Anda di halaman 1dari 27

Pokok Bahasan 1

Istilah :
-Pengantar Hukum Positif
Indonesia
-Pengantar Tata Hukum
Indonesia
-Pengantar Hukum
Indonesia
 Untuk mempelajari hukum yang berlaku di
Indonesia dewasa ini
 Berlaku artinya memberikan akibat hukum
bagi yang melanggarnya
 Akibat hukum berupa sanksi
Pengertian Tata Hukum

 Tata hukum adalah susunan hukum, yang


terdiri atas aturan-aturan hukum yang saling
berhubungan dan saling menentukan yang
tertata sedemikian rupa sehingga orang
mudah menemukannya
 Tata hukum Indonesia, tata hukum yang
ditetapkan oleh pemerintah negara Indonesia
Artinya suatu tata hukum yang
selalu berubah-ubah mengikuti
perkembangan masyarakat
ditempat mana hukum itu
berlaku untuk memenuhi rasa
keadilan berdasarkan kesadaran
hukum masyarakat
 Sejarah tata hukum, yaitu memuat kejadian-
kejadian penting mengenai tata hukum Indonesia
pd masa lalu yg dicatat & diingat serta harus
dipahami oleh bangsa Indonesia
 Politik hukum, pernyataan kehendak dari
pemerintah negara mengenai hukum yg berlaku
di wilayahnya dan kearah mana hukum itu akan
dikembangkan
 Ius constitutum, ketentuan-ketentuan hukum yg
berlaku pd suatu saat, waktu dan tempat tertentu
(hk.positif)
 Ius constituendum, hukum yg diharapkan
berlaku pd waktu yg akan datang atau yg akan
direncanakan (cita hukum)
Sejarah Tata Hukum dan Politik
Hukum Indonesia
 Sejarah Tata Hukum Masa Kolonial
 Zaman Penjajahan Belanda
 Masa VOC
 Masa Pemerintahan Belanda
 Masa Penjajahan Inggris
 Zaman Penjajahan Jepang
 Sejarah Tata Hukum Indonesia dan Politik
Hukum Masa Kemerdekaan
 Politik Hukum Pasca Perubahan UUD 1945
Zaman Penjajahan Belanda dan
Inggris
 Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC) 1602 – 1799
 VOC dibentuk untuk mengamankan kepentingan
ekonomi penjajah Belanda.
 Oleh Pemerintah Belanda, VOC diberi hak-hak istimewa
(octrooi) termasuk membuat peraturan dan
membangun kekuatan militer.
 Tahun 1610, oleh pengurus VOC Pusat, VOC Indonesia
juga diberi kewenangan untuk menyelesaikan perkara-
perkara tertentu termasuk perkara pidana dan perdata.
Zaman Penjajahan Belanda dan
Inggris

 Penjajahan Pemerintah Belanda dan Inggris


1800 – 1942
 Sejak 1 Januari 1800 Indonesia diambil alih dari VOC
ke Pemerintah Belanda.
 Pada masa Daendels, hukum pribumi tetap diakui
sepanjang tidak bertentangan dengan aturan dari
pemerintah Belanda.
 Pada masa penjajahan Inggris di bawah Gubernur
Raffles (1811-1814), hukum pribumi tetap diakui
tetapi kedudukannya berada di bawah hukum Eropa.
 Pada masa Raffles pula, dilakukan penyusunan pengadilan
yang diadopsi dari India, yakni:
1. Division’s Court.
 Terdiri dari beberapa pribumi, yaitu Wedana atau Demang dan
pegawai bawahannya.
 Berwenang mengadili perkara pelanggaran kecil dan sipil dengan
pembatasan sampai 20 ropyen.
2. District’s Court atau Bopati’s Court.
 Terdiri dari Bupati sebagai ketua, penghulu, jaksa dan beberapa
pegawai bumiputra di bawah perintah Bupati.
 Wewenangnya mengadili perkara sipil. Dalam memberikan putusan,
Bupati meminta pertimbangan jaksa dan penghulu.
 Kalau tidak ada persesuaian pendapat, perkaranya harus diajukan
kepada Resident’s Court.
3. Resident’s Court
 Terdiri dari residen, para bupati, hooft jaksa dan hooft penghulu.
 Wewenangnya mengadili perkara pidana dengan ancaman bukan
hukuman mati
4. Court of Circuit
 Terdiri dari seorang ketua dan seorang anggota.
 Bertugas sebagai pengadilan keliling dalam menangani perkara pidana
dengan ancaman hukuman mati. Dalam peradilan ini dianut sistem
juri yang terdiri dari lima sampai sembilan orang bumiputra
Zaman Penjajahan Jepang

 Berpedoman kepada undang-undang Jepang


(Gunseirei).
 Setiap peraturan yang diperlukan demi
kepentingan pemerintah di Jawa dan Madura
dibuat berpedoman pada Gunseirei melalui
”Osamu Seirei”.
 Osamu Seirei mengatur segala hal yang
diperlukan untuk kepentingan pemerintahan
melalui peraturan pelaksana yang disebut
”Osamu Kanrei”.
Zaman Penjajahan Jepang

 Dalam bidang hukum, pemerintah


balatentara Jepang melalui Osamu Seirei No.
1 Tahun 1942, dalam Pasal 3 menyatakan
”Semua badan pemerintahan dan
kekuasaannya, hukum dan undang-undang
dari pemerintah yang terdahulu tetap diakui
sah bagi sementara waktu, asal saja tidak
bertentangan dengan aturan pemerintahan
militer”.
 Tidak ada lagi dualisme hukum sehingga
hukum berlaku untuk semua golongan.
Masa Kemerdekaan

