Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ETIKA PROFESI HUKUM

Peranan Kode Etik Jaksa di Indonesia serta Kasus dan Analisisnya

Dosen Pengampu: Diandra Preludio Ramada, M.H.

Disusun Oleh:

1. Choirul Rohmiyanti Pohan (8111421217)


2. Figo Azhar Rafi Santoso (8111421218)
3. Chike Revianda (8111421219)
4. Muhammad Faiza Rizal Hauzan (8111421227)
5. Ridwan Tabah Al-Hafidz (8111421236)
6. Hafiz Afrizal Efendi (8111421237)
7. Zefanya Tasha Cahyani (8111421246)
8. Nashwa Josayvani Putri (8111421249)
9. Erlin Safitri (8111421257)
10. Tegar Islami Putra (8111421259)

Rombel: Ilmu Hukum 05

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Peranan Kode Etik Jaksa di Indonesia serta Kasus dan Analisisnya” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Diandra Preludio Ramada, M.H. pada mata kuliah Etika Profesi Hukum.
Selain itu, makalh ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kode etik
jaksa di Indonesia serta kasus dan analisis dari kasus tersebut bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Diandra Preludio Ramada,


M.H., selaku dosen pengampu bidang studi Etika Profesi Hukum yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalh yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan Masalah .................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 7
A. Kode Etik Jaksa .................................................................................................... 7
B. Kelebihan dan Kelemahan Kode Etik Jaksa ...................................................... 8
a. Kelebihan Kode Etik Jaksa .............................................................................. 9
b. Kelemahan Kode Etik Jaksa ............................................................................ 9
C. Contoh Kasus Permasalahan Kode Etik Profesi Jaksa dan Putusannya ........ 9
D. Analisis Putusan Masalah .................................................................................. 12
E. Analisis Argumentatif Kode Etik Jaksa............................................................ 15
BAB III............................................................................................................................. 18
PENUTUP ........................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Profesi hukum merupakan profesi yang keberadaannya
berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat umum. Pengemban
profesi hukum haruslah orang yang dapat di percaya secara penuh, bahwa
profesional hukum tidak akan menyalahgunakan situasi yang ada.
Pengemban hukum haruslah dilakukan secara martabat, dan harus
mengerahkan segala kemampuan pengetahuan dan keahlian yang ada
padanya, sebab tugas profesi hukum adalah tugas kemasyarakatan yang
langsung berhubungan dengan nilai dasar yang merupakan perwujudan
martabat manusia, oleh karena itu pelayanan hukum memerlukan
pengawasan dari masyarakat.
Etika profesi sebagai sikap hidup yang mana berupa kesediaan
untuk memberikan pelayanan profesional di bidang hukum terhadap
masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum dengan disertai refleksi
yang seksama. Di sini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara etika
dengan profesi hukum, sebab dengan etika para profesional hukum dapat
melaksanakan tugas (pengabdian) profesinya dengan baik untuk
menciptakan penghormatan terhadap martabat manusia yang pada
akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah masyarakat.
Ajaran moral atau etika dan hukum pada dasarnya tidak mungkin
terpisahkan, karena hukum tanpa moral atau etika akan mengakibatkan
subyek-subyek hukum kehilangan karakter humanisnya. Demi terjaminnya
keseimbangan dan keserasian antara kewibawaan pemerintah di satu pihak
dan pihak lainnya kepentingan masyarakat dalam tata susunan negara
hukum, maka mutlak diperlukan kejaksaan yang mampu berperan, baik
sebagai bagian eksekutif maupun sebagi unsur yudikatif. Dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa senantiasa bertindak
berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,

