Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR ILMU HUKUM

A. SUBJEK HUKUM
 Subyek Hukum → Pemegang atau pembawa hak dan kewajiban menurut hukum
1. Manusia (natuurlijk persoon), setiap manusia diakui sebagai subyek hukum dimulai
sejak lahir dan berakhirnya orang sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam
perdata adalah ketika ia meninggal dunia.
Selama orang tersebut masih hidup, selama itu pula ia mempunyai kewenangan
berhak. Pasal 3 B.W. → “Tiada suatu hukuman pun yang mengakibatkan kematian
perdata, atau hilangnya segala hak-hak perdata”.
2. Badan Hukum (rechtspersoon), pendukung hak dan kewajiban yang tidak berjiwa,
dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan

B. MANUSIA SEBAGAI SUBYEK HUKUM


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kewenangan berhak, yang notabenenya
sifatnya membatasi kewenangan berhak tersebut:
1. Kewarganegaraan→ Misalnya, hanya WNI yang dapat mempunyai Hak Milik (Psl. 21
ayat 1 UU 5 Tahun 1960).
2. Tempat Tinggal→ Misalnya, larangan pemilikan tanah pertanian oleh orang yang
bertempat tinggal diluar kecamatan tempat letak tanahnya (Psl. 10 UU Nomor 5 Tahun
1960 jo. Psl. 3a s.d. Psl. 3e PP Nomor 41 Tahun 1964).
3. Kedudukan/Jabatan → Misalnya, para aparat penegak hukum (hakim, jaksa, advokat &
polisi tidak diperbolehkan menerima barang-barang dari pihak terkait yang sedang
berperkara.
4. Tingkah laku/perbuatan → Misalnya, kekuasaan orang tua atau wali dapat dicabut
dengan putusan pengadilan apabila ybs. :

5. sangat melalaikan kewajibannya sebagai orang tua/wali;berkelakuan buruk sekali

C. Cakap Dalam Perbuatan Hukum

 Kewenangan berhak dan kecakapan berbuat


 Pasal 1 s/d 3 KUHPerdata—mengatur ttg menikmati dan kehilangan hak-hak
keperdataan—hukum perdata mengakui manusia sebagai orang—diakui sebagai
subyek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban.
 Kewenangan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban keperdataan—
kewenangan berhak (subyek hukum) Kedudukan hakim di pengadilan adalah
melengkapi ketentuan – ketentuan hukum tertulis melalui pembentukan hukum
(rechtsvorming) dan penemuan hukum (rechtsvinding ).
 Kewenangan berhak (rechtsbevoegd)
 Atau kewenangan hukum—kewenangan untuk menyandang hak dan kewajiban.
 Setiap subyek hukum—umumnya mempunyai hak dan kewajiban, wenang untuk
berhak. Tetapi tidak setiap orang wenang berhak, karena dalam hukum sanksi hanya
berlaku dan diterapkan pada kewajiban bukan pada hak.
 Kewenangan berbuat—pada hakekatnya adalah melaksanakan kewajiban, orang
yang melalaikan kewajiban dikenakan sanksi, orang yang melalalaikan hak, tidak ada
sanksi.
 Orang sebagai subyek hukum—mempunyai kewenangan berhak sejak ia lahir, bahkan
sejak dalam kandungan (Psl 2 KUHPdt)—berlangsung sampai meninggal dunia.
 Kewenangan berhak subyek hukum—tidak dapat dihilangkan/ditiadakan oleh sutau
hukumnan apapun. (psl 3)—tidak ada suatu hukuman apapun yang dapat
mengakibatkan kematian perdata/ kehilangan hak-hak perdata.
 Hak perdata—hak asasi/hak kodrat melekat pada setiap orang.—berupa identitas diri.
 Hak publik– dapat hilang apabila negara menghendakinya.—diberikan oleh Negara.
 Kewenangan berbuat
 Untuk mengetahui apakah seseorang itu wenang berbuat atau tidak, ada beberapa
faktor yang membatasi yaitu umur, kesehatan, perilaku.
 Wenang berbuat ada 2 pengertian:
 cakap atau mampu berbuat karena memenuhi syarat hukum (bekwaam)
 kuasa/ berhak berbuat karena diakui oleh hukum walaupun tidak memenuhi
syarat hukum (bevoegd)
 Kewenangan berhak (bevoegd)—ada pada setiap orang kecuali dalam pasal 330 dan
1330 KUHPdt.
 Kewenangan berbuat (bekwaam)—orang dewasa yang tidak berkepentingan tidak
wenang melakukan perbuatan hukum—menjual rumah bukan miliknya—kecuali dengan
kuasa dari si pemilik
 Kesimpulan—tidak setiap orang dewasa wenang melakukan perbuatan hukum dalam
segala hal.

