PRA POPOSAL
DI SUSUN OLEH :
AHMAD SAIFUDDIN
2016.02.002
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia
kesehatan juga peka terhadap perubahan. Masalah ini kurang begitu diperhatikan
baik oleh orang tua, sekolah atau para klinis serta profesional kesehatan
lainnya(Gobel,2013). Berbagai macam masalah yang sering terjadi pada anak usia
terjadi pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan
dan lingkungan seperti kebersihan diri, serta kebiasaan cuci tangan pakai sabun.
Banyak anak usia sekolah yang menderita diare dikarenakan sebelum dan sesudah
makan mereka tidak cuci tangan. Akibatnya yang ada di tangan ikut masuk ke
biasanya langsung makan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci tangan
diare. Cuci tangan merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam pencegahan
tahunnya sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5 juta pertahun,
dan angka kejadian diare yang mengakibatkan dehidrasi yaitu 4 juta kasus
malnutrisi pada anak, karena usia 10 tahun rentan terhadap penyakit dan anak
makan. Untuk skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia
pada tahun 2013 mencapai 59,35%, dengan angka kematian akibat diare adalah
2,5%. Menurut profil kesehatan provinsi Jawa Timur, angka kejadian diare tahun
tahun 2013 dari 1279 pasien yang rawat inap, yang menderita diare 104 (8,1%).
tercatat melalui data profil kesehatan dari 45 Puskesmas terhimpun sebanyak 54%
kasus.
pokok dan wajib dimiliki seseorang. Oleh karena itu manusia harus berusaha
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Perilaku hidup bersih harus
diterapkan pada anak sendiri mungkin agar anak terbiasa berprilaku hidup bersih
merupakan anggota tubuh yang paling mudah sebagai perantara masuknya kuman
di dalam tubuh, oleh karena itu perilaku cuci tangan pakai sabun adalah hal
4
penting untuk mewujudkan perilaku hidup bersih sehat. Perilaku hidup bersih
sehat merupakan cara untuk mencegah terjadinya penyakit menular akibat kuman
tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan
cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan
disini peran orang tua pada anak sangat berpengaruh untuk membantu dalam
sabun sebelum dan sesudah makan, karena pada usia ini anak cenderung lebih
tangan sebelum makan dengan kejadian diare pada anak kelas 4 di SD 1 ketapang
berikut: “Adakah hubungan perilaku cuci tangan sebelum makan dengan kejadian
1.3.2.1 Mengidentifikasinya perilaku cuci tangan sebelum makan pada anak kelas 4 di SD
1.3.2.3 Menganalisisnya hubungan perilaku cuci tangan sebelum makan dengan kejadian
hubungan perilaku cuci tangan sebelum makan dengan kejadian diare pada anak
diare..
1.4.2.2Bagi Responden
6
meningkatkan taraf kebersihan dalam hal cuci tangan dan mencegah diare.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan
dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini
dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan
menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis
dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan
Cuci tangan dianggap merupakan salah satu langkah yang paling penting
dari 150 tahun. Menurut (Napu, 2012). bahwa dapat diketahui kesehatan
dan sehat. Perilaku cuci tangan tidak akan serta merta terbentuk pada anak, tanpa
ada pembiasaan sejak dini. Penekanan pentingnya cuci tangan pada anak SD perlu
dilakukan secara terus menerus sehingga akan terbentuk kebiasaan cuci tangan
tanpa harus diingatkan lagi. Perilaku cuci tangan diharapkan dapat menurunkan
ketidakhadiran siswa di sekolah akibat diare. Tindakan cuci tangan ini perlu
dilakukan di kalangan sekolah dasar, karena anak-anak pada usia ini masih punya
kebiasaan untuk jajan di sembarang tempat (Vindigni, Riley & Jhun, 2012).
bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan
sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun
8
antara lain diare, infeksi saluran pernafasan dan infeksicacing (infeksi mata dan
Menurut Val Curtis & Sandy Cairncross dari London School of Hygiene
sanitary dan air ini, perilaku mencuci tangan dengan sabun bisa mengurangi
insiden diare sebanyak 42-47%. Artinya, sekitar satu juta anak di dunia dapat
diselamatkan tiap tahun dengan cuci tangan. Hanya saja ada yang perlu
tangan menggunakan air mengalir. Menurut Curtis & Cairncross, tanpa sabun,
bakteri dan virus tidak akanhilang. Air hanya sebatas menghilangkan kotoran
tampak(Moernantyo,2015).
