Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP

PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI


DESA GAMBOR KECAMATAN SINGOJURUH
BANYUWANGI 2019

Disusun oleh :
DIAH WASKITO RINI
2016.02.009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gout Artritis merupakan salah satu penyakit radang sendi. Gout artritis dalam
masyarakat lebih dikenal dengan nama asam urat. Asam urat merupakan hasil dari
pemecahan purin didalam tubuh yang terdapat didalam darah dan urin. Setiap orang
memiliki asam urat di dalam tubuh karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan
asam urat. Asam urat yang terdapat di dalam tubuh kita tentu saja kadarnya tidak boleh
berlebihan (Ode, 2012) dalam (Ellin, 2018). Pemicu peningkatan kadar asam urat salah
satunya proses penuaan pada lansia. Menurut WHO lansia merupakan seseorang yang
berusia diatas 60 tahun. Lansia mengalami proses penuaan dengan begitu secara progresif
akan kehilangan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan akan menumpuk semakin
banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif.
Penyakit degeneratif yang sering dialami lansia salah satunya asam urat. Perjalanan
asam urat ditandai dengan rasa nyeri pada kaki dan hasil pemeriksaan kadar asam urat
lebih pada laki – laki >7, sedangkan pada perempuan >5,7 (IP.Suiraoka, 2012) dalam
(Ellin, 2018). Penatalaksanaan asam urat salah satunya dengan menggunakan pemberian
air rebusan daun salam.
Data World Heatlh Organization (2007) penderita asam urat sekitar 230 juta,
akan terus meningkat pada tahun 2020. Kejadian asam urat akan terus meningkat baik
pada negara maju maupun negara berkembang. Sedangkan jumlah lanjut usia di
Indonesia yaitu 18,1% jiwa. Pada tahun 2018, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
menjadi 24 juta jiwa dan di perkirakan pada tahun 2020, jumlahnya mencapai 36 juta
jiwa, Jika di lihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, presentase lansia diatas
10% sekaligus paling tinggi ada di provinsi Jawa timur (12,92%) (Diah, 2019). Dari
data (Dinkes Banyuwangi, 2017) di ketahui bahwa jumlah lansia pada tahun 2017
terdapat 182,096, tertinggi berada di kecamatan Singojuruh sebanyak 7.392 lansia dan
sasaran pra lansia dan lansia yaitu 10.481 total lansia yang berada di Kabupaten
banyuwangi adalah 71%. Penderita asam urat di Indonesia sebanyak 11,9% dan di Jawa
Timur sebanyak 26,4% (Kemenkes RI, 2013). Penderita asam urat di banyuwangi
sebanyak 16.225 orang. Pendapat ini sesuai dengan laporan hasil penelitian bahwa
penderita asam urat di Sulawesi Selatan dari waktu ke waktu semakin meningkat,
menunjukan asam urat menyerang 10% pada laki-laki dan 4% pada perempuan (Dinaria,
2015) dalam (Ellin, 2018). Dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan di Desa
Gambor menunjukan dari 134 lansia yang aktif posyandu 65 lansia yang memiliki kadar
asam urat berlebih.
Faktor penyebab asam urat meliputi usia, obesitas, pola makan tinggi purin,
konsumsi alkohol berlebih, penggunaan obat-obatan yang meningkatkan asam urat,
cedera sendi dan stress. Dampak dari kadar asam urat yang berlebih menyebabkan nyeri
terutama pada malam hari atau pagi hari bangun tidur, kesemutan, bengkak, panas dan
kemerahan pada sendi yang terserang (Ode, 2012) dalam (Ellin, 2018). Kadar asam urat
yang tinggi dan tidak dilakukan pengobatan akan menimbulkan asam urat kronik.
Masyarakat akan melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan dan dilakukan
pemeriksaan asam urat menggunakan fotometer maupun stick apabila dampak yang
dirasakan sudah mengganggu dalam aktivitas sehari-hari. Daun salam mengandung
flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan menghindari gejala
inflamasi (Dinaria, 2015) dalam (Ellin, 2018). Dengan flavonoid dalam air rebusan daun
salam bermanfaat untuk megurangi kadar asam urat dalam darah dan dapat mengurangi
rasa nyeri pada kaki yang biasa timbul ketika terjadi peningkatan kadar asam urat
(Agoes, 2010) dalam (Ellin, 2018).
Pengobatan asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi seperti
allopurinol, ibuprofen, piroxicam, dan dexamethasone maupun non farmakologi seperti
tempuyung, daun salam, daun sendok, daun seledri dan sambiloto (Sustrani, Alam &
Hadibroto 2004) dalam (Ellin, 2018). Penggunaan terapi farmakologi secara terus
menerus dapat menimbulkan efek samping pada tubuh, oleh karena itu diperlukan
alternatif lain yang akan lebih efektif dan terjamin keamananya untuk tubuh. Sebagian
masyarakat belum mengetahui manfaat daun salam untuk mengurangi kadar asam urat
yang terdapat dalam darah yang dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi. Daun
salam selain digunakan untuk bumbu dapur juga dapat di manfaatkan sebagai terapi non
farmakologi untuk menurunkan asam urat dalam darah. Efektivitas akan dirasakan
dengan pemberian air rebusan daun salam selama 7 hari sebanyak 1 kali perhari.
Dari hasil studi pendahuluan dan wawancara pada tanggal 15 februari 2018
dengan sebagian lansia yang aktif dalam posyandu dan mengalami peningkatan kadar
asam urat belum mengetahui manfaat daun salam untuk menurunkan kadar asam urat.
Sehingga dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia”.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Gambor Kecamatan Singojuruh
Kabupaten Banyuwangi ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 Tujuan umum
Diketahuinya pengaruh pemberian air rebusan daun salam
terhadap penurunan kadar asam urat
1.3.2 Tujuan khusus
 Teridentifikasinya kadar asam urat pada lansia sebelum pemberian
air rebusan daun salam di Desa Gmbor
 Teridentifikasinya kadar asam urat pada lansia sesudah pemberian
air rebusan daun salam pada di Desa Gambor
 Teranalisisnya pengaruh pemberian air rebusan daun salam
terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu
Lansia Desa Gambor.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada
perkembangan ilmu keperawatan khususnya tentang keperawatan
medikal bedah untuk menurunkan kadar asam urat pada lansia dengan
menggunakan pengobatan non farmakologi pemberian air rebusan
daun salam.
1.4.2 Manfaat praktis
 Bagi petugas kesehatan, perawat dan puskesmas
Pemberian air rebusan daun salam pada lansia dengan asam
urat dapat digunakan untuk pengobatan non farmakologi.
 Bagi lansia di tempat penelitian
Air rebusan daun salam dapat digunakan lansia sebagai obat
non farmakologi dalam upaya menurunkan kadar asam urat.
 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian yang diadakan hendaknya menjadi
referensi tambahan untuk pengembangan pengetahuan dalam
pendidikan dan perlengkapan bahan pustaka tentang pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam
urat pada lansia.
 Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya
tentang pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap
penurunan kadar asam urat lansia dengan gout.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep lansia


