BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
III. Tujuan
2. Penundukan pada sebagian hukum Perdata Eropa, yakni hanya pada hukum
kekayaan harta benda saja (vermogensrecht), seperti yang dinyatakan berlaku bagi
golongan Timur Asing bukan Tiong Hoa;
Hukum adat terdiri dari dua kata yaitu hukum dan adat. Hukum berasal
dari bahasa belanda yaitu recht , sedangkan Adat berasal dari bahasa arab yang
artinya kebiasaan. Sedangkan istilah hukum adat itu berasal dari terjemahan
bahasa Belanda yaitu Adat-recht, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh
Snouck Hurgronje dan pernah dipakai oleh Van Vollenhoven dalam menulis
buku-bukunya yang mengenai hukum adat. Hukum adat itu merupakan istilah
yang digunakan untuk menyebut hukum yang berlaku bagi masyarakat asli
Indonesia.
Dalam arti sempit hukum adat adalah hukum asli yang tidak tertulis yang hidup
dalam kebiasaan masyarakat asli Indonesia dan dijadikan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari, dalam hubungan antara orang yang satu dengan yang
lainnya.Disamping yang tidak tertulis ada juga yang tertulis seperti piagam,
prasasti, perintah-perintah raja. Dibawah ini beberapa definisi hukum adat
menurut para sarjana :
1. Van Vollenhoven
Menurut Van Vollenhoven Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku
positif yang disatu pihak mempunyai sanksi (oleh karena itu “ hukum”) dan di
pihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasikan (oleh karena itu :”Adat”)
Jadi dapat diambil sebuah uraian yang jelas dari definisi tersebut bahwa, hukum
adat merupakan tingkah laku yang berdasarkan hukum yang berlaku disini dan
kini serta apabila melanggar akan ada sanksi sebagai reaksi dari pelanggaran
terebut namun tidak dibukukan secara tersusun seperti undang-undang.
2. Supomo
Dalam tata hukum baru Indonesia baik kiranya guna menghindarkan salah
pengertian, istilah Hukum Adat dipakai sebagai sinonim dari hukum yang tidak
tertulis di dalam peraturan legislatief (non-statutory law); hukum yang hidup
sebagai konvensi di badan badan hukum Negara (parlemen, dewan – dewan
Propinsi dan sebagainya); hukum yang timbul karena putusan – putusan hakim
(Judgemade Law); hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang
dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik dikota kota maupun di desa desa
(Customary law); semua merupakan Adat atau hukum yang tidak tertulis yang
disebut oleh pasal 32 UUDS Tahun 1950.3
Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Supomo hukum adat bukan hanya yang
berkaitan dengan hukum yang hidup didalam masyarakat yang dijadikan
kebiasaan akan tetapi memahamkan bahwa hukum adat adalah hukum yang tidak
tertulis dalam arti hukum kebiasaan.
3. Sukanto
Jadi Hukum Adat merupakaan aturan adat yang tidak tertulis dan tidak
dikodifikasikan yang hidup dalam kebiasaan, kebudayaan, ketertiban masyarakat
dan apabila melanggar ada akibat hokum yang bersifat memaksa.
4. Ter Haar
Ter Haar adalah seorang sarjana hukum yang bekerja sebagai hakim Landraad di
Jawa. Sesuai dengan profesinya sebagai hakim maka Ter Haar akan memandang
hukum adat dari sudut pandang hakim. Ter Haar membuat dua perumusan yang
menunjukan pendapatnya tentang hukum adat yaitu :
Dari uraian diatas terlihat bahwa Ter Haar benar-benar melihat hukum adat
dari sudut pandang hakim, karena hakim ketika mengambil keputusan harus
melihat dari adat yang hidup di masyarakat. Tidak boleh bertentangan dengan apa
yang menjadi keyakinan hukum rakyat harus diambil dari nilai – nilai yang sesuai
dengan rokhani, kepercayaan serta kebudayaan masyarakat tersebut.
Hukum positif merupakan hukum yang berlaku pada suatu wilayah dan
tempat tertentu. Setiap hukum positif pada tiap negara tentuanya berbeda-beda
dan beraneka ragam, termasuk di Indonesia. Hukum positif yang berlaku di
Indonesia terbagi menjadi dua bagian, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.
