Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ZAKAT KONTEMPORER”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Manajemen Zakat dan Wakaf
Dosen Pengampu : Rina Rosia, S.H.I., M.S.I

Disusun oleh
Wilantika (63010170028)
Roningsih (63010170029)
Lora Lorenza (63010170150)
Asil Tsamara Zain (63010170202)
Putri Syifa (63010170246)
Ivana Sulistianingsih (63010170259)
Dessy Fitria (63010170260)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana yang
telah memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-
Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang membimbing umatnya dengan suri tauladan-Nya yang baik.
Dan segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Zakat Kontemporer”. Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang Manajemen Zakat dan Wakaf yang semua ini kami rangkup
menjadi satu agar mudah dipahami.
Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada Rina Rosia, S.H.I., M.S.I
selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Zakat dan Wakaf.
Sistematika penulisan makalah ini dimulai dari kata pengantar yang
merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab ini.
Selanjutnya masuk pada inti pembahasan dan diakhiri dengan kesimpulan, saran
makalah ini.
Kami penyusun mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga, 17 September 2019

Penyusun
Kelompok 3

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2

1.3 Tujuan Masalah ........................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN 3

A. Konsep Zakat Kontemporer 3

B. Dasar Hukum Zakat Kontemporer 11

C. Penghitungan Zakat Kontemporer 15

BAB 3 PENUTUP 19

DAFTAR PUSTAKA 20

II
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pesatnya perkembangan keilmuan yang diiringi dengan perkembangan
teknologi dan ekonomi dengan ragam dan coraknya, maka perkembangan
kehidupan saat ini tidak dapat disamakan dengan kehidupan zaman sebelum
masehi atau di zaman Rasulullah saw dan generasi setelahnya. Tetapi
subtansi kehidupaan tentunya tidak akan terlalu jauh berbeda. Kegiatan
ekonomi misalnya, diera manapun jelas akan selalu ada, yang berbeda
adalah bentuk dan corak kegiatannya, karena subtansinya dari kegiatan
tersebut adalah bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan semakin berkembangnya pola kegiatan ekonomi maka
pemahaman tentang kewajiban zakat pun perlu diperdalam sehingga ruh
syariat yang terkandung didalamnya dapat dirasakan tidak bertentangan
dengan kemajuan tersebut. Maka pemahaman fiqh zakat kontemporer
dengan mengemukakan ijtihad-ijtihad para ulama kontemporer mengenai
zakat tersebut perlu dipahami oleh para pengelola zakat dan orang-orang
yang memiliki kepedulian terhadap masalah zakat ini.
Fiqih zakat belum ada yang bisa menandinginya, menyatakan bahwa
mensikapi perkembangan perekonomian yang begitu pesatnya, diharapkan
adanya beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh para pengelola zakat
khususnya lembaga-lembaganya, yaitu berpedoman pada kaidah perluasan
cakupan terhadap harta yang wajib dizakati, sekalipun tidak ada nash yang
pasti dari syariah, tetapi berpedoman pada dalil yang umum.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari zakat kontemporer?
2. Bagaimana dasar hukum dari zakat kontemporer?
3. Bagaimana cara penghitungan dari zakat kontemporer?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui macam-macam dari zakat kontemporer.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari zakat kontemporer.
3. Untuk mengetahui cara penghitungan dari zakat kontemporer.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Konsep Zakat Kontemporer


1. Pengertian Zakat.
Zakat menurut istilah fiqih adalah seumlah harta tertentu yang harus
diserahkan kepada orang-orang yang berhak menurut syariat Allah SWT.
2. Fungsi Pokok Zakat
a. Membersihkan iwa muzaki
b. Membersihkan harta muzaki
c. Fungsi sosial ekonomi: mensejahterakan ekonomi
d. Fungsi ibadah: besyukur kepada Allah
3. Jenis-jenis Zakat
a. Zakat Fitrah
Merupakan zakat jiwa yaitu kewajiban berzakat bagi setiap individu baik
untuk orang yang sudah dewasa maupun belum dewasa, dan dibarengi
dengan ibadah puasa. Fungsi zakat fitrah yaitu membersihkan orang yang
berpuasa dari ucapan dan perbuatan yang tidak bermanfaat, memberikan
kecukupan bagi orang-orang miskin Zakat fitrah waib dikeluarkan
sebelum sholat ied, zakat fitrah di Indonesia di ukur dengan timbangan
beras sebanyak 2,5 kg.
b. Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat kekayaan, artinya zakat yang dikeluarkan dari
kekayaan. Pendapatan dari profesi, usaha investasi merupakan sumber
dari kekayaan. Al quran dan Sunnah nabi menyebutkan 7 jenis harta
wajib dizakati. Ketujuh jenis zakat harta tersebut adalah emas, perak,
hasil pertanian, barang dagangan,ternak, hasil tambang dan barang
temuan, (zakat konvensional).
4. Pengembangan Zakat
Sejalan dengan perkembangan sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, bahwa ketentuan syariat tentang harta yang waib di zakati itu

