MAKALAH
Disusun Oleh :
Dosen :
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
Sang pencipta alam semesta beserta segala isinya yang Maha Besar, yang berkat
rahmat, bimbingan, izin dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul:
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan sektor lapangan kerja dan UMKM sebagai target deregulasi ini menjadi
penting, mengingat peran sentral keduanya dalam perekonomian Indonesia.
Menurut data Kementerian Kooperasi dan UKM, 99,99 persen dari total pelaku
usaha di Indonesia adalah UMKM. Selain itu UMKM juga menyerap sekitar 97
persen tenaga kerja nasional. Kemudian, pada tahun 2018 lalu, 60 persen atau
sekitar Rp 8.400 triliun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia juga berasal dari
UMKM.2
Tidak berhenti di situ, bahkan menurut Arif Budimanta, Wakil Ketua Komite
Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), UMKM menjadi kunci jika Indonesia
ingin keluar dari jebakan pertumbuhan ekonomi 5 persen. Bahkan, lanjut Arif,
jika memanfaatkan UMKM, ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih dari 7 persen
setiap tahunnya.3
Pertumbuhan ekonomi ini juga, secara teori, akan berdampak positif pada
penyerapan tenaga kerja, di mana menurut pemerintah, setiap 1 persen
pertumbuhan ekonomi dapat membuka 350 ribu lapangan kerja baru. Pemerintah
sendiri menaikkan target penciptaan lapangan kerja baru dari 10 juta selama 2014-
2019, menjadi 12,8 juta selama 2020-2024.4 Kebutuhan akan pertumbuhan
ekonomi di atas lima persen ini juga berkaitan dengan target pemerintah untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045 dengan pendapatan
per-kapita mencapai Rp 320 juta per-tahun, PDB US$ 7 triliun, kemiskinan
mendekati nol persen, dan Indonesia masuk lima negara dengan perekonomian
terbesar di dunia.
Banyak pihak menilai bahwa Indonesia memiliki terlalu banyak regulasi. Untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya pada sektor UMKM dan agar
Indonesia lebih menarik dimata investor asing, maka ‘obesitas regulasi’ ini
1
www.kemenkuham.go.id
2
www.depkop.go.id
3
https://www.pinterpolitik.com/omnibus-law-jurus-terbaru-jokowi/
4
https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/NarasiRPJMNIV2020-2024_Revisi28Juni2019.pdf
1
disiasati oleh Presiden Jokowi Dodo dengan gagasan Omnibus Law. Omnibus
Law merupakan suatu konsep produk hukum yang berfungsi mengonsolidir
berbagai tema, materi, subjek dan peraturan perundang-undangan pada setiap
sektor yang berbeda untuk menjadi satu produk hukum besar dan holistik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a) Bagi Ilmu Pengetahuan :
1) Mampu menjelaskan bidang Hukum Ekonomi, dari dasar hukum
lahirnya Hukum Ekonomi hingga perkembangan Hukum Ekonomi
bagi pembangunan ekonomi di Indonesia.
2) Memberikan pengetahuan berdasarkan fakta hasil studi
kepustakaan tentang Konsep Omnibus Law yang diterapkan di
Indonesia.
3) Mendapatkan gambar besaran keterkaitan antara Konsep Omnibus
Law peraturan perundang-undangan di Indonesia khususnya dalam
bidang Hukum Ekonomi Indonesia.
2
4) Mampu melakukan analisa rancangan Kitab Undang-undang
menggunakan konsep Omnibus Law, khususnya penataan peraturan
perundang-undangan di bidang hukum ekonomi .