Mencuci tangan menggunakan sabun yang secara tepat dan benar dapat
hepatitis A, dan diare terutama pada anak usia sekolah. Anak yang mencuci
tangan tanpa menggunakan sabun beresiko 30 kali lebih besar terkena penyakit
tipoid, dan yang terkena penyakit tipoid kemudian tidak pernah atau jarang
tipoid 4 kali lebih parah daripada yang terbiasa mencuci tangan menggunakan
sabun (Hartanto,2013). Selain itu, manfaat positif lain dari mencuci tangan adalah
Praktek CTPS yang benar hanya membutuhkan sabun dan air mengalir.
Air mengalir tidak harus dari keran, bisa juga mengalir dari sebuah wadah berupa
gayung , botol, kaleng, ember tinggi, gentong atau jerigen. Untuk penggunaan
jenis sabun dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sebenarnya
hasil yang maksimal, maka CTPS perlu dilakukan dengan cara yang baik dan
1) Basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun dengan kedua
telapak tangan
2) Gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan kanan,
begitu pula sebaliknya
5) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
6) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri
dan sebaliknya
7) Bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keingkan ( Tietjen, 2014 ).
10
Gambar 2.1 : Teknik mencuci tangan dengan menggunakan sabun (WHO, 2014).
11
menyediakan sabun dan suplai air bersih terus menerus baik dari kran atau ember
5) Keringkan kedua tangan dengan lap atau pengering dan gunakan lap untuk
sabun batangan yang berukuran kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari
mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan
antiseptic seperti detol atau savlon, karena microorganisme dapat bertahan dan
berkembang biak pada larutan ini. Jangan menambahkan sabun cair kedalam
bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia air mengalir,
gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua
tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan
kendi(Tietjen, 2014).
12
Saat yang penting cuci tangan dengan sabun adalah sebelum makan dan
apapun yang memasukkan jari-jari kedalam mulut dan mata, setelah bermain dan
olah raga, setelah buang air kecil dan buang air besar, setelah buang ingus dan
Sehingga kita dapat memperoleh kebersihan yang terpadu dengan bau wangi dan
segar setelah mencuci tangan pakai sabun, ini tidak akan kita dapatkan jika kita
hanya menggunakan air saja. Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan
1) Setelah ke jamban
3) Sebelum makan
asam lemak dan natrium atau kalium hidroksida. Bahan tersebut terdapat dalam
berbagai bentuk termasuk sabun batangan maupun dalam sediaan cair. Bahan-
bahan tersebut juga efektif dalam membersihkan sisa lemak dan kotoran, tanah
dan berbagai zat organik dari tangan. Jenis sabun cuci tangan yang paling sering
triklosin jarang digunakan, tetapi masih merupakan alternatif yang baik jika ada
anggota tim medis menunjukkan reaksi alergi terhadap klorheksidin dan produk
2.1.7 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan Pada Anak
Sekolah Dasar
1)Pengetahuan
apa arti atau manfaat perilaku dan apa resikonya apabila tidak mencuci tangan
sehingga diharapkan anak tahu, bisa menilai, bersikap yang didukung adanya
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang baik dapat
2) Kebiasaan Anak
Adanya kebiasaan untuk tidak cuci tangan atau cuci tangan sejak kecil,
Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam
dari waktu ke waktu. Banyak ahli mengatakan pemgasuh anak adalah bagian
penting dan mendasar. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara
perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Perlakuan yang dilakukan orang
tua antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan tingkah laku yang
Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka diharapkan orang tua dapat
ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah mau dan mampu
melakukan cuci tangan dengan benar melalui metode yang ditiru dari orang
sangat penting untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai
sabun merupakan perilaku sehat yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran
berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung. Diare merupakan
Pernapasan Akut (ISPA) penyakit pada posisi tertinggi sebagai penyakit paling
berbahaya pada balita. Diare dan ISPA dilaporkan telah membunuh 4 juta anak
dikenal juga H5N1 merupakan penyakit mematikan dan telah memakan cukup
dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, tidak cukup pasokan air bersih,
tersebut di atas dapat diputus "hanya" dengan perilaku cuci tangan pakai sabun
Cuci tangan merupakan salah satu perilaku sehat yang pasti sudah dikenal.