3
bersifat kondisonal, karena itu masih terbuka kemungkinan untuk bertambah
sesuai dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu objek
zakat saat ini sudah merambah ke sector baru yang ternyata bisa lebih
banyak mendatangkan harta ketimbang dari pencaharian tradisional.
Kepemilikan saham dan obligasi akan dapat jauh lebih besar hasilnya
ketimbang menimbun emas dan perak. Juga munculnya enis pekerjaan yang
dapat menghasilkan harta lebih banyak ketimbang pertanian dan lainnya.
Misalnya dari pekeraan profesi, jasa kesehatan, hakim, pengacara, arsitek,
artis, dan yang lainnya. Subjek zakat pun masih dapat berkembang, buan
hanya dari orangg pribadi namun juga dari lembaganya. Harta dan sumber
harta ini dikategorikan sebagai zakat kontemporer atau modern.
Zakat dapat dikembangkan seperti tampak pada tabel berikut.
No. Keterangan Konvensional Kontemporer
1. Subjek Zakat Orang Pribadi Lembaga/badan
2. Objek Zakat Emas dan Perak Uang
Hasil pertanian : Hasil pertanian
makanan pokok selain makanan
pokok
Ternak : unta, -----
sapi, kerbau, dan
kambing
----- Hasil dari
industry
peternakan:
daging, susu,
madu
Hasil tambang : Semua jenis
khusus emas dan tambang
perak
----- Hasil alam
lainnya :
perkebunan,

4
kehutanan dan
perikanan
Barang dagangan Hasil industry
dan piutang barang dan
industry jasa,
semua jenis usaha
jasa
----- Investasi dalam
surat berharga:
deposito, saham,
obligasi, dan
lainnya
----- Investasi dalam
aktiva tetap yang
produktif dan
dapat
berkembang
----- Penghasilan dari
profesi, pekerjaan
dan pekerjaan
bebas.
Barang temuan Semua jenis harta
(rikaz) yang diperoleh
bersifat
keberuntungan

5. Zakat kekayaan kontemporer


Zakat kekayaan kontemporer disebut juga zakat kontemporer, merupakan
zakat hasil dari proses pengembangan pandangan terhadap objek atau subjek
zakat, yang pada zaman Nabi Muhammad SAW belum dijelaskan secara
ekplisit. Hal ini karena para ahli fiqih yang memandang fenomena
perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan sehingga

5
seseorang atau lembaga/badan secara hukum dinyatakan kaya atau mampu,
dengan tetap memperhatikan kaidah – kaidah fiqihiyah yang sesuai.
Zakat kontemporer merupakan jenis zakat di zaman modern yang bentuknya
beragam dan senantiasa berkembang sesuai dengan zaman. Zakat diartikan
sebagai pengeluaran harta dalam ukuran tertentu yang dilaksanakan umat
Islam dan diberikan kepada golongan atau pohak yang berhak menerima
zakat. Zakat dari etimologi adalah suci, berkat, bersih, subur dan
berkembang. Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi setiap Muslim yang
mampu. Karna zakat termasuk kedalam rukun Islam.
a. Syarat-syarat kekayaan yang wajib dizakati
Kekayaan itu wajib dizakati apabila memenuhi syarat – syarat sebagai
berikut:
1) Milik Penuh
Hubungan yang berdasarkan hukum antara seseorang dengan suatu
benda yang membuatnya secara mutlak dapat menggunakannya dan
menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Jika tidak memnuhi
syarat ini maka suatu barang tidak wajib diakati:
a) Sebagian ahli fiqih berpendapat bahwa barang dagangan yang
belum sampai di tangan pedagangnya tidak wajib dizakati
b) Barang yang tidak memiliki kemantapan/kepastian akan diterima
kembali (barang yang hilang), tidak wajib dizakati sekalipu
kemudian bafrabf yang hilang tersebut kembali setelah bebrapa
tahun kemudian.
c) Harta yang tidak mempunyai pemilik tertentu, artinya milik umum
maka tidak wajib dizakati.
d) Harta yang diperoleh dari jalan haram tidak wajib dizakati.
2) Berkembang
Maksudnya berkembang disini adalah meningkatnya jumlah harta atau
kekayaan akibat dari perdagangan dan pembiakan. Bukan hasil dari
penggunaan harta seperti melakukan investasi yang menghasilkan
dividen dan harta untuk menghasilkan pendapatan.