D. Perwalian

 Pengawasan terhadap seorang anak yang belum dewasa yang tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh
UU.
 Di bawah perwalian jika: anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya
sebagai orang tua, orang tuanya telah bercerai, anak yang lahir di luar perkawinan.

 Macam-macam Perwalian
 Wettelijke voogdij—jika salah satu orang tua meninggal, menurut UU orang tua
lainnya dengan sendirinya menjadi wali.
 Datieve voogdij—wali yang diangkat hakim atas permintaan salah satu pihak.
 Testamentaire voogdij—perwalian yang ditunjuk berdasarkan surat wasiat.
 Yang tidak dapat diangkat menjadi wali: orang yang belum dewasa, ditaruh dibawah
pengampuan, telah dicabut kekuasaannya.
 Seorang wali diwajibkan mengurus harta kekayaan anak yang ada di bawah
pengawasannya
 Bertanggung jawab ttg kerugian-kerugian yang ditimbulkan karena pengurusannya yg
buruk
 Melarang seorang wali meminjam uang untuk si anak
 Tidak diperkenankan menjual, menggadaikan, harta benda, tanpa ijin dari hakim.
 Tugas wali berakhir—harus mempertanggungjawabkan jika si anak telah dewasa atau
meninggal.

E. Pengampuan

 Keadaan dimana seseorang (curandus) karena sifat-sifat pribadinya dianggap tidak cakap
atau tidak di dalam segala hal cakap untuk bertindak sendiri dalam lalu lintas hukum.
 Atas dasar keputusan hakim—dimasukan ke dalam golongan orang yang tidak cakap
bertindak sendiri (harus melalui curandus)
 Sifat pribadi: dalam keadaan dungu, sakit gila, pemboros (pasl 433 KUHPerdata)
 Pengampuan terjadi dengan keputusan hakim—berdasarkan permohonan.
 Yang mengajukan permohonan:
 keluarga sedarah
 suami terhadap istrinya atau sebaliknya (pasal 434 ayat 3)
 diri sendiri (pasal 434 ayat 4)
 kejaksaan (pasal 435)

 Akibat Hukum Pengampuan
 Orang yang ditaruh dibawah pengampuan (curandus) kedudukannya sama dengan
anak di bawah umur (pasal 452 ayat 1)—perbuatan hukumnya harus diwakili
curatornya (pasal 499)
 Perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan curandus dapat dibatalkan melalui
curatornya
 Pengampuan berlangsung terus sampai keputusan hakim mencabutnya atau jika
sebab-sebab yang mengakibatkan ditaruh di bawah pengampuan telah hilang. (pasal
460)

F. HAKIKAT DAN TEORI BADAN HUKUM

 Pengertian Badan Hukum:


 Prof. Wirjono Prodjodikoro:
Badan Hukum adalah suatu badan yang di samping manusia perorangan juga dianggap
dapat bertindak dalam hukum dan mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan
perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.
 Prof. Sri Soedewi Masjchoen:
Badan hukum adalah kumpulan dari orang-orang yg bersama-sama mendirikan suatu
badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan, yg ditersendirikan untuk tujuan
tertentu.

 Subyek Hukum yang bukan manusia.

 Organisasi/kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat


mempunyai/menyandang hak dan kewajiban seperti manusia.

 Suatu badan oleh hukum diberi status “Persoon” sehingga mempunyai Hak dan
Kewajiban seperti manusia.

 Kedudukan Badan Hukum :


 Subyek Hukum yang tidak berjiwa seperti manusia, sehingga badan hukum tidak
dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum sendiri, melainkan diwakili oleh
orang-orang manusia biasa.
 Orang-orang yang bertindak untuk dan atas nama badan hukum ini disebut
"organ" (Pengurus, Direksi dan sebagainya).
 Beberapa Teori Mengenai Badan Hukum:
1. Teori fiksi (Von Savigny), hanya manusia sajalah yang menjadi subyek hukum.