Perilaku ini pada umumnya sudah diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil
tidak hanya oleh orang tua di rumah, bahkan ini menjadi salah satu kegiatan rutin
yang diajarkan para guru di Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Dasar. Tetapi
kenyataannya perilaku sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita dan
sebuah rumah makan Indonesia, biasanya fasilitas cuci tangan disediakan dalam
bentuk kobokan berisi air bersih dengan sepotong kecil jeruk nipis yang
ketika kita masuk ke restaurant fast food terkemuka asal negara adi daya, fasilitas
cuci tangan sudah sangat memenuhi syarat, yaitu air bersih mengalir dilengkapi
dengan sabun cuci tangan cair berkualitas dan pengering tangan merek terkenal,
sayangnya fasilitas itu belum digunakan dengan baik, karena biasanya orang
hanya mencuci tangan sekedar menghilangkan bau amis bekas makanan dan lupa
masyarakat desa hanya menggunakan air seadanya dan belum banyak yang
menggunakan sabun untuk mencuci tangan sebelum atau sesudah dari jamban.
Beberapa hal di atas menunjukan kenyataan bahwa perilaku cuci tangan pakai
sabun sebagai salah satu upaya personal hygiene belum dipahami masyarakat
secara luas dan prakteknya pun belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-
kegiatan yang sepele. Mereka mencuci tangan cukup dengan meletakkan tangan
di air, bilas, selesai. Kesadaran bahwa kesehatan harus dimulai dan diusahakan
oleh kita sendiri, harus kita sadari sejak dini. Agar anak tahu dan mampu
pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan cara mencuci tangan pakai sabun
tentang pentingnya mencuci tangan pakai sabun. sehingga setelah anak tahu,
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari oleh
akan bersifat lenggeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari
oleh pengetahuan, pemahaman dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
mengetahui makna dan tujuan mencuci tangan pakai sabun, maka sebagian besar
dari anak akan lebih banyak menyepelekan kegiatan mencuci tangan tersebut
(Notoatmodjo, 2013).
Data menunjukkan lebih dari 5.000 anak balita penderita diare meninggal
setiap harinya di seluruh dunia sebagai akibat kurangnya akses pada air bersih dan
2.2 Diare
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dalam bentuk tinja
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi ( lebih dari
200 g/hari ) dan konsistensi ( feses cair ), dengan tanpa darah atau lendir (Nanda,
2013).
(lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dan
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare dari diare akut, diare
2.2.2.1Diare Akut
Diare Akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
Diare Persisten adalah kelanjutan dari diare akut yang berlangsung antara
15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut dan diare kronis.
19
2.2.2.3Diare Kronis
Diare Kronis adalah diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih
2.2.3 Etiologi
Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari infeksi maupun
susu )
4)Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang kotor
&Suddarth, 2012).
1. Penyebab khusus penyakit diare yaitu ada beberapa virus, bakteri, dan parasit
usus besar.
20
(deman thypoid).
lumen usus dan menyebabkan penyakit dan diare berair yang berat
(mungkin darah).
yang berbeda.