4|Page
kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga
kehormatan dan martabat profesinya.
Profesi jaksa adalah sebuah profesi yang sangat penting dalam
penegakan hukum peradilan, dalam menetapkan posisi dan peranan
kejaksaan, di samping adanya peraturan perundang-undangan yang
mendasari diri dari wewenangnya, dirasakan pula perlunya memiliki suatu
doktrin demi mendorong serta menjamin terlaksananya secara mantap
darma baktinya kejaksaan yang akan menjiwai sikap dan perilaku
warganya dalam meraih cita-cita luhurnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan penelitian untuk mencegah terlalu melebarnya
pokok masalah yang dikaji atau menyimpang dari pokok permasalahan,
maka perlu kiranya ada pembatasan masalah dalam penulisan penelitian
ini. Adapun pembatasan dalam penulisan ini dibatasi yaitu mengenai
regulasi pengawasan terhadap jaksa dalam pelaksanaan sistem peradilan
pidana dan analisa putusan pengadilan. Dalam penelitian ini permasalahan
di rumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja kode etik dari profesi jaksa?
2. Bagaimana kelemahan dan kelebihan dari kode etik jaksa?
3. Apa contoh kasus permasalahan kode etik profesi jaksa tersebut
dan bagaiamana putusannya?
4. Bagaimana analisis putusan tersebut? Apakah sudah sesuia
dengan kode etik yang ada?
5. Apakah kode etik yang ada mampu mewakili keberadaan atau
kelayakan profesi tersebut di masa sekarang?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui kode etik dari profesi jaksa di Indonesia.

5|Page
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari kode etik jaksa
tersebut.
3. Mengetahui contoh kasus permasalahan kode etik profesi jaksa
dan putusan dari kasus tersebut.
4. Mengetahui analisis putusan apakah sudah sesuai dengan kode
etik yang ada.
5. Mengetahui analisis argumentatif tentang kode etik yang ada
mampu mewakili keberadaan atau kelayakan profesi jaksa di
masa sekarang.

6|Page
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kode Etik Jaksa
Kode Etik Profesi Jaksa atau dalam istilah lainnya Kode Perilaku
Jaksa itu memuat apa yang menjadi kewajiban dan larangan bagi seorang
jaksa dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor: PER-067/A/JA/07/2007. Kewajiban seorang
jaksa dalam melaksanakan tugasnya:
• Menaati kaidah hukum, peraturan perundang undangan dan peraturan
kedinasan yang berlaku.
• Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
• Mendasar kepada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai
keadilan dan kebenaran.
• Bersikap mandiri, bebasdari pengaruh apapun, tekanan/ancaman opini
public secara langsung atau tidak langsung.
• Bertindak obyektif dan tidak memihak.
• Memberitahukan dan atau memberi hak hak yang dimiliki terdakwa
maupun korban.
• Membangun dan memelihara hubungan fungsional antar aparat
penegak hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu.
• Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan,
partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung
atau tidak langsung.
• Menyimpan dan memegang rahasia yang seharusnya dirahasiakan.
• Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan.
• Menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak
kebebasan sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-

7|Page
undangan dan instrumen Hak Asasi Manusia yang diterima secara
universal.
• Menanggapi kritik dengan bijaksana.
• Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
• Bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.
Sedangkan seorang jaksa itu di larang:
• Menggunakan jabatan dan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.
• Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara /
memalsukan data.
• Menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan
secara fisik atau psikis.
• Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta
melarang keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau
keuntungan sehubungan dengan jabatannya.
• Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau
keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau
mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung.
• Bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun kepada siapapun.
• Membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan
penegakan hukum.
• Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal
teknis perkara yang ditangani.
Dalam peraturan Jaksa Agung Nomor: PER-067/A/JA/07/2007 itu
juga diatur mengenai penegakan kode perilaku jaksa dan tindakan
administratif terhadap jaksa yang tidak melaksanakan kewajiban dan atau
melanggar larangan, demikian juga tata caranya sudah diatur dalam
Peraturan Jaksa Agung tersebut.
B. Kelebihan dan Kelemahan Kode Etik Jaksa