6
3) Cukup senisab
Zakat dikenakan atas harta jika telah mencapai suatu ukuran tertentu,
yang disebut dengan nisab. Syarat ini merupakan kesepakatan ulam
fiqih. Nisab ini bukan merupakan batas harta tidak wajib zakat, namun
merupakan ukuran dimulainya suatu harta dibebani kewajiban zakat.
Artinya tarif zakat akan dihitung untuk seluruh harta yang sudah
senisab, bukan nilai harta diatas nisab saja.
4) Lebih dari kebutuhan biasa
Ukuran kebutuhan bisa merupakan sesuatu yang sangat relatif
sifatnya, setiap orang akan berbeda dalam pemenuhan kebutuhan
biasanya, apalagi dalam kondisi perekonomian saat ini yang
menganggap bahwa barang mewah pun sudah menjadi kebutuhan.
Kebutuhan biasa dapat diukur rutin pisik minimal untuk diri muzakki,
keluarganya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, sehingga
mereka dapat hidup sehat.
5) Bebas dari hutang
Harta yang lebih dari kebutuhan primer, sudah senisab dan
berkembang dapat dizakati apabila sudah terbebas dari hutang. Syarat
utang yang menggugurkan zakat adalah utang yang harus dibayar
dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun)
6) Berlalu setahun
Ada dua kelompok benda zakat, yaitu zakat modal dan zakat
pendapatan. Persyaratan “berlalu satu tahun” hanya diterapkan pada
zakat modal, misalnya ternak uang dan harta benda dagang,
sedangkan pada zakat pendapatan, persyaratan “berlalu satu tahun”
tidak diberlakukan karena zakat yang dikeluarkannya adalah pada saat
pendapatan diterima.
b. Subjek Zakat
Subjek zakat disebut muzakki, yaitu orang yang bedasarkan ketentuan
hukum islam diwajibkan membayar zakat atas harta yang dimilikinya.
Menurut hukum positif subjek dapat berarti pula badan (lembaga), karena
badan mempunyai sifat hukum seperti orang; oleh karena itu subjek zakat

7
diperluas tidak hanya orang pribadi, namun termasuk juga badan, dengan
tetap menghindari zakat berganda.
c. Macam-macam zakat kontemporer
1) Zakat atas uang
Uang merupakan alat tukar langsung yang memiliki harga yang sah
yang biasanya dijamin dengan persediaan emas sebesar yang
ditentukan oleh undang-undang.
Uang dapat diklarifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Uang biasa, yaitu uang yang memiliki nilai nominal, bukan nilai
bahannya, yang dikeluarkan pemerintah sebagai mata uang utama
dan mata uang resmi dlaam kehidupan perekonomian dan nota
bank yang dikeluarkan oleh bank pengedar yang sesuang dengan
perundang-undangan yang berlaku.
b) Uang kartal, yaitu uang yang tersimpan di bank yang bernilai emas
atau perak. Nilai uang ini adalah sebesar nilai bahan dari emas atau
perak yang dijaminkan sebagai uang.
c) Uang perjanjian, yaitu uang yang tersimpan di bank baik
mempunyai tujuan khusus yang mengakibatkan tidak bebas
penggunaannya atau bebas pnggunaannya dan pengambilannya.
2) Zakat atas kekayaan dagang
Kekayaan dagang adalah segala sesuatu yang diperoleh dan dimiliki
seseorang dengan tujuan untuk diperjualbelikan untuk mencari
keuntungan. Yang dimaksud barang dagangan dalam hukum zakat
yaitu setiap barang yang dibeli untuk diperjualbelikan. Disini apapun
jenis barang, jika dibeli dan diniatkan untuk diperdagangkan maka
barang ini dikategorikan sebagai barang dagangan. Zakat atas
perdagangan ini meliputi jumlah uang, piutang, dan barang dagangan
yang dimiliki setelah dikurangi dengan utang – utangnya.
Zakat perniagaan dihitung sebesar seperempat puluh atau 2,50% dari
nilai nisab sebesar 85 garm emas, yang dikonversi dalam rupiah atas
dasar harga jika emas tersebut dijual.1

1
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, PT Remaa Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm 97.

