Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
2021
1|Page
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Peranan Kode Etik Jaksa di Indonesia serta Kasus dan Analisisnya” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Diandra Preludio Ramada, M.H. pada mata kuliah Etika Profesi Hukum.
Selain itu, makalh ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kode etik
jaksa di Indonesia serta kasus dan analisis dari kasus tersebut bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalh yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
2|Page
DAFTAR ISI
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Profesi hukum merupakan profesi yang keberadaannya
berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat umum. Pengemban
profesi hukum haruslah orang yang dapat di percaya secara penuh, bahwa
profesional hukum tidak akan menyalahgunakan situasi yang ada.
Pengemban hukum haruslah dilakukan secara martabat, dan harus
mengerahkan segala kemampuan pengetahuan dan keahlian yang ada
padanya, sebab tugas profesi hukum adalah tugas kemasyarakatan yang
langsung berhubungan dengan nilai dasar yang merupakan perwujudan
martabat manusia, oleh karena itu pelayanan hukum memerlukan
pengawasan dari masyarakat.
Etika profesi sebagai sikap hidup yang mana berupa kesediaan
untuk memberikan pelayanan profesional di bidang hukum terhadap
masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hukum dengan disertai refleksi
yang seksama. Di sini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara etika
dengan profesi hukum, sebab dengan etika para profesional hukum dapat
melaksanakan tugas (pengabdian) profesinya dengan baik untuk
menciptakan penghormatan terhadap martabat manusia yang pada
akhirnya akan melahirkan keadilan di tengah masyarakat.
Ajaran moral atau etika dan hukum pada dasarnya tidak mungkin
terpisahkan, karena hukum tanpa moral atau etika akan mengakibatkan
subyek-subyek hukum kehilangan karakter humanisnya. Demi terjaminnya
keseimbangan dan keserasian antara kewibawaan pemerintah di satu pihak
dan pihak lainnya kepentingan masyarakat dalam tata susunan negara
hukum, maka mutlak diperlukan kejaksaan yang mampu berperan, baik
sebagai bagian eksekutif maupun sebagi unsur yudikatif. Dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa senantiasa bertindak
berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,
4|Page
kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan yang hidup dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga
kehormatan dan martabat profesinya.
Profesi jaksa adalah sebuah profesi yang sangat penting dalam
penegakan hukum peradilan, dalam menetapkan posisi dan peranan
kejaksaan, di samping adanya peraturan perundang-undangan yang
mendasari diri dari wewenangnya, dirasakan pula perlunya memiliki suatu
doktrin demi mendorong serta menjamin terlaksananya secara mantap
darma baktinya kejaksaan yang akan menjiwai sikap dan perilaku
warganya dalam meraih cita-cita luhurnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan penelitian untuk mencegah terlalu melebarnya
pokok masalah yang dikaji atau menyimpang dari pokok permasalahan,
maka perlu kiranya ada pembatasan masalah dalam penulisan penelitian
ini. Adapun pembatasan dalam penulisan ini dibatasi yaitu mengenai
regulasi pengawasan terhadap jaksa dalam pelaksanaan sistem peradilan
pidana dan analisa putusan pengadilan. Dalam penelitian ini permasalahan
di rumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja kode etik dari profesi jaksa?
2. Bagaimana kelemahan dan kelebihan dari kode etik jaksa?
3. Apa contoh kasus permasalahan kode etik profesi jaksa tersebut
dan bagaiamana putusannya?
4. Bagaimana analisis putusan tersebut? Apakah sudah sesuia
dengan kode etik yang ada?
5. Apakah kode etik yang ada mampu mewakili keberadaan atau
kelayakan profesi tersebut di masa sekarang?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Mengetahui kode etik dari profesi jaksa di Indonesia.
5|Page
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari kode etik jaksa
tersebut.
3. Mengetahui contoh kasus permasalahan kode etik profesi jaksa
dan putusan dari kasus tersebut.
4. Mengetahui analisis putusan apakah sudah sesuai dengan kode
etik yang ada.
5. Mengetahui analisis argumentatif tentang kode etik yang ada
mampu mewakili keberadaan atau kelayakan profesi jaksa di
masa sekarang.
6|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kode Etik Jaksa
Kode Etik Profesi Jaksa atau dalam istilah lainnya Kode Perilaku
Jaksa itu memuat apa yang menjadi kewajiban dan larangan bagi seorang
jaksa dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor: PER-067/A/JA/07/2007. Kewajiban seorang
jaksa dalam melaksanakan tugasnya:
• Menaati kaidah hukum, peraturan perundang undangan dan peraturan
kedinasan yang berlaku.