 Awal kemerdekaan:
 Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945:
”Segala badan negara dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku, selama
belum diadakan yang baru menurut Undang
Undang Dasar ini”
Masa Kemerdekaan

 Masa Konstitusi RIS:


 Aturan peralihan dalam Pasal 192 ayat (1) UUD
RIS: ”Peraturan-peraturan undang-undang dan
ketentuan-ketentuan tata usaha yang sudah ada
pada saat konstitusi ini mulai berlaku, tetap
berlaku dengan tidak berubah sebagai
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
Republik Indonesia Serikat sendiri, selama dan
sekedar peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan itu tidak dicabut, ditambah atau diubah
oleh undang-undang dan ketentuan-ketentuan tata
usaha atas kuasa konstitusi ini”.
Masa Kemerdekaan

 Masa UUDS 1950:


 Pasal 102 UUDS menyatakan: ”Hukum perdata
dan hukum dagang, hukum pidana sipil maupun
militer, hukum acara perdata dan hukum acara
pidana, susunan dan kekuasaan pengadilan
diatur dengan undang-undang dalam kitab
hukum, kecuali jika pengundang-undang
menganggap perlu untuk mengatur beberapa
hal dalam undang-undang sendiri”.
 Dikehendaki jenis-jenis hukum tertulis
dikodifikasikan berupa KUHPerdata, KUHP sipil
maupun militer, dan KUHA.
Pasca Perubahan UUD 1945

 Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945: “Segala


peraturan perundang-undangan yang ada
masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut undang-
undang dasar ini.”
 Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945:
“Semua badan negara yang ada masih
tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang
dasar dan belum diadakan yang baru
menurut undang-undang dasar ini.”
Politik Hukum Pasca
Perubahan UUD 1945

 Penguatan check and balances (eksekutif


vs legislatif dan legislatif vs yudikatif)?
 Penguatan sistem demokrasi.
 Penataan kelembagaan negara.
 Penguatan jaminan atas HAM.
 Penguatan sistem pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan
desentralisasi.
 Makna Eksistensi Hukum Indonesia

 Kapan Hukum Indonesia mulai eksis?

 Kapan Negara Indonesia mulai eksis?


PROKLAMASI KEMERDEKAAN

TATA HUKUM INDONESIA


Alasan :
1. Indonesia lepas dari kekuasaan kolonial,
shg Negara Indonesia dibentuk sendiri
oleh Bangsa Indonesia.
2. Bangsa Indonesia mengambil keputusan
untuk menentukan dan melaksanakan
hukumnya sendiri.
Tata Hukum di Indonesia

Tata Tata Tata Hukum


Tata Hukum Hukum
Hukum Pra Nasional
Kolonial Indonesia
Kolonial

PROKLAMASI
Jepang 17 AGUSTUS
(±3,5 th) 1945

Belanda
(±3,5 abad)
1. Tata Hukum Pra Kolonial:
Hukum Adat + Hukum Agama
2. Tata Hukum Kolonial:
Hukum kolonial & Hukum Adat
3. Tata Hukum Indonesia:
Tata hukum yang dibentuk dan ditentukan oleh bangsa
Indonesia bersaamaan dengan terbentuknya Negara
Indonesia melalui Proklamasi 17 Agustus 1945
4. Tata Hukum Nasional
-Dibuat oleh pejabat yg berwenang / dibentuk
oleh pembentuk hukum nasional
-Dibuat / dibentuk dengan menggunakan bahasa
nasional
-Materi Tata Hukum Nasional harus mendukung
cita-cita pembangunan nasional
# Mencegah terjadinya kevakuman hukum
# Semangat untuk lepas dari hukum eks kolonial ada, tetapi
(pd awal kemerdekaan) tersita untuk masalah persatuan
dan kesatuan
# Ketidak siapan para pemimpin RI dalam usaha
perealisasian
# Hukum kolonial yang sekuler dan netral dapat menengahi
dan mencegah setiap maksud untuk mendesakkan hukum
Islam dan golongan
# Para pakar sudah terdidik dengan tradisi hukum Belanda
Ketidak berdayaan untuk menata ulang seluruh sistem
hukum Indonesia.
Pasal II AP UUD 1945 jo Pasal I AP UUD 1945 post
Amandemen
Peraturan Presiden No. 2 Th 1945:
“Segala badan negara dan peraturan yang ada
sampai berdirinya Negara Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945 selama belum diadakan
yang baru menurut UUD, masih berlaku asal saja
tidak bertentangan dengan UUD tersebut.”
1. Aspek politis:
Lepas dari kekuasaan kolonial.

2. Aspek yuridis:
Memberikan kewenangan bagi bangsa
Indonesia untuk mengganti hukum kolonial
menjadi hukum nasional
Tdk.tertulis
 Bentuk Hukum
kodifikasi

tertulis

Non
kodifikasi

Unifikasi
 Corak Hukum
Pluralistik
 Penulisan suatu bidang hukum atau lapangan hukum
tertentu
 Penulisan tersebut dituangkan dalam pasal-pasal
 Antara pasal yang satu dengan pasal yg lain berkaitan
satu sama lain sehingga merupakan satu kesatuan
yang utuh dan logis
 Penulisan tersebut bersifat lengkap dan tuntas
 Hasil penulisan tersebut dibukukan dalam satu kitab
Contoh:
KUHP (WvS)
BW
KUHD (WvK)
HIR
Unifikasi:
 Berlakunya satu sistem hukum bagi setiap
orang dalam kesatuan kelompok sosial atau
negara

Pluralistik:
 Berlakunya bermacam-macam sistem hukum
bagi kelompok-kelompok sosial yang
berbeda dalam kesatuan kelompok sosial
atau negara.

Anda mungkin juga menyukai