8
3) Zakat atas investasi
Investasi merupakan kekayaan yang dapat dikelola untuk memperoleh
pendapatan, baik untuk memproduksi suatu barang maupun
disewakan. Oleh karena itu investasi digolongkan ke dalam kekayaan
yang berkembang, maka dikenai zakat. Investasi disini adalah
kekayaan atau aktiva tetap berupa gedung dan lainnya yang
diusahakan untuk disewakan.
Nisab kekayaan investasi yang wajib dizakati adalah sebesar 85 gram
emas. Sedangkan tarifnya adalah 2,5 %
4) Zakat hasil produksi
Hasil produksi adalah barang yang diperoleh melalui proses
pengolahan baik melalui proses alamiah maupun proses manufaktur.
Hasil produksi dapat dikelompokkan dalam :
a) Hasil produksi manufaktur, yaitu barang yang dihasilkan melalui
proses pabrikasi; misalnya pakaian, makanan, minuman, dan
sebagainya.
b) Hasil produksi melalui proses alamiah sebagai pabriknya, misalnya
susu, bulu domba, madu, telur, produk perkebunan, dan
sebagainya.
c) Hasil produksi, yang bahan bakunya adalah produk peternakan,
pertanian, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Misalnya
daging, produk susu, kulit, dan madu.
Nisab hasil produksi yang harus dizakati adalah sebanyal 85 gram
emas, sedangkan hasil zakatnya adalah 10% atau 5%.
5) Zakat atas pencarian dan profesi
Pencarian dan profesi disini adalah pekerjaan. Dalam hukum
perpajakan pekerjaan dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama pekerjaan
yang mempunyai kontrak kerja baik tertulis maupun tidak tertulis
antara dua pihak, yang disebut pemberi kerja dan pekerja. Kedua,
pekerjaan bebas yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli baik
yang terdaftar secara resmi maupun tidak terdaftar; misalnya dokter,

9
akuntan, nitaris, pengacara, penilai, makelar, dan pemberi jasa
lainnya.
Penghasilan mereka adalah berupa imbalan jasa yang telah diberikan
kepada kliennya. Ini yang disebut dengan peghasilan dari profesi.
Menurut yusuf Al-Qaradhawy harta penghasilan dari pencarian dan
profesi adalah wajib zakat, besar nisab buat jenis harta ini yaitu 85
GRAM EMAS seperti hal besarnya nisab uang. Demikian pula dengan
besarnya zakat adalah seperempatpuluh (2.5%) sesuai dengan
keumuman nash yang mewajibkan zakat uang sebesar itu. Adapun
waktu penyatuan dari penghasilan itu yang dimungkinkan dan
dibenarkan oleh syariat itu adalah satu tahun. Dimana zakat
dibayarkan setahun sekali.
6) Zakat atas saham dan obligasi
Saham merupakan surat tanda penyertaan dalam suatu perusahaan
baik yang berbentuk persekutuan maupun perseorangan terbatas.
Sedangkan obligasi adalah surat tanda pengakuan utang yang
dikeluarkan perusahaan atau pemerintah, yang akan dilunasi dalam
jangka waktu yang ditentukan dan pendapatan bunga yang biasanya
tercantum dalam surat obligasi yang bersangkutan.
Nisab zakat atas saham dan obligasi adalah sebesar 85 gram emas,
dengan pertimbangan nishab dan haul dan membayar sebesar 2,5 %.
Sebagian yang lain berpendapat membayarkan 10 % dari keuntungan
segera setelah keuntungan itu diterima
d. Pengurangan kekayaan
Perhitungan zakat kekayaan dilakukan terhadap harta setelah dikurangi
dengan utang yang berhubungan dengan kekayaan yang bersangkutan
dan utang kepada negara, termasuk pajak penghasilan. Alasan kenapa
utang harus dikurangkan dari kekayaan yang akan dizakati antara lai
adalah:
1) Pemilikkan seseorang yang berhutang itu lemah dan tidak utuh, karena
dibawah kekuasaan yang memberikan utang.