 Badan hukum menjadi subyek hukum hanyalah fiksi, yaitu sesuatu yang ada
padahal sesungguhnya tidak ada;
 Badan hukum semata-mata buatan pemerintah atau negara, orang hanya
menghidupkannya sebagai subyek hukum yang dapat melakukan perbuatan
hukum seperti manusia.
2. Teori organ (otto van gierke), sebagai reaksi dari dari teori fiksi maka timbullah teori
organ

 Badan hukum dalam realitasnya sama dengan manusia di dalam Pergaulan


Hukum;
 Badan hukum mempunyai organ (alat-alat kelengkapan) yang sama seperti
manusia;
 Badan hukum mempunyai kehendak dan kemauan sendiri yang dibentuk melalui
alat-alat perlengkapannya (para pengurus);
 Badan hukum bukanlah sesuatu yang abstrak tetapi benar-benar ada(fiksi);
 Oleh karena itu, badan hukum adalah subjek hukum.
3. Teori harta kekayaan bertujuan (A. Brinz)

 Hanya manusia yang bisa menjadi subyek hukum;


 Badab hukum merupakan kekayaan yg bukan merupakan kekayaan perseorangan
tetapi harta kekayaan bersama yang terikat tujuan tertentu;
 Harta Kekayaan yang terikat kepada suatu tujuan tertentu inilah yang dinamakan
badan hukum.
4. Teori Harta Kekayaan Bersama (Planiol&Molengraaff)

 Hak dan kewajiban badan hukum pada hakekatnya adalah Hak dan kewajiban
para anggota bersama-sama;
 Kekayaan Badan hukum adalah milik bersama semua anggotanya;
 Badan hukum konstruksi yuridis saja;
 Pada hakikatnya badan hukum itu sesuatu yang abstrak, karena itu badan hukum
bukan merupakan subjek hukum.
5. Teori Kenyataan Yuridis (Majers)

 Badan hukum adalah suatu realitas, kongkrit dan riil bukan abstrak tapi suatu
kenyataan yuridis;
 Menekankan hendaknya mempersamakan badan hukum dengan manusia
terbatas pada bidang hukum saja;
 Badan hukum adalah subjek hukum.
Bagaimana dengan KUHPer, apakah Badan hukum merupakan subjek hukum?
 Apakah Badan hukum merupakan subjek hukum?
 Pasal 1654 KUHPer :
“Semua badan hukum yang berdiri dengan sah, begitu pula orang-orang swasta,
berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata, tanpa mengurangi
perundang-undangan yang mengubah kekuasaan itu, membatasinya dan
menundukkannya kepada tata cara tertentu".
 Macam-macam Badan Hukum
 Pasal 1653 KUHPer, ada 3 macam perkumpulan (badan hukum)
1. Yang diadakan oleh kekuasaan umum;

o Daerah Propinsi;
o Kabupaten/Kota;
o BUMN dan Bank-bank yang didirikan oleh Negara.
2. Yang diakui oleh kekuasaan umum; dan

o Perkumpulan2 gereja dan organisasi agama dsb


3. Yang diperkenankan dan didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak
bertentangan dengan UU atau kesusilaan.

o Perseroan Terbatas
o Asuransi
o Partai-partai politik
 Badan Hukum Dari Segi Wujudnya
1. Korporasi (corporatie)

o kumpulan orang orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama sama
sebagai suatu subyek hukum tersendiri.
o merupakan badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak-hak dan
kewajiban-kewajiban sendiri yang terpisah dengan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban para anggotanya.
2. Yayasan (stichting)

o Harta kekayaan yang ditersendirikan untuk tujuan tertentu untuk kepentingan


sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
o yayasan tidak ada anggota, yang ada hanyalah pengurusnya.
G. SAAT LAHIRNYA BADAN HUKUM

