, bukan golongan Eropa.
Pada masa ini raja berkuasa mutlak dalam pembuatan dan mengeluarkan peraturan
yang berlaku, yang umum dengan sebutan “Algemene Verordening” (Peraturan Pusat).
Tidak ada pembuatan peraturan baru dalam mengatur pemerintahan, namun lebih memilih
untuk tetap memberlakukan undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku pada
masa Inggris berkuasa di Indonesia. Bagi orang pribumi, dalam hal peradilan tetap
memberlakukan peradilan Inggris.
Pengkodifikasian hukum perdata terjadi pada tahun 1830 oleh pemerintahan
Belanda, namun baru terlaksana pada 1 Oktober 1838.
3) Masa Regerings Reglemet (1855 – 1926)
Akibat perubahan Grond Wet yang sering disebut UUD, di negara Belanda pada
tahun 1848 yang disebabkan oleh pertentangan antara raja dengan parlemennya. Maka
berakibat adanya perubahan terhadap pemerintahan dan perundang-undangan jajahan
Belanda di Indonesia. Dalam pasal 59 ayat (1), (II), dan (IV) Grondwet menentukan
kekuasaan raja terhadap daerah jajahannya menjadi berkurang.
Dalam pasal 75 RR politik hukum pemerintahan Belanda mengatur tentang tata
hukum yang asasnya sama dengan yang termuat dalam pasal 11 AB, yaitu bahwa dalam
menyelesaikan perkara perdata Eropa bagi golongan Eropa dan hukum perdata adat orang
bukan Eropa.
4) Masa Indische Staatsregeling ( 1926 – 1942)

Masa ini dimulai pada 23 Juni 1925 setelah masa Regerings Reglemet. Tata hukum
yang berlaku di Hindia Belanda pada masa ini yaitu hukum tertulis dan yang tidak tertulis
atau hukum adat dan sifatnya masih pluralistis khususnya pada hukum perdata. Hal
tersebut terdapat dalam pasal 131 IS.

Dikatakan dalam pasal 163 IS bahwa Hindia Belanda terbagi menjadi 3 golongan
yaitu golongan Eropa, golongan Pribumi, golongan Timur Asing. Dan setiap golongan
tersebut memiliki sistem–sistem hukum masing–masing.

5) Masa Jepang (Osamu Seirei) (1942 – 1945)


Pelaksanaan tata pemerintahan pada masa penjajahan Jepang ini berpedoman pada
undang-undang yang disebut “ Gunseirei”, melalui Osamu Seirei dan melalui peraturan
pelaksana yang disebut “Osamu Kanrei”.
Osamu Seirei sendiri berfungsi sebagai pengatur segala hal yang diperlukan untuk
melaksanakan pemerintahan, melalui peraturan pelaksana yang disebut dengan “Osamu
Kanrei”. Dan Osamu Kanrei ini isinya mengatur hal-hal yang diperlukan dalam menjaga
keamanan dan ketertiban umum, yang mana Osamu Kanrei ini berkedudukan sebagai
peraturan pelaksana.
Dalam pasal 3 menyatakan bahwa hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebelum tentara Jepang datang ke Indonesia masih berlaku dan tetap diakui sah
untuk sementara waktu, selama hukum tersebut tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintahan militer. Maka pasal 131 IS dan pasal 163 IS yang berisi pembagian golongan
penghuni Indonesia masih berlaku. Dan setiap dari golongan tersebut tetap berlaku aturan-
aturan hukum masing-masing.

C. TATA HUKUM INDONESIA SESUDAH KEMERDEKAAN


Selanjutnya sejarah tata hukum Indonesia sesudah kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai
berikut:
1. Masa tahun 1945 - 1949 ( 18 Agustus 1945 – 26 Desember 1949)
Masa pertama setelah kemerdekaan Indonesia ini bangsa Indonesia memutuskan untuk
menentukan nasibnya sendiri, mengatur dan menyusun negaranya dan juga menetapkan
tata hukumnya. Sehingga pada tanggal 18 Agustus 1945 baru ditetapkanlah Undang-
Undang Dasar 1945.
Adapun tata hukum dan politik hukum yang akan berlaku pada masa itu dapat dilihat
pada pasal I dan II aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal I berbunyi: Segala
peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang
baru menurut Undang-Undang Dasar ini. Pasal
2. Masa tahun 1949 – 1950 (27 Desember 1945 – 16 Agustus 1950)
Setelah berdirinya negara indonesia serikat,berdasarkan hasil konfrensi meja bundar
pada tahun 1949,maka berlakulah konstitusi republik indonesia serikat (kris),dan tata
hukum yang berlaku pada waktu itu adalah tata hukum yang terdiri dari peraturan-
peraturan yang dinyatakan berlaku pada masa 1945 – 1949. Berdasarkan ketentuan pasal
192 KRIS ini berarti bahwa aturan – aturan hukum yang berlaku dalam negara republik
indonesia berdasarkan pasal 1 dan 2 aturan perahlihan undang – undang dasar 1945 tetap
berlaku di negara republik indonesia
3. Masa tahun 1950 – 1959 ( 17 Agustus 1950 – 14 Juli 1959)
Pada tangga 17 Agustus 1950 bangsa indonesia kembali kesatuan dengan undang –
undang dasar sementara 1950 yang berlaku sampai tanggal 14 Juli 1959. Tata hukum
yang berlaku pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri dari semua peraturan yang
dinyatakan berlaku berdasarkan pasal 142 UUDS 1950,dan ditambah peraturan baru
yang dibentuk oleh pemerintahan negara selama kurun waktu dari 17-8-1950 sampai
dengan 4-7-1950.
4. Masa tahun 1959 – sekarang ( 5 Juli 1959 – sampai sekarang )

Setelah keluarnya dekrit presiden pada tranggal 5 Juli 1959 maka undang – undang
dasar sementara 1950 tidak berlaku lagi,dan kembali berlaku undang – undang dasar
1945 sampai sekarang. Tata hukum yang berlaku pada masa ini adalah tata hukum yang
terdiri dari semua peraturan yang berlaku pada masa tahun 1950 – 1959 dan yang
dinyatan masih berlaku berdasarkan ketentuan pasal I dan II aturan peralihan UUD
1945 dengan ditambah berbagai peraturan yang dibentuk setelah dekrit presiden 5 Juli
1959 tersebut.

D. POLITIK HUKUM YANG PERNAH DAN SEDANG BERLAKU DI INDONESIA

Suatu negara memiliki politik hukum yang biasanya dicantumkan dalam undang-undang
dasar yang dilaksanakan dengan dua segi yaitu bentuk hukum dan corak hukum.
Bentuk hukum itu dapat berupa :
1. Tertulis yakni aturan-aturan hukum yang dijelaskan dalam suatu undang-undang dan
berlaku sebagai hukum tertulis. Hukum tertulis ini terbentuk dua macam
a. Kodifikasi
b. Tidak kodifikasi
2. Tidak tertulis yakni aturan-aturan hukum yang berlaku sebgi hukum semula atau hukum
kebiasaan.
Corak hukum dapat ditempuh dengan :
1. Unifikasi yakni satu sistem hukum yang berlaku bagi setiap orang dalam suatu
negara atau suatu kelompok.
2. Dualistis yakni dua sistem berlaku bagi dua kelompok social yang berbeda dalam
suatu negara atau suatu kelompok.
3. Pluralistik yakni bermacam-macam sistem hukum bagi kelompok-kelompok sosial
yang berbeda dari suatu negara atau suatu kelompok.

Anda mungkin juga menyukai