Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 1

MATA KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM

NAMA ANGGOTA: AURELIO JUNIOR WOLO


AMELIA INDRIANI MENDONZA
SOFIEYANTHY L BONES
YANA ELDA KASEH
LIBERATUS DANIEL BALA WAWIN
HERONIMUS DARMAN
DINA ADRIANA RADJA
MICHAEL KOAMESAH
ALVINTO CORNEL LADO
MICHAEL JOFEN RIWU
1. Peristilahan & Pengertian Tata Hukum
Tata hukum dalam bahasa Belandanya disebut “recht orde”, yaitu
susunan hukum. Dengan demikian tata hukum adalah susunan hukum
yang terdiri atas aturan-aturan hukum yang tertata sedemikian rupa
sehingga orang mudah menemukannya bila suatu ketika ia
membutuhkannya untuk menyelesaikan peristiwa hukum yang terjadi
dalam masyarakat. Tata atau susunan itu pelaksanaannya berlangsung
selama ada pergaulan hidup manusia yang berkembang.
Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu di negara
tertentu disebut hukum positif (ius constitutum). Sedangkan tata hukum
yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang dinamakan. Ius
constituendum dapat menjadi ius constitutum, dan ius constitutum
dapat hapus dan diganti dengan ius constitutum baru yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang.

Pengertian Tata Hukum Menurut Para Ahli


1. Kusumadi Pudjosewojo
Menurut kusmadi Pudjosewojo tata hukum adalah hukum yang
berlaku terdiri dari dan diwujudkan oleh ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan hukum yang saling berhubungan dan saling
menentukan. Aturan tersebut merupakan suatu susunan atau tatanan
dari suatu tata hukum. 
2. Satjipjo Raharjo
menurut Satjipjo Raharjo Tata hukum adalah seperangkat norma-
norma yang menunjukkan apa yang harus dilakukan atau yang
harusnya terjadi.
3. Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto,
Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto tata hukum
adalah struktur dan proses perangkat kaidah-kaidah hukum yang
berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk
tertulis.
4.Soediman Karohadiprodjo
Menurut Soediman Kartohadiprodjo, tata hukum di Indonesia adalah
hukum yang sekarang berlaku di Indonesia
2.PENGERTIAN TATA HUKUM INDONESIA
Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia yang terdiri dari aturan-aturan hukum yang
ditata atau disusun sedemikian rupa, dan aturan-aturan itu antara
satu dan lainnya saling berhubungan dan saling menentukan.
Tata Hukum Indonesia juga  adalah sebuah hukum yang dilakukan
oleh seluruh masyarakat yang berada di wilayah Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, tata hukum Indonesia dibentuk
setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada saat itu pula kemudian dibuat sebuah bentuk dari tatanan
hukum yang disebut menjadi tata hukum Indonesia. Penggunaan dari
tata hukum Indonesia sendiri terbentuk didalam :
1.Proklamasi Kemerdekaan
2.Pembukaan UUD 1945  
3.TUJUAN MEMPELAJARI TATA HUKUM
INDONESIA
Tujuan mempelajari tata hukum Indonesia agar kita dapat
mengerti dan memahami sistematika dan susunan hukum yang
berlaku di Indonesia termasuk mempertahankan, memelihara, dan
melaksanakan tata tertib di kalangan anggota masyarakat dan
peraturan-peraturan yang diadakan oleh negara.
Dengan mempelajari tata hukum indonesia kita juga dapat
mengetahui aturan-aturan hukum yang tertata sedemikian rupa
sehingga orang mudah menemukannya bila suatu ketika ia
membutuhkannya untuk menyelesaikan peristiwa hukum yang terjadi
dalam masyarakat.

4.SEJARAH TATA HUKUM INDONESIA


Sejarah tata hukum Indonesia adalah suatu pencatatan dari kejadian-
kejadian penting mengenai tata hukum Indonesia pada masa lalu yang perlu
diketahui, diingat dan dipahami oleh bangsa Indonesia. Sejarah tata hukum
Indonesia terdiri dari sebelum tanggal 17 Agustus 1945 dan sesudah tanggal
17 Agustus 1945.