10
2) Orang yang memberikan utang (memiliki piutang) diwajibkan
membayar zakat atas piutangnya.
3) Orang yang mempunyai utang yang tidak sampai senisab termasuk
orang yang dapat menerima zakat.2
B. Dasar Hukum Zakat Kontemporer
1. Hukum Zakat Profesi atau pencaharian
Menurut Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa semua penghasilan melalui
kegiatan professional tersebut, apabila telah mencapai nishab, maka wajib
dikeluarkan zakatnya (Hafidhuddin, 2004: 94). Hal ini berdasarkan nash-
nash yang bersifat umum, sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
ِ ‫َوفِ ْي ا َ ْم َوا ِل ِه ْم َح ٌّق ل ِلساَئِ ِل وا َ ْل َمحْ ُر‬
‫وم‬
“… pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin y yang tidak mendapat bagian” (QS. al Dzariyaat: 19)
Menurut Yusuf al Qardlawi, pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua
macam, pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung
kepada orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak. Penghasilan yang
diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti
penghasilan seorang dokter, insinyur, advokat, seniman, penjahit, tukang
kayu dan lain-lainnya. Selanjutnya yang kedua, adalah pekerjaan yang
dikerjakan seseorang buat pihak lain-baik pemerintah, perusahaan, maupun
perorangan dengan memperoleh upah, yang diberikan, dengan tangan, otak,
ataupun kedua-duanya (al Qardlawi, 2002: 459). Penghasilan dari pekerjaan
seperti itu berupa gaji, upah, ataupun honorarium.
Di antara jenis zakat, ada yang disebut zakat profesi. Zakat profesi
(penghasilan) adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi seseorang,
baik dokter, arsitek, notaris, ulama atau da’i, karyawan guru dan lain-lain.
Selanjutnya dikatakan bahwa zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan
dari hasil usaha yang halal yang dapat mendatangkan hasil (uang) yang
relatif banyak dengan cara mudah, melalui suatu keahlian tertentu. Menurut
Yusuf al Qardlawi kategori zakat profesi (yang wajib dizakati) adalah segala
macam pendapatan yang didapat bukan dari harta yang sudah dikenakan

2
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, PT Remaa Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm 100.

11
zakat (al Qardlawi, 2002: 497). Artinya, zakat profesi didapat dari hasil
usaha manusia yang mendatangkan pendapatan dan sudah mencapai nishab.
Bukan dari jenis harta kekayaan yang memang sudah ditetapkan
kewajibannya melalui al Quran dan hadits Nabi, seperti hasil pertanian,
peternakan, perdagangan, harta simpanan (uang, emas, dan perak), dan harta
rikaz. Jadi kewajiban zakat profesi merupakan kewajiban baru dari hasil
ijtihad ulama yang belum ditetapkan sebelumnya, melalui dalil al Quran
ataupun al Sunnah.
Mengenai istinbath hukum tentang kewajiban membayar zakat profesi,
terlebih dahulu mencari landasan hukumnya pada nash-nash al Quran. Oleh
karenanya, ketika mencari landasan hukum kewajiban membayar zakat
profesi, Yusuf al Qardlawi antara lain mendasarkannya pada al Quran yang
berbunyi:

‫ض َوال تَيَم ُموا‬ ِ ‫األر‬


ْ َ‫س ْبت ُ ْم َو ِمما أَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِمن‬
َ ‫ت َما َك‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َمنُوا أ َ ْن ِفقُوا ِم ْن‬
ِ ‫طيِِّ َبا‬
‫ي َح ِميد‬ ٌّ ِ‫ضوا فِي ِه َوا ْعلَ ُموا أ َن َّللاَ َغن‬ ُ ‫آخذِي ِه ِإال أ َ ْن ت ُ ْغ ِم‬ َ ‫ْال َخ ِب‬
ِ ‫يث ِم ْنهُ تُ ْن ِفقُونَ َولَ ْست ُ ْم ِب‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan) Allah sebagian


dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. al Baqarah:
267).
Selanjutnya dengan dasar as Sunnah untuk mengukuhkan kewajiban zakat
profesi, berdasarkan pada keumuman makna hadits. Yang antara lain hadits
yang diriwayatkan oleh al Bukhari sebagai berikut:
“Setiap orang muslim wajib bersedekah, Mereka bertanya: “Wahai Nabi
Allah, bagaimana yang tidak berpunya? Nabi menjawab:” Bekerjalah untuk
mendapat sesuatu untuk dirinya, lalu bersedekah”. Mereka bertanya
kembali:”Kalau tidakMmempunyai pekerjaan? Nabi menjawab:”Kerjakan

