Anda di halaman 1dari 121

PENGANTAR HUKUM

Indonesia
(BAGIAN II)

pa,
a r a aut
e laj dil
a u b main
ni m r gi
y a i a pe
g n kit
man ga
E hing ……
se s…
bo DISAMPAIKAN OLEH
Dr. Hendrik Salmon, SH.MH.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Pattimura
Bagian Hukum Tata Negara/Hukum Administrasi Negara
 Tata hukum ialah semua peraturan hukum yang
diadakan/diatur oleh negara atau bagian-bagiannya dan
berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam negara itu
 TATA HUKUM INDONESIA DAN TUJUAN TATA
HUKUM
a. Tata hukum di Indonesia saat ini (ius consitutum),
b. Hukum atau kaidah-kaidah yang kita cita-citakan (Ius
constituendum).  
 Ilmu pengetahuan yang berobjekkan hukum yang sedang
berlaku dalam suatu negara dikatakan ilmu pengetahuan
hukum positif.
 Tujuan tata hukum ialah untuk mempertahankan,
memelihara dan melaksanakan tata tertib di kalangan
anggota-anggota masyarakat dalam negara itu dengan
peraturan-peraturan yang diadakan oleh negara atau bagian-
bagiannya.
Saat Timbulnya Tata Hukum Indonesia

 Pada saat proklamasi negara RI 17-08-1945


 Aturan2 sebelum proklamasi dapat berlaku dengan
ketentuan:
a. Selama hukum tsb tidak bertentangan dg
jiwa proklamasi
b. Selama belum diubah, dicabut, atau diganti
dengan yang baru
c. Selama tidak bertentangan dengan jiwa
UUD 1945.
Peraturan pada zaman Hindia Belanda
a. Algemene Bepaling van Wetgeving voor Indonesia, disingkat A.B.
(Ketentuan-ketntuan Umum tentang Peraturan-Perundangan untuk
Indonsia). A.B. ini dikeluarkan pada 30 April 1847 termuat dalam
Stb. 1847/23. Beberapa ketentuan penting dalam AB ini misalnya
terdapat dalam pasal 15 dan 22.
b. Regerings Reglement (R.R) yang dikeluarkan pada 2 September
1854 yang termuat dalam Stb. 1854/2. Ketentuan yang penting
dalam R.R. ini misalnya yang diatur dalam pasal 75.
c. Indische Staatsregeling (IS) atau Praturan Ketatanegaraan
Indonesia. Pada tanggal 23 Juni 1925 Regerings Reglement tersebut
diubah menjadi Indische Staatsregeling (I.S), termuat dalam Stb.
1925/415 yang mulai berlaku pada 1 Januari 1926.
R.R. dan IS ini adalah peraturan-peraturan pokok yang dapat
dikatakan merupakan “Undang-Undang Dasar Hindia Belanda” dan
merupakan sumber peraturan-peraturan organik pada masa itu.
Peraturan Pokok di Zaman Penjajahan Jepang
• Satu-satunya peraturan pokok yang diadakan
Pemerintah Militer Jepang di Indonesia ialah
Undang-undang No. 1 Tahun 1942 yang
menyatakan berlakunya kembali semua
peraturan-perundangan Hindia Belanda yang
tidak bertentangan dengan kekuasaan Militer
Jepang.
Berlakunya peraturan sebelum Proklamasi

Pasal II Aturan Peralihan: “Segala badan negara dan


peraturan yang ada masih langsung berlaku selama
belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang
Dasar ini”.
1. Tidak cukup waktu untuk membuat peraturan-
peraturan yang baru untuk menggantikan
semua peraturan-peraturan yang diadakan
kedua pemerintahan jajahan tersebut.
2. Jika peraturan perundangan Jepang dan
Belanda tersebut secara serentak dihapuskan,
sehingga menimbulkan kekosongan (vacuum)
dalam peraturan perundangan dan hukum.
Berlakunya Peraturan masa RIS
• Peraturan-peraturan yang sudah ada pada 17 Agustus 1950
ialah segala peraturan-peraturan yang diadakan
berdasarkan Konstitusi RIS 1949, dan peraturan-peraturan
yang dinyatakan berlaku oleh Konstitusi RIS tersebut.
• Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku oleh
Konstitusi RIS itu adalah segala peraturan-peraturan yang
telah ada sebelum terbentuk Konstitusi RIS pada 6
Februari 1950, seperti yang dinyatakan oleh Pasal 192
Ketentuan Peralihan Konstitusi RIS “Peraturan-peraturan
dan ketentuan tata-usaha yang sudah ada pada saat
Konstitusi ini mulai berlaku tetap berlaku dengan tidak
berubah sebagai peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan Republik Indonesia sendiri selama dan sekedar
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu tidak
dicabut, ditambah atau diubah oleh Undang-undang dan
ketentuan-ketentuan tata-usaha atas kuasa Konstitusi ini,”
(C.S.T. Kansil 1998:12).
UUDS-1950
• Semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku pada masa
Konstitusi RIS yang diambil alih oleh UUDS-1950 (Pasal 142
Ketentuan Peralihan), ditambah dengan peraturan-peraturan yang
dibuat berdasarkan UUDS-1950 tersebut selama masa UUDS 1950.
• Peraturan Perundangan yang dinyatakan berlaku oleh UUDS-1950
ialah segala peraturan-peraturan yang telah ada sebelum terbentuknya
UUDS-1950 pada 15 Agustus 1950. Sebab menurut UUDS-1950 Pasal
142 Ketentuan Peralihan:
• “Peraturan undang-undang dan ketentuan-ketntuan tata usaha
negara yang sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, tetap berlaku
dengan tidak berubah sebagai peraturan-ketentuan RI sendiri,
selama dan sekedar peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan itu
tidak dicabut, ditambah, atau diubah oleh Undang-undang dan
ketentuan tata-usaha atas kuasa UUD ini.”
• Jelaslah di sini, bahwa segala peraturan-peraturan perundangan yang
ada sebelum terbentuknya UUDS-1950 tetap berlaku selama belum
dicabut, ditambah atau diubah.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
• Akhirnya semua peraturan-peraturan perundangan yang berlaku
selama masa berlakunya UUDS 1950 yang diambil alih oleh UUD
1945 (UUD 1945 dinyatakan berlaku dengan Dekrit Presiden),
ditambah:
1. Peraturan perundangan yang dibuat berdasarkan UUD 1945.
2. ditambah lagi dengan peraturan-peraturan yang dibuat berdasarkan
Dekrit Presiden (sebagai peraturan-peraturan pelaksanaan Dekrit
Presiden tersebut sepanjang belum dicabut) berlaku pada masa
sekarang ini.
Alhasil dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa berdasarkan:
• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Setelah Dekrit Presiden)
juncto (berhubungan dengan);
• Pasal 142 ketentuan Peralihan UUDS RI 1950 juncto;
• Pasal 192 ketentuan Peralihan Konstitusi RIS 1949 juncto;
• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 (Proklamasi) juncto;
• Pasal 3 Undang-undang Balatentara Jepang Tahun 1942 No. 1.
Asas-asas Hukum Tata Negara Indonesia
1. Pengertian Dasar
2. Proklamasi Kemerdekaan dan Lahirnya
Pemerintah Indonesia
3. Kekuasaan Pemerintahan Negara RI menurut
UUD 1945 Sebelum Amandemen
4. Pokok-pokok Tata Pemerintahan RI menurut
UUD 1945 Sesudah Amandemen
Beberapa pendapat tentang Pengertian Hukum Tata
Negara, dan kaitannya dengan ilmu hukum lainnya, yaitu:
1. Scholten
Hukum tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi
daripada Negara.
2. Van Der Pot
Hukum tata Negara adalah peraturan-peraturan yang
menentukan badan-badan yang diperlukan serta wewenang-
wewenangnya masing-masing hubungan satu dengan yang
lainnya, dan hubungannya dengan (dalam kegiatannya).
3. Apeldoorn
Hukum Tata Negara dalam arti sempit menunjukkan orang-
orang yang memegang kekuasaan pemerintahan dan batas-batas
kekuasaannya.
Hubungan Tata Negara dengan
Ilmu Politik
• Menurut Barents, hubungan ilmu politik dan hukum tata
negara pertama-tama ditujukan dengan perumpamaan
hukum tata negara sebagai kerangka manusia,
sedangkan ilmu politik sebagai daging yang ada
disekitarnya.
• Dalam beberapa hal untuk mengetahui latar belakang
dari suatu peraturan undang-undang.Sebaliknya perlu
dibantu dengan mempelajari ilmu politik, karena undang-
undang sukar diketahui apa maksud serta bagaimana
terbentuknya suatu peraturan-peraturan undang-undang
itu. Keputusan-keputusan politik merupakan peristiwa-
peristiwa yang banyak pengaruhnya terhadap hukum
tata negara.
Hubungan HTN dengan HAN
Menurut Vollenhoven, dalam karangannya yang pertama
berjudul Thorbecke en het administratiefrecht, ia
mengartikan hukum tata negara sebagai sekumpulan
peraturan-peraturan hukum yang menentukan badan-
badan kenegaraan serta memberi beberapa wewenang
kepadanya, dan bahwa kegiatan suatu pemerintahan
modern adalah membagi-bagi wewenang itu kepada
badan-badan tersebut dari yang tertinggi sampai yang
terendah kedudukannya.
Vollenhoven merumuskan: hukum administrasi negara adalah
sekumpulan peraturan-peraturan hukum yang mengikat
badan-badan negara baik yang tinggi maupun yang rendah
jika badan-badan itu mulai menggunakan wewenangnya
yang ditentukan dalam hukum tata negara.
bersambung
sambungan