b) Pembentuk Undang-undang : Memberikan masukan terkait konsep
penataan peraturan perundang-undangan dalam perancangan Omnibus
Law di bidang Hukum Ekonomi Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan bagi para praktisi, yaitu para penegak hukum, hakim
pengadilan, penasehat hukum atau advocat, maupun kalangan akademisi
untuk dapat memaknai Konsep Omnibus Law sebagai Payung Hukum
Indonesia, sehingga di masa yang akan datang, bangsa Indonesia tidak lagi
menggunakan produk hukum ‘warisan penjajah’ sebagaimana yang kini
masih berlaku.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum Ekonomi
Manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, oleh karena itu manusia
melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi ini sering kali tidak
berjalan dengan baik karena adanya benturan kepentingan diantara manusia yang
berinteraksi. Agar tidak terjadi perselisihan maka harus ada kesepakatan bersama
diantara mereka. Kegiatan ekonomi sebagai salah satu kegiatan sosial manusia
juga perlu diatur dengan hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan
kegiatannya dapat berjalan dengan baik dengan mempertimbangkan sisi keadilan
bagi para pelaku ekonomi. Hukum atau peraturan perekonomian yang berlaku
disetiap kelompok sosial atau suatu bangsa berbeda-beda tergantung kesepakatan
yang berlaku pada kelompok sosial atau bangsa tersebut.
Peranan hukum disini adalah untuk melindungi kepentingan negara perlu dibuat
agar dapat terwujud bangsa yang sejahtera dan menjadi tuan di negeri sendiri.
5
Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945
6
Pendahuluan Undang-undang Dasar 1945
4
Hukum Ekonomi Indonesia juga harus mampu memegang amanat Undang-
undangD 1945 (amandemen) pasal 27 ayat (2) yang berisi : “Tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.7
Negara juga memiliki kewajiban untuk mensejahteraan rakyatnya, sehingga
perekonomian harus dapat mensejahterakan seluruh rakyat, sementara fakir
miskin dan anak yang terlantar juga perlu dipelihara oleh Negara. Negara perlu
membuat iklim yang kondusif bagi usaha dan bagi masyarakat yang tidak mampu
dapat diberdayakan. Sementara yang memang tidak dapat berdaya seperti orang
sakit, cacat perlu diberi jaminan sosial (Pasal 34 Undang-undangD 1945). Tugas
negara ini dalam kondisi sekarang tidaklah mudah dimana kemampuan keuangan
pemerintah sendiri juga terbatas. Konsep perekonomian yang baik perlu
dilaksanakan.
Hukum Ekonomi Sosial adalah pengaturan dan pemikiran hukum mengenai cara-
cara pembagian hasil pembangunan ekonomi nasional secara adil dan merata,
sesuai dengan martabat kemanusiaan (hak asasi manusia) manusia Indonesia
(distribusi yang adil dan merata). Hukum Ekonomi Sosial meliputi bidang obat-
obatan, kesehatan dan keluarga berencana, perumahan, bencana alam,
transmigrasi, pertanian, bentuk-bentuk perusahaan rakyat, bantuan dan pendidikan
bagi pengusaha kecil, perburuhan, pendidikan, penderita cacat, orang-orang
miskin dan orang tua serta pensiunan.9
Indonesia merupakan bagian dari masyarakat global sehingga Indonesia pun tidak
terlepas dari hukum internasional termasuk yang menyangkut ekonomi. Tetapi
walaupun demikian, kita juga harus bersikap kritis dan memperjuangkan hak bagi
kesejahteraan Negara kita, karena tidak semua kebijakan ekonomi tersebut dapat
diterapkan dan kalaupun diterapkan harus ada penyesuaian dengan hukum yang
berlaku di Indonesia.
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, sehingga dalam pengaturan
hukum ekonominya harus mempertimbangkan hal tersebut. Di era orde baru kita
pernah mencoba mengatur Negara ini menggunakan sistem sentralisasi atau
terpusat. Semua kegiatan ekonomi diatur oleh pemerintah pusat. Diakui dengan
sistem ini perekonomian kita sempat berjaya dengan swasembada beras, namun di
7
Pasal 27 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 (amandemen)
8
DR. C.F.G Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1988, Hal. 2-3
9
DR. C.F.G Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1988, Hal. 3
5
sisi lain terjadi kesenjangan antara pusat-pusat ekonomi dengan daerah-daerah
yang terpencil dan kurangnya pemerataan pembangunan.
6
3. Terjadinya perbedaan interpretasi terhadap suatu peraturan perundang-
undangan
4. Hukum sebagai pedoman masyarakat dan pemerintah menjadi tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Secara etiomologi, Omnibus Law berasal dari kata Bahasa Latin omnibus yang
berarti semua atau untuk semua. Sementara menurut Marc Bosc and André
Gagnon, Omnibus Law adalah suatu hukum yang bertujuan untuk meng-
amandemen, mencabut, atau menetapkan secara sekaligus beberapa hukum.