 Syarat Materiil:
 Adanya kekayaan yang terpisah;
 Mempunyai tujuan tertentu;
 Mempunyai kepentingan sendiri;
 Ada organisasi yang teratur (AD,ART,Pengurus).
 Syarat Formil
 Didirikan dengan Akta Notaris
 Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat
 Dimintakan pengesahan Anggaran Dasarnya kepada Menteri Hukum dan HAM
 Diumumkan dalam Berita Negara
 Memenuhi syarat – syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan permohonan
untuk mendapatkan status sebagai Badan Hukum (Pasal 36 KUHD)
 Tanggung Jawab Organ:
 Perbuatan-perbuatan Badan Hukum diwakili organnya;
 Pasal 1655 BW, para pengurus (organ) dapat mengikatkan badan hukum dengan
pihak ketiga atau sebaliknya
 Organ-organ perlengkapan Badan Hukum dapat berupa pengurus, direksi, dsb;
 Anggaran Dasar (peraturan-peraturan lainnya) menentukan bagaimana organ Badan
Hukum itu berbuat dan apa saja yang harus dan tidak boleh diperbuat oleh organ
Badan Hukum;
 Organ Badan Hukum tidak dapat berbuat sewenang-wenang tetapi dibatasi
sedemikian rupa oleh ketentuan-ketentuan intern yang berlaku dalam Badan Hukum
itu, baik yang termuat dalam Anggaran dasar atau peraturan-peraturan lainnya;
 Tindakan organ yan g melampaui wewenang, menjadi tanggungjawabnya sendiri,
kecuali munguntungkan Badan Hukum tersebut atau organ yg lebih tinggi (Lihat
pasal 1656 KUHPerdata);
 Paul Scholten: Jika terjadi Onrechtmatige daad oleh organ, jika masih dalam
wewenang yg diberikan, Badan Hukum tetap bertanggungjawab sesuai pasal 1365
KUHPerdata.

H. OBJEK HUKUM

 Pengertian Objek Hukum:


Obyek Hukum adalah segala sesuatu yang berada di dalam pengaturan hukum dan dapat
dimanfaatkan oleh subyek hukum berdasarkan hak/kewajiban yang dimilikinya atas
obyek hukum yang bersangkutan. Jadi obyek hukum (benda) itu haruslah sesuatu yang
pemanfaatannya diatur berdasarkan hukum.
 Pengertian Objek Hukum (Benda):
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BW, tidak sama dengan bidang
disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah benda (angkasa),
sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan
sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat) memilikinya.
 Arti Benda:
Pasal 499 BW :
“Benda adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yg dapat dikuasai oleh hak milik”.
 Hukum benda merupakan bagian dari hukum harta kekayaan dan diatur dalam Buku II
KUHPer.
 Prof. Soediman Kartohadiprodjo: Hukum harta kekayaan adalah semua kaidah hukum
yang mengatur hak-hak apakah yang didapatkan pada orang dalam hubungannya
dengan orang lain, tertentu atau tidak tertentu, yang mempunyai nilai uang
 Arti Benda:
 Menurut Ilmu pengetahuan (dalam buku Prof. R.Soebekti, SH) dibedakan menjadi :
- Benda dalam arti Sempit : meliputi segala sesuatu yg dapat dilihat. (berbentuk barang)
- Benda dalam arti luas : segala sesuatu yg dapat dijadikan obyek hukum / dpt dihaki.
 Menurut KUHPER :
“Segala sesuatu yang dapat dikuasai oleh manusia dan dapat dijadikan obyek hukum.
 Hukum Benda:
 adalah Hukum yg mengatur hubungan hukum antara subyek hukum dengan obyek
hukum (benda), yang menimbulkan hak kebendaan.
 Pengaturan Hukum Benda:
 Aturan mengenai hukum benda terdapat dalam :
- Buku Ke-II KUHPER
- UUPA No.5 Tahun 1960
- UUHT No.4 Tahun 1996
- UUJF No.42 Tahun 1999
 Sistem Hukum Benda :
 Sistem Hukum Benda adalah Tertutup.
 Artinya, orang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah
ditetapkan dalam Undang-Undang. Jadi hanya terbatas pada yang sudah ditetapkan dlm
Undang-Undang saja.
 Buku ke-II KUHPER
 Asas Hukum Benda
 “Isi hak kebendaan tidak dapat dipengaruhi oleh si empunya hak, tidak mungkin
diperjanjikan agar hak kebendaan tidak dapat dipindahtangankan”
 Macam-macam Benda
antara lain dibedakan menjadi ;
Benda berwujud
 Benda tidak berwujud
 Benda Bergerak
 Benda tidak bergerak
 Benda yg dapat diperdagangkan
 Benda yg tidak dapat diperdagangkan
 Pembagian yang terpenting adalah Benda bergerak dan Benda Tidak Bergerak
 Kriteria Pembedaan dilihat pada : Sifat dan tujuan pemakaiannya serta ketentuan UU
yg mengaturnya.
 Menurut psl 503 KUHPerdata benda dibagi dalam:
 Benda yang berwujud : buku, Motor, Rumah
 Benda yang tidak berwujud : hak cipta, hak merek perdagangan dll
 Menurut psl 504 KUHPerdata benda dibagi dalam:
 Benda yg tidak bergerak (benda tetap): tanah dan segala apa yg ditanam atau
dibangun di atasnya (pohon2, gedung mesin-2 dlm pabrik, hak guna usaha, hipotek
dan kapal yg besarnya 20 m3. dll)
 Benda yg bergerak (benda tidak tetap): benda-benda yg dapat dipindahkan: sepeda,
meja ,hewan, wesel dll
 Pentingnya membedakan Benda Bergerak dan Benda tidak bergerak dalam arti yuridis
berkaitan dengan
 Bezit (kedudukan berkuasa);
 Levering (penyerahan);
 Daluwarsa (lewat waktu);
 Bezwaring (Pembebanan/jaminan)
 Bezit
- Benda bergerak : berlaku asas Ps. 1977 KUHPER
- Benda tidak bergerak : tunduk pada ketentuan daluwarsa
 2. Levering (Penyerahan)
- Benda bergerak : Secara Fisik atau nyata dari tangan ke tangan
- Benda tidak bergerak : Dengan Akta
 3. Verjaring (Daluwarsa)
- Benda bergerak : Ps. 1977 KUHPER
- Tidak Bergerak : Ps. 1963 KUHP
- dengan alas hak = 20 th
- Tanpa alas hak = 30 th
 4. Pembebanan
- Benda bergerak : Pand recht
- Benda tidak bergerak : Hipotek