 Sesuai dengan paham Oppenheim, rumusan hukum


tata negara itu sama dengan negara dalam keadaan
tidak bergerak, sedangkan hukum administrasi
negara ini dimisalkan seperti negara dalam keadaan
bergerak.
Prof. MR. WG. Vegting dalam bukunya het Algemeen
Nederland Administratiefrecht I, 1954 mengemukakan
bahwa
Hukum tata negara bertujuan mengetahui organisasi
negara dan pengorganisasian alat-alat perlengkapan
negara. Jadi, objek HTN mengenai masalah
fundamental organisasi negara
Hukum administrasi negara bertujuan mengetahui cara
tingkah laku negara dan alat-alat perlengakapan
negara. Objek HAN mengenai pelaksanaan teknik
dalam mengelola negara.
  
Proklamasi kemerdekaan RI dan Lahirnya
Pemerintahan Indonesia
Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah
sumber hukum bagi pembentukan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Proklamasi kemerdekaan telah
mewujudkan Negara RI dari Sabang sampai Merauke.
Proklamasikan kemerdekaannya itu bukanlah
merupakan tujuan semata-mata, melainkan hanyalah alat
untuk mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara, yakni
membentuk masyarakat adil, makmur berdasarkan
Pancasila.
Adapun arti daripada Proklamasi
Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia;
• Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, setelah
berjuang berpuluh tahun sejak 20 Mei 1908;
• Titik tolak daripada pelaksanaan amanat penderitaan
rakyat. Sejarah pemerintahan Indonesia semula semenjak
bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
tanggal 17 Agustus 1945.
Sejarah Singkat Pembentukan Undang-Undang
Dasar 1945
• Pada tanggal 29 April 1945 pemerintah Jepang di
Jakarta membentuk Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
(BPUPK) yang diketuai oleh Dr. Radjiman
Widyadingrat. Tugasnya menentukan dasar-dasar
falsafah dalam pembentukan pedoman
bernegara. Dalam sidang-sidang dihasilkan sbb:
• Dasar falsafah Pancasila sebagai pedoman
utama dalam bernegara (1 Juni 1945);
• Pembukaan Undang-Undang Dasar (14 Juli
1945);
• Rancangan Undang-Undang Dasar.
sambungan

Pada tanggal 9 Agustus 1945 Badan Penyelidik Usaha-


usaha Persiapan Kemerdekaan dibubarkan dan diganti
dengan Dokuritsu Zyunbi Linkai (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang terdiri dari 21 orang
diketuai oleh Ir. Soekarno dan Wakil Ketua Drs. Moh.
Hatta. Sehari setelah proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu
tanggal 18 Agustus panitia tersebut ditambah menjadi 27
orang dan menetapkan:
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;
Undang-Undang Dasar 1945.
Penyelenggaraan Pemerintahan
• Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 37 pasal, 4 pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. Berdasarkan
ketentuan pasal-pasal itu, maka secara tegas ditetapkan hal-
hal sebagai berikut.
• Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum wewenang,
pemerintahannya dibatasi oleh konstitusi dengan
penyelenggaraan oleh rakyat yang dijelmakan dalam MPR.
• Sebagai negara kesatuan yang berbentuk Republik, kepala
negaranya adalah presiden sebagai penyelenggara
pemerintahan tertinggi dan dibantu oleh para menteri negara
yang tidak bertanggung jawab kepada DPR.
• Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas, karena wajib
bertanggug jawab kepada MPR dan dalam melaksanakan
usaha mencapai tujuan negara wajib memperhatikan DPR.
Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 berlaku tiga
macam Undang-Undang Dasar dl 4 periode:
1 Periode 18-8-1945 s.d 27-12-1949; PPKI mensahkan
UUD 1945 sbg UUD Republik Indonesia.
2. Periode 27-12-1949 s.d.17-08-1950
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
4. Periode 5 Juli 1959 s.d. sekarang
Dalam Dekrit Presiden itu ditegaskan hal-hal berikut.
 Membubarkan konstituante.

 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi

segenap bangsa Indonesia.


 Akan segera dilantik MPR yg angg terdiri atas angt

DPR, utusan-utusan daerah dan golongan-golongan


serta akan dibentuk pula DPAS.
Kekuasaan pemerintahan sebelum amandemen

• UUD 1945 (sebelum amandemen) kekuasaan


pemerintahan negara RI terdapat dalam beberapa
bab dan pasal sebagai berikut.
• Bab III memuat ttg KEKUASAAN
PEMERINTAHAN NEGARA (psl 4 s.d. 15):
• Psl 4 berbunyi sbb: Presiden RI memegang
kekuasaan Pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar; dlm melakukan kewajibannya
Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
sambungan

 Pasal 5 menentukan bahwa: Presiden memegang


kekuasaan membentuk Undang-undang dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, dan
Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk
menjalankan Undang-undang sebagaimana
mestinya.
 Bab VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat, yang
terdiri atas pasal 19 s.d. 22.
 Bab IX memuat tentang Kekuasaan Kehakiman, yang
terdiri dari 2 pasal, yaitu pasal 24 dan 25.
Sistem Pemerintahan Negara
 Indonesia adalah Negara yang berdasarkan
atas hukum (Rechtsstaat); dan tidak
berdasarkan atas kekuasaan semata
(macthsstaat).
 Pemerintah berdasarkan atas sistem
Konstitusi, tidak bersifat obsolutisme
(kekuasaan tanpa batas).
 Kekuasaan tertinggi berada ditangan MPR.
bersambung
bersambung
Pokok-pokok tata pemerintahan RI yaitu:
1. Landasan Hukum Tata Pemerintahan Indonesia
 Landasan ideal: Pancasila
 Landasan Konstitusional: UUD 1945, terdiri dari
Pembukaan dan Batang Tubuh, serta
penjelasannya.
 Batang Tubuh UUD 1945, terdiri dari 16 bab dan
37 Pasal, adanya aturan peralihan yang terdiri dari
4 pasal dan aturan tambahan yang terdiri dari 2
ayat.
 Penjelasan UUD 1945.
bersambung
2. Lembaga-lembaga Negara menurut UUD 1945
Yang dimaksud dengan lembaga-lembaga negara
adalah alat perengkapan negara sebagaimana
dimaksud oleh UUD 1945, yaitu:
 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
merupakan Lembaga Tertinggi Negara;
 Presiden;
 Dewan Pertimbangan Agung (DPA);
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR);
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);
 Mahkamah Agung (MA).
Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara
(Amandemen UUD) didasarkan pada asas-asas
sebagai berikut.