Omnibus Law ini juga terdiri atas beberapa inisiatif (aturan) terkait yang
sebelumnya terpisah, yakni hak-hak kemanusiaan yang dipercayakan kepada
hukum untuk dijaga atau dilindungi, sebab tanpa adanya perlindungan hukum,
akan banyak terjadi perbuatan pelanggaran hukum.
Bryan A. Garner, et.al (Eds.) menggunakan istilah omnibus bill yang berarti :10
1. “A single bill containing various distinct matters, usu. drafted in this way to
force the executive either to accept all the unrelated minor provisions or to
veto the major provision.”
10
Black’s Law Dictionary Ninth Edition, hal.186
7
2. “A bill that deals with all proposals relating to a particular subject, such as
an "omnibus judgeship bill" covering all proposals for new judgeships or an
"omnibus crime bill" dealing with different subjects such as new crimes and
grants to states for crime control.”
Dari paparan diatas, dapat dikatakan Omnibus Law merupakan metode atau
konsep pembuatan peraturan yang menggabungkan beberapa aturan yang
substansi pengaturannya berbeda, menjadi suatu peraturan besar yang berfungsi
sebagai payung hukum (umbrella act). Dan ketika peraturan itu diundangkan
berkonsekuensi mencabut beberapa aturan hasil penggabungan dan substansinya
selanjutnya dinyatakan tidak berlaku, baik untuk sebagian maupun secara
keseluruhan.
Hukum dimaknai sebagai tata hukum memiliki posisi yang sangat penting sebagai
dasar bertindak pemerintah. Jika suatu negara sudah memposisikan dirinya
sebagai negara hukum (rechtsstaat), maka konsekuensinya produk peraturan
perundang-undanganlah yang menjadi tolak ukur rule of the game di tengah
kehidupan masyarakat, dimana kandungan norma di dalamnya akan menyebut
soal larangan, perintah, kepatuhan, dan sanksi yang mengikat. Hukum berisi
norma perlindungan kepentingan rakyat seperti keadilan, kebebasan menentukan
pilihan, perlakuan yang adil, perlakuan yang manusiawi, hak memperoleh
kesejahteraan dan pekerjaan yang layak, termasuk yang bermuatan penegakan
hukum. Jika penyelenggara kekuasaan mengimplementasikan tugas yang
digariskan oleh hukum ini berarti menyelenggarakan tujuan ideal yang sudah
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1979), hlm. 43.
8
melekat dalam diri negara hukum seperti menjaga dan melindungi kehidupan
manusia harapan hukum telah terpenuhi.12
Apabila dilihat dari ketentuan ini, Omnibus Law sebagai sebuah undang-undang
tetap berkedudukan di bawah Undang-undang Dasar 1945 (Undang-undangD
1945), namun lebih tinggi dari jenis peraturan perundang-undangan lainnya.
9
pembentukan Omnibus Law yang berfungsi untuk mengakomodasi beberapa
materi muatan sekaligus.
Maka dari itu, salah satu materi muatan undang-undang yang dijelaskan dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf b Undang-undang 12/2011 (hal. 48), yaitu “perintah suatu
undang-undang untuk diatur dengan undang-undang”, merupakan deskripsi dari
perintah suatu undang-undang payung.
Peran pasar keuangan juga belum optimal sebagai sumber pembiayaan nasional.