I. Asas-asas Umum Hukum Benda

1. Asas Individualitas
Yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu, atau dapat ditentukan secara
individual, yang merupakan kesatuan. Hak kebendaan selalu benda yang dapat
ditentukan secara individu. Artinya berwujud dan merupakan satu kesatuan yang
ditentukan menurut jenis jumlahnya. Contoh: rumah, hewan.
2. Asas Totalitas
Yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan. Contoh:
seorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu,
kunci, dan benda-benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya
(tanah).
3. Asas Tidak dapat dipisahkan
Yaitu orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan sebagian dari kekuasaan
yang termasuk hak kebendaan yang ada padanya. Contoh: seseorang tidak dapat
memindah tangankan sebagian dari wewenang yang ada padanya atas suatu hak
kebendaan, seperti memindahkan sebagian penguasaan atas sebuah rumah kepada
orang lain. Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu pemindahannya harus
juga utuh.
4. Asas Publisitas
Yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan di daftarkan dalam
register umum. Contoh: pengumunam status kepemilikan suatu benda tidak
bergerak (tanah) kepada masyarakat melalui pendaftaran dalam buku tanah/
register.sedangkan pengumuman benda bergerak terjadi melalui penguasaan nyata
benda itu.
5. Asas Spesialitas
Yaitu dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual harus
ditunjukan dengan jelas ujud, batas, letak, luas tanah. Contoh Asas ini terdapat pada
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.\