12
kebaikan dan tinggalkan keburukan, hal itu merupakan sedekah” (al
Bukhari, 2001: 292)
Zakat profesi dalam perspektif hukum Islam memberi penegasan bahwa
wajibnya zakat profesi didasarkan pada surat al Baqarah ayat 267 yang
bersifat umum, hadits-hadits yang bersifat umum dan analisisanalisis para
ahli hukum Islam (fuqaha) baik klasik atau kontemporer. Keumumannya
tersebut berimplikasi menyangkut materi hasil usaha, apakah yang diperoleh
dari perdagangan, investasi modal, honorarium, gaji, dan sebagainya atau
bahkan keumumannya dari segi waktu yang tidak membatasi harus sudah
satu tahun pemilikan harta.
2. Hukum Zakat Perusahaan (Produksi dan Bisnis)
Perusahaan pada umumnya, mencakup tiga hal yang besar, pertama
perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika di kaitkan
dengan kewajiban zakat, maka produk yang di hasilkan harus halal dan
dimiliki oleh orang yang beragama islam, atau jika pemiliknya bermacam-
macam agamanya, maka berdasarkan kepemilikan saham ynag beragama
islam, contohnya perusahaan sandang pangan, perusahaan kendaraan dan
lain sebagainya.
Kedua, perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan di
bidang akuntansi dan sebagainya. Ketiga, perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan, misalnya lembaga keuangan, baik bank maupun non bank
(asuransi, reksadana, money changer).
Adapun yang menjadi landasan hukum kewajiban zakat pada perusahaan
adalah nash-nash yang bersifat umum, seperti dalam surat al-baqoroh : 267
Dari Muhammad bin Abdillah al-Ashari, ia berkata bahwa Abu Bakar R.A
telah menuliskan surat yang berisikan kewajiban yang di perintahkan
Rasulallah SAW :
“Dan janganlah disatukan (dikumpulkan) harta yang mula-mula terpisah,
sebaliknya jangan pula di pisahkan harta yang pada mulanya bersatu,
karena takut mengeluarkan zakat.”
Hadist tersebut pada awalnya berdasarkan asbab al-wurud, adalah hanya
berkaitan dengan perkongsian hewan ternak, sebagaimana di kemukakan

13
dalam berbagai kitab fiqih tetapi dengan dasar qiyas, (analogi) di
pergunakan pulauntuk berbagai syirkah perkongsian serta kerjasama usaha
dalam berbagai bidang. Berdasarkan hadist-hadist tersebut, keberadaan
perusahaan sebagai wadah usaha menjadi badan hukum (rech person).
3. Hukum Zakat Saham dan Investasi
Salah satu bentuk harta yang berkaitan dengan perusahaan dan bahkan
dengan kepemilikannya adalah saham. Yusuf Al-Qordhowi mengemukakan
dua pendapat yang berkaitan dengan kewajiban zakat pada saham.3
a. Jika perusahaan itu merupakan perusahaan industry murni artinya tidak
melakukan kegiatan perdagangan maka sahamnya tidak wajib di zakati.
Misalnya hotel, travel dan angkutan. Alasannya adalah saham-saham itu
tidak terletak pada alat-alat, perlegkapan, gedung, sarana dan prasarana
lainnya. Akan tetapi keuntungan yang ada di masukan kedalam harta para
pemilik saham tersebut, lalu zakatnya di keluarkan bersama zakat
lainnya. Pendapat ini pula di kemukakan oleh Syekh Abdurrahman Isa.
b. Jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan dagang murni yang
membeli dan menjual barang-barang, tanpa melakukan keguatan
pengolahan seperti perusahaan yang menjual hasil-hasil industry. Seperti
dagang internasional, perusahaan ekspor-impor, maka saham atas
perusahaan itu wajib di keluarkan. Dari sudut hukum, saham termasuk
kedalam harta yang wajib di keluarkan zakatnya. Kewajiban zakat ini di
kaitkan dengan nash-nash yang bersifat umum, seperti at-Taubah : 103
dan Al-Baqoroh : 267 yang mewajibkan semua harta yang di miliki untuk
di keluarkan zakatnya. Zakat saham di analogikan pada zakat
perdagangan, baik baik nishab maupun kadarnya
Sementara itu, muktamar internasional pertama tentang zakat menyatakan
bahwa, jika perusahaan telah menegluarkan zakatnya sebelum dividen di
bagikan kepada para pemegang saham, maka para pemegang saham tidak
perlu lagi mengeluarkan zakatnya. Jika belum mengeluarkan zakat, maka
para pemegang sahamlah berkewajiban mengeluarkan zakatnya.

3
Yusuf Al-Qordhawi Op.Cit hal.523

14
C. Penghitungan Zakat Kontemporer
1. Zakat atas uang
Yang menjadi acuan dasar nishab zakat uang adalah nishab zakat emas atau
perak. 20 dinar atau 85 gram emas. Persentase zakat mata uang adalah 2,5%
atau 1/40 saat sudah mencapai haul. Contoh perhitungannya
Sebagai contoh permasalahan : Bila sekarang (Oktober 2011) harga emas
murni Rp.550.000,-/gram. Maka cara mengetahui nishâb dan kadar zakat
mata uang (uang kertas) adalah sebagai berikut:
Nishab Mata Uang = 85 gram x Rp.550.000,-/gram = Rp.46.750.000,-
Kalau misalkan seseorang punya uang tabungan sebesar Rp. 60.000.000,
(Lima Puluh Juta Rupiah), berarti uang yang dimilikinya sudah melebihi
nishâb (Rp.46.750.000,-). Kalau uang yang telah mencapai nishâb ini sudah
dimilikinya selama satu tahun hijriyah, maka zakatnya yang wajib
dikeluarkan adalah 2,5 % x Rp. 60 juta = Rp. 1.500.000.-(Satu Juta lima
Ratus Ribu Rupiah).
2. Zakat harta kekayaan dagang
Zakat harta kekayaan dagang tidak menentu atau bisa dibilang tidak pasti
karena aka nada selalu perubahan omset yang naik turun dan tidak
menentu.tapi perhitungan tetap bisa dilakukan saat laporan akhir saat tutup
buku jika sudah mencapai setahun.Yang menjadi acuan dasar nishab zakat
uang adalah nishab zakat emas atau perak. 20 dinar atau 85 gram emas.
Persentase zakat mata uang adalah 2,5% atau 1/40 saat sudah mencapai
nisab.contoh:
Seorang pedagang yaitu pak anto telah membuka usahanya dari bulan maret
2017 hingga bulan juni 2018 yang bertepatan dengan waktu pembayaran
zakat. Karena ini telah termasuk kategori wajib zakat maka penghasilan
yang dari bulan maret 2017-maret 2018 itu wajib dizakatkan jika telah
mencapai nishabnya.
Misal hasil pendapatan pak anto saat tutup buku itu mencapai Rp.
75.000.000.- maka ini sudah masuk kategori wajib zakat. Perhitungannya
2,5 % x Rp. 75 juta = 1.875.000
Maka zakat yang wajib dikeluarkan oleh pak anto adalah 1.875.000

15
3. Zakat atas investasi dan saham (obligasi)
Zakat investasi Zakat saham ditetapkan berdasarkan kesepakatan para
ulama pada Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29
Rajab 1404 H) bahwa hasil dari keuntungan investasi saham wajib
dikeluarkan zakatnya.
Zakat saham dapat ditunaikan jika hasil keuntungan investasi sudah
mencapai nisab. Nisab zakat saham sama nilainya dengan nisab zakat
maal yaitu senilai 85 gram emas dengan tarif zakat 2,5% dan sudah
mencapai satu tahun (haul).Cara menghitung zakat saham pun sama
dengan cara menghitung zakat maal dengan perhitungan seperti berikut :
2,5% x Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun
Untuk mempermudah seorang investor baznaz pun telah membuat
ketentuan perhitungan seperti ini:
Nominal zakat dalam rupiah: (harga pasar/lembar x 100 lembar)
Misal : Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki total asset account senilai
Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka
nishab zakat senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib
zakat. Zakat maal yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x
Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-.
Cara perhitungan & pemindah bukuan portfolio saham:
Bapak A memiliki saham XXXX sebanyak 100 lot dimana harga
pasar/lembar sebesar Rp645,- (1 lot sama dengan 100 lembar). Nilai zakat
Bapak A dalam saham adalah Rp2.500.000 : (Rp645,- x 100 lembar) =
38,75 lot / pembulatan menjadi 39 lot. Untuk itu, Bapak A harus
memindahkan 39 lot sahamnya sebagai zakat saham
4. Zakat hasil produksi
Zakat hasil produksi sering disebut sebagai zakat bisnis karena suatu
produksi selalu berkaitan dengan sebuah bisnis atau perusahaan. Yang
mana untuk zakat yang dikeluarkan yaitu jika sudah mencapai nishab 20
dinar atau 85 gr emas Yang telah mencapai haulnya yaitu 1 tahun dengan
persentase 2,5%. Perhitungannya: (nilai barang yang diperjual belikan +
uang cash + piutang) x 2,5 persen.