1.Negara Indonesia adalah Negara hukum (rechstaat).


2.Kedaulatan berada di tangan rakyat
3.Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut UUD 1945
4.Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan
(Pasal 7).
bersambung
bersambung
5.Usul pemberhentian Presiden dam/atau Wakil Presiden
dapat diajukan oleh DPR kepada MPR. hanya dengan
terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah
Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
pendapat DPR .
6. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara (Pasal 17
ayat (1)). Pasal 17 ayat (2) menyatakan bahwa menteri-
menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Ketentuan UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa negara
Indonesia menganut sistem Presidensial, dimana menteri-
menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR
tetapi bertanggung jawab kepada Presiden.
Kelembagaan Negara
Kelembagaan Negara merupakan lembaga-
lembaga negara yang diatur dalam UUD 1945.
Setelah UUD 1945 diamandemen sebanyak empat
kali, lembaga-lembaga tinggi negara yang ada
adalah:
1) MPR; 2) Presiden; 3) DPR; 4) DPD; 5) MA; 6)
Komisi Yudisial; 7) MK; dan 8) BPK. Sedangkan
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) telah dihapus.
PENGERTIAN
HUKUM PERDATA

 Peraturan-peraturan yang memberi perlindungan


atas kepentingan pribadi dalam masyarakat
tertentu, terutama yang bertalian dengan
hubungan kekeluargaan, lalu lintas hubungan
individu dan perjanjian-perjanjian antar individu.
 Ketentuan-ketentuan yang mengatur dan
membatasi tingkah laku manusia dalam
memenuhi kepentingan (kebutuhan)nya.
Tujuan Hukum Perdata
adalah untuk mewujudkan keadilan,
kedamaian dan ketenangan dalam
masyarakat. Manusia itu harus hidup
bermasyarakat dan mengadakan
hubungan satu dengan lainnya demi
mengejar kepentingan dan keperluan-
keperluan hidupnya.
Pembagian Hukum Perdata
1.Hukum Perdata Materiil, merupakan rangkaian peraturan
mengenai isi dari hubungan orang yang satu dengan
yang lainnya, mengatur kepentingan-kepentingan
perdata atau kepentingan-kepentingan perseorangan
yang berwujud hak dan kewajiban.
2. Hukum Perdata Formal, merupakan peraturan2 yang
mengatur tentang bagaimana caranya orang-orang
mempertahankan kepentingannya yang diatur oleh
Hukum Perdata materiil tadi. Atau dapat juga dikatakan
“peraturan-peraturan yang mengatur pertikaian hukum
mengenai kepentingan-kepentingan perdata atau cara-
cara mempertahankan peraturan2 hukum perdata
materiil dengan pertolongan Hakim.
 
HUBUNGAN HUKUM PERDATA DENGAN
HUKUM DAGANG
• Dalam arti luas termasuk didalamnya hukum
dagang, sesuai dengan pesatnya
perkembangan zaman ‘memisahkan diri’ dari
induk hukum perdata dan menjadi bidang ilmu
tersendiri yang dikenal hukum bisnis (bussiness
law), yang meliputi hukum dagang (trade),
hukum industri (industrial law), hukum
perbankan (banking law), hukum transportasi
(darat, laut, dan udara), dan bahkan Cyber
Space law (hukum tentang penggunaan ruang
maya).
SUBJEK HUKUM PERDATA

• Orang,
• Badan Hukum
Badan hukum itu ialah subjek hukum
yang tidak bernyawa, karena itu kalau
bertindak harus diwakili atau dilakukan
oleh para pengurusnya.
OBJEK HUKUM PERDATA
Barang-barang yang berwujud,
hak dan kewajiban dapat menjadi objek.
1. Benda dapat dibagi dalam dua
a. Benda tetap
b. Benda bergerak
Menurut Pasal 503 KUH Perdata (BW)
tentang objek hukum dapat dibagi sebagai
berikut:
Yang tidak berbentuk, misalnya hak dan
kewajiban. bersambung
 
sambungan
Hak sebagai objek hukum:
1. Hak relatif, yaitu hak yang berlaku bagi
seseorang atau beberapa orang saja;
2. Hak mutlak, misalnya hak yang tetap
akan melekat pada pemiliknya, bila ia
meninggal dunia maka hak ini akan
pindah kepada ahli warisnya, seperti hak
pemilikan tanah.
•  
SUSUNAN HUKUM PERDATA
Konseptor KUH Perdata, yaitu tersusun sbb:
1.Buku I Orang,yang berisi berkisar tentang
kedudukan hkm perorangan dan hkm kel;
2.Buku II Benda, yang berisi ttg hukum harta
kekayaan dan hukum waris;
3.Buku III Perikatan, yang berisi perikatan yang
lahir dari UU dan dari persetujuan/perj;
4.Buku IV Bukti dan Lewat Waktu, yang berisi
alat-alat bukti dan kedudukan benda
sebagai akibat daluarsa atau lampau waktu.
Susunan menurut ilmu pengetahuan hukum:
1. Hukum Perorangan: mengatur kedudukan orang dlm hkm
serta hak dan kewajiban serta akibat hukum yang
ditimbulkannya;
2. Hukum Keluarga: hukum yang mengatur hub-hub hkm
yang timbul dari hubungan kekeluargaan,
3. Hukum Harta Kekayaan:mengatur hub-hub yang dapat
dinilai dengan uang/kedudukan benda dlm hkm serta
pelbagai hak-hak kebendaan yang bisa diperoleh orang.
Hukum Harta Kekayaan ini dapat:
a. Hukum Benda (Zaken Recht).
b. Hukum Perikatan (Verbintenissens Recht).
4. Hukum Waris, yaitu hukum yang mengatur harta benda
seseorang yang telah meninggal dunia.
Penjelasan:
1.Hukum pribadi:hukum ttg diri seseorang
memuat peratuan-peraturan tentang
individu/anggota masy sbg subjek
dalam hukum, tentang kecakapannya
untuk memilki hak-hak, bertindak dalam
melaksanakan hak-hak tersebut dan
selanjutnya tentang hal-hal yang
mempengaruhi kecakapan-
kecakapannya itu.
Menurut KUHPerdata
1.Anak di bawah umur:
2.Orang sakit ingatan dan keborosan:
3.Seorang wanita yang telah bersuami,
oleh Hakim dianggap tidak cakap untuk
melakukan hubungan hukum.
Hukum Kekeluargaan
Mengatur hubungan-hubungan hukum yang timbul dari
lingkungan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Keturunan
 2. Kekuasaan orang tua
• Masalah hak dan kewajiban, kedua orang tua wajib untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya.
Kewajiban itu berlaku sampai anaknya menikah atau dapat berdiri sendiri walaupun hubungan hukum perkawinan antara kedua orang
tuanya telah putus.
3. Perwalian
• Masalah perwalian diatur dalam pasal 50, 51, 52, 53 dan 54 UU No. 1/1974. Seorang anak yang belum mencapai usia 18/belum pernah
menikah, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali. samb.