6. Asas zaaksvelog atau droit de suit (hak yang mengikuti)


Suatu benda biasanya terdiri atas bagian-bagian yang melekat menjadi satu dengan
benda pokok. Contohnya: hubungan antara bangunan dengan genteng, kosen, pintu
dan jendela. Menurut asas ini pemilik benda pokok dengan sendirinya merupakan
pemilik dari benda pelengkap. Dengan perkataan lain status hukum benda pelengkap
mengikuti status hukum benda pokok.
7. Asas accessie/asas pelekatan
Yaitu artinya benda itu terus menerus mengikuti bendanya dimanapun juga (dalam
tangan siapapun juga) barang itu berada.
8. Asas zakelijke actie
Yaitu adalah hak untuk menggugat apabila terjadi gangguan atas hak tersebut.
Misalnya: penuntutan kembali, gugatan untuk menghilangkan gangguan-gangguan
atas haknya, gugatan untuk memulihkan secara semula, gugatan untuk menuntut
ganti rugi, dll.Yaitu artinya benda itu terus menerus mengikuti bendanya dimanapun
juga (dalam tangan siapapun juga) barang itu berada.
9. Asas hukum pemaksa (dewingen recht)
Yaitu bahwa orang tidak boleh mengadakan hak kebendaan yang sudah diatur dalam
UU. Aturan yang sudah berlaku menurut UU wajib dipatuhi atau tidak boleh
disimpangi oleh para pihak.
10. Asas dapat dipindah tangankan
Yaitu bahwa semua hak kebendaan dapat dipindah tangankan. Menurut perdata
barat, tidak semua dapat dipindah tangankan ( seperti hak pakai dan hak mendiami)
tetapi setelah berlakunya undang-undang hak atas tanah UUHT, semua hak
kebendaan dapat dipindah tangankan.

J. Perbuatan Hukum

 Pengertian Perbuatan Hukum


 Soeroso:
Setiap perbuatan subjek hukum, baik manusia maupun badan hukum, yang akibatnya
diatur dalam hukum sehingga dapat dianggap sebagai kehendak dari yang melakukan
hukum.
 Sudarsono:
Setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum dan dianggap sebagai kehendak dari
yang melakukannya.
semua tindakan yang dikehendaki subjek hukum dan dilakukan secara sadar yang pada
akhirnya menimbulkan akibat.
 Unsur-unsur Perbuatan Hukum
 Keberadaan subjek hukum
 Ada perbuatan yang akibatnya diatur dalam hukum
 Perbuatan dilakukan secara sadar dan dikehendaki oleh subjek hukum
 Perbuatan Subjek Hukum
Perbuatan subjek hukum yang akibatnya dikehendaki oleh yang melakukan. Perbuatan
tersebut terdiri dari:
 Perbuatan hukum bersegi 1 (sepihak): perbuatan hukum yang akibatnya di
kehendaki sendiri/oleh satu pihak saja (menulis surat wasiat, hibah).
 Perbuatan hukum bersegi 2 adalah perbuatan hukum yang akibatnya di kehendaki
oleh 2 pihak atau lebih (semua jenis perjanjian, jual beli)
 Perbuatan subjek hukum yang akibatnya tidak dikehendaki oleh yang melakukan, namun
akibatnya diatur oleh hukum. Terdiri dari:
 Perbuatan sesuai azas:
Zaakwaarneming: perbuatan mengurus orang lain. Pasal 1354 BW:
memperhatikan/mengurus kepentingan orang lain baik dengan sepengetahuan atau
tanpa sepengetahuan pihak yang diurus sampai pihak yang diwakilinya dapat
mengurus sendiri. Apabila ia dikuasakan, maka pihak yang diberi kuasa memiliki
kewajiban untuk mengurusnya.
 Perbuatan tidak sesuai azas:
Onrechtmatigedaad: perbuatan yang akibatnya bertentangan dengan hukum
meskipun akibat tersebut tidak di kehendaki oleh pelaku. Pasal 1365 BW: melanggar
hak orang lain, bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, menimbulkan
kerugian dan ada hubungan kausalitas antara perbuatan (pelanggaran) dengan
kerugian yang timbul

K. Pengertian Hak

 Prof. Van Apeldoorn:


 “hak ialah hukum yang dihubungkan dengan seorang manusia atau, subyek hukum
tertentu dan dengan demikian menjelma menjadi suatu kekuasaan”.
 Seseorang yang mempunyai hak milik atas sesuatu benda kepadanya diizinkan untuk
menikmati hasil dari benda miliknya itu, benda itu dapat dijual, digadaikan atau
dialihkan asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan.
 Izin atau kekuasaan yang diberikan hukum itu disebut “HAK” atau “WEWENANG”.
 Macam-macam Hak
Hak Mutlak :
Hak yang memberikan wewenang kepada seorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Hak tersebut dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, dan setiap orang juga harus
menghormati hak tersebut.
 Hak Mutlak terdiri dari:
 Hak Asasi Manusia  Hak untuk hidup, memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak dll.
 Hak Publik Mutlak  Hak negara untuk memungut pajak.
 Hak Keperdataan  Hak yang diatur dalam BW. Misal: Hak marital, hak/kekuasaan
orang tua, hak perwalian, hak pengampuan.