2.2.5 Patogenesis
1. Gangguan Osmotik
timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
21
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat isi rongga tersebut.
dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal
Kontraksi spasmodik yang nyeri dan perenggangan yang tidak efektif pada
anus (tenesmus), dapat terjadi pada setiap defekasi. Diare dapat eksplosif
atau bertahap dalam sifat dan awitan. Gejala yang berkaitan langsung
mucus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau colitis.
22
Suddarth, 2012).
jam.
sinosis, eksremitas dingin, nafas cepat, lemah atau koma) dan harus
dengan TRO.
Untuk diare ringan, cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa
oral serta larutan eletrolit dapat diberikan untuk rehidrasi pasien. Untuk diare
sedang akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti difenoksilat
bila diare sangat berat. Terapi cairan intervena mungkin diperlukan untuk hidrasi
cepat, khususnya untuk anak kecil atau lansia (Brunner & Suddarth 2012).
Anak usia sekolah merupakan anak dengan usia 6-12 tahun. Periode usia
(Yusuf, S., 2014). Periode anak usia sekolah terbagi menjadi 3 tahapan usia yaitu :
tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 7-9 tahun,dan tahap pra remaja 10-12
tahun (Permata, 2014). Sekolah dapat memperluas dunia anak dan merupakan
transisi dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain. Anak pada usia sekolah
dan menjadi seseorang yang produktif (Yusuf, S., 2014). Lingkungan pada anak
anak dengan orang lain. Anak usia sekolah identik dengan hubungan
Purwidiana.,2015).
memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan
ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu sebagai berikut:
Suatu masa dimana tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana
barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali kalau orang tua
a. Usia sekolah
b. Periode kritis
sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Telah dilaporkan bahwa tingkat
25
a. Usia berkelompok
relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian diri juga dapat
positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan
c. Usia kreatif
d. Usia bermain
Bukan karena banyak waktu untuk bermain, dalam periode ini hal
yang sama tidak dapat dipungkiri apabila anak-anak sudah sekolah akan
tumpang tindih antara ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi periode ini
disebut usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan
perubahan fungsi.
progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem
1) Perkembangan fisik
27
ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh
karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan
keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah dasar kematangan
perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya, karena itu mereka sudah
1) Motorik kasar
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak menyenangi
berbahaya bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti
2) Motorik halus
28
gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu
2) Perkembangan kognitif
tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa anak usia sekolah akhir berada dalam tahap operasi
konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep
mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif, tetapi mereka
secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara
lingkungan.
3) Perkembangan bahasa
anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan
belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih
komunikasi.
4) Perkembangan moral
30
aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di
Menurut Piaget (2012), antara usia 5-12 tahun konsep anak mengenai
menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong
adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam
tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat bahwa anak yang lebih muda ditandai
dengan moral yang heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka
autonomous.
dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak
nampak pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga,
sebagai berikut:
yang umum.
2) Membangun sikap yang sangat sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk
dan berhitung.
sehari-hari.
lembaga.
2.4 Hubungan Perilaku Cuci Tangan sebelum Makan dengan Kejadian Diare pada
Cuci tangan merupakan salah satu hal yang paling utama dalam kehidupan sehari-
hari karena seseorang lebih cenderung mengabaikan, hal ini dapat menimbulkan
lebih banyak melakukan aktifitas seperti hal nya menyentuh suatu benda yang akan
mengakibatkan timbulnya bakteri (Suliha, U., 2014). Salah satu bakteri yang tumbuh
pada tangan akibat melakukan banyak aktifitas tersebut yang mengakibatkan diare,
penyakit diare dimulai dengan masuknya kuman ke dalam usus halus kemudian
tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin dengan cara yang benar maka dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu cuci tangan sesudah melakukan aktifitas
sangat penting karena penyakit yang diakibatkan oleh diare tersebut dapat pula
Kebiasaan anak yang suka bermain di tempat yang kotor, misalnya bermain pasir
dan tanah, tidak mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum makan,
tidak menjaga kebersihan makanan, serta perilaku yang tidak mencerminkan pola
melakukan hal apapun (Notoatmodjo, 2012), terutama dalam melakukan cuci tangan.