• Pendewasaan
• Pendewasaan (handlichting) merupakan suatu pernyaaan bahwa seseorang yang belum mencapai usia dewasa atau untuk beberapa hal
tertentu dipersamakan kedudukan hukumnya dengan seorang yang telah dewasa. Misalnya saja dalam hal mengurus perusahaan.
Pendewasaan itu dapat diberikan atas keputusan pengadilan bagi yang telah berusia delapan belas tahun. (djumali 156).
•  
• Pengampuan
• Seseoang yang telah dewasa dan sakit ingatan, menurut undang-undang harus diletakkan di bawah pengampuan (curatele). Demikian
juga bagi seseorang yang terlalu mengabaikan harta bendanya, sebab kurang mampu mengurus kepentigan dirinya. (Djumali 156)
•  
• Perkawinan
• Masalah perkawinan, ketentuannya secara rinci telah diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 yang dilaksanakan dengan PP No. 9 Tahun
1975. Dalam UU itu ditetapkan mengenai perkawinannya itu sendiri, akibat perkawinan dan tentang perkawinan campuran. Pasal 1
menyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluaga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (Djumali 157).
•  
Sambungan
4. Pendewasaan
Pendewasaan itu dapat diberikan atas keputusan
pengadilan bagi yang telah berusia delapan
belas
tahun.
5. Pengampuan
Seseoang yang telah dewasa dan sakit ingatan,
menurut undang-undang harus diletakkan di
bawah pengampuan.
6. Perkawinan
Mengenai perkawinannya itu sendiri, akibat
perkawinan dan tentang perkawinan campuran.
Hukum Kekayaan
1. Hukum kekayaan merupakan ketentuan-ketentuan
yang mengatur mengenai hubungan antara subjek
hukum dan objek hukum dalam suatu peristiwa
hukum.
2. Ruang lingkup hukum kekayaan terdiri dari:
• Hukum benda ialah ketentuan-ketentuan yang
mengatur mengenai hal yang diartikan dengan
benda dan hak-hak yang melekat di atasnya.
• Hukum perikatan.
Hukum Perikatan
• Hukum perikatan ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur
hak dan kewajiban subjek hukum dalam tindakan hukum
kekayaan.
• Pasal 1233 KUH Perdata mengatur bahwa: Perikatan dapat
dilahirkan karena UU/perjanjian. Perikatan yang lahir karena
Undang-Undang, dibagi menjadi:
1. Perikatan dikarenakan oleh perbuatan orang yang
diperbolehkan secara hukum, misalnya ‘zaakwarneming’
(Pasal 1354 KUH Perdata)
2. Karena perbuatan orang yang melanggar hukum.
persetujuan atau perjanjian.
 
Perikatan yang lahir karena persetujuan atau
perjanjian.
  suatu perikatan harus ada unsur-unsur sebagai berikut:
Bagi
1. Harus ada dua pihak, yaitu:
2. Harus ada objeknya, yaitu isi daripada prestasi, yang dapat berupa:
Penyerahan atau memberikan sesuatu; melakukan perbuatan sesuatu,
atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Tentang prestasi yang wajib dipenuhi oleh debitur, menurut pasal-pasal
KUH Perdata adalah sbb:
1. Psl 1320 (3) KUH Perdata: prestasi harus tertentu atau dapat
ditentukan, jadi harus jelas ditentukan dalam perikatan tersebut;
2. Psl. 1320 (4), prestasi harus dibenarkan UU/oleh hukum harus
memungkinkan dan halal.
Prestasi itu merupakan sesuatu /barang sesuatu yang dapat dituntut, yang
menurut undang-undang dapat berupa:
1. Menyerahkan atau penyerahan suatu barang;
2. Melakukan suatu perbuatan;
3. Tidak melakukan suatu perbuatan.
Prinsip-prinsip Perikatan antara lain:
1. Prinsip kebebasan bertindak
Didasarkan atas kemauan dan kebebasan dirinya sendiri, psl 1338 KUH P.
2. Prinsip perjanjian hrs dilaksanakan dgan iktikad baik (te goeder trouw)
hubungan hukum didasarkan atas keinginan dan niat yang baik. Apabila
prinsip itu dilanggar maka perikatan dapat dibatalkan demi hukum (Pasal
1338 KUH Perdata).
3. Prinsip perjanjian bagi mereka yang membuatnya
harus menghormati dan menaatinya sejajar dengan UU dan hkm Pasal 1313

4. Prinsip semua harta kekayaan seseorang menjadi jaminan atau


tanggungan bagi semua utang-utangnya.
semua yang dimilikinya merupakan jaminan atas apa yang diperbuat.
5. Prinsip Acto Pauliana
Prinsip hukum yang menekankan diperbolehkannya tindakan atau aksi bagi
seorang kreditur untuk membatalkan semua perjanjian dengan debitur
yang dilakukan dengan iktikad buruk (te kwader trouw).
Macam-macam Perikatan:
1. Perikatan bersyarat
kejadian belum tentu akan timbul atau tidak. perjanjian
asuransi.
2. Perikatan bertanggung pada suatu ketetapan
Yaitu suatu perikatan yang digantungkan pada kejadian atau
peristiwa yang akan datang pasti terjadi. Contoh antara
lain perjanjian sewa-menyewa, perjanjian kerja.
3. Perikatan yang membolehkan memilih (beralternatif)
pihak debitur untuk memberikan macam prestasi. dibayar
kembali dengan uang atau oleh mobilnya.
4. Perikatan tanggung menanggung
Dalam perikatan ini telah disepakati yang akan
menanggung prestasi debitur terhadap kreditur ada
beberapa orang.
sambungan
5. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat
dibagi,
Dalam hal ini kewajiban untuk memenuhi prestasinya
disanggupi oleh pihak /keluarga si debitur kepada kreditur.
Contoh: A mengadakan perikatan dengan B, di mana
disepakati oleh anak-anakinya apabila sampai/keburu
meninggal hutangnya belum terlunasi, anak-anak A secara
bersama akan melaksanakan prestasinya sampai tuntas.
6. Perikatan dengan penetapan hukuman
Yang dimaksud hukuman di sini bukan hukuman penjara,
misalnya penyitaan benda yang sesuai dengan kewajiban si
debitur apabila si debitur melakukan wanprestasi, benda
apa yang dapat disita atau diserahkan melalui Hakim,
biasanya telah dikemukakan dalam perjanjiannya.
suatu perikatan dapat berakhir karena:
1. Pembayaran (betaling), artinya jika kewajiban terhadap
perikatan itu telah dipenuhi. Ada kemungkinan pihak
ketiga yang membayar hutang seseorang debitur kemudian
menjadi kreditur baru pengganti kreditur lama (subrogasi).
2. Penawaran bayar tunai diikuti penyimpanan
(consignatie), yaitu pembayaran tunai yang diberikan oleh
debitur, namun tidak diterima oleh kreditur.
3. Pembaharuan hutang atau novasi, yaitu apabila hutang
yang lama digantikan dengan hutang yang baru.
4. Imbalan (vergelijking), atau kompensasi, yaitu apabila
kedua belah pihak saling mempunyai hutang maka hutang
mereka masing-masing saling diperhitungkan,
sambungan
5. Pencampuran hutang (schuldvermenging), apabila suatu
perikatan kedudukan debitur dan kreditur ada di satu tangan
seperti warisan.
6. Pembebasan hutang (kwijtschelding der schuld), yaitu
apabila kreditur membebaskan segala hutang-hutang .
7. Batal dan pembatalan (neitegheid of te niet doening)
perikatan batal atau dibatalkan. Misalnya, karena pihak-pihak
tidak cakap, terdapat paksaan, dsb.
8. Hilangnya benda yang diperjanjikan (het vergaan der
verschulddigde zaak) apabila benda tersebut binasa, maka
perjanjian batal.
9. Timbul syarat yang membatalkan (door werking ener
ontbindende voorwaarde), hadiah kepada B, jika lulus.
10.Kadaluarsa (verjaring).
Perikatan yang lahir karena persetujuan
atau perjanjian
Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa “Semua
perjanjian yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh undang-undang mempunyai kekuatan
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata:
• Kata sepakat antara mereka yang mengikatkan dirinya;
• Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
• Suatu hal tertentu;
• Suatu sebab yang halal.
• Berdasarkan Pasal 1338 dan 1320 KUH Perdata, “sistem
terbuka”.
Macam-macam Perjanjian Khusus
Pengertian: ..menyerahkan sejumlah uang guna
pembayarannya harganya.
1. Perjanjian Jual beli
2. Perjanjian sewa-menyewa: menyerahkan suatu brg
3. Perjanjian pemberian atau hibah
4. Perjanjian persekutuan (maatschap)
Perjanjian sepakat melakukan kerjasama dalam bidang
ekonomi dengan tujuan memperoleh keuntungan bersama.
5. Perjanjian penyuruhan: memberikan perintah kepada
pihak yang lain untuk melakukan suatu perbuatan hukum
dan perintah mana disepakati dengan penuh tanggung
jawab.
bersambung
6.Perjanjian pinjam
• Perjanjian pinjam barang yang tidak dapat
diganti,
• Perjanjian barang yang dapat diganti.
7. Perjanjian penanggungan hutang, dan
Perjanjian kerja.
Suatu perjanjian di mana pihak pertama
(buruh, pekerja) akan memberikan tenaganya
untuk melakukan suatu pek.bagi pihak lain
(majikan) dgn menerima upah.
Lenyapnya/berakhirnya suatu
perjanjian (persetujuan) yakni