16
Misal :
Penjualan Rp 1.300.000.000
pengeluaran ( gaji karyawan, material, biaya biaya langsung ) Rp
900.000.000
sehingga laba Rp 400.000.000
Stock barang ( kalau dihitung harga jual ) Rp 50.000.000
Stock barang ( kalau dihitung harga produksi ) Rp 35.000.000
utang Rp 20.000.000
piutang Rp 34.000.000
Uang tunai Rp 15.000.0000
set : mesin mesin senilai Rp 200.000.000 (saat modal pertama thn 2000 )
kendaraan Rp 165.000.000 ( tahun 2010 ).
Untuk zakat produksinya adalah: (400.000.000 + 50.000.000 +
34.000.000 + 15.000.000) x 2,5 % = 12.475.000
Maka zakat yang harus dikeluarkan adalah Rp. 12.475.000.- (dua belas
juta empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)
5. Zakat pencarian dan profesi
Zakat profesi belum familiar dalam khazanah keilmuan Islam klasik.
Maka dari itu, hasil profesi dikategorikan sebagai jenis harta wajib zakat
berdasarkan kias (analogi) atas kemiripan (syabbah) terhadap karakteristik
harta zakat yang telah ada, yakni:
a. model memperoleh harta penghasilan (profesi) mirip dengan panen
(hasil pertanian), sehingga harta ini dapat dikiaskan pada zakat
pertanian berdasarkan nisab (653 kg gabah kering giling atau setara
dengan 522 kg beras) dan waktu pengeluaran zakatnya (setiap kali
panen),
b. model harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang, sehingga
jenis harta ini dapat dikiaskan pada zakat harta (simpanan atau
kekayaan) berdasarkan kadar zakat yang harus dibayarkan (2,5%).
Dengan demikian, apabila hasil profesi seseorang telah memenuhi
ketentuan wajib zakat, ia berkewajiban menunaikan zakatnya.

17
Contoh menghitung zakat profesi :
Abdul Baqi adalah seorang karyawan swasta yang berdomisili di Bogor.
Ia mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Penghasilan per bulannya adalah Rp 5.000.000,-.
a. Pendapatan gaji per bulan Rp 5.000.000,-
b. Nisab 522 kg beras @Rp 7.000 (relatif) Rp 3.654.000,-
c. Rumus zakat = (2,5% x besar gaji per bulan),-
d. Zakat yang harus ditunaikan Rp 125.000,-
Zakat profesi juga bisa diakumulasikan dalam satu tahun. Caranya,
jumlah pendapatan gaji berikut bonus dan lainnya dikalikan satu tahun
kemudian apabila hasilnya mencapai nisab, selanjutnya dikalikan
dengan kadar zakat 2,5%.
e. Jadi, Rp.5.000.000,- x 13 = Rp. 65.000.000
f. Jumlah zakatnya adalah Rp. 65.000.000,- x 2,5 % = Rp.1.625.000

18
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat merupakan ibadah maaliyah ijtimaa’iyyah artinya ibadah di bidang


harta yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membangun
masyarakat. Jika zakat di kelola dengan baik, baik dalam pengambilannya
maupun pendistribusianya pasti akan dapat mengangkat kesejahteraan
masyarakat.Sektor ekonomi modern potensial sebagai harta wajib zakat adalah
zakat perusahaan/produksi, zakat saham atau investasi,zakat profesi dan
sumber zakat modern lainnya dengan berdasarkan nash yang masih umum.
Di dalam menentukan sumber atau objek zakat atau harta yang wajib di
keluarkan zakatnya, Al-Qur’an dan hadist mempergunakan dua metode tafsil
dan pendekatan ijmal (global).
B. Saran

Setelah mengetahui apa saja yang dibahas didalam makalah ini, para
pembaca diharapkan dapat mengetahui dan memahami isi makalah ini yang
berjudul “Zakat Kontemporer”. Selain itu, para pembaca diharapkan juga dapat
mengetahui serta menerapkan apa saja yang dibahas di makalah ini. Seperti
contohnya dalam membayar zakat sesuai dengan ketentuan dan perhitungan
yang telah ada.
Setiap makalah memang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-
masing, untuk melengkapi informasi yang lebih lengkap lagi selain dari
makalah ini, diharapkan para pembaca untuk menambah pengetahuannya
melalui sumber-sumber yang lain dan terpercaya, sehingga setiap sumber dapat
saling melengkapi satu sama lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M., & Sholikah. (2014). Zakat Profesi dalam Perspektif Undang-

undang N0.23 Tahun 2011 dan Hukum Islam. Ulul Albab, Volume 15, N0.2.

Mursyidi. (2006). Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Aibak, Kutbuddin. (2017). Kajian Fiqh Kontemporer. Yogyakarta :

Kalimedia

20

Anda mungkin juga menyukai