Hak Relatif :
Hak yang memberikan wewenang kepada seseorang tertentu atau beberapa orang
tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain tertentu
memberikan sesuatu, atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Biasanya
timbul dari suatu perjanjian atau persetujuan.
Contoh:
 Hak penjual menerima pembayaran
 Hak pembeli untuk menerima barang
 Timbulnya Hak
Hak itu timbul manakala ada peristiwa hukum. Hak dapat lahir karena beberapa sebab :
 Karena adanya subjek hukum baru baik berupa orang maupun badan hukum
 Karena adanya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak yang mengadakan
perjanjian
 Karena adanya kerugian yang diderita oleh seseorang akibat kesalahan lain
 Karena kadaluarsa (verjaring)
 Hilangnya Hak
Hilangnya hak dapat terjadi karena :
 Karena pemegang hak meninggal dunia dan tidak ada pengganti yang ditunjuk baik
oleh pemegang hak maupun oleh hukum
 Masa berlaku hak telah habis dan tidak dapat diperpanjang lagi. Misalnya kontrak
rumah yang telah habis waktunya
 Telah diterimanya seseatu yang menjadi objek hak
 Kadaluarsa (verjaring)
 Penyalahgunaan HAK (Misbruik van recht)
Kita tidak boleh menggunakan hak kita untuk tujuan yang tidak baik

L. Pengertian Peristiwa Hukum

 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) :


“keadaan, kejadian, atau sikap tindak yang menimbulkan tindakan hukum”

 Pengertian Peristiwa Hukum


 Van Apeldorn:
Peristiwa yang berdasarkan hukum yang dapat menimbulkan dan menghapuskan hak.
 Utrecht:
Peristiwa yang dirumuskan di dalamnya aturan hukum
 Bellefroid:
Peristiwa sosial yang tidak secara otomatis dapat merupakan/menimbulkan hukum.
Suatu peristiwa dapat menimbulkan hukum jika peristiwa itu oleh peraturan hukum
dianggap sebagai peristiwa hukum
 Satjipto Rahardjo:
Suatu kejadian atau peristiwa dalam masyarakat yang menggerakkan peraturan hukum
tertentu sehingga ketentuan yang tertulis di dalamnya itu diwujudkan.
 Dalam hukum dikenal adanya dua macam peristiwa hukum, yaitu :
 Perbuatan subjek hukum (manusia dan badan hukum).
 Peristiwa lain yang bukan perbuatan subjek hukum.
 Peristiwa lain yang bukan merupakan Perbuatan Subjek Hukum
 Kelahiran
Menimbulkan Hak-hak anak yang lahir tersebut untuk dirawat oleh orang tuanya (Pasal
298 KUH Perdata)
 Kematian
Menimbulkan hak hak tertentu bagi ahli waris dll
 Kejadian Alam
Pohon Tumbang menimpa Pengendara motor hingga tewas
 Daluwarsa
keadaan untuk memperoleh sesuatu atau terbebas dari kewajiban/perikatan tertentu
dengan lewatnya waktu

 Daluwarsa
keadaan untuk memperoleh sesuatu atau terbebas dari kewajiban/perikatan tertentu
dengan lewatnya waktu
- Akuisitif: seseorang dapat memperoleh sesuatu hak sehabis masa tertentu dan
memenuhi syarat syarat yg telah ditentukan dalam Undang-undang.
Contoh: bezitter yang jujur atas tanah pekarangan lama kelamaan dapat memperoleh
hak milik atas tanah tersebut. Apabila ia dapat menunjukkan suatu titel yang sah maka
dengan lewat waktu dua puluh tahun lamanya sejak ia menguasai tanah tersebut, ia
menjadi pemilik sah dari tanah tersebut.
- Ekstintif: Seseorang dapat dibebaskan dari suatu tanggung jawab sehabis masa
tertentu dan apabila syarat yang ditentukan undang-undang dipenuhi.
Contoh: Lewat waktu 30 Tahun seseorang dibebaskan atas penagihan atau tuntutan
hukum (selama belum pernah ditahih/dituntut dalam kurun waktu tersebut)

Anda mungkin juga menyukai