Industri jasa keuangan Indonesia juga dianggap belum efisien (costly) ditandai
dengan tingginya interest margin dibanding negara-negara lainnya. Persoalannya,
13
Muhammad Bakri, Pengantar Hukum Indonesia : Sistem Hukum Indonesia Pada Era Reformasi, Jilid 1,
Hal.47
14
https://www.cnbcindonesia.com/news/20181226195027-51-48087/di-2018-bagaimana-sektor-jasa-
keuangan-indonesia
10
apakah tantangan sektor keuangan di atas perlu diatasi dengan amendemen
undang-undang? Dan apakah urgensi amendemen perundang-undangan hingga
perlu dilakukan melalui Omnibus Law? Atau cukup dengan amendemen
perundang-undangan existing? Jangan-jangan permasalahannya berada di luar
jangkauan perundang-undangan? Misalnya, jika menilik pada masih sedikitnya
penduduk usia produktif yang memiliki rekening bank, perlu dilihat apakah
permasalahannya terletak pada hambatan regulasi atau berkaitan dengan persoalan
fundamental seperti belum tumbuhnya ekonomi sebagian besar masyarakat
Indonesia sehingga tidak terdapat alokasi dana untuk tabungan dan investasi.
Penanganan permasalahan tersebut secara fundamental tentu berada di luar
kapasitas regulasi.
Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) jo. Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undang-undang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pembentukan suatu undang-undang
mempersyaratkan adanya kejelasan materi yang hendak diatur, sasaran yang ingin
diwujudkan, serta arah dan jangkauan pengaturannya. Menilik rencana Omnibus
Law di bidang perpajakan, objektif yang hendak dicapai adalah untuk
mengharmonisasikan ketentuan fasilitas perpajakan dalam rangka meningkatkan
iklim usaha kondusif dan atraktif bagi investor yang diharapkan dapat berujung
pada peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun tentu saja rancangan
Omnibus Law tersebut tidak serta merta menghapuskan Undang-undang Nomor 8
tahun 1983 jo Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Undang-undang
PPn), Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 jo Undang-undang Nomor 17 Tahun
2000 jo Undang-undang Nomor 36 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan
(Undang-undang PPh), dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 jo Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Undang-undang KUP)
Luasnya jangkauan dan sasaran yang hendak dicapai merupakan tantangan bagi
pembentukan Omnibus Law dalam penataan regulasi bidang sektor ekonomi
keuangan. Dari sisi ekosistem industri, pengaturan sektor ekonomi di bidang jasa
keuangan meliputi subsektor industri perbankan, asuransi, dana pensiun,
perusahaan pembiayaan dan penjaminan, serta pasar modal, di mana masing-
masing tunduk pada prinsip kepatuhan regulasi berbeda. Di satu sisi pengawasan
11
dilakukan untuk mencegah kegagalan lembaga keuangan melalui pendekatan
prinsip kehati-hatian (prudential regulation), di sisi lain pengawasan bidang pasar
modal dilakukan untuk mendorong transparansi dan penegakan fair play pelaku
pasar (market conduct) serta perlindungan investor.
Selain itu, pengembangan dan ketahanan sektor keuangan amat ditentukan oleh
peran pengawas dan lembaga terkait. Sehingga perombakan hukum di bidang
ekonomi mau tidak mau juga akan menyentuh beberapa ketentuan dalam Undang-
undang kelembagaan, seperti bagaimana mengharmonisasikan objektif dan
sasaran yang harus dicapai, klarifikasi mandat, tujuan dan kewenangan otoritas,
serta hubungan antarlembaga. Setidaknya pengaturan sektor keuangan di
Indonesia perlu dilakukan untuk mencapai tiga tujuan utama, yaitu untuk (1)
memperbesar skala industri jasa keuangan dan perluasan akses (depth and
inclusive), (2) menciptakan sistem keuangan yang lebih efisien, cepat, dan
transparan (efficiency), dan (3) menjaga stabilitas sistem keuangan (stability).
Berdasarkan kompleksitas di atas, tentu saja Omnibus Law tidak dapat dijadikan
sebagai satu-satunya tumpuan untuk mengoptimalkan peran bidang Hukum
Ekonomi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dari sisi
permasalahan regulasi di Indonesia, Omnibus Law jelas tidak ditujukan untuk
mengatasi persoalan obesitas peraturan karena munculnya Omnibus Law tidak
serta merta menghapuskan perundang-undangan existing.