• Telah lampau waktu.


• Telah tercapai tujuannya.
• Dinyatakan berhenti.
• Dicabut kembali.
• Diputuskan oleh hakim.
Hukum waris
1. Hukum waris tanpa wasiat atau hukum waris abintestato,
yaitu mengatur tentang penerimaan warisan dari
seseorang yang meninggal dunia dan ketentuan-ketentuan
mengenai kekayaannya.
• Hukum waris dengan wasiat (testamen), mengatur
bagaimana cara membua wasiat bagi seseorang sebelum
meninggal dunia dan akibat-akibat hukum dari pembuatan
wasiat itu.
HUBUNGAN HUKUM, FAKTA HUKUM DAN
PERBUATAN HUKUM
1.Tentang Hubungan Hukum,
2.Tentang Fakta Hukum
3.Tentang perbuatan hukum, dapat berupa:
a. Perbuatan orang (manusia), terbagi:
1) Perbuatan hukum; dan
2) Bukan perbuatan hukum.
b. Bukan perbuatan manusia
• Perbuatan hukum menurut VOLMAR, adalah perbuatan
orang yang dilakukan dengan maksud untuk menimbulkan
akibat yang dikehendaki dan diizinkan oleh hukum atau
undang-undang.
sambungan
• Perbuatan hukum menurut VAN APELDOORN, adalah
perbuatan orang yang oleh hukum objektif dikaitkan
dengan timbulnya dan hapusnya hak karena hukum
objektif menganggap orang tersebut menghendaki
akibatnya.
• Sebagai contoh (hubungkan dengan pendapat VOLMAR)
seorang membeli rokok yang sudah tertentu banderolnya
(ia berarti melakukan perbuatan hukum), orang itu
menghendaki akibatnya yaitu penyerahan rokok, demikian
pula penjualnya menghendaki penyerahan sejumlah uang
harga rokok tersebut.
Perbuatan hukum menurut VOLMAR,
• adalah perbuatan orang yang dilakukan dengan maksud
untuk menimbulkan akibat yang dikehendaki dan diizinkan
oleh hukum atau undang-undang.
Perbuatan hukum menurut VAN APELDOORN,
adalah perbuatan orang yang oleh hukum objektif
dikaitkan dengan timbulnya dan hapusnya hak karena
hukum objektif menganggap orang tersebut menghendaki
akibatnya. Sebagai contoh (hubungkan dengan pendapat
VOLMAR) seorang membeli rokok yang sudah tertentu
banderolnya
Alat Bukti dan Kadaluarsa
Pasal 1865 menyatakan sebagai berikut: “Setiap orang yang
mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu hak, atau, guna
meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu
hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan
membuktikan adanya hak atas peristiwa tersebut.”
Alat-alat pembuktian berdasarkan pasal 1866 KUH Perdata :
• Bukti tulisan,
• Bukti dengan saksi-saksi,
• Persangkaan-persangkaan,
• Pengakuan, dan
• Sumpah.
Kadaluarsa
• Tentang jangka waktu untuk menentukan
kedaluarsaan ini adalah tidak sama, melainkan
ditentukan berdasarkan undang-undang. Dalam
hal ini undang-undang telah menentukan adanya.
• Daluarsa akuisitif, ialah lewatnya waktu sebagai
cara untuk memperoleh hak milik atas suatu
benda;
• Daluarsa ekstingtif, ialah lewat waktu sebagai cara
pembebasan dari suatu penagihan atau tuntutan
hukum.
Pengertian Hukum Pidana
• Menurut Prof. DR. H. Muchsin, S.H. adalah keseluruhan dari prt-prt yang
menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta
menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.
• Menurut Prof. Moeljatno, S.H., adalah bagian drpada keseluruhan hukum yang
berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa
yang melanggar larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal melanggar larangan-
larangan itu dapat pidana sebagaimana yang telah direncankn.
• 3. Menentukan dg cara bagaimana pengenaan pidana itu dpt
dilaksanakan apbila ada orang yang disangka telah melanggar
• Atau dapat dikatakan Hukum pidana adalah mengatur tentang
persoalan mengenai tindakan-tindakan terhadap kejahatan-
kejahatan dan hal-hal yang bersangkut paut dengan kejahatan
perilaku anggota masyarakat dalam pergaulan hidup.
Pengertian lain

Atau dapat dikatakan Hukum pidana adalah


mengatur tentang persoalan mengenai
tindakan-tindakan terhadap kejahatan-
kejahatan dan hal-hal yang bersangkut paut
dengan kejahatan perilaku anggota
masyarakat dalam pergaulan hidup.
Istilah dalam hukum pidana
• Indonesia : delik
• Latin : delictum
• Belanda : Strafbaar Feith
• Inggris : Criminal Act
• Negara-negara Anglo saxon : offesen
Pembagian Hukum Pidana
1. Menurut bentuknya: (Sumber Hk Pidana
a.Hukum pidana tertulis, (UU)
1) Hk. pidana kodifikasi
2) Hk. pidana diluar kodifikasi,
b. Hukum pidana tidak tertulis, atau
disebut dengan hukum pidana adat.

• Hukum pidana yang adalah hukum tertulis


saja, karena tunduk pada asas legalitas.
Kesan dari rumusan di atas dapat disimpulkan
dalam tiga prinsip:
1. Prinsip Pertama, bahwa perbuatan tersebut harus
dinyatakan sebagai suatu perbuatan delik atau
pidana dengan peraturan dalam undang-undang.
2. Prinsip Kedua, bahwa peraturan hukum pidana
itu harus telah berlaku sebelum perbuatan itu
terjadi,
3. Prinsip Ketiga, bahwa dalam menerapkan
Hukum Pidana itu tidak boleh mempergunakan
analogi.
Dari rumusan di atas, dapat dikatakan bahwa asas-
asas Hukum Pidana yaitu:
1. Asas Legalitas, tiada suatu perbuatan dapat
dipidana kecuali atas kekuatan pidana dalam
Peraturan Perundangan-undangan yang telah ada
sebelum perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 Ayat (1)
KUHP).
2. Tiada Pidana Tanpa Kesalahan. Untuk
menjatuhkan pidana kepada orang yang telah
melakukan tindak pidana harus dilakukan
bilamana ada unsur kesalahan pada diri orang
tersebut.
Menurut wujudnya:
2. hukum pidana dapat dibagi menjadi dua
a) Hk pidana dl arti objektif (ius poenali)
1) materill,
2) formil
b) Hk pidana dl arti subjektif (ius poemendi)
Menurut Penggolongannya
a) Hukum pidana sipil,
b)Hukum pidana militer, dan
c) Hukum pidana fiskal.
Fungsi Hukum Pidana
• Secara umum hukum pidana berfungsi
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan
masyarakat agar dapat tercipta dan
terpeliharanya ketertiban umum.
• Secara khusus sebagai bagian dari hukum publik,
1. Melindungi kepentingan hukum ,
2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka
negara menjalankan fungsi perlindungan atas
berbagai kepentingan hukum;
3. Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam
rangka negara melaksanakan fungsi perlindungan
atas kepentingan hukum.
Tujuan Hukum Pidana
• Tujuan Hukum Pidana, menjamin agar di dalam
masyarakat tercipta kedamiaan dan keadilan bagi
setiap orang.
• Terdapat 3 alasan mengapa negara melalui aparat
hukumnya menjatuhkan hukuman kepada mereka
yang melakukan pelanggaran, yaitu:
1. mempertahankan tata tertib;
2. Untuk mencegah terjadinya perbuatan yang
bisa menimbulkan ketidaktertiban dan tdk adil
3. Untuk mengembalikan serta mempertahankan
keamanan, ketertiban dan keadilan manakala
terganggu.
Teori-teori tentang Hukum Pidana
1. Teori absolut/teori pembalasan
wajib diberi pembalasan sesuai dengan kejahatannya atau
sanksi pidana yang mengikatnya dan yang berhak
menjatuhkan sanksi itu adalah negara.
2. Teori relatif/teori prevensi
Dijatuhkannya sanksi oleh pemerintah kepada mereka yang
telah melakukan pelanggaran hukum dengan tujuan agar
mereka yang telah berbuat salah atau keliru itu dikemudian
hari
3. Teori gabungan
• membenarkan bahwa pemerintahlah berhak untuk
bertindak terhadap seseorang yang telah berbuat kesalahan,
sanksinya tidak hanya bersifat pembalasan melainkan juga
untuk memperbaiki tabiat yang berbuat kejahatn/ksalahan.
Tujuan penibanan/penjatuhan sanksi tersebut
pada hakekatnya gunanya untuk:
• Pertama, untuk menakut-nakuti,
• Kedua, untuk memperbaiki,
• Ketiga, untuk melindungi masyarakat.
Riwayat Hukum Pidana di Indonesia
• Secara singkat hukum pidana untuk menanggulangi
kejahatan. Hukum pidana tertulis yang sangat sederhana di
Indonesia sendiri mulai dikenal pada saat masuknya VOC
dan hanya diberlakukan pada golongan Eropa saja.
• KUHP yang berlaku sekarang di Indonesia pada dasarnya
merupakan peninggalan dari pemerintah kolonial Hindia
Belanda yang dinamakan Wetboek van Strafrecht vor
Nederlandscg Indie (WvSNI) diberlakukan berdasarkan
Koninklijk Besluit tertanggal 15 Oktober 1915 Staadsblad
1915 No. 732 dan mulai berlaku pada 1 Januari 1918.
• Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1946 nama resmi Wetboek van
Strafrecht vor Nederlandscg Indie (WvSNI diubah menjadi
Wetboek van Strafrecht (WvS) yang dapat disebut sebagai
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
KUHP dan UU Hukum Pidana Khusus
yang Bersifat Nasional
Sistematika KUHP:
• Buku I tentang Ketentuan Umum (Pasal 1 – 103);
• Buku II tentang Kejahatan (Pasal 104 – 488);
• Buku III tentang Pelanggaran (Pasal 489 – 569).
(Wikipedia)
Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak
pidana khusus yang dibuat setelah kemerdekaan antara lain:
• UU No. 8 Drt Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi;
• UU No. 9 Tahun 1967 tentang Narkoba
• UU No. 16 Tahun 2003 tentang Anti Terorisme.
Ketentuan-ketentuan Umum dalam KUHP
Berdasarkan Pasal 10 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Pidana terdiri atas:
1. Pidana Pokok
• Pidana mati
• Pidana penjara
• Kurungan
• Denda
2. Pidana Tambahan
• Pencabutan hak-hak tertentu
• Perampasan barang-barang tertentu
• Pengumuman putusan hakim
Macam-macam Delik
1. Menurut penuntutannya
a) Delik aduan (klachtdelict)
b) Delik biasa (delik umum)
2. Menurut jumlah perbuatannya
a) Delik tunggal (voudig delict)
b) Delik jamak
3. Menurut tindakan atau akibatnya
a) Delik materiil
b) Delik formil
Pengertian kejahatan
Sumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian
yang sangat relatif.

R. Soesilo, membedakan pengertian kejahatan


1. Secara Yuridis, suatu perbuatan tingkah laku yang
bertentangan dengan UU
2. Sosiologis, kejahatan adalah perbuatan, disebut
kejahatan oleh seseorang belum tentu diakui oleh
pihak lain sbg suatu kejahatan pula.
Namun secara sosiologis, merugikan masyarakat.
Unsur-unsur Delik
• Pihak yang berwajib dalam menentukannya
harus memperhatikan dua unsur atau fakta:
1. Unsur obyektif
tertuju hanya kepada perbuatan si pelaku
2. Unsur subyektif
a) dilakukan secara sengaja:delik doleuse.
b) akibat kelalaian, ketidak sengajaan:
delik culpoos.
Melakukan persidangan peradilan, yaitu:
1. Bahwa Hakim tidak boleh berada dalam keadaan
sakit/kesehatan badannya tertanggu;
2. Sebelum kasus itu ke pengadilan, pihak polri dan
kejaksaan telah melakukan interogasi dan
penyidikan (investigation) terhadap tertuduh, yang
hasil-hasilnya telah termuat dalam Berita Acara,
dan Jaksa akan melakukan penuntutan
berdasarkan Berita Acara tersebut.

 
Yang dimaksud dengan interogasi
ialah cara atau teknik melakukan Tanya jawab
yang efektif dan terarah dalam proses
pemeriksaan perkara pidana.
Investigasi adalah penyidikan kejahatan yaitu
segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
bagaimana dan mengapa perbuatan itu
dilakukan serta apa fakta pembuktiannya,
demi untuk tercapainya kebenaran materiil.
 