Hukum positif yang tertulis adalah hukum yang sumbernya di atur berdasarkan
peraturan perundang-undangan seperti kitab undang-undang hukum perdata
maupun kitab undang-undang hukum pidana. Namun sumber hukum tertulis yang
paling fundamental dan yang menjadi dasar peraturan perundang-undangan
lainnya adalah Undang-undang Dasar 1945. Sementara hukum tidak tertulis di
Indonesia bersumber pada kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan diterapkan
secara turun temurun dan manjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat
atau suku-suku tertentu di Indonesia. Kebiasaan yang seperti itu di namakan adat
istiadat. Indonesia yang masyarakatnya tergolong menjadi masyarakat majemuk
memiliki masyarakat yang adat dan budayanya beraneka ragam, mulai dari sabang
sampai merauke. Adat dan kebiasaannya pun berbeda antara masyarakat yang satu
dengan masyarakat yang lainnya. Hukum adat merupakan kekayaan untuk
membangun hukum nasional tetapi bukan berarti hukum adat dipertahankan
dalam segi keutuhannya didalam hukum nasional. Hal ini pada gilirannya akan
muncul hukum nasional Indonesia
sebagai miliknya sendiri6. Agar penerapan hukum positif di Indonesia dapat
berjalan efektif maka perlu adanya kerjasama dari masyarakat untuk mematuhi
hukum positif di Indonesia secara seksama, namun bukan berarti menghilangkan
unsur-unsur hukum adat pula yang ada dan sudah lama tumbuk dalam masyarakat
adat di Indonesia. Sebab hukum adat juga berperan penting dalam membangun
dan menciptakan hukum positif di Indonesia.
Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang saat
ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus untuk masyaraktnya
dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara
Indonesia.
1. Syarat realitas, yaitu hukum adat masih hidup dan sesuai perkembangan
masyarakat.
Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa “ identitas budaya dan hak
masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban.” Sebagaimana penjelasan UU No 39 Tahun 1999 ( TLN No. 3886)
pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa hak adat harus dihormati dan dilindungi
dalam rangka perlindungan dan penegakan hak asasi Manusia dalam masyarakat
bersangkutan dalam memperhatikan hukum dan peraturan Per Undang-undangan.
Selanjutnya penjelasan, pasal 6 ayat 2 menyatakan dalam rangka penegakan Hak
Asasi Manusia, identitas budaya nasional masyarakat hukum adat yang masih
secara nyata dipegang teguh oleh masyarakat hukum adat, tetap dihormati dan
dilindungi sepanjang tidak bertentangan dengan asas-asas Negara Hukum yang
berintikan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam ketentuan tersebut,
bahwa hak adat termasuk hak atas tanah adat dalam artian harus dihormati dan
dilindungi sesuai dengan perkembangan zaman, ditegaskan bahwa pengakuan itu
dilakukan terhadap hak adat yang secara nyata dipegang teguh oleh masyarakat
hukum adat setempat.
Kriteria dan penentuan masih adanya hak ulayat dan hak-hak yang
serupa dari masyarakat hukum adat (Pasal 2 dan 5).
Adat seperti ini akan banyak kita temui saat ini di daerah pedalaman-
pedalaman yang masih belum tersentuh modernisasi. Dan dapat dilihat hasilnya,
minim pengetahuan namun memiliki kekuatan budaya yang kuat sehingga
kehidupan yang dijalani tidak seperti orang modern yang cerai-cerai semakin
marak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum adat yang ada sebenarnya
adalah demi kemaslahatan langgengnya sebuah perkawinan, artinya
pengkondisian yang ada di hukum adat merupakan dasar-dasar yang meminimkan
masalah yang akan timbul di kemudian hari. Jadi, hukum Adat pun menjadi salah
satu pertimbangan dalam pembuatan Hukum poisitif di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukum adat merupkan hukum yang telah ada dan telah hidup lama dan
mendarah daging di dalam masyarakat adat. Hukum adat merupakan sekumpulan
kebiasaan masyarakat adat yang telah di patuhi secara turun-temurun dan
mempunyai sanksi tersendiri berupa sanksi moral bagi masyarakat adat yang hidup
dan tinggal di wilayah tertentu. Kebanyakan pengaturan hukum adat tersebut tidak
dikodifikasikan.
Ketika Indonesia merdeka, maka disitulah wujud dari adanya suatu negara
baru dengan sistem pemerintahan yang baru. Dari sinilah makan muncul
pemikiran untuk menyatukan beberapa aturan hukum adat menjadi satu kesatuan
hukum yaitu dengan unifikasi hukum dengan cara membentuk hukum positif.
Tujuan di bentuknya suatu unifikasi hukum ini adalah untuk menghindari
pluralisme hukum sehingga ketika terjadi suatu konflik maka hukum yang di
gunakan adalah hukum positif.