 Sebelum tanggal 17 Agustus 1945 terdiri dari:


1. Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC/1602-1799)
Ketika VOC berkuasa, tata hukum yang berlaku adalah aturan-
aturan yang berasal dari negeri Belanda dan aturan yang diciptakan
oleh gubernur jenderal yang berkuasa di daerah kekuasaan VOC,
serta aturan yang tidak tertulis maupun yang tertulis yang berlaku
bagi orang-orang pribumi, yakni hukum adatnya masing-masing. Pada
tanggal 31 Desember 1799 pemerintah Belanda akhirnya
membubarkan VOC, karena banyak menanggung utang.
2. Masa Besluiten Regerings (1814-1855)
Pada Masa Besluiten Regerings hanya Kroon (raja) saja yang
berwenang mengurus dan mengatur segala sesuatu di Belanda dan
daerah jajahannya. Menurut Pasal 36 Nederlands Gronwet tahun 1814
(UUD Negeri Belanda 1814) menyatakan bahwa “Raja yang berdaulat,
secara mutlak mempunyai kekuasaan tertinggi atas daerah-daerah
jajahan dan harta milik negara di bagian-bagian lain”. Kekuasaan mutlak
raja itu diterapkan pula dalam membuat dan mengeluarkan peraturan
yang berlaku umum dengan sebutan “Algemene Verordening”(Peraturan
Pusat). “Koninklijk Besluit”(besluit raja) yang dilakukan oleh Gubernur
Jendral.
Inti dari masa Besluiten Regerings sejarah tersebut di atas dapat
dijelaskan bahwa tata hukum pada masa Busleiten Regerings (BR) terdiri
dari peraturan tertulis yang dikodifikasikan, dan yang tidak dikodifikasi,
serta peraturan tidak tertulis (hukum adat) yang khusus berlaku bagi
orang bukan golongan Eropa.
3. Masa Regerings Reglement (1855-1926)
Pada masa berlakunya RR telah berhasil diundangkan kitab-kitab
hukum, yaitu:
1. Kitab hukum pidana untuk golongan Eropa melalui S.1866:55
sebagai hasil saduran dari Code Penal yang berlaku di Belanda pada
waktu itu;
2. Algement Politie Strafreglement sebagai tambahan kitab hukum
pidana untuk golongan Eropa tahun 1872;
3. Kitab hukum pidana bagi orang bukan Eropa melalui S.1872:85
yang isinya hampir sama dengan kitab hukum pidana Eropa tahun
1866;
4. Politie Strafreglement bagi orang bukan Eropa melalui S.1872:111;
5. Wetboek Van Strafrecht diundangkan pada tahun 1915 dengan
S.1915:732 di Hindia Belanda dalam suatu kodifikasi yang berlaku
bagi semua golongan penduduk mulai tanggal 1 Januari 1918.
4. Masa Indische Staatsregeling (1926-1942)
Pada tanggal 23 Juni 1925 Regerings Reglement tersebut diubah
menjadi Indische Staatsregeling (IS) atau peraturan ketatanegaraan
Indonesia yang termuat dalam Stb 1925:415 yang mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 1926. Pada masa berlakunya IS tata hukum yang
berlaku di Hindia Belanda adalah pertama-tama yang tertulis dan yang
tidak tertulis (hukum adat) dan sifatnya masih pluralistis khususnya
hukum perdata. Hal tersebut tampak pada ketentuan Pasal 131 IS yang
juga menjelaskan bahwa pemerintah Hindia Belanda membuka
kemungkinan adanya usaha untuk unifikasi hukum bagi ketiga golongan