8|Page
a. Kelebihan Kode Etik Jaksa
Kelebihan dari kode etik jaksa adalah:
• Kode etik jaksa terkandung nilai-nilai luhur yang dapat
membangun pribadi jaksa menjadi lebih bermartabat dalam
menjalankan tugas fungsional maupun diluar tugas dinasnya.
• Kode etik dapat dijadikan pedoman atau petunjuk mengenai
perilaku untuk mewujudkan jaksa yang memiliki integritas,
bertanggungjawab dan menjamin mutu moral jaksa di masyarakat
demi mewujudkan suatu birokrasi yang efektif, bersih, transparan,
dan akuntabel.
• Kode etik jaksa mendorong jaksa untuk lebih mementingkan
keadilan dan kepentingan publik/orang banyak di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
b. Kelemahan Kode Etik Jaksa
Kelemahan dari kode etik jaksa, yaitu:
• Idealisme yang ada dalam kode etik seringkali tidak sejalan dengan
kenyataan yang terjadi, seperti masih adanya pengaruh atau
tekanan oleh pihak-pihak tertentu, penyalahgunaan wewenang, dan
banyak kasus KKN yang dilakukan oleh oknum jaksa.
• Pengawasan terhadap tugas jaksa sebagai penuntut umum yang di
lakukan oleh setiap kepala masing-masing divisi dalam
pelaksanaanya kurang efektif karena masih terdapat oknum jaksa
yang melanggar Kode Etik jaksa.
• Sanksi terhadap oknum jaksa yang melanggar Kode Etik Jaksa
kurang memberikan efek jera.
• Lemahnya peran serta masyarakat dalam mengawasi dan
melaporkan tindak pelanggaran kode etil oleh jaksa.
C. Contoh Kasus Permasalahan Kode Etik Profesi Jaksa dan
Putusannya
Kasus Pelanggaran Kode Etik Jaksa Farizal
terkait Kasus Penyuapan

9|Page
Kejaksaan Agung masih mendalami dugaan pelanggaran etik yang
dilakukan jaksanya, Farizal. Ia dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sebagai tersangka dugaan penerimaan suap untuk mengurus perkara
Direktur Utama CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto yang diadili di
Pengadilan Negeri Padang.Jaksa Agung Muda bidang Pengawasan
Kejaksaan Agung telah memeriksa sejumlah pihak terkait dugaan
pelanggaran etik ini. Mereka yang diperiksa antara lain Asisten Kepala
Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Asisten Pidana Khusus, Asisten Pidana
Umum di Kejati Sumbar, rekan sesama jaksa dalam tim Farizal, dan juga
Farizal sendiri.

Dari pemeriksaan itu, ditemukan sejumlah fakta yang


mengindikasikan bahwa Farizal memang melanggar etik. Berdasarkan
keterangan yang diambil dari pejabat Kejati Sumbar dan pengakuan
Farizal, hasilnya menyerupai dengan apa yang dituduhkan KPK
kepadanya.Tak pernah ikut sidang Kepala Pusat Penerangan Hukum
Kejaksaan Agung Muhammad Rum mengatakan, ada indikasi sejumlah
penyimpangan perilaku Farizal. Pertama, Farizal tidak pernah sekalipun
mengikuti sidang perkara di mana Sutanto menjadi terdakwa. Padahal, ia
merupakan jaksa penuntut umum dalam kasus terkait distribusi gula yang
diimpor tanpa Standar Nasional Indonesia (SNI) itu.Farizal juga disebut
tidak informatif kepada sesama anggota tim jaksa penuntut umum dalam
kasus itu, sehingga mereka berjalan tanpa koordinasi dengan Farizal.
Selain itu, Farizal juga membantu Sutanto dalam menyusun
eksepsi.Perbuatan tersebut dianggap melampaui kewenangannya sebagai
jaksa penuntut umum karena semestinya yang menyusun eksepsi adalah
terdakwa bersama penasihat hukum.