Pengetahuan yang dimiliki anak tersebut juga dapat membantu anak dalam
33
melakukan perilaku kebersihan. Faktor utama dari penyakit diare adalah memakan
menggunakan tangan yang kotor akibatnya banyak kuman yang masuk dalam tubuh
2012). Hal itu sendiri menunjukan hasil dari tahu tidaknya anak tentang cara cuci
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Menggunakan
Penyebab khusus : antiseptik
2. Menggunakan air
1. Virus
mengalir
2. Bakteri
3. Menggunakan
3. Parasit
sabun
4. Mengeringkan
Penyebab umum : tangan
menggunakan
1. Bakteri Eschericha lap/tissue
coli 5. Frekuensi mencuci
2. Bakteri Salmonella tangan
3. Bakteri Shingella
4. Bakteri Infeksi
Campylobarter
5. Bakteri Giardia
lambia
6. Bakteri Vibrio
Cholera
Keterangan :
35
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka konsep Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan
Dengan Kejadian Diare Pada Anak SD N 1 KETAPANG Banyuwangi
Tahun 2019.
bisa memberikan petunjuk pada tahap pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.
Uji hipotesis artinya menyimpulkan suatu ilmiah atau hubungan yang telah
BAB 4
METODE PENELITIAN
Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu peneliti bisa diterapkan
(Nursalam, 2013).
mencakup berbagai hal yang dilakukan peneliti, mulai dari identifikasi masalah,
akhirnya analisis data. Dalam pengertian yang lebih sempit desain penelitian
37
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Notoatmodjo, 2012).
Total sampling
Informed Consent
Hasil penelitian
Laporan Penelitian
Bagan 4.2 : Hubungan perilaku cuci tangan sebelum makan dengan kejadian
diare pada anak kelas 4 di SDN 1 KETAPANG Kabupaten Banyuwangi
tahun 2019.
38
tertentu yang diteliti (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah
2013). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sugiyono, 2014). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan
merupakan oprasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara emprisi atau
ditentukan tingkatannya (Sugiyono, 2014). Variabel adalah ukuran atau ciri yang
dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
lain. Variabel terikat merupakan faktor yang diamati dan diukur untuk menetukan
ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2014).Pada
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena
yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2013).
Table 4.5 Daftar tabel Definisi Operasional pada penelitian Hubungan Perilaku
Cuci Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Kelas 4 Di SDN
1 KETAPANG Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019.
No Variabel Definisi Indikator Alat Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Variabel Perilaku 1. Mengguna kuesioner Nominal Ya: 1
Independen: mencuci tangan kan air Tidak: 0
Perilaku cuci dengan air mengalir
tangan mengalir 2. Mengguna
menggunakan kan sabun
sabun 3. Mengerin
gkan
tangan
mengguna
kan
lap/tissue
4. Frekuensi
40
mencuci
tangan
2. Variabel Sebuah penyakit 1. Konsisten kuesioner Nominal Pernah : 1
Dependen: yang ditandai si feses Tidak
2
Kejadian diare dengan tinja atau 2. Frekuensi pernah : 0
feses berubah diare
menjadi lembek
atau cair yang
biasanya terjadi
paling sedikit 3x
dalam 24 jam
1. Birokrasi perijinan
cuci tangan sebelum makan. Setelah responden mengerti apa yang telah
tabulasi.
untuk data mencuci tangan dan metode kejadian diare pada anak,
1. Pengolahan Data
berikut:
a) Coding
Ya =1
Tidak =0
Pernah =1
Tidak pernah =0
b. Scoring
Variable dependen :
Diare
c. Tabulating
f
P= X 100
N
Keterangan :
P : Prosentase
100% = Seluruhnya
50% = Setengahnya
2. Uji Statistik
1. Informed consent
44
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.