2.1.1 Definisi lansia
Menurut World Organization Health (WHO) lansia adalah sesorang
yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit tetapi merupakan
tahap akhir dari proses kehidupan yang di tandai dengan penurunan
kemampuan tubuh (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
2.1.2 Batasan lanjut usia
Usia dijadikan patokan untuk lanjut usia. Usia 60 – 65 tahun dianggap
sebagai lansia. Menurut World Organization Health (WHO) dalam (Elin,
2018), ada 4 tahapan lanjut usia yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.
2.1.3 Proses menua
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari mulai
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti bahwa
manusia sudah melalui berbagai tahap kehidupan mulai neonatus, toddler, pra
sekolah, sekolah, remaja, dewasa dan lansia. Menua merupakan tahap tubuh
dalam mencapi titik maksimal, setelah itu tubuh menyusut di karenakan
berkurangnya jumlah sel –sel dalam tubuh akibatnya tubuh akan mengalami
penurunan fungsi secara bertahap (Padila, 2013) dalam (Ellin, 2018).
Daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari luar juga akan mengalami
penurunan sehingga secara progresif akan kehilangan daya tahan tubuh
terhadap infeksi dan terjadi penumpukan distorsi metabolik dan struktural yang
disebut penyakit degeneratif (IP.Suiraoka, 2012) dalam (Ellin, 2018). Beberapa
jenis penyakit degeneratif yang akan dialami lansia meliputi hipertensi,
diabetes mellitus, asam urat, stroke, asterosklerosis.
2.1.4 Teori-teori proses menua
Banyak definisi yang menjelakan tentang proses menua. Proses menua
bersifat individual : dimana proses menua pada setiap orang berbeda-beda,
terjadi pada usia yang beda, memiliki gaya hidup yang berbeda-beda pula dan
tidak ada faktor yang dapat mencegah proses menua (Padila, 2013) dalam
(Ellin, 2018). Teori-teori penuaan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Teori biologis
Menurut Ellin (Chapter, 2009) Teori biologis mencakup beberapa hal
meliputi:
a. Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram
secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel- sel tubuh lelah.
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan tubuh terhadapa
radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri.
g. Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat
hilangnya sel- sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
i. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan- bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.
j. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia
sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas
kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
k. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang akan membelah setelah sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan social
Menurut Ellin (2009) teori kejiwaan social meliputi :
a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
lansia yang aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
lanjut usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (Didengagement Theory)
Teori menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia,
seseorang akan berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan social dan akan lebih menarik diri.
2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia
Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan
menyeluruh baik fisik, sosial, mental dan moral spiritual, yang semuanya
saling berkaitan antara satu bagian dengan yang lainnya. Lansia perlu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, padahal dalam
kenyataannya semakin tua maka akan semakin sulit beradaptasi (Padila, 2013)
dalam (Ellin, 2018). Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain:
1. Perubahan fisik
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya
proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel
otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak
menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 – 10% (Bandiyah, 2009)
dalam (Ellin, 2018).
b. Sistem persyarafan
Berat otak menurun 10 – 20%. Gangguan yang terjadi
karena penurunan sistem persyarafan meliputi: hubungan
persyarafan menurun, lambat dalam bereaksi, terjadi stress,
pengecilan syaraf panca indra sehingga terjadi berkurangnya
penglihatan, berkurangnya pendengaran, saraf pencium dan
perasa mengecil, kurang sensitif terhadapa sentuhan, kulit lebih
sensitif terhadap perubahan suhu yang terjadi (Bandiyah, 2009)
dalam (Ellin, 2018).
c. Sistem Pendengaran
Presbiakusis adalah hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam. Terutama terhadap bunyi
suara atau nada–nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata–kata, terjadinya pengumpulan serumen karena
peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun pada
lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres
(Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
d. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar kornea lebih terbentuk bola, katarak
menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya
akomodasi, berkurangnyanya lapang pandang, menurunya daya
membedakan warna biru atau hijau (Padila, 2013) dalam (Ellin,
2018).
e. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal
dan menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebkan merunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin,
2018).
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering
ditemui temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik
± 35°C ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan
refleks menggigil dan tidak memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot (Bandiyah, 2009) dalam
(Ellin, 2018).
g. Sistem respirasi
Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku menurunya aktifitas dari sillia, paru-paru kehilangan
elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun, alveoli ukurannya melebar dari
biasa dan jumlahnya berkurang, O² pada arteri menurun
menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak terganti, kemampuan
pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia (Bandiyah, 2009) dalam
(Ellin, 2018).
h. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal
diase yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain
meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera
pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indra pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap di lidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit,
esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun, peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah, liver makin
mengecil dan tempat penyimpanan menurun, berkurangnya aliran
darah (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
i. Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur–angsur,
dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun yaitu
kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia,
hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual, tidak perlu cemas karena merupakan
perubahan alami, selaput lendir vagina menurun, permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, terjadi perubahan–
perubahan warna (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
j. Sistem gastourinaria
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh
satuan terkecil dari ginjal yang disebut nefron, kemudian
mengecil dan nefron menjadi atrofi, nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat, vesika urinaria (kandung kemih)
ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun menyebabkan
frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria sudah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan
meningkatkan retensi urin, atrovi vulva dan vagina, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai
tua (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018).
k. Sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi
paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon
ada tetapi tidak rendah dan hanya ada didalam pembuluh darah,
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH,
menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic
rate), dan menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya
produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon kelamin,
misalnya progesteron, estrogen, dan testeron (Bandiyah, 2009)
dalam (Ellin, 2018).
l. Sistem integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan
proses kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk–bentuk sel
epidermis), menurunya respon terhadap trauma, mekanisme
proteksi kulit menurun yaitu produksi serum menurun,
gangguan pegmentasi kulit, kulit kepala dan rambut menipis
berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telingga menebal,
bekurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari
menjadi lebih keras dan rapuh, kuku kaki bertumbuh secara
berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang bercahaya
(Bandiyah, 2009) dalam (Ellin, 2018) .
m. System muskuluskeletal (musculoskeletal system)
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur
tidak kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia
yang tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan
otot berkurang sebanding penurunan massa otot. Penurunan
massa dan kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan
fosa akibat penyempitan rongga intravertebral, penurunan
mobilitas sendi, tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang
kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis pinggang,
pergerakan lutut dan jari–jari pergelangan terbatas, discus
intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang), persendian membesar dan menjadi rapuh, tendon
mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin serabut otot sehingga
seseorang bergerak menjadi lamban, otot–otot kram menjadi
tremor, otot–otot polos tidak begitu berpengaruh (Padila, 2013)
dalam (Ellin, 2018).
2. Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
3. Kenangan
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–
jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa perubahan), dan
kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk).
4. I.Q. (Intellegentian Quantion )
I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan
ketrampilan psikomotor terjadinya perubahan pada daya membayangkan
karena tekanan–teanan dari faktor waktu (Bandiyah, 2009) dalam (Ellin,
2018).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan
struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan karena
fungsi neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini akibat
menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan
metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di ketahui
tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada lanjut usia
(Padila, 2013) dalam (Ellin, 2018). Perubahan kognitif yang di alami lanjut
usia adalah demensia, dan delirium.
5. Perubahan psikologis
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial
seperti (Padila, 2013) dalam (Ellin, 2018):
a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang
mengalami pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yaitu
finansial (income berkurang), status (dulu mempunyai jabatan
posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala faselitasnya),
teman/kenalan atau relasi, dan pekerjaan atau kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of
awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan,
bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
derivation) meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang
sulit, bertambahnya biaya pengobatan
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.
g. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan penghasilan atau jabatan
sehingga mengalami kekurangan ekonomi.
i. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman teman dan famili serta pasangan.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri

2.2 Konsep daun salam


2.2.1 Definisi
Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia polyantha Wight dan
nama ilmiah Syzygium polyantha Wight (Tersono, 2006) dalam (Ellin, 2018).
Menurut falsafah jawa tanaman salam mempunyai makna yang tersirat, filosofi
yang dapat diambil dari pohon salam berarti keselamatan. Ciri-ciri biologi
pohon salam: pohon salam tumbuh tegak lurus setinggi >25 meter, daun salam
berwarna hijau dengan ujung tajam, memiliki bunga berwarna putih dan wangi
yang tumbuh di dahan yang tidak berdaun, buah pohon salam berukuran kecil
dan berwarna kehitaman. Tanaman salam mudah dibudidayakan di berbagai
jenis tanah (Mardiana, 2013) dalam (Ellin, 2018).
Pohon salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari
batang, kulit batang, daun salam dan buah salam. Daun salam merupakan
bagian yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat. Daun salam dikenal
masyarakat untuk penyedap masakan. Masyarakat menggunakan daun salam
untuk memasak dengan memasukan beberapa lembar daun salam segar
maupun kering kedalam masakan untuk membuat masakan lebih beraroma
harum. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat digunakan
sebagai terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit berbahaya contohnya
stroke, kolesterol, radang lambung kencing manis dan juga termasuk asam urat
(Agoes, 2010) dalam (Ellin, 2018).
2.2.2 Sifat kimia dan efek farmakologis
Daun salam memiliki bau yang wangi sehingga banyak masyarakat
yang menggunakan sebagai bahan penyedap masakan. Selain untuk
pengobatan daun salam juga juga dapat digunakan sebagai tanaman herbal.
Selain dari daun salam bagian lain dari pohon salam yang bisa digunakan
sebagai tanaman obat meliputi akar, buah, dan kulit batang, namun yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam (Putra, 2016) dalam
(Ellin, 2018). Daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan herbal untuk
kolesterol, gout artritis, diabetes mellitus, hipertensi, gastritis, dan diare. Oleh
badan POM, daun salam telah ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan
tanaman yang digunakan sebagai tanaman herbal yang telah diuji secara klinis
untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu. Menurut Mardiana (2013)
beberapa sifat kimia dan efek farmakologis meliputi:
1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur kimianya
terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, katekin, antosianidin dan
kalkon. Manfaat flavonoid sebagai diuretik sehingga memperbanyak
produksi urin. Flavonoid juga sebagai anti inflamasi sehingga dapat
mencegah terjadinya peradangan pada tulang.
2. Kandungan vitamin pada daun salam bermanfaat untuk meningkatkan
kekebalan tubuh dari penyakit dan peningkat imunitas pada tubuh.
3. Kandungan zat tanin pada daun salam menurunkan tekanan darah tinggi.
4. Minyak atsiri sebagai analgesik sehingga mampu menghilangkan rasa nyeri
ketika berjalan.
2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan
Tanaman salam dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering
dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan alternatif. Menurut buku Profesor
Hembing dalam Handayani (2013) tentang tumbuhan berkhasiat pohon salam
(Syzygium Polyanthum) terutama daunnya bisa mengatasi gangguan asam urat,
kolesterol, radang, lambung, diare dan masih banyak lagi. Manfaat daun salam
untuk kesehatan meliputi:
5. Mengurangi dislipidemia, khususnya hipertrigliseridemia
Senyawa yang mampu menurunkan kadar nitrigliserida adalah niasin, serat,
tannin, dan vitamin C. Mekanisme kerja tannin yaitu
bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat
penyerapan lemak (Dorlan, 2002). Berdasarkan hal tersebut maka daun
salam dapat dipakai sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar trigliserida
pada manusia (Harismah & Chusniatun, 2016).
6. Menurunkan kadar LDL
Daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol sesuai dosis yang
diberikan karena daun salam mengandung senyaawa aktif quercetin yang
terkandung dalam flavonoid selain sbagai antioksidan dapat juga
menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum sehingga jumlah Apo-B
akan mengalami penurunan. Apo-B merupakan pembentuk LDL, sehingga
menurunkan LDL karena jumlah Apo-B mengalami penurunan (Harismah
& Chusniatun, 2016).
7. Menurunkan kadar asam urat
Flavonoid yang terdapat dalam daun salam dapat digunakan sebagai diuretik
(zat peluruh) dan penghilang rasa nyeri (analgetik). (Tersono, 2006).
2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional
Menurut Agoes (2010) dalam (Ellin, 2018) daun salam dapat
berkhasiat sebagai obat. Cara mengolah daun salam untuk pengobatan
beberapa penyakit :
1. Asam urat
Sediakan 7-15 lembar daun salam, rebus menggunakan air sebanyak
700 cc , panaskan hingga mendidih dan air tersisa 200 cc. Rasa rebusan daun
salam agak manis dengan khas bau salam. Dapat diminum dalam keadaan
hangat maupun dingin. Minum selama 7 hari untuk hasil yang efektif.
2. Diare
Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dengan air sebanyak 200
cc selam 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Konsumsi dalam keadaan
dingin.
3. Kencing manis
Cuci 7-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan 1
gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus sebelum makan.
Lakukan 2 kali sehari.
4. Menurunkan kolesterol
Cuci 10-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan
1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus di malam hari.
Lakukan setiap hari.
5. Menurunkan tekanan darah tinggi
Cuci 7-10 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan 1
gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin setengah gelas.
6. Maag/gastritis
Cuci bersih 15-20 lembar daun salam segar. Rebus dengan air
sebanyak 500 ml selama 15 menit. Tambahkan gula secukupnya setelah
dingin minum airnya. Lakukan setiap hari hingga rasa perih dan penuh di
lambung hilang.
7. Mabuk alkohol
Cuci 1 genggam buah salam masak kemudian tumbuk sampai halus.
Peras hasil tumbukan, minum airnya sekaligus.
8. Kudis/gatal-gatal
Untuk pengobatan luar, ambil daun, kulit, batang atau akar
seperlunya. Tumbuk hingga halus kemudian balurkan ke bagian tubuh yang
mengalami gatal-gatal.