Farizal diduga menerima suap sebesar Rp 440 juta dari Sutanto


untuk membantu perkara pidana yang disidangkan di Pengadilan Negeri
Padang. Kejanggalan sudah dirasakan sebelum perkara Sutanto
disidangkan. Sejak di tingkat penyidikan hingga persidangan, Sutanto

10 | P a g e
hanya menjadi tahanan kota oleh Kejaksaan Tinggi Sumbar. Ia tidak
diamankan di balik jeruji besi oleh kepolisian di Padang. Rum
mengatakan, kewenangan penetapan seseorang bisa menjadi tahanan kota
oleh Kejati Sumbar.Tak hanya itu, berdasarkan pengakuan salah satu pihak
yang diperiksa Jamwas, terungkap bahwa jaksa penuntut umum tidak
mencermati berkas perkara di tingkat penyidikan untuk dilimpahkan ke
persidangan.

Faizal telah terbukti melakukan tindak penyuapan, dan dapat


dikenai sanksi administratif. Apabila kita melihat PERATURAN JAKSA
AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-014/A/JA/11/2012
pasal 13 ayat (1) yang berisi:

a) pembebasan dari tugas-tugas Jaksa, paling singkat 3 (tiga) bulan


dan paling lama (1) satu tahun; dan/atau
b) pengalihtugasan pada satuan kerja yang lain, paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 2 (dua) tahun.

Dan sanksi administratif yang tepat untuk dijatuhkan kepada Faizal


adalah pembebasan dari tugas-tugas jaksa, paling singkat 3 bulan dan
paling lama 1 tahun. Lalu bagaimana jika setelah dikenai sanksi
administratif, jaksa melakukan suatu pelanggaran kode etik yang sama ?
jawabannya bisa kita lihat didalam pasal 27 ayat (2) intinya mengatakan,
bahwa apabila seorang jaksa yang telah terbukti melakukan suatu
pelanggaran kode etik kemudian melakukan pelanggaran kode etik yang
sama, maka dapat dijatuhi sanksi administratif yang lebih berat.

Farizal dijatuhkan pidana penjara selama 5 tahun dikurangi selama


Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah supaya Terdakwa tetap
ditahan dan ditambah dengan pidana denda sejumlah Rp 250.000.000
subsidier selama 6 bulan kurungan lalu Menghukum Terdakwa (farizal)
untuk membayar uang pengganti Rp 355.600.000 paling lama dalam
waktu satu bulan sesudah putusan ini berkekuatan hukum tetap. Jika tidak

11 | P a g e
membayar, maka harta bendanya disita dan dilelang oleh jaksa untuk
menutupi uang pengganti tersebut dengan ketentuan apabila Terpidana
tidak mempunyai harta benda yang mencukupi maka dipidana dengan
pidana penjara selama 6 bulan.

D. Analisis Putusan Masalah

Kode Etik Jaksa atau yang dikenal sebagai kode perilaku jaksa
adalah serangkaian norma sebagai pedoman keutamaan mengatur perilaku
jaksa baik dalam menjalankan tugas, menjaga kehormatan, martabat
profesi, maupun dalam melakukan hubungan kemasyarakatan di luar
kedinasan. Seorang jaksa seharusnya memberikan bantuan hukum,
pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan hukum atau tindakan
hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien, konsisten, transparan
dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan tugas bidang
lain. Sebaliknya, jaksa Fahrizal dinilai melakukan pelanggaran kode etik
dengan tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan dalam
menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya.

Dalam kasus tersebut terbukti bahwa Jaksa Farizal melakukan


tindak penyuapan dengan menerima suap sebesar Rp 440 juta dari
Xaveriandy Sutanto untuk membantu pidana yang disidangkan di
Pengadilan Negeri Padang. Perbuatan Jaksa Farizal ini melanggar pasal 7
(b) Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor Per
014/A/JA/11/2012 Tentang Kode Perilaku Jaksa. Dalam pasal tersebut
dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas profesi jaksa dilarang
meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan dalam bentuk
apapun dari siapapun yang memiliki kepentingan baik langsung maupun
tidak langsung.

