A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Agribisnis
pada para produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian
(Firdaus, 2008). Agribisnis dalam arti sempit juga hanya diartikan sebagai
2010).
yang dimulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas
dewasa ini, secara umum mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan
pertanian yang dihasilkan usaha tani atau hasil olahannya. Lebih lanjut
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti
himpunan yang saling berhubungan satu sama lain secara teratur menjadi
satu subsitem dengan subsistem yang lain adalah sangat erat dan saling
perorangan.
2. Makanan Jajanan
sudah diolah dan siap untuk dimakan, sedangkan bahan-bahan yang dapat
bentuk padat atau cair adalah yang dimaksud dengan pangan. Adapun
selain obat yang mengandung zat gizi dan atau unsur atau ikatan senyawa
kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh. Zat gizi tersebut bila
dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-
jajanan atau yang dikenal dengan street food adalah sejenis makanan yang
dijual oleh pedagang kaki lima, pinggir jalan, stasiun, pasar, tempat
pemukiman serta lokasi yang sejenis. Makanan jajanan (street food) juga
energi dan zat gizi seseorang, dengan kisaran antara 10% sampai dengan
tangga atau makanan instan hasil olahan pabrik. Dalam proses produksinya,
faktor produksi dengan tujuan untuk dijual lagi (Rasul, dkk., 2013).
Bahan baku merupakan bahan pokok atau bahan utama yang diolah
berupa bahan mentah dan bahan setengah jadi. Bahan mentah yang
ayam, singkong dan jagung, sedangkan bahan setengah jadi yang digunakan
tepung tapioka dan makanan instan hasil olahan pabrik seperti mie instan,
anak sekolah pada saat beraktifitas di sekolah, karena energi yang mereka
sebelum usia 18 tahun dan belum menikah. Anak sekolah dasar menurut
World Health Organization adalah mereka yang berusia tujuh sampai dua
yang mereka sukai dan tidak mereka sukai, termasuk dalam hal memilih
makanan dan seringkali memilih makanan yang salah karena tidak adanya
pengarahan dari orang tua. Anak-anak usia sekolah juga memiliki sifat
untuk mencoba makanan yang baru dikenal mereka, baik itu dijual di
makan anak. Pada anak usia sekolah, teman sebaya memiliki pengaruh
besar dalam penentuan kebiasaan makan. Selain itu, anak-anak usia sekolah
lebih menuruti kata-kata guru mereka, termasuk makanan yang baik untuk
dikonsumsi.
tidak boleh terlalu kaku. Kebutuhan gizi setiap orang berbeda satu dengan
Pemberian makan yang baik harus sesuai dengan jumlah, jenis dan jadwal
pada umur anak tertentu. Pemenuhan kebutuhan zat gizi pada anak bukan
memberikan jumlah yang cukup, tapi jenisnya tidak sesuai untuk anak,
tetapi ketiga hal tersebut harus terpenuhi sesuai usia anak secara
vitamin, mineral dan air, termasuk usia anak sekolah. Keenam zat gizi
tersebut dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi setiap hari. Pada
masa anak usia sekolah, kegiatan fisik yang dilakukan akan meningkat
sehingga kebutuhan zat gizi juga akan meningkat. Oleh karena itu, selain
4. Perilaku Konsumen
adalah seseorang yang menggunakan barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, penggunaan barang dan atau jasa tersebut baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain
produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
merupakan pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif.
mengonsumsi barang atau jasa dari dua atau lebih alternatif pilihan, dan
tidak jarang melibatkan dua pihak atau lebih dalam melakukan keputusan
sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Faktor yang
dan bauran pemasaran, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap proses
5. Perilaku Makan
baik yang diamati atau tidak diamati secara langsung. Cara seseorang
dan merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam atau luar
yang menjadi suatu pola dari tingkah laku seseorang atau kelompok yang
keadaan gizi yang baik tersebut. Pola makan yang baik adalah pola makan
sehari-hari.