2.3 Konsep asam urat


2.3.1 Definisi
Gout berasal dari kata “Gutta” yang berarti tetesan. Gout salah satu
penyakit arthritis (radang sendi). Gout adalah penyakit kelainan metabolisme
purin dimana terjadi produksi purin secara berlebihan sehingga terjadi
penumpukan purin di dalam darah secara berlebihan. Peningkatan produksi
asam urat menyebabkan peradangan pada sendi hingga pembengkakan
(Suiraoka, 2012) dalam (Ellin, 2018). Gangguan metabolisme purin
menyebabkan kadar asam urat dalam darah tinggi yang selanjutnya akan
mudah mengkristal akibat metabolisme purin yang tak sempurna. Kurang lebih
20-30% penyakit asam urat terjadi akibat sintesa purin dalam jumlah yang
besar dan sekitar 75% akibat kelebihan produksi asam urat tetapi
pengeluarannya tidak sempurna (Suiraoka, 2012) dalam (Ellin, 2018).
Asam urat merupakan hasil dari katabolisme purin. Purin merupakan
kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Asam urat adalah asam yang
berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolism purin.
Secara ilmiah purin terdapat didalam tubuh setiap manusia dan pada semua
makanan dari sel hidup baik berupa tanaman contohnya sayur, buah, kacang-
kacangan dan hewan contohnya daging, jeroan, ikan sarden (Ode, 2012) dalam
(Ellin, 2018). Asam urat dimiliki setiap tubuh manusia karena setiap proses
metabolisme menghasilkan asam urat, tetapi asam urat di dalam darah tidak
boleh berlebihan. Asam urat yang berlebih disebabkan pemicu contohnya
makanan tinggi purin. Bahaya yang timbul dari asam urat berlebih : gangguan
ginjal, jantung koroner, diabetes mellitus dan radang sendi (Suriana, 2014)
dalam (Ellin, 2018).
Pada orang yang normal jumlah pool asam urat sekitar 1000 mg dengan
kecepatan metabolisme sekitar 600 mg/hari. Kandungan normal natrium urat
didalam serum <7 mg/dl. Berdasarkan hasil laboratorium klinis, kadar asam
urat normal pada wanita 2,4-5,7 mg/dl dan pada pria 3,4-7,0 mg/dl. Pada anak-
anak kadar asam urat berkisar 3,0-4,0 mg/dl namun setelah memasuki masa
pubertas kadar asam urat pada anak prian mencapai 5,2 mg/dl (Suiraoka, 2012)
dalam (Ellin, 2018).
2.3.2 Etiologi
Menurut Suiraoka (2012) berdasarkan patofisiologi, peningkatan kadar
asam urat terjadi akibat :
1. Produksi asam urat berlebih
Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan
kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel DNA
dan RNA. Peningkatan asam urat juga bisa disebabkan asupan makanan
kaya protein dan purin atau asam nukleat berlebihan pada jeroan, makanan
laut, kaldu kental, dan lain-lain serta hasil pemecahan sel yang rusak akibat
obat tertentu. Penguraian purin yang terlalu cepat pada olahraga berlebihan
dan kelainan darah juga akan menyebabkan peningkatan kadar asam urat
(Suiraoka, 2012).
2. Pembuangan asam urat berkurang
Asam urat akan meningkat dalam darah jika pembuangannya
terganggu. Sekitar 90% penderita asam urat mengalami gangguan ginjal
dalam pembuangan asam urat. Penderita asam urat akan mengeluarkan asam
urat 40% lebih sedikit dari orang normal.
Secara normal pengeluaran asam urat akan meningkat jika kadarnya
meningkat dalam darah akibat asupan purin dari luar atau pembentukan
purin. Dalam tubuh terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam urat
menjadi alotinin yang mudah dibuang. Kalau terjadi gangguan pada enzim
urikinase akibat proses penuaan atau strees maka terjadi hambatan
pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat akan naik. Hambatan
pembuangan asam urat juga terjadi akibat gangguan fungsi ginjal (Suiraoka,
2012).
3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang.
Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kelainan intoleransi
fruktosa, defisiensi enzim tertentu yaitu glukosa 6-fosfat. Pada kelainan
tersebut akan diproduksi asam laktat yang berlebihan sehingga pembuangan
asam urat akan menurun karena terjadi kompetisi antara asam laktat dengan
asam urat, keadaan seperti ini akan memperparah asam urat. Kekurangan
glukosa 6-fosfat menyebabkan mengalami asam urat sejak bayi atau asam
urat dini (Suiraoka, 2012).
Konsumsi alkohol berlebih menyebabkan asam urat kombinasi
diatas. Alkohol yang berlebihan mengandung purin tinggi sehingga
meningkatkan produksi asam urat, selain itu alkohol mengandung asam
laktat tinggi sehingga menghambat pembuangan kadar asam urat. Faktor
penyebab lain yang dapat menimbulkan kadar asam urat dalam darah
meningkat, yaitu :
1. Faktor keturunan
2. Pola makan tinggi protein dan purin
3. Konsumsi alkohol berlebihan
4. Hambatan pembuangan asam urat karena penyakit
5. Penggunaan obat-obatan tertentu
6. Penggunaan antibiotik secara berlebihan
7. Obesitas
8. Faktor lain seperti stress, cedera sendi dan hipertensi.
2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat
Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan baik untuk menegakan
diagnosis maupun penatalaksanaan bagi penderita asam urat. Menurut
Dalimartha (2008) beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kadar asam urat :
1. Kristal MSUM (Monosodium Urat Monohidrat)
Diagnosis pasti gout ditegakkan berdasarkan ditemukannya Kristal MSUM
(Monosodium Urat Monohidrat) pada cairan sendi.
2. Kadar asam urat darah
Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat terbatas dalam
dalam mendiagnosis asam urat. Hal ini disebabkan pada asam urat akut
sering kali kadarnya ditemukan dalam batas normal.
3. Ekskresi asam urat urin per 24 jam
Penentuan jumalah kadar asam urat di urin selama 24 jam penting
untuk menentukan pengobatan. Selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan
dilakukan, penderita tidak boleh makan makanan yang mengandung purin
dan alkohol. Alkohol dapat mempengaruhi pengeluaran asam urat melalui
ginjal.
4. Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal.
2.3.4 Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi 2 macam mencakup :
1. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit gout primer belum diketahui. Diduga berkaitan
dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang mengganggu sistem
metabolisme yang mengakibatkan tubuh tidak mampu mengeluarkan asam
urat dan terjadi penumpukan asam urat di dalam tubuh (Ode, 2012).
2. Penyakit gout sekunder
Penyebab gout sekunder antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi yaitu makanan tinggi purin. Penyebab lain adalah
obesitas, obat-obatan, penyakit kulit, diabetes mellitus (Ode, 2012)
dalam(Ellin, 2018).
2.3.5 Gejala yang timbul apabila kadar asam urat didalam darah berlebih meliputi
(Ode, 2012) dalam (Ellin, 2018):
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
3. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri
luar biasa pada malam maupun pagi hari.
2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang
Asam urat merupakan salah satu jenis reumatik atau radang sendi.
Terjadi karena penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendiaan ,
sehingga bagian persendian yang akan mudah terserang asam urat. Menurut
Suriana (2014) organ-organ pesendian yang mudah terserang asam urat antara
lain : ujung jari, ibu jari, sendi lutut, pergelangan kaki, punggung kaki, siku
dan lutut.
2.3.7 Faktor resiko
Faktor resiko asam urat akan meningkat setealah memasuki usia lebih
dari 40 tahun. Hormon esterogen pada wanita membantu pengeluaran kadar
asam urat, sehingga wanita menopause memiliki faktor resiko terjadi
peningkatan kadar asam urat sama dengan pria. Faktor resiko lain seperti gaya
hidup, obesitas, alkohol juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah
(IP.Suiraoka, 2012).
2.3.8 Pencegahan
Penyakit asam urat pada umumnya sulit dicegah tetapi beberapa faktor
pencetusnya dapat dihindari. Usaha terbaik yang dapat dilakukan dengan
makan tidak berlebihan. Jika sudah terlanjur menderita gangguan asam urat
sebaiknya membatasi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan contohnya
makanan tinggi purin.
Menurut Saraswati (2009) dalam IP.Suiraoka (2012) pengelompokan
makanan berdasarkan kandungan purinnya adalah sebagai berikut :
1. Golongan A : makanan yang mengandung purin tinggi (150—800 mg/100
gram bahan makanan): hati, ginjal,otak, jantung, paru-paru, jeroan, udang,
kerang, tape, abon daging, alkohol serta makanan dalam kaleng.
2. Golongan B : makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram bahan makanan) : kerang-kerangan, kacang-kacangan, bayam,
kembang kol, buncis, jamur, singkong, pepaya, kangkung.
3. Golongan C : makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100
gram bahan makanan) : keju, susu, telur, sayuran dan buah- buahan.
2.3.9 Upaya penanganan awal
Asam urat tinggi tidak mengancam jiwa, tetapi akan beresiko negatif
terhadap kesehatan tubuh, karena dapat berpotensi menimbulkan penyakit lain.
Penanganan awal pada asam urat perlu dilakukan mengingat dampak negatif
yang akan ditimbulkan. Menurut Suriana (2014) apabila tubuh merasakan
tanda-tanda kadar asam urat dalam darah tinggi perlu tindakan penanganan
awal yang meliputi :
1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan menjaga pola makan agar tidak
memicu naiknya kadar asam urat.
2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan dengan mengkonsumsi terapi
non-farmakologi, antara lain :
a. Pemberian air rebusan daun salam
3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu ketat.
4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk mengurangi gangguan pada ginjal.
5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam urat.
6. Penggunaan terapi farmakologi jangka panjang dengan pengawasan dokter,
jenis terapi antara lain :
b. Obat urikosurik, contohnya Prebenesid
c. Obat penghambat xantin oksidase, contohnya Allopurinol