Pidana mati

1. Pidana terberat, karena pelaksanaannya


berupa penyerangan terhadap hak hidup
manusia
2. Tidak dapat dikoreksi apabila terjadi
kekeliruan
Pidana penjara
1. Seumur hidup
2. Sementara dengan waktu paling pendek satu
hari dan paling lama 15 th (psl 12 ayat (2)
KUHP

Pidana penjara dp melewati maks (15 th)


menjadi 20 th
1. Hakim boleh memilih antara pidana mati/
penjara seumur hidup/penjara sementara 20
th
2. Hakim boleh memilih antara pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara sementara
20 th
3. Ada pemberatan umum. bersambung
3. Ada pemberatan umum
1. Concorsus/pembarengan yang diatur dalam pasal
65 hingga pasal 70.
2. Reseidve/pengulangan yang diatur dl pasal 486
hingga 488.
3. Penyalahgunaan wewenang jabatan (pasal 52).
4. Penyalahgunaan bendera RI (pasal 52a)
4. Ada pemberatan khusus,
seperti pasal 355 jo pasal 356 mengenai
penganiayaan seorang anak terhadap ibu
kandungnya.
Pidana denda
Hukuman berupa kewajiban, seseorang untuk
“mengembalikan keseimbangan hukum” atau
“menebus dosanya” dengan pembayaran sejumlah
uang tertentu.
a. Tunggal, hanya pidana denda saja yg
diancamkan terhadap pelanggaran, psl
403, 489 KUHP
b. Alternatif, sesuai psl 174 KUHP
c. Secara resmi alternatif terhadap
pelanggaran ttt seperti pasal 489 (2) KUHP .
bersambung
sambungan

d. Secara ganda absolut, yaitu dengan bunyi


pidana denda dan/atau pidana lainnya.
Misal psl 3 UU No. 20 Tahun 2001 ttg
Tindak Pidana Korupsi.
asas-asas hukum Dagang

Arti dan Tugas Perdagangan


• Perdagangan atau perniagaan pada umumnya,
ialah pekerjaan membeli barang dari suatu
tempat atau pada suatu waktu dan menjual
barang itu di tempat lain atau pada waktu yang
berikut dengan maksud memperoleh
keuntungan.
Sistematika hukum dagang
1. Buku I KUHD : Perdagangan pada
Umumnya;
2. Buku II KUHD : Hak dan Kewajiban yang
Lahir dari Pelayaran;
3. Buku III KUHD: Kepailitan dan
Penundaan Pembayaran
Pada pokoknya perdagangan mempunyai
tugas untuk:
1. Membawa/memindahkan barang-barang dari tempat-
tempat yang berkelebihan (surplus) ke tempat-tempat
yang berkekurangan (minus);
2. Memindahkan barang-barang dari produsen ke
konsumen;
3. Menimbun dan menyimpan barang-barang itu dalam
masa yang berkelebihan sampai mengancam bahaya
kekurangan;
•  
Sumber-sumber Hukum Dagang
1. Hukum tertulis yg dikodifikasikan
a. KUHD
b. KUHS
2. Hukum tertulis yang belum dikodifikasikn,
yakni peraturan perundangan khusus yang
mengatur tentang hal-hal yang berhub dng
perdagangan.
Hubungan Hukum Dagang dengan
Hukum Perdata
Prof. Subekti: bahwa kedudukanKUHD
terhadap KUH Perdata adalah sebagai hukum
khusus terhadap hukumumum.
Prof. Sudiman Kartohadiprojo: KUHD
merupakan suatu lex specialis terhadap KUH
Perdata sebagai lex generalis.
Soekardono menyatakan, bahwa pasal 1 KUHD
“memelihara kesatuan antara Hukum Perdata
Umum dengan Hukum Dagang, sekedar KUHD itu
tidak khusus menyimpang dari KUH Perdata.
Tirtaamidjaja menyatakan, bahwa Hukum
Dagang adalah suatu Hukum Sipil yang
istimewa.
 
Buku I KUHD : Perdagangan pada Umumnya
1. Kewajiban membuat pembukuan
Pasal 6 KUHD menyatakan: barang siapa
menjalankan suatu perusahaan, wajib
menuruti syarat-syarat perusahaannya untuk
mengadakan pembukuan/pencatatan tentang
harta kekayaannya dalam semua hal yang
berhubungan dengan perusahaan tersebut,
sehingga sewaktu-waktu dapat diketahui
hak dan kewajibannya.
Jenis-jenis perusahaan
1. Maatschap (Persekutuan Usaha)
adalah suatu bentuk kerjasama yang paling
sederhana dan paling tidak mengikat.
Maatschap hanyalah suatu perjanjian intern
saja, oleh karena perjanjian mengenai
maatschap tidak dipersyaratkan untuk
diadakan pengumuman.
Akan tetapi kekayaan maatschap merupakan
1. terikat.
2. bukan merupakan kesatuan yuridis.
2. Perkembangan dari bentuk maatschap:
a. Firma
adalah suatu maatschap yang bertujuan
melakukan perusahaan bersama di
bawah satu nama, sehingga dalam
bentuk firma beberapa orang melakukan
usaha itu di bawah nama yang telah
mereka sepakati.
Unsur-unsur dari Firma:
1. Harus ada maatshap;
2. Menjalankan perusahaan;
3. Mempunyai nama bersama.
Firma:
1. Renteng, artinya tindakan seorang pesero
menjadi tanggung jawab pula bagi semua
atau pesero-pesero lainnya.

2. Penuh, artinya tanggung jawab dari para


pesero tidak terbatas pada modal yang
dimasukkannya, melainkan juga jika
Firma itu mengalami pailit dan hutang-
hutang tidak terbayar maka harta benda
para pesero harus dibantukan untuk
melunasi hutang-hutang Firma tersebut.
Pembentukan Firma
1. Firma harus diumumkan mengenai
pembentukannya,
2. harus disaksikan oleh notaris.
Firma akan berakhir apabila:
1. Waktu perjanjiannya telah lampau;
2. Diputuskan oleh para pesertanya ut
dibubarkan;
3. Firma dan para peseronya jatuh pailit.
 
b. Perseroan Komanditer (CV)
1. Nama aslinya Commanditaire Venootschap
atau CV.
2. Dalam CV terdapat dua macam pesero,
yaitu:
a. Pesero yang aktif, bertanggung jawab
renteng dan penuh;
b. Pesero yang pasif atau pesero
komanditaris ataupun yang dalam istilah
Inggrisnya disebut “sleeping partner”’
yang tanggung jawabnya terbatas sampai
sebesar modal yang dimasukkan.
Perseroan Komanditer (CV) dapat
berupa:
1. CV yang murni, yang dimaksud di sini
ialah CV yang biasa, dimana para
peseronya aktif berjuang mengusahakan
keuntungan;
2. CV Campuran, yaitu bentuk firma yang
disokong orang lain dengan sokongan
modal melulu sebagai komanditaris yang
berdiri di belakang layar.
c. Perseroan Terbatas (PT)
Perseroan Terbatas (PT)/Naamloze
Vennootschap (NV),/“Limited” (Ltd)
merupakan suatu perseroan yang tiap
peseronya bertanggungjawab dengan
modal yang disetorkannya saja, jadi dengan
jumlah tanggungjawab yang terbatas.
Modal perseroan terdiri dari:
1. Hasil penjualan saham-sahamnya; dan
2. Modal yang disebut dalam naskah
pendiriannya
PT harus didirikan dengan:
1. Akta notaris, dan kemudian mendapat
2. Pengesahan dari kementerian kehakiman.
3. Perizinan beserta Anggaran Dasarnya harus
diumumkan dalam Berita Negara.
Macam-macam PT
1. PT Tertutup,
2. PT Terbuka,
3. PT perseorangan,
4. PT Umum.
Pembubaran PT
• Dibubarkan oleh hakim atas permohonan
kejaksaan
• Karena waktu yang ditentukan oleh akta
pendirian lampau.
• Atas keputusan rapat umum pemegang
saham.
• Karena insolvensi setelah dinyatakan pailit.
• Karena modal perseroannya berkurang 75%
atau lebih.
Buku II KUHD : Hak dan Kewajiban
yang Lahir dari Pelayaran

1. Tentang Kapal Laut dan Muatannya


2. Tentang pendaftaran kapal dan akibat
hukumnya
3. Tentang pengoperasian kapal dan akibat
hukumnya
Buku III KUHD : Kepailitan dan
Penundaan Pembayaran
Kepailitan
Arti kepailitan ialah segala sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa pailit.
Pailit ialah keadaan berhenti membayar
(utang-utangnya), harta kekayaan dari
seorang debitur jaminan terhadap setiap
perbuatan hukum yang dilakukannya.
Syarat-syarat debitur Pailit
1. Keadaan berhenti membayar, yakni bila seorang
debitur tidak mampu atau tidak mau membayar
utangnya.
2. Harus ada lebih dr seorang kreditur, di mana salah
seorang dr mereka piutangnya sudah dpt ditagih.
Siapa yang dapat mengajukan kepailitan seseorang.
1. Debitur sendiri,
2. Seorang atau beberapa orang kreditur;
3. Jaksa atas dasar kepentingan umum, misalnya
kewajiban-kewajiban terlebih dahulu.
Siapa yang dapat dinyatakan pailit
1.Tiap orang, apakah ia menjlnkan prusahaan/ tidak;
2. Badan-badan hukum,
3. Harta warisan
4. Setiap wanita bersuami, yang dengan tenaga sendiri
melakukan pekerjaan .
 