penduduk Hindia Belanda, yaitu Eropa, Timur Asing, dan Pribumi yang
ditetapkan dalam Pasal 163 IS.
4. Masa Jepang (Osamu Seirei)
Pada masa pemerintahan Jepang pelaksanaan tata pemerintahan
di Indonesia berpedoman undang-undang yang disebut “Gunseirei”,
melalui Osamu Seirei. Osamu Seirei itu mengatur segala hal yang
diperlukan untuk melaksanakan pemerintahan, melalui peraturan
pelaksana yang disebut “Osamu Kanrei”. Peraturan Osamu Seirei
berlaku secara umum. Osamu Kanrei sebagai peraturan pelaksana
isinya juga mengatur hal-hal yang diperlukan untuk menjaga
keamanan dan ketertiban umum.
 Sejarah tata hukum Indonesia sesudah tanggal 17 Agustus
1945 adalah sebagai berikut:
1. Masa tahun 1945-1949 (18 Agustus
1945-26 Desember 1949).
Setelah bangsa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945,
maka saat itu bangsa Indonesia telah mengambil sikap untuk
menentukan nasib sendiri, mengatur dan menyusun negaranya serta
menetapkan tata hukumnya, sehingga pada tanggal 18 Agustus 1945
ditetapkanlah Undang-Undang Dasar yang supel dan elastik dengan
sebutan UndangUndang Dasar 1945.
2. Masa tahun 1949-1950 (27 Desember
1949-16 Agustus 1950).
Setelah berdirinya Negara Republik Indonesia Serikat, berdasarkan
hasil konperensi meja bundar pada tahun 1949, maka berlakulah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS), dan tata hukum yang
berlaku pada waktu itu adalah tata hukum yang terdiri dari
peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku pada masa 1945-1949
dan produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah Negara
Republik Indonesia Serikat selama kurun waktu 27 Desember 1949
sampai dengan 16 Agustus 1950. Hal tersebut telah ditentukan dalam
Pasal 192 KRIS.
3. Masa Tahun 1950-1959 (17 Agustus
1950-4 Juli 1959).
Pada tanggal 17 Agustus 1950 bangsa Indonesia kembali ke negara
kesatuan, dengan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang
berlaku sampai tanggal 4 Juli 1959. Tata hukum yang berlaku pada
masa ini adalah tata hukum yang terdiri dari semua peraturan yang
dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal 142 UUDS 1950, dan ditambah
dengan peraturan baru yang dibentuk oleh pemerintah negara
selama kurun waktu dari 17-8-1950 sampai dengan 4 - 7- 1959.
4. Masa Tahun 1959-Sekarang (5 Juli
1959 sampai Sekarang)
Setelah keluarnya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959, maka
UndangUndang Dasar Sementara (UUDS) 1950 tidak berlaku lagi, dan
kembali berlaku Undang-Undang Dasar 1945 sampai sekarang. Tata
hukum yang berlaku pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri
dari semua peraturan yang berlaku pada masa tahun 1950-1959 dan
yang dinyatakan masih berlaku berdasarkan ketentuan Pasal I dan II
aturan peralihan UUD 1945 dengan ditambah berbagai peraturan
yang dibentuk setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut.
5. politik tata hukum indonesia