2.4 Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam
urat pada lansia
Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme yang dimiliki oleh semua orang.
Asam urat dalam tubuh kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode, 2012) dalam (Ellin,
2018). Asam urat yang berlebih akan menimbulkan penyakit. Penyembuhan asam urat
dapat menggunakan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Daun salam
adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi
dengan cara merebus 10-15 lembar daun salam dengan air 700 cc gelas biarkan
mendidih samapi tersisa 200 cc, setelah itu saring dan minum 1 kali 1 gelas setiap hari.
Daun salam mengandung flavonoid sehingga dapat digunakan sebagai peluruh
kencing (diuretik). Sebagai diuretik salam mampu memperbanyak produksi urine
pada tubuh sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah melalui urine.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yankusuma & putri (2016) tentang
pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat di Desa
Malanggaten Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2016 dengan
jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita asam urat di Desa Malanggaten
sebanyak 20 orang. Sampel sebanyak 12 orang sesuai dengan kriteria inklusi dengan
teknik sampling dengan purposive sampling. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan
ada pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dinaria (2015) tentang pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita menopause. Jenis
penelitian yang digunakan inferensia kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan
menggunakan pre-eksperimen dengan rancangan one group prepost and posttest
design. Seluruh wanita menopause yang menderita asam urat sebanyak 45 orang di
kelurahan gundi sebagai populasi dalam penelitian . Sampel yang digunakan dalam
penelitian sebanyak 16 orang dengan menggunakan teknik sampling menggunakan
purposive sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian dengan lembar
observasional. Hasil dari penelitian tersebut ada pengaruh pemberian air rebusan daun
salam terhadap asam urat pada wanita menopause.
Menurut Tersono (2006) menjelaskan manfaat daun salam sebagai diuretik
(peluruh kencing) dan analgetik (penghilang nyeri), sebagai diuretik daun salam
mampu memperbanyak produksi urin sehingga menurunkan kadar asam urat darah
yang dikeluarkan melalui urin. Sebagai analgesik, daun salam mampu menghilangkan
rasa sakit saat berjalan.
BAB III
3.1 KERANGKA KONSEP

UPAYA PENANGANAN ASAM FAKTOR YANG MENINGJATKAN KADAR ASAM URAT


URAT : BERDASARKAN PATOFISIOLOGIS :

DIET ASAM URAT PERLU 1. PRODUKSI ASAM URAT BERLEBIHAN


DILAKUKAN YAITU DENGAN 2. PEMBUANGAN ASAM URAT BER KURANG
MENJAGA POLA MAKAN AGAR 3. KOMBINASI PRODUKSI ASAM URAT
TIDAK MEMICU NAIKNYA KADAR BERLEBIH DAN PEMBUANGAN BERKURANG
ASAM URAT

KADAR ASAM URAT DITURUKAN


SECARA PERLAHAN DENGAN
MENGONSUMSI TERAPI NON
FARMAKOLOGI : PEMBERIAN AIR LANSIA YANG TERDIRI DARI
REBUSAN DAUN SALAM USIA 50-55 TAHUN

HINDARI MELAKUKAN DIET ASAM


URAT TERLALU KETAT

PERBANYAK KONSUMSI AIR PUTIH


UNTUK MENGURANGI MENGALAMI KADAR ASAM URAT DARAH.
GANGGUAN PADA GINJAL
KADAR ASAM URAT NORMAL :
RUTIN MELAKUKAN
PEMERIKSAAN KADAR ASAM LAKI-LAKI :3,4-7,0 mg/dl
URAT
PEREMPUAN : 2,4-5,7 mg/dl

TETAP TURUN MENINGKAT

KETERANGAN :
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian


Desain atau rancangan penelitian adalah suatu strategi dalam penelitian untuk
pengontrolan maksimal beberapa faktor yang mempengaruhi hasil akurasi (Nursalam,
2017) dalam (Ellin, 2018). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian eksperimental yaitu penelitian yang memberikan perlakuan kepada objek
yang dapat mengendalikan variabel secara tegas yang menyatakan ada hubungan sebab
akibat (Hidayat, 2017) dalam (Ellin, 2018).
Desain dalam penelitian ini adalah analitik pre-eksperimental. Pre
eksperimental adalah rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan
sebab-akibat dengan adanya keterlibatan peneliti dalam manipulasi terhadap variabel
bebas (Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018).