• Menghormati prinsip cepat, sederhana, biaya ringan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan.
• Mendasar kepada keyakinan dan alat bukti yang sah untuk mencapai
keadilan dan kebenaran.
• Bersikap mandiri, bebasdari pengaruh apapun, tekanan/ancaman opini
public secara langsung atau tidak langsung.
• Bertindak obyektif dan tidak memihak.
• Memberitahukan dan atau memberi hak hak yang dimiliki terdakwa
maupun korban.
• Membangun dan memelihara hubungan fungsional antar aparat
penegak hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu.
• Mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan,
partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis secara langsung
atau tidak langsung.
• Menyimpan dan memegang rahasia yang seharusnya dirahasiakan.
• Menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan.
• Menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak
kebebasan sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-
7|Page
undangan dan instrumen Hak Asasi Manusia yang diterima secara
universal.
• Menanggapi kritik dengan bijaksana.
• Bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
• Bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan kebenaran.
Sedangkan seorang jaksa itu di larang:
• Menggunakan jabatan dan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.
• Merekayasa fakta-fakta hukum dalam penanganan perkara /
memalsukan data.
• Menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan penekanan
secara fisik atau psikis.
• Meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta
melarang keluarganya meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau
keuntungan sehubungan dengan jabatannya.
• Menangani perkara yang mempunyai kepentingan pribadi atau
keluarga, mempunyai hubungan pekerjaan, partai atau finansial atau
mempunyai nilai ekonomis secara langsung atau tidak langsung.
• Bertindak diskriminatif dalam bentuk apapun kepada siapapun.
• Membentuk opini publik yang dapat merugikan kepentingan
penegakan hukum.
• Memberikan keterangan kepada publik kecuali terbatas pada hal-hal
teknis perkara yang ditangani.
Dalam peraturan Jaksa Agung Nomor: PER-067/A/JA/07/2007 itu
juga diatur mengenai penegakan kode perilaku jaksa dan tindakan
administratif terhadap jaksa yang tidak melaksanakan kewajiban dan atau
melanggar larangan, demikian juga tata caranya sudah diatur dalam
Peraturan Jaksa Agung tersebut.
B. Kelebihan dan Kelemahan Kode Etik Jaksa
8|Page
a. Kelebihan Kode Etik Jaksa
Kelebihan dari kode etik jaksa adalah:
• Kode etik jaksa terkandung nilai-nilai luhur yang dapat
membangun pribadi jaksa menjadi lebih bermartabat dalam
menjalankan tugas fungsional maupun diluar tugas dinasnya.
• Kode etik dapat dijadikan pedoman atau petunjuk mengenai
perilaku untuk mewujudkan jaksa yang memiliki integritas,
bertanggungjawab dan menjamin mutu moral jaksa di masyarakat
demi mewujudkan suatu birokrasi yang efektif, bersih, transparan,
dan akuntabel.
• Kode etik jaksa mendorong jaksa untuk lebih mementingkan
keadilan dan kepentingan publik/orang banyak di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
b. Kelemahan Kode Etik Jaksa
Kelemahan dari kode etik jaksa, yaitu:
• Idealisme yang ada dalam kode etik seringkali tidak sejalan dengan
kenyataan yang terjadi, seperti masih adanya pengaruh atau
tekanan oleh pihak-pihak tertentu, penyalahgunaan wewenang, dan
banyak kasus KKN yang dilakukan oleh oknum jaksa.
• Pengawasan terhadap tugas jaksa sebagai penuntut umum yang di
lakukan oleh setiap kepala masing-masing divisi dalam
pelaksanaanya kurang efektif karena masih terdapat oknum jaksa
yang melanggar Kode Etik jaksa.
• Sanksi terhadap oknum jaksa yang melanggar Kode Etik Jaksa
kurang memberikan efek jera.
• Lemahnya peran serta masyarakat dalam mengawasi dan
melaporkan tindak pelanggaran kode etil oleh jaksa.
C. Contoh Kasus Permasalahan Kode Etik Profesi Jaksa dan
Putusannya
Kasus Pelanggaran Kode Etik Jaksa Farizal
terkait Kasus Penyuapan
9|Page
Kejaksaan Agung masih mendalami dugaan pelanggaran etik yang
dilakukan jaksanya, Farizal. Ia dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sebagai tersangka dugaan penerimaan suap untuk mengurus perkara
Direktur Utama CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto yang diadili di
Pengadilan Negeri Padang.Jaksa Agung Muda bidang Pengawasan
Kejaksaan Agung telah memeriksa sejumlah pihak terkait dugaan
pelanggaran etik ini. Mereka yang diperiksa antara lain Asisten Kepala
Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Asisten Pidana Khusus, Asisten Pidana
Umum di Kejati Sumbar, rekan sesama jaksa dalam tim Farizal, dan juga
Farizal sendiri.