12
Selain itu, penguatan pengawasan terintegrasi untuk konglomerasi lembaga
keuangan, termasuk jangkauan pengawasannya apabila anggota konglomerasi
bukan lembaga keuangan, serta penegakan hukum sektor keuangan yang berpihak
pada kepentingan konsumen dan investor. Pada akhirnya politik hukum Omnibus
Law di sektor keuangan harus dilandaskan pada kajian Regulatory Impact
Assessment. Kajian perlu berangkat dari perlu tidaknya pembentukan Omnibus
Law dibanding langsung merevisi perundang-undangan existing. Seandainya
dianggap visible, Omnibus Law perlu memetakan arah dan jangkauan berdasarkan
sasaran utama apakah akan didasarkan pada objektif deepening & inclusion,
efficiency, stability, atau meliputi keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
14
Beberapa kelebihan penerapan konsep Omnibus Law dalam menyelesaikan
sengketa regulasi di Indonesia antara lain:
1. Mengatasi konflik peraturan perundangundangan secara cepat, efektif dan
efisien.
2. Menyeragamkan kebijakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun didaerah
untuk menunjang iklim investasi;
3. Pengurusan perizinan lebih terpadu, efisien dan efektif;
4. Mampu memutus rantai birokrasi menjadi sederhana;
5. Meningkatnya hubungan koordinasi antar instansi terkait karena telah diatur
dalam kebijakan omnibus regulationyang terpadu
6. Adanya jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pengambil
kebijakan.
B. Saran
Penataan regulasi bidang hukum ekonomi melalui konsep omnibus law memang
seperti menjadi solusi terbaik untuk merampingkan ‘obesitas’ peraturan
perundang-undangan, sehingga diharapkan dapat meringankan tahapan
administrasi yang harus ditempuh dalam pembangunan ekonomi nasional di
Indonesia. Rekonstruksi regulasi ini juga diharapkan dapat membuat Indonesia
menjadi lebih menarik bagi investor dalam ataupun luar negeri. Namun penataan
regulasi dibidang hukum ekonomi melalui konsep omnibus law ini harus
dilakukan dengan baik dan benar, melalui perencanaan yang terstruktur,
sistematis, dengan melakukan review peraturan perundang-undangan sejenis yang
terkait atau saling bertentangan, berdasarkan tujuan negara hukum (rechtstaat)
yang diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 dan sesuai dengan nilai-nilai
falsafah negara (Pancasila).
Kenyataan bahwa harus dibangun suatu hukum nasional yang satu atau
mempersatukan bangsa Indonesia berdasarkan asas-asa yang terkadung dalam
Undang-undang Dasar 1945 dan mukadimahnya yang merupakan pencerminan
dari falsafah Pancasila, yakni ;
1. Asas Kesatuan dan Persatuan atau Kebangsaan mengamanatan bahwa hukum
Indonesia harus merupakan hukum nasional yang berlaku bagi seluruh bangsa
Indonesia. Hukum nasional mempersatukan bangsa Indonesia;
2. Asas Ketuhanan mengamanatkan bahwa tidak boleh ada produk hukum
nasional yang bertentangan dengan agama atau bersifat menolak atau
bermusuhan dengan agama;
3. Asas Demokrasi mengamanatkan bahwa dalam hubungan hukum dan
kekuasaan harus tunduk pada hukum , bukan sebaliknya, dan bahwa
kekuasaan ada pada wakyat dan wakil-wakilnya;
4. Asas Keadilan Sosial mengamanatkan bahwa smeua warga negara
mempunyai hak yang sama dan bahwa semua orang sama di hadapan hukum;
15
5. Asas Kesatuan dan Persatuan mengamanatkan bahwa adanya
keanekaragaman budaya tidak menjadi sebab atas perpecahan bangsa, karena
seyogyanya bangsa Indonesia memegang motto “Bhineka Tunggal Ika”.
Penataan regulasi melalui konsep omnibus law dapat dipandang juga sebagai
pengembangan hukum nasional Indonesia, yang mau tidak mau mesti dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka membentuk hukum nasional yang mengakar ke
seluruh lapisan masyarakat. Pengembangan hukum nasional Indonesia yang saat
ini sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur luar sedapat mungkin untuk tetap
mempertahankan sumber-sumber hukum materil dari hukum-hukum Indonesia.
Pengembangan hukum nasional yang menitik beratkan kepada semangat dan
citarasa Indonesia hanya dapat dilakukan dengan konsensus dari seluruh elemen
bangsa.
16