4.2 Rancangan penelitian


Rancangan penelitian adalah hal yang sangat penting dalam penelitian yang
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
akurasi dari hasil penelitian (Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah one- group pre-
post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan
satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi dua kali yang pertama sebelum
di intervensi, kemudian di observasi lagi setelah dilakukan intervensi (Nursalam,
2017) dalam (Ellin, 2018). Penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian air rebusan
daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia studi di Posyandu Lansia
Desa Gambor.
Rancangan penelitian dalam penelitian dapat dilihat pada table
One-group pre-post test design

Subjek Pre Perlakuan Post

K O I OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan :
K : subjek (lansia yang mengalami peningkatan kadar asam urat)
O : observasi kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam
I : intervensi (pemberian air rebusan daun salam)
OI : observasi kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam
(Nursalam, 2017) dalam (Ellin, 2018)

4.3 Waktu dan tempat penelitian


4.3.1 Waktu penelitian
Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan penusunan
laporan skripsi yang dimulai dari bulan Februari sampai Juli 2019. Pengambilan
data dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019.
4.3.2 Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Gambor yang
termasuk dari Wilayah Kerja Puskesmas Singojuruh.
4.4 Populasi, sampel dan sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Populasi harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dalam penelitian (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami
peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa
Gambor sebanyak 33 orang.
4.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi subjek dalam
penelitian melalui sampling yang harus sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan (Nursalam, 2017).
Menurut Nursalam (2017) perhitungan besar sampel menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2

Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat signifikan (d=0,05)
jadi untuk menghitung besar sampel dalam penelitian adalah :
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2
33
n = 1+33 (0,05)2
33
n = 1+33 (0,0025)2
33
n = 1+0,0825
33
n = 1,0825

n = 30,48
n = 30
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lanjut usia 60-74 tahun
bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar
asam urat di Posyandu Lansia Desa Gambor sebanyak 30 orang.
4.4.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2017). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah probability sampling dengan jenis simple random
sampling. Untuk melakukan sampling jenis ini dengan menuliskan nama
responden dalam kertas kemudian diambil secara acak. den dalam kertas
kemudian diambil secara acak
4.5 Kerangka kerja

Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Rancangan Penelitian
Analitik Pra-eksperimental dengan One-group pre-post test design

Populasi
Semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia
Desa Sepanyul sebanyak 33 orang

Sampel
Sebagian lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak sedang
mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak
30 orang.

Sampling

Simple random sampling


Pengumpulan data
Dengan mengukur kadar asam urat pada

Pra Pengukuran kadar Perlakuan Pemberian air Post Pengukuran kadar


asam urat sebelum rebusan daun salam asam urat setelah
pemberian air sebanyak 1 pemberian air

Pengolahan Data

Editing, Coding, Skoring, Tabulating


Analisis Data
Uji Wilcoxon

Penyajian Data

Penyusunan Laporan Akhir

Gambar 4.5 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa gambor.
4.6 Identifikasi variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai berbeda
terhadap sesuatu seperti benda, manusia (Soeparto, dkk. 2000 dalam Nursalam, 2017).
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan dari satuan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Variabel terdapat 2 jenis
yaitu :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi sehingga timbul variabel dependen (Hidayat,
2017). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian air rebusan daun
salam.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen atau variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas (Hidayat, 2017). Variabel ini bergantung pada variabel bebas
terhadap perubahan yang terjadi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
penurunan kadar asam urat pada lansia.

4.7 Definisi operasional


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati (di
ukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2017).
Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor dan kriteria
operasional
Independen Memberikan 1. 200 ml air - - -
Pemberian air rebusan rebusan
air rebusan daun salam daun
daun salam yang salam
dibuatkan 2. Diberikan
oleh peneliti sekali
sebanyak 1 sehari
gelas perhari selama 7
setiap pagi hari
selama 7 3. Diminum
hari. pagi hari
setelah
makan
sebelum
jam 9
Dependen Penurunan Pengambilan Alat ukur O Skor :
Penurunan yang terjadi sampel darah menggunakan R Laki-laki : 3,4-7,0
kadar asam pada ukuran untuk GCU D mg/dl
urat hasil akhir pemeriksaan (Glucose, I Perempuan :
dari kadar asam Cholesterol, N 2,4-5,7 mg/dl
metabolisme urat sebelum Uric Acid) A
dalam tubuh. dan sesudah dengan L Kriteria :
intervensi pengambilan 1. Kadar asam
sampel darah urat meningkat
apabila hasil
pemeriksaan
post > pre
2. Kadar asam
urat menurun
apabila hasil
pemeriksaan
pre > post
3. Kadar asam
urat tetap
apabila hasil
pemeriksaan
pre dan post
tetap

( Sevilia &
Mumpuni 2014)

4.8 Pengumpulan dan analisis data


4.8.1 Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa daun salam sebanyak 7
lembar, air 700 ml, alcohol swab dan stik uric acid. Sedangkan alat yang
digunakan dalam penelitian panci, gelas ukur, kompor, GCU (Glucose,
Cholesterol, Uric Acid), lembar observasi, bolpoint.
4.8.2 Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data. Instrumen digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan tujuan
penelitian (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan
variabel kadar asam urat adalah lembar observasi pengukuran kadar asam urat dari
hasil pemeriksaan asam urat menggunakan GCU pada responden sebelum dan
sesudah pemberian air rebusan daun salam.
4.8.3 Prosedur penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi masalah yang ingin diteliti dan mengajukan tema dan
judul kepada pembimbing
2. Menyusun proposal penelitian
3. Mengurus surat pengantar penelitian dari STIKES ICME Jombang yang
ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang

4. Mengajukan ijin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang


dengan tembusan Puskesmas Blimbing Jombang Melakukan studi
pendahuluan dan melakukan wawancara di Puskesmas Blimbing Jombang.
5. Melengkapi proposal penelitian sampai dengan pelaksanaan ujian proposal
penelitian
6. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian yang akan dilakukan
dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani
informed consent
7. Menjelaskan kepada responden tentang pemeriksaan kadar asam urat
8. Melakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU pada responden
sebelum diberikan air rebusan daun salam
9. Responden diminta untuk minum air rebusan daun salam yang disediakan
peneliti sebanyak 7x dalam 7 hari (setiap hari)
10. Setelah pemberian air rebusan daun salam selam 7 kali dalam 7 hari dilakukan
pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU
11. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka dilakukan pengumpulan data
kemudian melakukan pengolahan data dan melakukan analisa data
12. Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian
4.8.4 Cara analisis data
4.8.4.1 Editing
Editing adalah kegiatan pengecekan dari hasil yang telah di tulis
dilembar observasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini akan dilakukan
editing setelah data dikumpulkan diperiksa dengan segera berkenaan dengan
ketepatan dan kelengkapan pengisian lembar observasi. Konsistensi serta
kesesuaian juga perlu diperhatikan untuk menguji hipotesis atau menjawab
tujuan penelitian sehingga akan memudahkan untuk pengolahan selanjutnya.
4.8.4.2 Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
angka. Setelah semua lembar observasi diedit selanjutnya dilakukan
pengkodean (Notoatmodjo, 2010). Kegiatan Kegiatan mengklarifikasi data
atau pemberian data-data pada setiap kategori yang sama, diperoleh dari
sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya. Coding akan berguna untuk
memasukan data. Kode dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang akan
memberikan petunjuk pada data yang akan dianalisis.
1. Data umum
a. Kode responden
Responden 1 :1
Responden 2 :2
Dst.
b. Kode jenis kelamin
Laki-laki :1
Perempuan :2
c. Kode usia
Usia 45-59 :1
Usia 60-74 :2
Usia 75-90 :3
Usia >90 :4
d. Kode riwayat asam urat
Tidak pernah :1
Pernah :2
e. Kode pola makan
Tidak diet purin :1
Diet purin :2
Diet purin ketat :3
1. Data khusus
a. Data asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam
Tidak normal :1
Normal :2
b. Data asam urat setelah pemberian air rebusan daun salam
Tidak normal :1
Normal :2
4.8.4.3 scoring
Scoring adalah memberikan nilai berupa angka dari hasil
pengukuran yang sudah dilakukan untuk memperoleh data. Pemberian
skor sebagai berikut:
1. Variabel asam urat
Kadar asam urat tetap :0
Kadar asam urat menurun :1
Kadar asam urat meningkat :2

2. Tabulating
Tabulating adalah menyusun data yang telah lengkap sesuai
dengan variabel yang dibutuhkan kedalam tabel distribusi frekuensi
(Notoatmodjo, 2010). Setelah diperoleh hasil dengan cara perhitungan,
hasil dimasukan kedalam kategori nilai yang telah di buat.
Adapun hasil pengolahan data dapat diinterprestasikan dengan
skala sebagai berikut : (Arikunto, 2010)
0% : tidak seorang pun

1-25% : sebagian kecil

26-49% : hampir setengahnya

50% : setengahnya

51-74% : sebagian besar

75-99% : hampir seluruhnya

100% : seluruhnya

4.8.5 Analisis data


1. Univariat
Analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan dengan tujuan untuk
menjelaskan karakteristik variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat
dalam penelitian bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti, pada penelitian ini adalah penurunan kadar asam urat.
Kadar asam urat diukur dengan menggunakan GCU. Hasil pemeriksaan kadar
asam urat di interpretasikan menjadi :
a. Kadar asam urat meningkat
b. Kadar asam urat menurun

c. Kadar asam urat tetap


(Sevilia & Mumpuni 2014)
2. Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini
menggunakan uji non parametric yaitu Uji Wilcoxon. Uji tersebut dapat
digunakan dengan menggunakan bantuan komputerisasi program SPSS
(Statistic Product Servise Solution) for windows release 20. Analisis bivariat
pada penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh pemberian air
rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Gdengan pengambilan keputusan sebagai berikut :
a. p < 𝛼 = 0,05 maka H1 diterima yang berarti ada pengaruh pemberian air
rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Gambor
b. p > 𝛼 = 0,05 maka H1 ditolak tidak ada pengaruh pemberian air rebusan
daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu
Lansia Desa Gambor

4.9 Etika penelitian


Untuk dapat melakukan penelitian, faktor yang cukup penting dan tidak
boleh ditinggalkan adalah adanya ijin penelitian dari pimpinan lembaga atau
institut yang dipilih menjadi tempat penelitian. Untuk memperoleh ijin tersebut
langkah yang ditempuh oleh peneliti adalah mendapatkan

rekomendasi dari ketua Program studi Sarjana Keperawatan STIKES ICME


Jombang. Setelah semua surat ijin selesai, barulah peneliti melakukan penelitian
dengan memperhatikan tentang etika dalam penelitian. Menurut Hidayat (2017)
masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Informed Concent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati
hak responden.
Informed consent yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dalam
lampiran. Sebelum peneliti memberikan informed consent peneliti
menjelaskan dahulu kepada populasi dalam penelitian. Yang dijelaskan
meliputi definisi, tujuan, manfaat, cara penggunaan, dan sistem kerja dalam
pelaksanaan penelitian. Setelah dijelaskan populasi mengisi informed consent
bila setuju menjadi responden dalam penelitian. Dengan informed consent
tersebut responden akan mengikuti jalannya penelitian dengan baik karena
responden sudah setuju dari awal.

2. Anonymity (tanpa nama)


Masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar observasi pengukuran kadar asam urat dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
Dalam penelitian ini nama responden tidak dituliskan secara detail cukup
diberi kode R1-R30 di dalam lembar observasi pengukuran kadar asam urat.
Sehingga peneliti harus mengingat kode setiap pasien agar tidak terjadi
kesalahan dalam penulisan hasil di lembar observasi pengukuran kadar asam
urat.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,
baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
Kerahasiaan dalam penelitian ini akan terjaga karena data-data yang
diperoleh dari respoden hanya peneliti yang melihat dan tidak untuk dibaca
oleh kelompok. Setelah data-data sudah dimasukan dan pengolahan data
lembar observasi pengukuran kadar asam urat akan di bakar.

4.10 Keterbatasan penelitian


Keterbatasan penelitian dalam penelitian tentanng pengaruh pemberian air
rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia studi di Posyandu
Lansia Desa Sepanyul meliputi :
1. Waktu pemeriksaan sesudah pemberian air rebusan daun salam tidak
dilakukan pada waktu yang tepat yaitu 2-4 jam setelah pemberian dikarenakan
pemeriksaan sesudah dilakukan secara mandiri (door to door).
2. Peneliti belum dapat memberikan dosis yang tepat sesuai dengan kadar asam
urat sebelum sehingga dapat memberikan hasil yang optimal, pemberian dosis
masih disamaratakan antara kadar asam urat yng lebih tinggi dan lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, L. T., 2006. Tanaman Obat & Jus Untuk Asam Urat & Reumatik. Jakarta: Agro
Media Pustaka.

Agoes, A., 2010. Tanaman Obat Indonesia. 2 ed. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Aksara.

Bandiyah, S., 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Chusniatun, H. kun (2016) ‘Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia Polyantha) sebagai


Obat Herbal dan Rempah Penyedap Makanan’, 19(2), pp. 110–118.

Penelitian, A., Universitas, F. and Purwokerto, M. (2014) ‘Pengaruh Pemberian Air


Rebusan Daun Salam (’, XVII(2), pp. 22–26.

Dalimartha, S., 2008. Herbal Untuk Pengobatan Reumatik. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Dinaria, 2015, Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Kadar Asam
Urat Pada Wanita Menopause, hh. 2-9, Skripsi Akademi Kebidanan Griya
Husada Surabaya

Handayani, T., 2013. Khasiat Ampuh Akar-Batang-Daun. s.l.:Infra Pustaka.

Herliana, E., 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia.
Hidayat, A. A. A., 2017. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.

Jakarta: Salemba Medika.


Mardiana, L., 2013. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nursalam, 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. 2017.


Jakarta: Salemba Medika.

Ode, S. L., 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandarkan Nanda NIC, NOC
Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Putra,
W. S., 2016. Kitab Herbal Nusantara : Aneka Resep & Ramuan Tanaman

Obat Untuk Berbagai Gangguan Kesehatan. Yogyakarta: Katahati.

Sevilia, Desi Alvionita Vivit Dwi & Mumpuni Dwiningtyas, 2014, Pengaruh
Konsumsi Jus Nanas Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Di
UPT Werdha Mojopahit Mojokerto, STIKES Pemkab Jombang

IP.Suiraoka., 2012. Penyakit Degeneratif Mengenal, Mencegah dan Mengurangi


Faktor Resiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Suriana, N., 2014. Herbal Sakti Atasi Asam Urat. Depok: Mutiara Allamah Utama.

Yankusuma, D dan Putri P, 2016, Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap


Penurunan Kadar Asam Urat Di Desa Malanggaten Kecamatan Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar, Kosala JIK, vol.4 no.1 hh. 90-96

Wijayakusuma, H., 2006. Atasi rematik dan asam urat ala Hembing. Jakarta : Puspa Swara.
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth. Calon responden Ditempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
Nama : Diah Waskito Rini
NIM : 143210061
Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian air
rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia
Desa Gambor”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia.
Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan lansia sebagai responden.
Kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian saja. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden
diperbolehkan tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian. Lansia yang bersedia menjadi
responden, saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian. Atas
perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

Hormat kami,

Diah waskito rini


Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan surat ini saya menyatakan bahwa saya bersedia/tidak bersedia* untuk menjadi
responden dalam penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian air rebusan daun salam
terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Gambor”. Yang
akan dilaksanakan oleh saudari Diah Waskito Rini
Saya telah mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini sesuai dengan penjelasan dari
peneliti yang sudah disampaikan kepada saya.
Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapapun dalam saya membuat surat
pernyataan ini.

Banyuwangi,.................2019
Responden

( )
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

Judul : Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap


penurunan kadar asam urat pada lansia
Nama :
Hari dan tanggal :
No kode responden :
Petunjuk pengisian :
1. Tuliskan data umum sesuai dengan pertanyaan.
2. Jawaban tidak boleh lebih dari satu
A. Data umum
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Riwayat asam urat:
Pola Makan :
B. Hasil pemeriksaan kadar asam urat

Tanggal Kadar asam urat sebelum Tanggal Kadar asam urat sesudah
Lampiran 4
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN KADAR
ASAM URAT

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT
METODE STICK
Pengertian Pemeriksaan asam urat adalah suatu prosedur
pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar asam
urat dalam darah dalam 1 desi liter.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pemeriksaan asam urat
Prosedur 1. Alat dan bahan
a. Asam urat meter (Easy Touch)
b. Stik asam urat
c. Jarum lancet
d. Alkohol swab
2. Pelaksanaan
a. Siapkan jarum lanset, sesuaikan kedalaman
jarum.
b. Mengusap ujung jari tengah atau manis
dengan menggunakan alcohol swab
c. Menghidupkan alat pemeriksaan asam urat
d. Masukan stik asam urat ke alat, tunggu hingga
muncul tanda darah
e. Selanjutnya tusuk ujung jari klien dengan
jarum lancet yang sudah disediakan, tekan
hingga keluar darah
f. Menempelkan stik asam urat ke darah untuk
memasukkan darah ke stik secukupnya atau
hingga asam urat meter berbunyi
g. Tunggu hingga hasil keluar, membaca hasil
sesuai dengan yang ada di LCD asam urat
meter
h. Catat pada lembar observasi

Lampiran 5

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN AIR


REBUSAN DAUN SALAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR


PEMBUATAN AIR REBUSAN DAUN
SALAM
Pengertian Daun yang dapat digunakan dalam masakan
maupun pengobatan tradisional
Manfaat Pengobatan :
1. Asam urat
2. Diare
3. Kolesterol
4. Diabetes mellitus
5. Hipertensi
6. Gastritis
Indikasi 1. Alergi dengan daun salam
Prosedur 1. Alat dan bahan
a. Daun salam 7 lembar
b. Gelas ukur
c. Air putih 700 ml
d. Panci
e. Kompor
2. Prosedur pembuatan
a. Cuci daun salam hingga bersih
b. Masukan air sebanyak 700 ml ke dalam panci
c. Masukan daun salam ke dalam panci yang
sudah diisi air, panaskan hingga mendidih dan
sisakan 200 ml
d. Saring airnya sehingga terpisah dengan daun
salam
e. Masukan air rebusan daun salam kedalam
gelas yang telah disediakan
f. Minum air rebusan daun salam pagi hari
Lampiran 6

TABULASI DATA UMUM


PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA
LANSIA

Kode Riwayat Asam


Jenis Kelamin Usia Pola Makan
Responden Urat
Keterangan :
Jenis kelamin
Laki – laki :1
Perempuan :2
Usia
Usia 45-59 :1
Usia 60-74 :2
Usia 75-90 :3
Usia >90 :4
riwayat asam urat
Tidak pernah :1
Pernah :2
pola makan
Tidak diet purin :1
Diet purin :2
Diet purin ketat :3

Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI PEMERIKSAAN KADAR ASAM
URAT SEBELUM PEMBERIAN AIR REBUSAN
DAUN SALAM PADA LANSIA

Tanggal Kode Kadar Kategori Coding


pemeriksaan responden Asam Urat
Rata-rata

Keterangan :
Tidak normal : 1
Normal :2
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI PEMERIKSAAN KADAR ASAM
URAT SEBELUM PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM
PADA LANSIA

Tanggal Kode Kadar Asam


Kategori Skor
pemeriksaan Responden Urat
Rata-rata

Keterangan :
Tidak normal : 1
Normal :2
Lampiran 9
TABULASI DATA KHUSUS

PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT SEBELUM DAN


SESUDAH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM
PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT TIDAK NORMAL

Sebelum Sesudah Kriteria


Kode Perubahan Skor
Hasil Hasil
Responden Tekanan
Pemeriksaan Kategori Pemeriksaan Kategori
Darah
Rata-rata

Keterangan :
Kadar asam urat
Tidak normal : 1
Normal :2
Kriteria perubahan kadar asam urat
Tetap :0
Menurun :1
Meningkat :2

Anda mungkin juga menyukai