6. perbedaan persamaan dan


hubungan pengantar hukum
indonesia dengan pengantar
ilmu hukum
1. Perbedaan Pengantar Hukum Indonesia (PHI) dengan Pengantar
Ilmu Hukum (PIH)
a. Kedua ilmu itu (PHI dan PIH) memiliki objek kajian yang
berbeda, yaitu objek kajian Pengantar Hukum Indonesia (PHI)
adalah mempelajari hukum yang sekarang sedang berlaku atau
hukum positif di Indonesia (ius constitutum). Sedangkan objek
kajian Pengantar Ilmu Hukum (PIH) adalah pengertian dasar dan
teori ilmu hukum serta membahas hukum pada umumnya, dan
tidak terbatas pada hukum yang berlaku tertentu saja, akan tetapi
juga hukum yang berlaku di negara lain pada waktu kapan saja (ius
constitutum dan ius constituendum).
b. Pengantar Hukum Indonesia (PHI) berfungsi untuk
mengantarkan setiap mahasiswa atau orang yang akan
mempelajari hukum yang sedang berlaku atau hukum positif
Indonesia. Sedangkan Pengantar Ilmu Hukum (PIH) berfungsi
sebagai dasar bagi setiap mahasiswa atau orang yang akan
mempelajari hukum secara luas beserta pelbagai hal yang
melingkupnya.
2. Persamaan Pengantar Hukum Indonesia (PHI) dan Pengantar
Ilmu Hukum (PIH)
a. Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia
merupakan mata kuliah dasar atau mata kuliah prasyarat yang
harus dipelajari sebelum mempelajari lebih lanjut mengenai
cabang-cabang hukum positif.
b. Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum Indonesia
merupakan dasar bagi setiap orang yang ingin mempelajari
ilmu hukum secara luas.
c. Obyek studi dari Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Hukum
Indonesia adalah konsep dasar, pengertian hukum, generalisasi
tentang hukum dan teori hukum positif (dogmatik hukum)
yang secara umum dapat diaplikasikan.
d. Kedua-duanya merupakan ringkasan atau gambaran umum
yang menyeluruh sehingga orang yang mempelajarinya akan
memperoleh suatu pemahaman yang umum tentang hukum.
2. Hubungan antara keduanya
Adapun hubungan antara Pengantar Hukum Indonesia (PHI)
dengan Pengantar Ilmu Hukum (PIH) adalah merupakan dua mata
kuliah yang memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat itu
mengantarkan bagi yang mempelajarinya pada suatu kesimpulan,
bahwa Pengantar Hukum Indonesia (PHI) secara khusus
mempelajari hukum yang sedang diberlakukan pada waktu
tertentu di Indonesia, namun dalam Pengantar Ilmu Hukum (PIH)
menelaah hukum secara luas dan komprehensif.
7. hubungan pengantar hukum
indonesia dengan ilmu
lainnya
 Hubungan Ilmu Hukum Dengan Ilmu Sejarah
sejarah memiliki hubungan dengan ilmu hukum karena
menyumbang bahan,data,dan fakta di masa lampau terkait
perkembangan hukum.
 Hubungan Ilmu Hukum Dengan Ilmu Sosiologi
Sosiologi berhubungan dengan ilmu hukum dikaji lebih dalam
pada sosiologi hukum yang mempelajari hukum timbal balik
antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya.
 Hubungan ilmu Hukum dengan Ilmu Politik
ilmu politik bekaitan dengan ilmu hukum terutama hukum tata
negara yang lebih mencakup pemerintahan dan kenegaraan.
 Hubungan Ilmu Hukum Dengan Antropologi
ilmu hukum menggunakan antropologi untuk memeahami latar
belakang hukum. adat dan antropologi membutuhkan bantuan
ilmu hukum untuk memepelajari aktivitas masyarakat lebih dalam
terutama perihal pengendlian sosial.
 Hubungan Ilmu Hukum Dengan Psikologi
Menurut Soerjono Soekanto, psikologi hukum merupakan ilmu
tentang kenyataan yang menyoroti hukum sebagai salah satu
perwujudan dari perkembanganjiwa manusia. Salah satusegi yang
menonjol pada hukum ialah penggunaanya secara sadar sebagai
alat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki .
8. pengertian dan pembagian sumber hukum
Sumber Hukum dapat diartikan dalam beberapa makna yaitu
sebagai berikut:
1.Asas Hukum
2.Rujukan Hukum terdahulu yang memberi bahan-bahan Hukum
kepada sumber Hukum yang sekarang berlaku
3.Sumber berlakunya yang memberi kekuatan atau legitimasi secara
formil kepada peraturan Hukum
4.Tempat/asal dari mana kita dapat mengenal hukum
5.Terjadinya Hukum
Secara Umum Sumber hukum dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.Sumber hukum materil:merupakan tempat dari mana hukum itu
diambil
2.sumber hukum formi yaitu yang l dilihat dari sumber
pembentukannya

9. Hak menguji undang-undang

Anda mungkin juga menyukai