pengertian diet dalam ilmu gizi. Diet dalam ilmu gizi diartikan sebagai
pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap
sehat. Pola makan sehat merupakan suatu cara atau usaha seseorang dalam
Wirjatmadi, 2012).
dengan nutrisi dan sering muncul adalah penyakit yang diakibatkan oleh
salah pola makan, seperti kelebihan makan makanan yang kurang seimbang
selain ka-rena faktor kekurangan zat gizi. Penyakit yang diakibatkan oleh
21
pola makan yang salah atau tidak seimbang dapat berisiko pada kematian,
makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas
dapat dilihat dari apa yang dikonsumsi, yaitu jenis makanan apa yang
dikonsumsi. Pola makan secara kuantitatif dapat dilihat dari jumlah yang
membentuk pola makan yang baik harus dilakukan sejak kecil. Pola makan
a. Budaya
tinggal seseorang.
22
daging babi.
d. Personal Preference
lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh oleh sistem saraf
f. Kesehatan
seseorang tersebut.
6. Gizi Seimbang
mendefinisikan zat gizi sebagai zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung
normal, yang mana zat gizi tersebut bertanggung jawab atas fungsi pangan.
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Keenam golongan zat
yaitu zat gizi sebagi sumber tenaga, sumber pembangun dan sumber
pengatur. Zat gizi sebagai sumber tenaga dapat diperoleh dari karbohidrat,
protein dan lemak. Zat gizi sebagai sumber pembangun dapat diperoleh dari
protein, mineral dan air. Sementara itu, zat gizi sebagai sumber pengatur
keenam kelompok zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Indriani, 2015).
24
diakibatkan oleh pola makan yang tidak sehat dan tidak seimbang, maka
pola makan yang sehat dan seimbang. Pedoman pola makan sehat untuk
unggul.
namun lebih jelas dan lengkap untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
Lima Sempurna yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah
(IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi.
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) telah dimiliki Indonesia sejak tahun 1990-
an, dan lebih dari 15 tahun lalu Pedoman Gizi Seimbang (PGS) telah
prinsip pokok dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yang harus dipenuhi,
yaitu:
Hal ini dimaksudkan karena tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
Hal ini dimaksudkan karena perilaku hidup bersih sangat terkait dengan
hal yang harus menjadi bagian dari Pola Hidup dengan Gizi
berat badan normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka dapat segera
6) Biasakan Sarapan
10) Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik ataupun mental yang sangat
tersebut maka anak sekolah membutuhkan status gizi yang lebih baik. Ke
dilakukan untuk mengetahui status gizi seseorang. Status gizi dapat diukur
dengan dua cara, yaitu dengan penilaian secara langsung dan tidak langsung.
(Indriani, 2015).
Salah satu penilaian status gizi yang sering dilakukan adalah dengan
status gizi dengan menggunakan ukuran tubuh. Ukuran tubuh yang sering
digunakan adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lapisan
lemak dibawah kulit, tinggi duduk, lingkaran perut dan lingkaran pinggul.
menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi
Badan (BB/PB, BB/TB), Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U), atau dengan indeks antropometri lainnya. Pada tahun
30 Desember 2010. Pada baku WHO 2005 yang sudah disesuaikan untuk
ambang batas status gizi anak. Kategori dan ambang batas ditentukan
berdasarkan indeks status gizi anak. Kategori status gizi yang ditetapkan
untuk anak usia sekolah yaitu 5-18 tahun adalah kurus, normal, gemuk dan
kegemukan (obesitas).