10 | P a g e
hanya menjadi tahanan kota oleh Kejaksaan Tinggi Sumbar. Ia tidak
diamankan di balik jeruji besi oleh kepolisian di Padang. Rum
mengatakan, kewenangan penetapan seseorang bisa menjadi tahanan kota
oleh Kejati Sumbar.Tak hanya itu, berdasarkan pengakuan salah satu pihak
yang diperiksa Jamwas, terungkap bahwa jaksa penuntut umum tidak
mencermati berkas perkara di tingkat penyidikan untuk dilimpahkan ke
persidangan.
11 | P a g e
membayar, maka harta bendanya disita dan dilelang oleh jaksa untuk
menutupi uang pengganti tersebut dengan ketentuan apabila Terpidana
tidak mempunyai harta benda yang mencukupi maka dipidana dengan
pidana penjara selama 6 bulan.
Kode Etik Jaksa atau yang dikenal sebagai kode perilaku jaksa
adalah serangkaian norma sebagai pedoman keutamaan mengatur perilaku
jaksa baik dalam menjalankan tugas, menjaga kehormatan, martabat
profesi, maupun dalam melakukan hubungan kemasyarakatan di luar
kedinasan. Seorang jaksa seharusnya memberikan bantuan hukum,
pertimbangan hukum, pelayanan hukum, penegakan hukum atau tindakan
hukum lain secara profesional, adil, efektif, efisien, konsisten, transparan
dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dengan tugas bidang
lain. Sebaliknya, jaksa Fahrizal dinilai melakukan pelanggaran kode etik
dengan tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan dalam
menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya.
12 | P a g e
Fahrizal merupakan jaksa penuntut umum dalam kasus terkait distribusi
gula yang diimpor tanpa Standar Nasional Indonesia (SNI) itu. Jaksa
Farizal juga tidak informatif kepada sesama anggota tim jaksa penuntut
umum dalam kasus tersebut.
13 | P a g e
“Saya bersumpah / berjanji baha saya senantiasa akan menolak atau
tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun
juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan wewenang dan tugas saya
yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya”.
14 | P a g e
pengusaha gula Xaveriandy Sutanto. Dia juga didenda sebesar Rp250 juta
dengan subsider 4 bulan penjara, serta diwajibkan untuk membayar uang
pengganti Rp355 juta. Selain di vonis penjara dan denda, berdasarkan
pelanggaran etik dan hukum yang telah dilakukannya, berdasarkan Pasal
13 Ayat (1) huruf a, d, dan e Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan, Jaksa Farizal diberhentikan secara tidak hormat karena
telah memenuhi alasan-alasan yang telah ditentukan di dalamnya.
Dimana Jaksa Fahrizal tidak memenuhi program pemerintah untuk
melakukan pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi. Dan sebagai
penegak hukum, Farizal sudah merusak kepercayaan masyarakat
terhadap institusi penegak hukum.
15 | P a g e
• membangun dan memelihara hubungan fungsional antara aparat
penegak hukum dalam mewujudkan sistem peradilan pidana
terpadu;
• mengundurkan diri dari penanganan perkara yang mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga, mempunyai hubungan
pekerjaan, partai atau finansial atau mempunyai nilai ekonomis
secara langsung atau tidak langsung;
• menyimpan dan memegang rahasia sesuatu yang seharusnya
dirahasiakan;
• menghormati kebebasan dan perbedaan pendapat sepanjang tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan;
• menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia dan hak-hak
kebebasan sebagaimana yang tertera dalam peraturan perundang-
undangan dan instrumen Hak Asasi Manusia yang diterima secara
universal;
• menanggapi kritik dengan arif dan bijaksana;
• bertanggung jawab secara internal dan berjenjang, sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan;
• bertanggung jawab secara eksternal kepada publik sesuai kebijakan
pemerintah dan aspirasi masyarakat tentang keadilan dan
kebenaran.
16 | P a g e
Apabila denda tidak dapat dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 6 bulan sebagaimana dalam dakwaan primair pasal 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Hal tersebut telah diterapkan oleh jaksa pada kode etik profesi
jaksa poin pertama yaitu “mentaati kaidah hukum, peraturan perundang-
undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku”
Dari semua kode etik profesi jaksa tersebut, masih banyak lagi
contoh nyata penerapan dari kode etik profesi jaksa.
17 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan penulisan dari apa yang penulis telah tulis,
maka sampailah pada kesimpulan, yaitu:
1. Kode Etik Jaksa mempunyai implementasi yang sangat
strategis dengan pelaksanaan tugas jaksa sebagai Penuntut
Umum antara lain, yaitu:
a. Kode Etik Jaksa terkandung nilai-nilai luhur yang dapat
membangun pribadi para penegak hukum yang lebih
bermartabat dalam menjalankan fungsinya.
b. Sanksi yang diberikan kepada oknum jaksa yang melanggar
Kode Etik Jaksa dapat berupa sanksi administrasi terhadap
pelanggaran yang ringan dan sanksi diberhentikan dengan
tidak hormat apabila oknum jaksa memenuhi alasan
pemberhentian dalam Pasal 13 Undang-undang No. 16
Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
2. Kendala yang sering muncul dalam penerapan Kode Etik Jaksa
terhadap tugas jaksa sebagai penuntut umum adalah:
a. Pengawasan terhadap tugas jaksa sebagai penuntut umum
yang dilakukan oleh setiap kepala masing-masing divisi
dalam pelaksanaannya kurang efektif karena masih terdapat
oknum jaksa yang melanggar Kode Etik Jaksa.
b. Sanksi terhadap oknum jaksa yang melanggar Kode Etik
Jaksa kurang memberikan efek jera sehingga perlu
disempurnakan karena masih terhadap oknum jaksa yang
melanggar Kode Etik Jaksa.
B. Saran
Dari hasil tulisan penulis, maka penulis ingin memberikan
beberapa saran, yaitu antara lain:
18 | P a g e
1. Peraturan Kode Etik perilaku Jaksa harus lebih di
sempurnakan, karena belum bisa memberikan efek jera bagi
oknum yang melakukan pelanggaran.
2. Harus ada ketentuan peraturan yang jelas tentang berapa kali
jaksa boleh mengembalikan berkas perkara kepada penyidik,
karena hal ini berkaitan dengan asas peradilan cepat dengan
biaya ringan.
3. Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tugas harus benar-
benar berpedoman pada Kode Etik perilaku dan peraturan lain
yang mengatur tentang hal itu.
4. Perlu diadakannya pembinaan yang berkelanjutan guna
membangun pribadi jaksa agar dapat menciptakan jaksa-jaksa
yang bernilai positif, baik dari awal penerimaan jaksa-jaksa
yang baru sampai pada tingkat atas.
5. Perlu diadakannya studi khusus kepada oknum-oknum jaksa,
untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan
mempengaruhi oknum jaksa sehingga melakukan pelanggaran.
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
”Pelanggaran Kode Etik Jaksa Farizal terkait Kasus Pengusaha yang Suap IrmanG
usman”(http://batam.tribunnews.com/2016/09/22/ini-dia-pelanggaran-
kode-etik-jaksa-farizal-terkait-kasus-pengusaha-yang-suap-irman-gusman
31 Oktober 2021)
Abintoro prakoso, 2015, Etika Profesi Hukum Telaah Historis, Filosofis dan
Teoritis Kode Etik Notaris, Advokat, Polisi, Jaksa dan Hakim, Surabaya
LaksBang Justitia.
Andi Akbar Muzfa, S. (2018, Juni). Makalah Hukum-Kode Etik Jaksa Beserta
Kasus dan Analisisnya. Retrieved from
https://seniorkampus.blogspot.com/2018/06/makalah-hukum-kode-etik-
jaksa-beserta.html
Doktrin Kejaksaan (Tri Krama Adhyaksa). (n.d.). Retrieved from Kejari Maros:
http://kejari-maros.kejaksaan.go.id/doktrin-kejaksaan-tri-krama-adhyaksa/
Fatria, B. (2021, October Saturday). Jaksa Tuntut Teuku Juswin 5 Tahun Penjara
dalam Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Rp 8,6 M. Retrieved from
Serambinews.com: https://aceh.tribunnews.com/2021/10/30/jaksa-tuntut-
teuku-juswin-5-tahun-penjara-dalam-perkara-tindak-pidana-pencucian-
uang-rp-86-m
20 | P a g e
https://www.academia.edu/33393881/Analisis_Kasus_Pelanggaran_Kode_
Etik_Jaksa
Tamin, B. Y. (n.d.). Kode Etik Jaksa atau Kode Perilaku Jaksa. Retrieved from
DuniaHukum: https://www.boyyendratamin.com/2016/10/kode-etik-jaksa-
atau-kode-perilaku-jaksa.html
UU_No_16_Tahun_2004_Kejaksaan_Republik_Indonesia.pdf. (n.d.).
21 | P a g e