DISUSUN
Oleh Kelompok 3:
Anira
Dedi Supriadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya dan hidayat , sehingga saya bisa menyelesaikan Makalah kami yang berjudul
“Cek, Bilyet dan Giro”
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam segala aspek sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya pembahasan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat memberikan informasi bagi rekan-rekan dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Cek …………………………..……………..…………………………… 2
B. Bilyet Giro ………………………….…..……………………………..… 8
C. Tips dalam Mengeluarkan Cek Dan Bilyet Giro ………………………… 14
D. Persamaan dan Perbedaan Cek dengan Bilyet Giro ……………………… 14
A. Kesimpulan.................................................................................................. 15
B. Saran………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin maju teknologi dan makin berkembang dunia perdagangan,dikenal
bermacam-macam surat berharga yang kenyataannya mempunyainilai uang dan dapat
ditukarkan dengan sejumlah uang pada Bank yangmenghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan.Dalam lalu-lintas pembayaran yang berhubungan dengan lalu-lintas
pembayaran giral konteks ini berkaitan dengan pemalsuan surat perintah bayar seperti cek,
bilyet giro serta timbulnya cek dan bilyet kosong. Bahkanada juga bilyet giro yang dijadikan
suatu alat jaminan untuk transaksi lain,yakni sebagai jaminan untuk transaksi lain yang
dapat merugikan beberapa pihak.
Cek dan giro dikenal sebagai alat pembayaran, salah satunya untuk pembayaran
transaksi bisnis. Berdasarkan Pasal 178 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) singkatnya menyatakan bahwa cek adalah surat perintah membayar kepada
seseorang yang ditunjuk. Sedangkan bilyet giro diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 28/32/Kep/Dir/2005 tentang Bilyet Giro, yang pada intinya menyatakan
bahwa Bilyet Giro adalah surat perintah nasabah yang telah distandarisasi/ dibakukan
bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk memindah-bukukan sejumlah dana dari
rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebut namanya pada bank yang
sama atau berlainan. Dengan demikian, cek adalah pembayaran tunai dan langsung,
sedangkan bilyet giro adalah transaksi pemindah-bukuan atau dikenal dengan sebutan
transfer dari pemilik rekening giro kepada orang yang ditunjuk. Metode penelitian yang
dilakukan adalah yuridis normatif yang diambil dari data sekunder dengan mengolah data
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder yaitu buku-buku, karya ilmiah, berita-
berita, tulisan-tulisan, dan bahan hukum tersier yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian dipahami bahwa Berdasarkan ketentuan pasal 178
KUH-Dagang, cek diartikan “Dengan perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah
uang tertentu”. Dari batasan pengertian cek dapat diketahui cek (1) merupakan surat perintah
pembayaran tertulis, (2) di mana si penarik meminta dengan tanpa syarat kepada suatu bank,
dan (3) untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada seseorang (pemegang) pada tanggal
dan tempat tertentu. Konsekuensi hukum dari tindakan wanprestasi adalah timbulnya hak
dari pihak yang dirugikan dalam perjanjian tersebut, untuk menuntut ganti rugi pada pihak
debitur. Dalam hal penerbitan cek kosong oleh penerbit (debitur) dapat diklasifikasikan
sebagai wanprestasi karena debitur memenuhi prestasi secara tidak baik. Hal ini terjadi pada
saat pemegang (kreditur) menerima pembayaran dari penerbit (debitur) berupa cek, ternyata
cek yang diterima pemegang (kreditur) merupakan cek kosong yang kemudian ditunjukkan
pada Bank untuk menerima pencairan dana, akan tetapi bank menolak pembayaran tersebut,
sehingga pemegang tidak memperoleh pembayaran atas pelunasan hutang dari debitur.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cek itu?
2. Bagaimana bilyet giro itu?
3. Bagaima tips dalam mengeluarkan cek dan bilyet giro?
4. Bagaimana persamaan dan perbedaan cek dengan bilyet giro?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penjabaran cek
2. Untuk mengetahui penjabaran bilyet giro
3. Untuk mengetahui tips dalam pengeluaran cek dan bilyet giro
4. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan cek dan bilyet giro
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cek
1. Latar Belakang Penerbitan Cek
Pertumbuhan perdagangan dipengaruhi oleh tingkat kemampuanmasyarakat, pada
mulanya tingkat perekonomian dalam masyarakat yangmasih primitif, setiap orang selalu
berusaha untuk memproduksi segalaapa yang menjadi kebutuhannya.Timbulnya uang
sebagai alat tukar, mendorong berkembangnya perdagangan, yaitu dari perdagangan lokal,
berubah menjadi perdaganganregional dan akhirnya berkembang menjadi perdagangan
internasionalatau perdagangan antarnegara.Di dalam perdagangan antarnegara pada Abad
ke-XV laju perdagangan masih terhambat oleh beberapa faktor antara lain:
a. Sulitnya membawa uang tunai dari negara yang satu ke negara lain ketika pedagang
akan ke negara lain untuk melakukan pembelian barang-barang dagangan yang tidak
sedikit jumlahnya dan apa lagi uang kertas pada waktu belum ada jadi masih
menggunakan uang logam.
b. Adanya resiko pengangkutan uang dan perampokan sebagai akibatsituasi yang belum
sepenuhnya aman. Sebagaimana berlangsungnya perang agama selama seratus tahun di
Eropa.
c. Mahalnya biaya pengangkutan terhadap uang tunai karena bahannya yang berat. Setelah
Indonesia merdeka, melalui Pasal II Aturan Peralihan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang ini tetap berlaku, demikian pula ketentuan-ketentuan mengenai cek akhirnya
berlaku juga bagi seluruh golongan bangsa Indonesia karena kebutuhan masyarakat
dagang Indonesia. Surat cek sebagai alat pembayaran tunai, mulai dikenal oleh
masyarakat Indonesia tidak hanya bagi golongan penduduk yang diperlakukan BW
(Burgerlijke wetbook), tetapi juga berlaku bagi golongan penduduk Indonesia asli atas
dasar penundukan diri secara sukarela. Oleh karena itu, di dalam perkembangannya,
surat cek sebagai alat pembayaran tunai atau giral, pengganti uang chartal.Dalam
masyarakat dagang khususnya, alat pembayaran tunai secara giral semacam surat cek
adalah lazim sekalipun kadang-kadang bentuknya tidak sesuai dengan ketentuan pasal
178 KUHD. Ini sejenis dengan surat cek yang berlaku dikalangan pedagang Tionghoa,
yaitu kertas bon putih yang disebut Pe pyo. Berlakunya Pe pyo ini hanya terbatas dalam
masyarakat yang saling mempercayai saja. Apabila terjadi sengketa penyelesaiannya
sangat sulit. Jenis pembayarannya ini pada dasawarsa beredar di Kalimantan Barat dan
Jambi.
4
2
Mishkin,Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan edisi 8, (Jakarta: SalembaEmpat, 2008), hlm. 7
5
(kepada bank) dari orang yang membawanya atau orang yang namanya tersebutdalam cek
sejumlah uang yang tertera di atasnya.Yang dimaksud dengan orang yang
menandatanganinya menurut Dr. Lucas, yaitu sudah tentu orang yang mempunyai
simpanan uangdalam bentuk rekening giro di bank
3. Dasar Hukum Cek
Dasar hukum pengaturan cek diatur dalam Pasal 178 sampaidengan 229 KUH
Dagang. Di samping itu, ada tambahan penjelasan yangdimuat dalam Surat Edaran Bank
Indonesia. Dalam Pasal 178 KUH Dagang.
4. Syarat Cek
Berdasarkan dasar hukum tersebut telah ditentukan syarat untukcek sebagai surat berharga,
yakni :
a. Harus terdapat perkataan cek dalam bahasa yang dipakai untukmerumuskan bunyi cek
tersebut.
b. Surat cek harus berisi surat perintah tak bersyarat untuk membayarsejumlah uang
tertentu.
c. Nama orang yang membayar (tertarik) harus selalu suatu bank.
d. Penunjukkan tempat pembayaran.
e. Penyebutan tanggal dan tempat penarikan cek.
f. Tanda tangan orang yang menarik cek.
Dengan demikian, jika syarat-syarat di atas di dalam Pasal 179Ayat (1) KUH Dagang
dikatakan merupakan syarat mutlak dan jika salah satu tidak disebutkan maka surat
tersebut tidak dapat dikatakan sebagaicek. Akan tetapi, dalam Pasal 179 Ayat 2, 3, dan 4
KUH Dagang, cekdapat memiliki kekhususan, sebagai berikut :
a. Tempat pembayaran tidak disebutkan secara tegas maka
tempat pembayaran dianggap tempat yang disebutkan di samping nama sitertarik.
b. Penunjukkan tidak ada maka cek harus dibayar ditempat namakantor besar (pusat) dari
tertarik berada.
c. Jika disebutkan tempat mana cek ditarik maka tempat yangdisebutkan disamping nama
si penarik dianggap selaku tempat itu.
6
6. Manfaat Cek
a. Manfaat cek bagi pemilik rekening (nasabah):
1. Sebagai alat pencatatan dan pembukuan transaksi penarikan danadi bank
2. Sebagai alat pengawasan jumlah dana yang tersedia di bank
3. Sebagai alat penarik dana dari bank
4. Sebagai alat pembayaran kepada pihak lain
b. Manfaat cek bagi bank :
1. Sebagai alat pembayar
2. Sebagai alat pemindahbukuan dari satu rekening ke rekening lainnya
3. Sebagai dokumen pembukuan
8. Jenis-jenis Cek
Dengan adanya ketentuan-ketentuan yang bersifat khusus,sehingga menyebabkan
adanya beberapa jenis cek, sebagai berikut :
a. Cek atas Tunjuk/Pembawa (aan toonder )
Dimana bank akan membayarkan kepada siapa saja yangdatang untuk menguangkan
cek tersebut kepadanya.
b. Cek atas Nama (aan order )
Dimana bank akan membayarkan kepada orang yang namanyatercantum didalam cek
yang bersangkutan.
7
9. Bentuk-bentuk Surat Cek Khususa.
a. Surat cek atas pengganti penerbit
b. Surat cek atas penerbit sendiri
c. Surat cek untuk perhitungan orang ketiga
d. Surat cek inkaso
e. Surat cek berdomisili
10. Mekanisme Pembukuan
Cek Mekanisme dari sebuah cek penerimaan cek tunai ditempatkandalam
penerimaan kas ditindak lanjuti dengan proses kliring/ingkasosetoran pemindahan bank ,
lalu pengeluaran cek tunai ditempatkan dalam pengeluaran bank ditindak lanjuti dengan
proses rekonsiliasi bank di akhir bulan.
B. Bilyet Giro
1. Latar Belakang Penerbitan Bilyet Giro Dalam lalu lintas perdagangan, pihak-pihak dapat
melakukan bermacam-macam transaksi, lalu timbulah hak dan kewajiban para pihakitu
antara satu dengan yang lain.Transaksi juga bisa terjadi antara kedua belah pihak, dimana
pihakyang satu akan menyerahkan sejumlah uang dan pihak yang lainnyamendapatkan
perintah untuk menyimpan sejumlah uang tersebut.Mungkin juga dapat terjadi transaksi
antara pihak yang satu dengan yanglain, agar pihak lain itu menyerahkan sejumlah uang
kepada pihak yangditunjuk dan sebagai imbalannya pihak pemberi amanat menyerahkan
sejumlah uang kepada penerima amanat.Perjanjian ini bermacam-macam wujudnya,
misalnya perjanjian jual beli, pinjam meminjam uang, penyimpanan uang di bank, dan
lainsebgainya. Dalam hal perjanjian, disepakati pula bagi orang yang berkepentingan
melaksanakan pembayaran, dapat membayar dengan caralain yang tidak sama seperti
dengan cara pembayaran biasa, yaitu dengan pembayaran sejumlah uang kontan. Bilyet
giro ini kemudian dibawa oleh pemegangnya dan dijatuhkankepada pihak ketiga yang
namanya tersebut dalam bilyet giro itu, guna memperoleh pembayaran, yakni dalam
bentuk booking transfer yang sesuai dengan isi perjanjian tersebut.
2. Pengertian Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bankepnyimpan dana untuk
memindahkan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya.Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan
bahwa bilyet giromerupakan surat yang berharga dapat dialihkan/ diperdagangkan
sertaditukarkan dengan uamg seperti halnya cek. Jika bilyet giro tersebut tidak isebutkan
tidak diisikan nama si penerima dana oleh penariknya,sehingga mudah untuk dialihkan
dari tangan yang satu ke tangan yanglain.Dengan demikian, pembayaran bilyet giro tidak
dapat dilakukandengan uang tunai dan tidak dapat dipindahtangankan
melaluiendosemen.Endosemen adalah penyerahan suatu surat atas tertunjuk
olehseseorang yang berhak/pemegang kepada orang lain dengan disertai pernyataan
mengalihkan haknya atas surat yang ditulis pada surattersebut.
9
Istilah bilyet giro berasal dari kata bilyet dalam bahasa Belanda,artinya surat dan giro
berasal dari bahasa Italia yang berarti simpanannasabah pada bank yang pengambilannya
dapat dilakukan setiap saatdengan menggunakan cek atau dengan pemindahbukuan. Jadi,
bilyet giroadalah surat perintah pemindahbukuan yang berfungsi sebagai pembayaran
karena itu bilyet giro disebut alat pembayaran.Sebagai bahan perbandingan terhadap
definisi bilyet girodikemukakan versi-versi rumusan yang diberikan oleh
SoesatioReksodiprodjo dalam bukunya yang berjudul Pengguna Ekonomi Bankdan
Kredit disebutkan bahwa bilyet adalah giro yang berarti alat untuk melunasi utang
piutang melalui clearing.
Adapun menurut Muhammad Amin, S.H. bilyet giro sebagai surat berharga model baru
pada hakikatnya bilyet giro adalah surat perintahtanpa syarat dari nasabah suatu bank
yang memelihara dananya karenatertarik. Perintah dimana bentuk dan isinya sudah
distandardisasi untukmemindahbukukan sejumlah dana penarik kepada pihak penerima
yang namanya telah disebutkan penerima yang memiliki rekening pada bankyang sama.
Atas dasar beberapa perumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa bilyet giro adalah suatu
surat perintah pemindahbukuan tanpa syarat yangdikeluarkan oleh penerbit nasabah yang
mempunyai rekening giro/yang itujukan kepada tersangkut), dimana penerbit mempunyai
rekening girodengan permintaan agar sejumlah dana yang disediakan untuk
kepentngan pemegang ata penerima yang tercantum dalam bilyet giro itu.Dengan batasan
pengertian diatas, dapat diketahui ada beberapaunsur yang antara lain:
a. Bilyet giro adalah suatu perintah pemindahbukuan tanpa syarat dari penarik bilyet
giro
b. Penerbut bilyet giro haruslah nasabah yang mempunyai rekening giro.
c. Tersangkut bilyet giro adalah bank yang memelihara rekening giro penerbit.
d. Pemegang atau penerima bilyet adalah harus nasabah bank, baik bankyang sama
maupun bank lain.
e. Bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan pembayaran uang tunai.
3. Dasar Hukum Bilyet Giro
Dasar hukum bagi bilyet giro diatur dalam Surat Edaran BankIndonesia Nomor 28/32/UPG,
tanggal 4 Juli 1995 dan Surat KeputusanDireksi Bank Indonesia Nomor 28/32/Kep/Dir,
tanggal 4 Juli 1995.
4. Syarat Bilyet Giro
Sama halnya dengan surat-surat berharga lainnya, surat aksep dansurat cek bilyet giro juga
ada syarat-syarat formalnya. Adapun syarat-syarat formal bilyet giro sebgai berikut :
a. Nama nomor seri dan bilyet giro tercantum pada formulir bilyet giro. Jika diperhatikan,
klausul bilyet giro cukup dicantumkan padaformulir bilyet giro dan tidak perlu
dicantumkan dalam teksnya.
10
b. Perintah yang jelas tanpa syarat untuk memindahkan pemindahbukuansejumlah dana atas
beban saldo penarik yang harus tersedia pada saat berlakunya surat perintah yang
terkandug dalam bilyet giro tersebut.
c. Nama dan tempat bank tarik kepada perintah termaksud ditujukan. Nama bank tertarik
atau tersangkut dimuat dalam bilyet giro.
d. Nama pihak yang harus menerima pemindahbukuan dana secaraadministratif termaksud
dan jika dianggap perlu, alamat dan nama pihak penerima dana harus ada. Artinya, bank
tersangkut harusmengetahui apakah penerima dana itu adalah nasabah bank yang
bersangkutan atau nasabah bank lain.
e. Jumlah dana yang dipindahbukukan dapat ditulis baik berupaangkamaupun huruf.
f. Tanda tangan penarik dan cap atau stempel badan usaha diperlukan jika si penarik
merupakan suatu perusahaan berbentuk badan usaha.
g. Tempat penarikan dan tanggalnya atau tempat dan tanggal penarikan.Tempat ini penting
untuk mengetahui dimana perbuatan itu dilakukan.
h. Tanggal mulai efektif berlakunya peraturan atau perintah dalam bilyetgiro, tanggal efektif
perlu disebutkan secara khusus.
i. Nama bank dimana orang atau pihak yang harus menerima dana pemindahbukuan tersebut
memelihara rekening sepanjang nama banksi penerima itu diketahui oleh penarik.
b. Bebas Materai
Karena tenggang waktu penawarannya 70 hari, baik surat cekmaupun bilyet
giro termasuk surat berharga jangka pendek, artinyasurat berharga yang
tenggang waktu peredarannya kurang dari tiga bulan.Menurut ketentuan pasal
69 ayat (3) aturan Bea Materai1921, surat berharga jangka pendek yang dapat
dibayar dengan uangtunai dikenakan bea materai. Bilyet giro tidak dapat
dibayar denganunag tunai, melainkan hanya sebagai alat pemindahbukuan
dana darirekening giro ke rekening giro. Karena itu bilyet giro dibebaskan dari
bea materai.
7. Bilyet Giro Kosong
Bilyet giro kosong adalah bilyet giro yang diajukan kepada bank,namun dana
nasabah pada bank tidak mencukupi untuk membayar ataumemenuhi amanat pada
bilyet giro yang bersangkutan. Jika saldorekening yang bersangkutan tidak
mencukupi, maka bilyet giro tersebutharus ditolak sebagai bilyet giro
kosong.Dalam menghadapi penarik cek kosong, pihak Bank
mengeluarkankonsekwesinya antara lain: administrasi, perdata, pidana serta
gabungan perdata dan pidana.Sanksi terhadap penerbit bilyet giro kosong
terutama
terhadap penarikan bilyet giro kosong yang ketiga kalinya atau lebih, telahditetap
kan berdasarkan keputusan dengan moneter No. 53 Tahun 1962dan peraturan-
peraturan pelaksanaannya, yang terakhir diatur kembalidengan surat edaran Bank
Indonesia No.4/437 UPPB/Pbn, tanggal 5Oktober 1971, yaitu pencantuman
tentang nama-nama penarik bilyet girokosong yang bersangkutan dalam daftar
hitam dan larangan bagi bank- bank menerima nasabah-
nasabah yang baru ataupun mempertahankannasabah mereka yang namanya
tercantum dalam daftar hitam tersebut.
12
f. Akibat hokum
Ada kemungkinan bahwa penerbit tidak memenuhikewajibannya setelah
bilyet gironya, berarti tidak mempunyai saldo fektif yang cukup, maka dalam
hal ini penerbit harus bertanggungjawab.
Ketentuan bilyet giro telah diatur oleh bank Indonesia dan tidakmengatur hak
regres seperti surat wesel dan cek. Sebenarnya ketentuansemacam ini perlu
bagi bilyet giro karena digunakan untuk
kepentingan penerbit, pemegang bilyet giro yang jujur, dan pihak bank sendiri
. Untuk itulah peraturan tentang bilyet giro di Indonesia perlu dilengkapi oleh
bank Indonesi.
3
https://www.academia.edu/7501252/Cek_dan_Bilyet_Giro
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Langkah langkah dalam pembuatan Bilyet Giro dan Cek
memerlukan beberapa prosedur standar seperti adanya nomor Bilyet Giro dan Cek yang
sesuaidengan yang didaftarkan oleh Bank yang mengeluarkan, adanya nomor kliringsesuai
dengan nomor kliring Bank yang mengeluarkan adanya nomor rekeningnasabah, dan yang
terakhir adanya nomor sandi dari Bank yang mengeluarkan.Bilyet Giro dan Cek adalah
media yang ditawarkan Bank kepada paranasabahnya sebagai media pembayaran di berbagai
transaksi keuangan yangmelalui rekening giro yang dilakukan oleh nasabah Bank. Proses
pelaksanaan Bilyet Giro dan Cek dimulai sejak nasabah mengajukan permohonan
pembuatanlembaran Bilyet Giro dan Cek dari bank yang bersangkutan. Bilyet Giro dan Cek
itu sendiri dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah dan pencairannyadapat
dilakukan diseluruh kantor Cabang Bank tersebut.
B. Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca dan pendengar dari makalah yang
kami selesaikan ini. Masih sangat jauh dari kata sempurna, jadi dimohon kritakan dan
sarannya terhadap makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
2008), hlm. 7
https://www.academia.edu/7501252/Cek_dan_Bilyet_Giro