Jaksa Fahrizal juga tidak melakukan tugas dan kewajibannya


sebagai jaksa dengan semestinya. Dimana ia tidak pernah mengikuti
sidang perkara yang Xaveriandy Sutanto menjadi terdakwa. Padahal, Jaksa

12 | P a g e
Fahrizal merupakan jaksa penuntut umum dalam kasus terkait distribusi
gula yang diimpor tanpa Standar Nasional Indonesia (SNI) itu. Jaksa
Farizal juga tidak informatif kepada sesama anggota tim jaksa penuntut
umum dalam kasus tersebut.

Perbuatan yang dilakukan Jaksa Fahrizal dinilai melanggar


tugasnya yang telah diatur dalam Pasal 20 ayat (3), dalam Sumpah atau
janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya,


untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan
menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau
menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak


melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima
langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau
pemberian”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setiap kepada dan akan


mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi negara Republik
Indonesia”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan


tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, seksama,
obyektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama,
ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya
dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa, dan negara”.

13 | P a g e
“Saya bersumpah / berjanji baha saya senantiasa akan menolak atau
tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun
juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan wewenang dan tugas saya
yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya”.

Jaksa Fahrizal juga membantu Xaveriandy Sutanto dalam


menyusun eksepsi atas surat dakwaan agar mendapatkan hukuman yang
ringan. Ia telah melanggar Pasal 11 ayat (1) huruf b Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang
berbunyi sebagai berikut:

1) Kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang ini, jaksa dilarang


merangkap menjadi:
a) Pengusaha, pengurus atau karyawan badan usaha milik
negara/daerah, atau badan usaha swasta;
b) Advokat.

Dalam hal ini Jaksa Fahrizal terbukti melampaui kewenangannya


sebagai jaksa penuntut umum, dikarenakan penyusunan eksepsi
seharusnya dilakukan oleh terdakwa bersama penasihat hukumnya.
Perbuatan Jaksa Fahrizal yang tidak berpegang teguh pada keadilan dan
kebenaran ini dinilai sebagai bentuk tidak mengamalkan Tri Karma
Adhyaksa. Selain itu, Perbuatan Jaksa Fahrizal sendiri bertentangan
dengan makna timbangan yang terdapat didalam lambang Kejaksaan.
Dimana seharusnya seorang jaksa memandang sama semua terdakwa, baik
itu pejabat ataupun orang biasa sekalipun karena semua orang memiliki
kedudukan yang sama dimata hukum.

Berdasarkan perbuatannya yang telah terbukti melakukan tindak


penyuapan dari Xaveriandy Sutanto atas penanganan kasus gula non-SNI
untuk kepentingan melakukan penahanan kota terhadap Xaveriandy
Sutanto, dan membantu pembuatan nota keberatan (eksepsi) atas dakwaan,
Jaksa Fahrizal divonis 5 tahun penjara karena terbukti menerima suap dari

14 | P a g e
pengusaha gula Xaveriandy Sutanto. Dia juga didenda sebesar Rp250 juta
dengan subsider 4 bulan penjara, serta diwajibkan untuk membayar uang
pengganti Rp355 juta. Selain di vonis penjara dan denda, berdasarkan
pelanggaran etik dan hukum yang telah dilakukannya, berdasarkan Pasal
13 Ayat (1) huruf a, d, dan e Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan, Jaksa Farizal diberhentikan secara tidak hormat karena
telah memenuhi alasan-alasan yang telah ditentukan di dalamnya.
Dimana Jaksa Fahrizal tidak memenuhi program pemerintah untuk
melakukan pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi. Dan sebagai
penegak hukum, Farizal sudah merusak kepercayaan masyarakat
terhadap institusi penegak hukum.