B. Penelitian Terdahulu
mengonsumsi barang dan atau jasa dari dua atau lebih alternatif pilihan, dan tidak
29
jarang melibatkan dua pihak atau lebih dalam melakukan keputusan tersebut.
ini hanya akan menganalisis individu yang memiliki pengaruh paling dominan
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dan peneliti ikut
olahan dari sisi produsen, yaitu mempelajari ketersediaan makanan jajanan olahan
yang ada di kantin sekolah. Ketersediaan makanan jajanan olahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini mencakup, jenis makanan jajanan olahan yang
tersedia, jumlah makanan jajanan olahan yang tersedia, serta sedikit menyinggung
baku, sumber mendapatkan bahan baku dan pemasaran makanan jajanan olahan
oleh pedagang.
konsumsi makanan jajanan olahan oleh siswa sekolah dasar tersebut mencakup
jenis makanan jajanan olahan yang dikonsumsi, jumlah makanan jajanan olahan
makanan jajanan olahan dalam satu bulan. Untuk mendukung penelitian yang
gambaran perilaku konsumsi dan hal ini sejalan dengan penelitian yang akan
karakteristik siswa dan orang tua siswa terhadap perilaku konsumsi jajanan,
olahan antara siswa laki-laki dan perempuan dan antara siswa dengan status gizi
normal dan status gizi gemuk-kegemukan. Status gizi siswa tersebut dibedakan
menghitung IMT dan selanjutnya dibandingkan dengan nilai standar status gizi di
Indonesia.
Tabel 2. Ringkasan penelitian terdahulu.
No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
1. Dilapanga (2008) Mengetahui faktor- 1. Analisis univariat 1. Dari 78 siswa SMP Negeri 1 Ciputat, terdapat
faktor yang 2. Analisis bivariat 45 (57,7%) siswa yang memiliki perilaku
Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi soft drinks kategori sering dan 33
berhubungan dengan perilaku konsumsi soft (42,35%) siswa yang memiliki perilaku
perilaku konsumsi soft drinks pada siswa SMP konsumsi soft drinks kategori jarang.
drinks pada siswa SMP Negeri 1 Ciputat Tahun 2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, uang
Negeri 1 Ciputat tahun 2008. saku, kesukaan terhadap soft drinks, pengaruh
2008. teman sebaya dan pengaruh promosi terhadap
perilaku konsumis soft drinks pada siswa SMP
Negeri 1 Ciputat Tahun 2008.
2. Syafitri, Hidayat dan Menilai kebiasaan jajan 1. Analisis korelasi 1. Umur dan jenis kelamin tidak berhubungan
Yayuk (2009) siswa di SDN Spearman dan korelasi dengan kebiasaan jajan.
Lawanggintung 01 Kota Pearson 2. Uang saku untuk membeli jajan berhubungan
Kebiasaan jajan siswa Bogor. 2. Analisis linier dengan kebiasaan jajan.
sekolah dasar (studi kasus regresi berganda 3. Karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa
di SDN Lawanggintung 01 tidak berhubungan dengan kebiasaan jajan.
Kota Bogor). 4. Uang saku untuk untuk membeli jajan
memberikan pengaruh terhadap kebiasaan
jajan.
31
Tabel 2. Lanjutan.
No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
3. Getrycia dan Djatikusuma Menganalisis seberapa 1. Uji Validitas Sebesar 28% harga, kualitas produk dan promosi
(2009) besar pengaruh harga, 2. Uji Reliabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kualitas produk dan 3. Analisis Regresi keputusan pembelian, sedangkan sisanya 72%
Analisis faktor-faktor yang promosi terhadap Berganda kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
mempengaruhi keputusan keputusan pembelian 4. Analisis Koefisien yang tidak diteliti dalam penelitian.
pembelian konsumen pada pembelian. Determinasi
produk minuman 5. Uji Hipotesis (Uji-F
berisotonik pocari sweat. dan Uji-t)
4. Putra (2009) Mendeskripsikan Analisis deskriftif 1. Sebagian besar siswa (98,7%) mengonsumsi
kebiasaan jajan siswa di jajanan di sekolah.
Gambaran kebiasaan jajan Sekolah Dasar Hj. Iriaty 2. Siswa terbiasa mengonsumsi sarapan dan tidak
siswa di Sekolah Dasar Semarang. membawa bekal makanan ke sekolah.
(studi di sekolah Hj. Iriati 3. Rata-rata siswa menghabiskan uang sebesar
Semarang). Rp5.090,91 per hari untuk membeli makanan
jajanan.
4. Sebanyak 58,4% siswa membeli jajanan di
sekitar atau luar sekolah.
5. Sebagian besar makanan jajanan (72,7%)
beresiko tinggi mengandung bahaya.
6. Rata-rata siswa jajan dua kali dalam sehari
pada waktu istirahat sekolah.
7. Sebanyak 42,3% siswa jarang mencuci tangan
sebelum makan dan 35,9% siswa pernah sakit
setalah mengonsumsi jajanan.
32
Tabel 2. Lanjutan.
No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
5. Hartono, Ningsih dan Mengetahui 1. Analisis deskriftif 1. Sebagian besar responden melakukan
Septiarini (2011) karakteristik dan faktor 2. Analisis Faktor pembelian bakso adalah perempuan, pelajar,
yang mempengaruhi mempunyai umur di bawah 35 tahun,
Perilaku konsumen dalam pembelian bakso di pendapatan individu yang diperoleh antara
pembelian bakso di Malang. Rp1.000.000,00-Rp2.000.000,00 per bulan dan
Malang. harga bakso dikategorikan terjangkau oleh
konsumen.
2. Pola mengkonsummsi bakso bukan sebagai
makanan pokok tetapi sebagai kuliner hobi dan
makanan cemilan.
3. Delapan faktor yang dipertimbangkan
responden secara berurutan adalah harga, kelas
sosial, kemudahan mencapai lokasi, parkir,
tampilan penyajian, kepuasan, pendapatan dan
demografi.
6. Yuliastuti (2012) Melihat gambaran 1. Analisis univariat Adanya hubungan yang bermakna antara variabel
perilaku jajan siswa 2. Analisis bivariat uang jajan, pekerjaan dan pendapatan orang tua
Analisis karakteristik serta faktor-faktor yang dengan perilaku sering jajan siswa di SDN
siswa, karakteristik orang berhubungan. Rambutan 04 Pagi Jakarta Timur.
tua dan perilaku konsumsi
jajanan pada siswa-siswi
SDN Rambutan 04 Pagi
Jakarta Timur.
33
Tabel 2. Lanjutan.
No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
7. Safriana (2012) Menganalisis perilaku Analisis deskriftif 1. Terdapat hubungan bermakna antara variabel
memilih jajanan serta jenis kelamin dimana siswa yang berjenis
Perilaku memilih jajanan faktor-faktor yang kelamin perempuan memiliki perilaku memilih
pada siswa Sekolah Dasar berhubungan dan faktor jajanan yang lebih baik dibandingkan siswa
di SDN Garot Kecamatan yang paling besar laki-laki.
Darul Imarah Kabupaten mempengaruhi. 2. Sikap siswa dalam memilih makanan jajanan,
Aceh Besar. pengaruh media, pengetahuan orang tua dan
dukungan mempunyai hubungan yang
bermakna dengan perilaku memilih jajanan
3. Variabel pengetahuan orang tua merupakan
variabel yang paling besar pengaruhnya
terhadap perilaku siswa dalam memilih
jajanan.
8. Masesah, Hasyim dan 1. Mengetahui 1. Analisis deskriptif 1. Persediaan rata-rata bahan baku pisang raja
Situmorang (2013) pengadaan bahan 2. Analisis Economic yang digunakan selama satu bulan untuk CV
baku pisang bolen Order Quantity Mayang Sari sebanyak 3.000 sisir/bulan dan
Pengadaan bahan baku dan CV. Mayang Sari (EEQ) 520 siisr/bulan untuk Harum Sari.
nilai tambah pisang bolen dan Harum Sari di 3. Analisis nilai 2. Nilai tambah rata-rata industri pisang bolen
di Bandar Lampung. Bandar Lampung tambah Hayami CV Mayang Sari sebesar Rp3.937,60 per satu
2. Menganalisis nilai kotak dengan isi 10 kue pisang bolen, Harum
tambah pisang bolen Sari sebesar Rp2.326,92 per satu kotak dengan
CV. Mayang Sari isi 10 kue pisang bolen.
dan Harum Sari di
Bandar Lampung.
34
Tabel 2. Lanjutan.
No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
9. Yulisa, Indriani dan 1. Mengetahui dan 1. Analisis komponen 1. Terdapat empat komponen faktor yang
Situmorang (2013) menganalisis faktor- utama atau faktor mempengaruhi keputusan pembelian kopi
faktor yang yang bubuk instan siap saji.
Perilaku konsumsi 2. Analisis sikap
mempengaruhi
mahasiswa Universitas Fishbein 2. Kopi bubuk instan siap saji merek ABC
Lampung terhadap kopi keputusan pembelian
kopi bubuk instan siap mendapatkan nilai tertinggi di antara merek
bubuk instan siap saji.
saji oleh mahasiswa lain meskipun pengonsumsinya paling sedikit,
Unila. sedangkan penilaian sikap mahasiswa terendah
didapatkan merek ABC
2. Mengetahui sikap
mahasiswa Unila 3. Urutan penilaian sikap terbaik dari yang
terhadap penilaian tertinggi sampai terendah didapatkan merek
berbagai merek kopi ABC, Nescafe, Luwak White Koffie, Torabika
bubuk instan siap saji. dan Goodday.
10. Putri (2014) Mengetahui faktor-faktor Distribusi frekuensi 1. Terdapat hubungan antara faktor psikologis
yang berhubungan dengan dan Uji Chi Square dan faktor media atau periklanan terhadap
Faktor-faktor yang perilaku makan pada perilaku makan.
berhubungan dengan remaja di SMA Negeri 10 2. Tidak terdapat hubungan antara faktor fisik,
perilaku makan pada Padang. faktor budaya, faktor ekonomi, faktor norma
remaja putri di SMA sosial dengan perilaku makan.
Negeri 10 Padang.
35
Tabel 2. Lanjutan.
No. Penulis, Tahun dan Judul Tujuan Penelitian Metode Analisis Data Hasil Penelitian
11. Octaviani, Indriani dan 1. Mempelajari 5. Analisis deskriptif 1. Konsumen didominasi oleh mahasiswa
Situmorang (2014) karakteristik responden 6. Analisis statistik perempuan dan konsumen jus buah paling
konsumen jus buah Structural Equation besar adalah konsumen jus buah yang berusia
Pengaruh bauran segar Model (SEM) 21 tahun.
pemasaran (marketing 2. Menganalisis pengaruh 7. Analisis rank 2. Variabel harga dan produk dalam baurang
mix) dan perilaku bauran pemasaran spearman pemasaran berpengaruh secara nyata terhadap
konsumen terhadap terhadap pengambilan pembelian jus buah.
pengambilan keputusan keputusan konsumen 3. Faktor pribadi dan sosial secara nyata
pembelian jus buah segar dalam membeli jus memberikan pengaruh terhadap pembelian jus
Bandar Lampung. buah segar buah segar oleh konsumen di Bandar
3. Menganalisis faktor Lampung.
sosial, pribadi dan 4. Variabel produk adalah faktor yang paling
psikologi konsumen dominan dalam mempengaruhi keputusan
dalam membeli jus konsumen terhadap pembelian jus buah segar.
buah segar
4. Menganalisis faktor-
faktor dominan bauran
pemasaran dan perilaku
konsumen yang
mempengaruhi
keputusan konsumen
untuk membeli jus buah
segar di Bandar
Lampung.
36
37
C. Kerangka Pemikiran
(Prasetijo dan Ihalauw, 2005). Perilaku konsumsi pangan juga didukung oleh
penawaran produsen karena adanya ketersediaan barang dan jasa oleh produsen.
Produsen makanan dan minuman, baik dalam skala besar atau kecil tidak
lagi susah untuk mendapatkan bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan
merupakan suatu kesatuan sistem yang saling terkait dan berhubungan yang terdiri
empat subsistem, atau sering disebut dengan subsitem hulu sampai hilir dengan
Konsumsi pangan yang baik dan benar akan mempengaruhi status gizi dan
sekolah adalah salah satu aspek yang berperan penting dalam pembangunan
38
Sumber Daya Manusia. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa
agar dapat bersaing dalam ruang lingkup global, sehingga anak usia sekolah harus
mendapat asupan makanan yang serasi, selaras dan seimbang atau dengan kualitas
dan kuantitas yang baik dan benar. Pemberian asupan makanan tersebut harus
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perbedaan individu dan faktor
kepribadian, konsep diri, pengolahan informasi dan persepsi, proses belajar dan
sosial dan ekonomi, keluarga dan rumah tangga, kelompok acuan, situasi
dan mengonsumsi barang atau jasa dari dua atau lebih alternatif pilihan, dan tidak
jarang melibatkan dua pihak atau lebih dalam melakukan keputusan tersebut.
beberapa teori yang telah dijelaskan sebelumnya, namun tidak semua faktor yang
ada pada teori tersebut diteliti karena adanya keterbatasan penelitian. Beberapa
faktor yang menjadi keterbatasan penelitian seperti waktu, biaya dan perizinan
Sistem
Agribisnis
Lembaga penunjang
1. Lembaga keuangan
2. Lembaga penelitian
3. Lembaga penyuluahn
Makanan jajanan
Perilaku konsumsi
Pengambilan
makanan jajanan olahan
keputusan
siswa sekolah dasar
dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan. Namun, tidak semua konsep atau
jajanan olahan pada siswa sekolah dasar ini membahas gambaran perilaku siswa
jajanan olahan yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi dalam satu bulan dan jumlah
makanan jajanan olahan yang dikonsumsi selama satu bulan dalam satuan gram.
Recall (menanyakan ulang) makanan dalam waktu satu bulan. Selain itu,
penelitian ini juga membahas ketersediaan makanan jajanan olahan yang tersedia
Ketersediaan makanan jajanan olahan yang akan dibahas adalah mengenai bahan
baku yang digunakan untuk membuat makanan jajanan olahan, jumlah makanan
jajanan olahan yang tersedia dan jenis makanan jajanan olahan yang tersedia.
hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi siswa. Pada penelitian ini,
sampel yang dibedakan berdasarkan status gizi, yaitu normal dan gemuk-
Massa Tubuh (IMT) anak. IMT dapat memberikan gambaran yang baik tentang
status gizi seseorang yang diperoleh dengan membandingkan berat badan dan
41
tinggi badan anak (Indriani, 2015). Nilai IMT yang diperoleh, kemudian
konsumsi makanan jajanan olahan oleh siswa laki-laki dan perempuan dan siswa
dengan status gizi normal dan status gizi gemuk-kegemukan. Penelitian ini tidak
barang itu sendiri karena tidak ada variasi harga yang dikeluarkan oleh tiap
Berdasarkan hasil pra survei dan hasil survei penelitian payung School-Based
Bandar Lampung (Nurdin, et al., 2015), diperoleh lima makanan jajanan olahan
yang paling banyak dikonsumsi oleh siswa dalam waktu satu bulan. Kelima
makanan jajanan olahan tersebut, yaitu mie instan, cireng isi, siomai, pempek dan
topik ketersediaan dan perilaku konsumsi makanan jajanan olahan pada siswa
Frekuensi Konsumsi
Bahan baku makanan (kali/bulan/jenis makanan)
jajanan olahan Pengambil Keputusan
Perbedaan Konsumsi
(jenis kelamin/status gizi anak)
Produksi Produksi
sendiri orang lain Siswa Orang tua Teman
Gambar 2. Kerangka pemikiran operasional perilaku konsumsi dan ketersediaan makanan jajanan olahan pada siswa Sekolah Dasar
di Bandar Lampung.
42
: Tidak diteliti
43
D. Hipotesis
perilaku konsumsi makanan jajanan olahan pada siswa sekolah dasar di Bandar
cireng isi; siomai; pempek; dan bakso tusuk antara siswa laki-laki dan
perempuan.
cireng isi; siomai; pempek; dan bakso tusuk antara siswa dengan status gizi