Akibat pernyataan pailit
1.Seluruh harta kekayaan si pailit jatuh dalam keadaan penyitaan umum yang
bersifat konservator;
2.Si pailit kehilangan hak untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya
sendiri;
3. Harta kekayaan si pailit diurus dan dikuasai oleh Balai Harta Peninggalan
(BHP) untuk kepentingan para kreditor;
4. Dalam putusan hakim tersebut ditunjukkan seorang hakim komisaris yang
bertugas untuk memimpin dan mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan itu.

• Penundaan Pembayaran

• Yaitu debitur yang menduga (mengetahui) bahwa dia tidak akan


dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah bisa
ditagih, dapat mengajukan permohonan penundaan pembayaran
utang-utangnya kepada hakim. Bila permohonan debitur diizinkan,
maka selama waktu penundaan pembayaran itu dia tidak boleh
dipaksa untuk membayar utang-utangnya.
•  
Penundaan Pembayaran
• Yaitu debitur yang menduga (mengetahui)
bahwa dia tidak akan dapat melanjutkan
membayar utang-utangnya yang sudah bisa
ditagih, dapat mengajukan permohonan
penundaan pembayaran utang-utangnya
kepada hakim.
• Bila permohonan debitur diizinkan, maka
selama waktu penundaan pembayaran itu
dia tidak boleh dipaksa untuk membayar
utang-utangnya.
UU Nasional diluar KUHD
1.Peraturan tentang Perusahaan Negara (Perpu No.
19 Tahun 1960 jo. Undang-Undang No. 1 Tahun
1961) dan Undang-Undang No. 9 Tahun 1969
tentang bentuk-bentuk Usaha Negara (Persero,
Perum, dan Perjan).
2.Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang
Penaman Modal Asing;
3.Undang-Undang No. 20 Tahun 1973 tentang Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);
4. Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang
Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.
5. Dsb.
Hukum acara pidana

Pengertian
• yakni hukum yang mengatur tentang
bagaimana para penegak hukum serta
masyarakat (yang terpaksa berurusan
pidana) beracara di muka pengadilan
pidana.
:
Sumber hukum acara pidana yang berlaku di
Indonesia, antara lain
• UU No. 8 Tahun 1981, KUHAP;
• UU No. 2 Tahun 2002, Pokok-Pokok
Kepolisian;
• UU No. 5 Tahun 1991 tentang Pokok-pokok
Kejaksaan.
• UU No. 14 Tahun 1970, Pokok-Pokok
Kekuasaan Kehakiman yang telah mengalami
perubahan melalui UU No.43 Tahun 1999.
• UU No. 14 Tahun 1985, MA
• UU No. 2 Tahun 1986, Peradilan Umum.
Tujuan Hukum Acara Pidana

• Adalah untuk mencari dan mendapatkan


atau setidak-tidaknya mendekati
kebenaran materiil, ialah kebenaran yang
selengkap-lengkapnya dari suatu perkara
pidana dengan menerapkan ketentuan
hukum acara pidana.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Hukum
Acara Pidana

– Tersangka atau terdakwa dan hak-haknya;


– Penuntut Umum
– Penyidik dan Penyelidik
 
Prinsip-prinsip Hukum Acara Pidana

1. Peradilan berdasarkan Ketuhanan


2. Larangan campur tangan pihak luar
3. Kesamaan di muka hukum
4. Pemeriksaan berdasarkan majelis hakim
5. Praduga tak bersalah
6. Pemberian bantuan hukum
Praperadilan
Praperadilan adalah wewenang PN untuk
memeriksa dan memutus menurut cara yang
diatur dl UU (KUHAP), tentang:
1.Sah/tidaknya suatu penangkapan dan atau
penahanan;
2.Sah/tidaknya penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan atas permintaan demi
tegaknya hukum dan keadilan;
3.Permintaan ganti kerugian/rehab oleh
tersangka/kel/pihak lain atas kuasanya yang
perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
Hukum Acara Perdata

• Pengertian
yakni hukum yang mengatur tentang tata
cara penegakan hukum perdata materiil
atau dengan istilah lain, hukum yang
mengatur tentang tata cara beracara di
muka pengadilan (perdata).
 
Sumber hukum acara Perdata, yang
utama

• Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970


tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman yang telah disempurnakan
dengan UU No. 43 Tahub 1999.
• Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkamah Agung;
• Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986
tentang Peradilan Umum.
Prinsip-prinsip hukum Acara
Perdata
1. Hakim bersifat menunggu
2. Hakim dilarang menolak pekara
3. Hakim bersifa aktif
4. Hakim bersifat mendengar kedua pihak
5. Putusan hakim disertai alasan
6. Peradilan bersifat sederhana, cepat,murah
7. Bersifat objektifitas.
8. Hakim tidak menguji UU
Istilah orang-orang yang berperkara di muka
pengadilan perdata

• Penggugat, yaitu pihak yang berinisiatif


mengajukan perkara karena merasa haknya
tidak dipenuhi orang lain.
• Tergugat, adalah orang yang harus berperkara
di pengadilan, karena orang lain menginginkan
yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban
hukumnya.
• Gugatan balik, seorang penggugat menjadi
tergugat, atau sebaliknya.
Alat bukti tertulis
• Alat bukti tertulis,
• Kesaksian,
• Pengakuan,
• Persangkaan (presumption) yaitu dugaan kuat
telah terjadi atau dilakukannya suatu
wanprestasi oleh tergugat dan dugaan ini oleh
penggugat dijadikan dasar tuntutan ke
pengadilan.
• Sumpah,
Putusan hakim mempunyai 3 macam
kekuatan, yaitu:
• Kekuatan mengikat,
mengikat kedua pihak untuk menaatinya.
• Kekuatan pembuktian
sbg alat bukti bagi para pihak, yang mungkin
digunakan ut mengajukan banding atau kasasi.
• Kekuatan eksekutorial,
melekat pada putusan hakim bisa digunakan
sebagai dasar realisasi atau Pelaksanaan
putusan hakim secara paksa.
BANDING, KASASI, DAN PENINJAUAN
KEMBALI
• Dalam hukum perdata atau pidana apabila
para pihak atau salah satu pihak tidak
menerima putusan hakim maka dalam
hukum acara perdata/pidana
dimungkinkan adanya upaya hukum
berupa apel atau banding dan kasasi pada
tingkat peradilan yang lebih tinggi, atau
bahkan bisa dimintakan peninjauan
kembali (PK).
Dapat mengajukan PK
• Ada bukti baru tentang perkara tersebut yang
belum pernah diungkapkan atau
dikemukakan dalam sidang-sidang terdahulu.
• Terdapat bukti kuat bahwa putusan hakim
tersebut dilakukan dengan prosedur hukum
yang salah;
• Terbukti adanya ketidakcocokan antara fakta-
fakta yang disajikan para pihak serta cara
persidangan.
Terima kasih semoga
anda sukses
70%

APBN

Anda mungkin juga menyukai