E. Analisis Argumentatif Kode Etik Jaksa

Analisis argumentatif apakah kode etik yang ada mampu mewakili


keberadaan/kelayakan profesi tersebut di masa sekarang. Dalam
melaksanakan tugas profesi, Jaksa wajib:

• mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-undangan dan


peraturan kedinasan yang berlaku;
• menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan;
• mendasarkan pada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk
mencapai keadilan dan kebenaran;
• bersikap mandiri, bebas dari pengaruh, tekanan /ancaman opini
publik secara langsung atau tidak langsung;
• bertindak secara obyektif dan tidak memihak;
• memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh
tersangka /terdakwa maupun korban;

15 | P a g e
• membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat
penegak hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana
terpadu;
• mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan
pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis
secara langsung atau tidak langsung;
• menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya
dirahasiakan;
• menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan;
• menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak
kebebasan sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-
undangan dan instrumen Hak Asasi Manusia yang diterima secara
universal;
• menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
• bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan;
• bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan
kebenaran.

Dari semua kode etik tersebut sudah seharusnya diterapkan jaksa


dalam menjalani pekerjaannya, semua hal tersebut memiliki kelayakan
yang dimiliki jaksa dalam menjalani tugasnya.

Contoh pada kasus tindak pidana korupsi dari tersangka Teuku


Juswin. Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bener
Meriah, menuntut Teuku Juswin 5 tahun penjara dan denda Rp 500 juta
rupiah. Tuntutan disampaikan dalam sidang yang dilaksanakan secara
virtual di Pengadilan Tipikor Banda Aceh, Jumat (29/10/2021).

16 | P a g e
Apabila denda tidak dapat dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 6 bulan sebagaimana dalam dakwaan primair pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Hal tersebut telah diterapkan oleh jaksa pada kode etik profesi
jaksa poin pertama yaitu “mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-
undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku”

Dari semua kode etik profesi jaksa tersebut, masih banyak lagi
contoh nyata penerapan dari kode etik profesi jaksa.

17 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penulisan dari apa yang penulis telah tulis,
maka sampailah pada kesimpulan, yaitu:
1. Kode Etik Jaksa mempunyai implementasi yang sangat
strategis dengan pelaksanaan tugas jaksa sebagai Penuntut
Umum antara lain, yaitu:
a. Kode Etik Jaksa terkandung nilai-nilai luhur yang dapat
membangun pribadi para penegak hukum yang lebih
bermartabat dalam menjalankan fungsinya.
b. Sanksi yang diberikan kepada oknum jaksa yang melanggar
Kode Etik Jaksa dapat berupa sanksi administrasi terhadap
pelanggaran yang ringan dan sanksi diberhentikan dengan
tidak hormat apabila oknum jaksa memenuhi alasan
pemberhentian dalam Pasal 13 Undang-undang No. 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
2. Kendala yang sering muncul dalam penerapan Kode Etik Jaksa
terhadap tugas jaksa sebagai penuntut umum adalah:
a. Pengawasan terhadap tugas jaksa sebagai penuntut umum
yang dilakukan oleh setiap kepala masing-masing divisi
dalam pelaksanaannya kurang efektif karena masih terdapat
oknum jaksa yang melanggar Kode Etik Jaksa.
b. Sanksi terhadap oknum jaksa yang melanggar Kode Etik
Jaksa kurang memberikan efek jera sehingga perlu
disempurnakan karena masih terhadap oknum jaksa yang
melanggar Kode Etik Jaksa.
B. Saran
Dari hasil tulisan penulis, maka penulis ingin memberikan
beberapa saran, yaitu antara lain:

18 | P a g e
1. Peraturan Kode Etik perilaku Jaksa harus lebih di
sempurnakan, karena belum bisa memberikan efek jera bagi
oknum yang melakukan pelanggaran.
2. Harus ada ketentuan peraturan yang jelas tentang berapa kali
jaksa boleh mengembalikan berkas perkara kepada penyidik,
karena hal ini berkaitan dengan asas peradilan cepat dengan
biaya ringan.
3. Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tugas harus benar-
benar berpedoman pada Kode Etik perilaku dan peraturan lain
yang mengatur tentang hal itu.
4. Perlu diadakannya pembinaan yang berkelanjutan guna
membangun pribadi jaksa agar dapat menciptakan jaksa-jaksa
yang bernilai positif, baik dari awal penerimaan jaksa-jaksa
yang baru sampai pada tingkat atas.
5. Perlu diadakannya studi khusus kepada oknum-oknum jaksa,
untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan
mempengaruhi oknum jaksa sehingga melakukan pelanggaran.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
”Pelanggaran Kode Etik Jaksa Farizal terkait Kasus Pengusaha yang Suap IrmanG
usman”(http://batam.tribunnews.com/2016/09/22/ini-dia-pelanggaran-
kode-etik-jaksa-farizal-terkait-kasus-pengusaha-yang-suap-irman-gusman
31 Oktober 2021)

Abintoro prakoso, 2015, Etika Profesi Hukum Telaah Historis, Filosofis dan
Teoritis Kode Etik Notaris, Advokat, Polisi, Jaksa dan Hakim, Surabaya
LaksBang Justitia.

REPUBLIK INDONESIA. 2012. PERATURAN JAKSA AGUNG NOMOR PER–


014/A/JA/11/2012 TENTANG KODE PERILAKU JAKSA

Andi Akbar Muzfa, S. (2018, Juni). Makalah Hukum-Kode Etik Jaksa Beserta
Kasus dan Analisisnya. Retrieved from
https://seniorkampus.blogspot.com/2018/06/makalah-hukum-kode-etik-
jaksa-beserta.html

BN 1230-2012.doc. (n.d.). Retrieved from


https://badiklat.kejaksaan.go.id/uploads/perja_014_kode_perilaku_jaksa.p
df

Christovery, L. (2010). BAB III PENUTUP.

Doktrin Kejaksaan (Tri Krama Adhyaksa). (n.d.). Retrieved from Kejari Maros:
http://kejari-maros.kejaksaan.go.id/doktrin-kejaksaan-tri-krama-adhyaksa/

Fatria, B. (2021, October Saturday). Jaksa Tuntut Teuku Juswin 5 Tahun Penjara
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Rp 8,6 M. Retrieved from
Serambinews.com: https://aceh.tribunnews.com/2021/10/30/jaksa-tuntut-
teuku-juswin-5-tahun-penjara-dalam-perkara-tindak-pidana-pencucian-
uang-rp-86-m

Indah, N. (n.d.). Analisis Kasus Pelanggaran Kode Etik. Retrieved from


academia.edu:

20 | P a g e
https://www.academia.edu/33393881/Analisis_Kasus_Pelanggaran_Kode_
Etik_Jaksa

Rohmahwatin, D. S. (2020, December). Analisis Kritis terhadap Kode Etik Jaksa


(Kelompok 2-Etprof E). Retrieved from ResearchGate:
https://www.researchgate.net/publication/347533861_Analisis_Kritis_terh
adap_Kode_Etik_Jaksa_Kelompok_2_-_Etprof_E

Tamin, B. Y. (n.d.). Kode Etik Jaksa atau Kode Perilaku Jaksa. Retrieved from
DuniaHukum: https://www.boyyendratamin.com/2016/10/kode-etik-jaksa-
atau-kode-perilaku-jaksa.html

UU_No_16_Tahun_2004_Kejaksaan_Republik_Indonesia.pdf. (n.d.).

UU_No_16_Tahun_2004_Kejaksaan_Republik_Indonesia.pdf. (n.d.). Retrieved


from https://www.ojk.go.id/waspada-
investasi/id/regulasi/Documents/UU_No_16_Tahun_2004_Kejaksaan_Re
publik_Indonesia.pdf

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai