Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Jajan

1. Kebiasaan Jajan

Menurut Wahyuti dalam Febianty (2009), kebiasaan jajan adalah

bagian dari perilaku berbentuk tindakan yang menjadi suatu pola dari

tingkah laku seseorang atau kelompok yang cenderung sulut untuk berubah.

Menurut Tiurma Sinaga dalam Hardinsyah (2016), usia anak sekolah

merupakan investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus yang

akan menentukan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Anak pada usia

sekolah 6-12 tahun melewati sebagian sebagian besar waktu hariannya di

luar rumah, seperti bermain dan olahraga. Waktu-waktu istirahat saat

bermain dan olahraga, biasanya digunakan untuk mengonsumsi makanan

dalam rangka memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi mereka. Sehingga,

menurut Dodik Briawan dalam Hardinsyah (2016) anak usia sekolah

cenderung membeli jajanan apa saja yang mereka suka. Mereka tidak dapat

ditebak terkait selera makan yang saat ini sedang ia sukai. Perubahan sikap

terhadap makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

pengaruh dari luar, seperti teman sebaya, keluarga maupun media. Pada

masa-masa inilah perhatian ibu terhadap pengaruh pola komsumsi makanan

harus ditingkatkan.

2. Definisi Makanan Jajanan

Menurut Fauzi ‘Arasj dalam Hardinsyah (2016) mendefinsikan

makanan adalah suatu produk yang terbuat dari bahan dasar pangan yang

mengandung zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan

8
9

mineral yang diolah sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan oleh tubuh

untuk mempertahankan tumbuh, perbaikan, dan proses vital untuk

menghasilkan energi. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang

diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan

sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan

jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Kemenkes RI, 2003).

Makanan jajanan atau (streetfood) diperkirakan akan terus meningkat,

mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah

makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah

didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang

(Saparinto, 2006).

3. Jenis-Jenis Jajanan Anak

Jenis makanan atau minuman yang disukai anak-anak adalah makanan

yang mempunyai rasa manis, enak, dengan warna-warna yang menarik, dan

berstektur lembut. Jenis makanan seperti cokelat, permen, jeli, biskuit dan

snack merupakan produk makanan favorit bagi sebagian besar anak-anak.

Untuk kelompok produk minuman dikenal berbagai minuman warna-warni

(air minum dalam kemasan maupun es sirup tanpa label), minuman jeli, es

susu (milk-ice), minuman ringan (soft drink) dan lain-lainnya (Nuraini,

2007).

a. Es Krim

Es krim adalah salah satu produk yang sangat digemari anak-anak

sampai orang dewasa. Menuurt standar Nasional Indonesia (SNI), es

krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat degan cara

pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun


10

nabati, gula dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan

yang diijinkan (Nuraini, 2007).

Produk ini dijual dalam kemasan menarik dengan berbagai bentuk

dan cita rasa. Komponen utama dari es krim adalah lemak susu dan susu

krim. Berdasarkan komponen penyusunnya es krim dapat dibagi tiga

(Nuraini, 2007).

Tabel 1. Kategori / kelas es krim berdasarkan komponen bahan

Komponen padat
Kategori es krim Kadar lemak (%)
susu non lemak (%)

Standar 10 11

Premium 15 10

Super premium 17 9,25

Apabila akan membuat suatu jenis es krim maka bahan yang

dibutuhkan terdiri atas :

1) 10-16% lemak susu

2) 9-12% padatan (solid) susu non lemak : komponen ini, juga dikenal

dengan serum solids, mengandung protein (casein dan whey protein)

dan karbohidrat (laktosa).

3) 12-16% pemanis biasanya kombinasi dari sukrosa (gula) dan/ atau

pemanis corn syrup (sirup dari pati jagung).

4) 0,2-0,5% stabilizer (penstabil) dan emulsifiers (pengemulsi), seperti

agar-agar atau karrogenan (diambil dari rumput laut).


11

5) 55%-64% air yang berasal dari susu padat atau bahan lain (Nuraini,

2007).

Kandungan gizi es rim sangat baik karena produk ini kaya akan

kalsium dan protein. Lemak akan membentuk kehalusan tekstur es krim.

Saat ini lemak susu dapat digantikann dengan lemak yang berasal dari

tanaman seperti kelapa atau kedelai. Susu skrim sebagai padatan non

lemak selain sebagai sumber protein juga merupakan bahan yang dapat

membantu proses emulsifikasi. Gula dalam es krim berfungsi untuk

memberi rasa manis dan membentuk tekstur yang lebih halus dan lembut

(Nuraini, 2007).

Dismaping es krim dikenal juga produk sejenis yang disebut velva

fruit. Produk ini adalah produk beku mirip dengan es krim tetapi bahan

utamanya adalah buah, sehingga kandungan lemaknya rendah namun

kandungan vitamin C dan serat kasarnya tinggi. Dengan demikian bagi

anak-anak yang bermasalah dengan kegemukan, velva fruit dapat

menjadi pengganti es krim (Nuraini, 2007).

Pada proses pembuatannya es krim atau velva fruit ini

membutuhkan bahan penstabil. Bahan penstabil ini berfungsi sebagai

pengikat air dalam campuran adonan agar mencegah pembentukan kristal

es yang kasar, membentuk tekstur yang lembut, memberikan daya tahan

yang baik terhadap proses pencairan serta mempertahankan bentuk dan

tekstur selama penyimpanan (Nuraini, 2007).

Bahan penstabil ini dapat berasal dari nabati seperti alginat, gum,

pektin atau agar-agar, atau berasal dari hewan yaitu gelatin. Bahan yang

berasal dari nabati relatif lebih aman, namun apabila berasal dari hewan
12

maka harus diperhatikan asal-usulnya. Gelatin ini dapat berasal dari kulit

atau jaringan ikat (urat) hewan seperti sapi atau babi. Untuk membentuk

citarasa es krim yang disukai anak-anak, biasa digunakan penambah rasa

(flavoring agent atau essent). Bahan perasa ini ada yang diestrak dari

bahan alami, bahan perasa buatan (sintesis) atau bahan perasa natur

identical (diolah dari bahan alami untuk menghasilkan flavour/ rasa

sintesis). Hal ini juga harus diwaspadai karena dikhawatirkan berasal dari

bahan yang dilarang (Nuraini, 2007).

b. Permen

Permen adalah sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat

dengan mencairkan gula di dalam air. Perbedaan tingkat pemanasan

menentukan jenis permen yang dihasilkan: suhu panas menghasilkan

permen keras, suhu menegah menghasilkan permen lunak, dan suhu

dingin menghasilkan permen kenyal. Permen dinikmati karena rasa

manisnya (Nuraini, 2007).

Permen keras ditandai dengan teksturnya yang keras, rasanya lebih

manis dan mengandung kalori yang tinggi sehingga banyak dimakan

ketika sedang beraktifitas tinggi seperti bekerja, belajar, berolah raga,

dalam perjalanan dan sebagainya. Permen ini dapat memberikan efek

menyegarkan karena diberi berbagai rasa dan aroma serta menghilangkan

rasa haus. Permen keras dikonsumsi dengan cara menghisap-hisap

sampai permen tersebut habis (Nuraini, 2007).

Permen lunak sudah tentu mempunyai tekstur yang lunak sehingga

dengan mudah dapat dikunyah, oleh karena itu dikenal juga dengan

istilah permen kunyah. Permen kunyah yang ditawarkan sangat beragam


13

jenisnya (warna, rasa, dan variasi bentuk). Jenis permen kunyah ada yang

bersalut gula dan berstektur agak keras (contohnya mentos, marbels, dan

lain-lain); atau benar-benar lunak dan tanpa slaut gula (sugus, fruitella,

chox, dan lain-lain). Permen kenyal/permen lunak yang tidak ditelan

yaitu permen karet atau gum product (Nuraini, 2007).

Gula adalah bahan utama pembuat permen. Jenis gula yang

dipergunakan biasanya berasal dari glukosa atau sukrosa. Sifat gula ini

adalah padat pada suhu ruang, cepat menyerap air pada kelembaban

tinggi, cepat lembek, cepat larut dalam air serta cepat menghasilkan

kalori (Nuraini, 2007).

Pada pembuatan permen juga diperlukan bahan tambahan yang

sangat bervariasi tergantung jenis, rasa, dan bentuk yang diinginkan.

Bahan tambahan yang digunakan adalah air, pewarna dan penambah rasa

(flavoring agent atau essens), sedangkan untuk permen lunak selain

bahan tersebut diperlukan juga lemak, protein, susu atau gelatin agar

terbentuk tekstur yang lunak (Nuraini, 2007).

Masuknya produk-produk impor pada saat ini menyebabkan

banyak dijumpai jenis permen baru di pasaran, seperti marshmallow.

Produk ini berstektur lembut seperti busa, meleleh di dalam mulut

dengan aroma, warna dan bentuk yang sangat menarik. Marshmellow

pada awalnya dibuat dari ekstrak akar tanaman marshmallow (Atthea

officinalis). Marshmallow saat ini dibuat secara industri menggunakan

bahan utama gelatin. Dengan demikian, kehalalan marshmallow perlu

diwaspadai karena gelatin merupakan bahan yang perlu dipertanyakan

kehalalannya. Produk marshmallow yang beredar dipasaran masih


14

merupakan produk impor sehingga perlu kehati-hatian untuk membelinya

(Nuraini, 2007).

Melihat komponen bahan pembuat permen, terdapat beberapa jenis

yang perlu mendapat perhatian dari segi kesehatan maupun kehalalan.

Bahan pewarna, perasa, lemak, dan gelatin merupakan bahan yang harus

diwaspadai dari suatu jenis permen (Nuraini, 2007).

c. Cokelat

Mengenal cokelat baik dalam bentuk cokelat batangan, permen

cokelat, kue cokelat, atau produk makanan lain dengan rasa cokelat,

seperti roti cokelat, biskuit cokelat, es krim cokelat, susu cokelat, dan

lain- lain. Khasiat cokelat juga bermacam-macam, sebagai sumber

energi, kerena mengandung kalori tinggi, menjaga kebugaran dan juga

berperan dalam system saraf otak (Nuraini, 2007).

Cokelat adalah jenis makanan yang diolah dari biji cokelat (cocoa

=kokoa). Menurut sejarah, pohon cokelat mula-mula tumbuh di daerah

Amazon utara sampai ke Amerika Tengah. Pada mulanya biji cokelat

dikonsumsi sebagai minuman. Biji cokelt difermentasikan, dikeringkan,

lalu dipanggang dan digiling sehingga terbentuk serbuk cokelat yang siap

diminum dengan tambahan aneka rempah. Suku Maya di Amerika

mengkonsumsi cokelat dalam bentuk minuman yang ditaburi lada merah,

vanilla, atau rempah-rempah lain (Nuraini, 2007).

Cokelat padat baru ditemukan tahun 1847 oleh orang Eropa. Untuk

penggunaannya, cokelat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1) Eating chocolate, yaitu cokelat yang dapat langsung dimakan tanpa

harus diolah dengan produk lain.


15

2) Baking chocolate, yaitu cokelat yang penggunaannya dipadukan

dengan produk lain seperti untuk roti, kue, es krim, susu, minuman,

atau sebagai bahan hiasan/dekorasi.

Lemak cokelat dalam suatu produk sering digantikan minyak

murah, seperti lstisin dari kedelai atau minyak palem. Cokelat batangan

hanya mengandung 20% kokoa padat (komponen cokelat non lemak pada

biji yang digiling) dan selebihnya adalah gula, minyak nabati serta

bahan-bahan lainnya. Cokelat kelas premium mengandung sekitar 50-

70% cokelat padat, lebih sedikit gula., minyak nabati dan bahan lainnya,

sehingga nilai kalorinya lebih rendah (Nuraini, 2007).

Citarasa dan bentuk cokelat yang beraneka ragam membuat produk

ini selalu menjadi incaran abak-anak. Kecemasan orang tua apabila

anaknya sangat menyukai cokelat tertuju pada masalah kerusakan gigi

atau masalah kegemukan. Masalah yang sebenarnya adalah tertuju pada

konsumsi gula yang berlebihan, karena lemak cokelat bukan dari jenis

yang dapat menggemukan tubuh (Nuraini, 2007).

d. Snack

Snack adalah makanan yang tidak mengenyangkan, renyah dan

gurih dengan aneka rasa. Bahan dasar pembuatan snack adalah tepung.

Kandungan gizi snack relatif rendah sehingga kurang baik dari sisi

kesehatan. Disamping itu, snack biasa diberi MSG (monosodium

glutamat) dan penambahan rasa/ flavour seperti rasa ayam panggang,

sapi, sate, keju, atau yang manis seperti rasa cokelat dan strawwberi. Ada

beragam snack yang ditawarkan oleh produsen, baik dalam negeri

maupun luar negeri. Pemakaian MSG dalam makanan masih menjadi pro
16

dan kontra pra peneliti, sehingga sangat bijaksana apabila para ibu

membatasi anak-anaknya mengkonsumsi makanan ber MSG.

Penggunaan penambahan rasa/flavour daging (rasa ayam, sapi, barbeque

dan lain-lain) pada snack perlu diperhatikan kehalalannya karena sangat

rentan terbuat dari bahan yang haram (Nuraini, 2007).

e. Jeli

Anak-anak yang lahir di era tahun 1990-an mengenal jeli sebagai

salah satu bentuk jajanan yang sangat disukai. Jeli adalah makanan

dengan tekstur kenyal berbentuk gel dengan rasa manis. Untuk

membentuk makanan seperti ini dapat digunakan berbagai jenis pati,

agar-agar, karagenan, koniyaku dan gelatin. Masing-masing bahan

mempunyai siftat yang berbeda-beda sehingga untuk menghasilkan

produk jeli yang sesuai keinginan, biasanya bahan-bahan tersebut

dicampur dengan resep tertentu. Oleh karena itu, produk jeli yang dijual

di pasar mempunyai tekstur dan citarasa yang beragam dengan harga

yang bervariasi, dapat dikenali dari masing-masing merk. Supaya lebih

menari dan enak, produk ini diberi bahan lain yitu gula, air, perasa dan

pewarna (Nuraini, 2007).

Penggunaan gelatin akan menimbulkan kekhawatiran dari segi

kehalalan, karena apabila gelatin ini berasal dari bahan haram maka jeli

yang diproduksi juga menjadi haram (Nuraini, 2007).

f. Kelompok Biskuit

Biskuit (diantaranya wafer, cookies, crackers dan lain-lain) juga

merupakan makanan jajanan anak yang dengan mudah dapat dijumpai di

segala penjuru toko (Nuraini, 2007).


17

g. Produk Daging Olahan

Produk daging olahan seperti bakso, burger, sosis, rolade, siomay,

nugget, kaki naga, udang atau kepiting olahan dan lain-lain. Saat ini

dengan mudah kita dapatkan mulai dari hypermarket, swalayan, pasar

tradisional, kios-kios, bahkan tukang sayur keliling dan sudah tentu

pedagang jajanan makanan di sekolah-sekolah (Nuraini, 2007).

h. Aneka Minuman

Selain berbagai produk makanan seperti yang di uraikan di atas.

Aneka produk minuman perlu juga diperhatikan sisi kesehatan/

keamanan dan kehalalannya. Dengan mudah kita menemukan pedagang

yang menjajakan aneka minuman seperti susu, minuman ringan, jus, es

sirup, minuman jeli, air minum dalam kemasan (AMDK) dan lain-lain.

Komposisi bahan yang digunakan untuk membuat minuman ini adalah

air, bahan penambah rasa/flavour, gula/pemanis, pewarna dan asam sitrat

sebagai pengawet, serta bahan-bahan lainnya. Sudah tentu dari segi

kesehatan, bahan perasa perlu diwaspadai asal-usulnya, sedangkan bahan

pewarna, pengawet linnya perlu diperhatikan faktor keamanannya

(Nuraini, 2007).

i. Susu dan Produk Olahan Susu

Anak-anak yang berada pada masa pertumbuhan sangat

memerlukan susu atau produk lain yang berasal dari susu, karena sudah

kita fahami bersama bahwa nilai gizi susu sangat baik sekali. Susu adalah

salah satu produk hasil ternak yang sangat mudah rusak maka saat ini

jarang kita mengkonsumsi susu dalam bentuk segar (fresh milk) (Nuraini,

2007).
18

Susu yang saat ini beredar di pasar adalah susu yang sudah melalui

proses pengolahan, seperti susu pasteurisasi, susu bubuk, susu kental

manis. Produsen menawarkan susu dalam berbagai rasa dan aroma

(cokelat, strawberi, vanilla, madu, dan lain-lain) serta berbagai formula

tambahan seperti vitamin (vitamin A, D, E, B1, B3, B6 atau B12),

mineral (besi dan kalsium). Demikian juga halnya pada produk olahan

yang berasal dari susu seperti keju, susu skim, yoghurt, dan lain-lain

(Nuraini, 2007).

4. Fungsi Makanan Jajanan

Disamping makanan hidangan atau one dish meal aneka jenis kudapan

atau camilan juga dapat dijadikan alternatif makanan bekal sekolah. Karena

fungsinya sebagai makanan selingan, maka hidangan kudapan atau camilan

sebaiknya dibuat dari bahan-bahan yang bermutu dan dapat dijadikan bahan

pelengkap gizi yang diperlukan anak. Berdasarkan laporan hasil penelitian

yang dilakukan oleh departemen kesehatan, makanan jajanan di sekolah

banyak mengandung zat tambahan makanan yang disinyalir dapat

membahayakan tubuh anak dalam jangka waktu yang lama. Misalnya

pewarna makanan, pemanis makanan, pengental makanan, serta bahan

penyedap makanan yang setelah diteliti dapat membahayakan kesehatan jika

dikonsumsi dalam waktu yang lama. Untuk itu, akan lebih bijaksana jika

membawa hidangan/makanan dengan aneka kudapan yang sudah dapat

dipertanggung jawabkan nilai gizi dan kebersihannya (Nuraini, 2007).

5. Jenis-Jenis Makanan Jajanan

Jenis-jenis makanan jajanan menurut Widya Karya Nasional dan Gizi

dalam Safriana (2012) dapat digolongkan menjadi:


19

a. Makanan yang berbentuk, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue

putu, kue bugis dan sebagainya

b. Makanan jajanan yang diporsi seperti pecel, mie bakso, laksa, asinan,

toge goreng dan sebagainya.

c. Makanan jajanan dalam bentuk minuman, seperti cendol, bajigur,

cincau, es krim, dan sebagainya.

Menurut Yuliastuti (2012), makanan jajanan digolongkan menjadi 4

(empat), yaitu :

a. Makanan utama (main dish), misal nasi rames, nasi uduk, nasi rawon dan

sejenisnya.

b. Makanan panganan (snack), misal kue-kue, gorengan, dan sejenisnya.

c. Golongan minuman (drinks), misal es teller, es buah, es kelapa, dan

sejenisnya

d. Buah-buahan segar, misal mangga, pisang, jambu, dan sejenisnya.

B. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).


20

Manusia menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang

nantinya mempengaruhi kualitas kehidupnya. Terciptanya manusia tidak

semata-mata terjadi begitu saja. Untuk memahami itu semua memerlukan

proses bertingkat dari pengetahuan, ilmu, dan filsafat. Pengetahuan

merupakan hasil tahu manusian yang hanya sekedar menjawab pertanyaan

apa (Notoatmodjo, 2010).

Bloom 1908 mengatakan bahwa perilaku manusia terbagi menjadi 3

macam domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang paling esensial dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Seseorang dapat

dikatakan tahu ketika dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari,

termasuk mengingat kembali sesuatu yang lebih spesisfik daari bahan

materi yang telah diterimanya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objektif yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi diartikan

apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat


21

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,

sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilain ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak perlu dilakukan sejak

dini. Pengetahuan seseorang anak sangat penting dalam mendasari

terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan

gigi dan mulut anak (Natamiharja, 2011).

Seorang anak yang memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan

mulut yang baik akan mempengaruhi perilaku kebersihan mulutnya. Anak

yang memiliki perilaku kebersihan mulut yang baik memiliki status

kebersihan mulut yang baik pula. Dan sebalinya anak yang pengetahuan
22

kesehatan giginya kurang memiliki status kebersihan mulut yang buruk.

Dan hal ini akan mempengaruhi status karies pada anak (Shanbhog, 2014).

Perilaku kesehatan gigi dan mulut berhubungan dengan gaya hidup

anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Hal ini berkaitan dengan

frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi, cara menyikat gigi,

kebiasaan membersihkan lidah, penggunaan benang gigi, frekuensi

mengkonsumsi makanan dan minuman manis, dan kunjungan ke dokter

gigi (Sharda, 2013).

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia

dini, karena pada usia dini anak mulai anak mulai mengerti akan

pentingnya kesehatan serta larangan yang harus djauhi atau kebiasaan yang

dapat mempengaruhi keadaan giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan

gigi dan mulut sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah (Ignatia, 2013).

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo (2003)

adalah sebagai berikut:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan (Wawan, 2010).


23

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri (Wawan, 2010).

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

perrnah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

masa lalu (Wawan, 2010).

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacon (1551-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.

Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini

kita kenal dengan penelitian ilmiah (Wawan, 2010).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang

menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk


24

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mendapat informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003). Pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

(Wawan, 2010).

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan

adalah keburukan harus dilakukan terutam untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja

umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Wawan,

2010).

c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang

tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi


25

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa (Wawan, 2010).

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok (Wawan, 2010).

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi (Wawan, 2010).

5. Pengukuran Pengetahuan

Bloom 1908 mengungkapkan pengukuran pengetahuan dapat

diketahui dengan cara menanyakan kepada seseorang agar ia

mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban lisan

maupun tertulis. Bukti atau jawaban tersebut yang merupakan reaksi dari

stimulus yang diberikan baik dalam bentuk pertanyaan langsung ataupun

tertulis. Pengukuran pengetahuan dapat berupa kuesioner atau wawancara

(Notoatmodjo, 2007).

6. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Wawan (2010) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik : Hasil presentase 76%-100%

2. Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3. Kurang : Hasil presentase > 56%


26

C. Tinjauan Umum tentang Kesehatan Gigi

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93 dan

94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit

gigi, dan pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi

dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi

perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi

sekolah, serta pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan

tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam

rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu,

dan terjangkau oleh masyarakat (Kemenkes RI, 2012.)

Peranan tenaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan gigi adalah

untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat kearah

perilaku yang sehat, seperti yang kita ketahui bersama bahwa faktor perilaku

ini mempunyai konstribusi yang cukup besar disamping faktor lingkungan

dalam mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keadaan ini disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal itu. Untuk mengatasi

persoalan kesehatan yang terjadi pada masyarakat khususnya pada kesehatan

gigi dan mulut, biasanya dilakukan pendekatan dengan menggunakan

metodologi pemecahan masalah. Untuk memecah masalah dengan metode ini

seorang tenaga kesehatan harus mampu menjalankan peran eksresif dan

informatif (Herijulianti, 2002).

Menurut (Rahmadan, 2010) ada beberapa cara yang dapat dilakukan

untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah sebagai berikut :


27

1. Konsumsi makanan yang menyehatkan gigi

Nutrisi juga memegang peranan penting dalam perkembangan dan

pemeliharaan mulut yang sehat, khususnya gigi dan gusi. Makanan yang di

konsumsi mempengaruhi gigi kita. Misalnya makanan yang mengandung

kalsium, fosfor, flour dan magnesium dibutuhkan dalam perkembangan gigi,

pembentukan tulang rahang dan gigi serta memperkuat gigi. Zat gizi

tersebut dapat kita peroleh dari buah-buahan, sayur-sayuran, telur, susu,

ikan dan daging.

Selain memiliki nilai gizi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi,

jenis buah-buahan dan sayur sayuran merupakan makanan yang berserat

yang dapat memberikan efek self cleansing pada permukaan gigi.

2. Menyikat Gigi

Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk

membersihkan gigi dari berbagai kotoran dan plak yang melekat pada

permukaan gigi. Dalam pemilihan sikat gigi hal utama yang harus

diperhatikan adalah bulu sikat. Bulu sikat yang baik adalah tidak keras dan

tidak terlalu lunak dengan ujung bulu sikat membulat/tumpul. Bulu sikat

yang terlalu keras akan melukai gusi dan mengabrasi lapisan gigi, bila bulu

sikat terlalu lunak, efektivitas pembersihan kurang baik. Ujung bulu sikat

bermacam-macam yaitu berbentuk bulat, runcing atau datar. Ujung bulu

sikat yang baik adalah membulat karena dapat mengurangi iritasi terhadap

lapisan gigi dan jaringan gusi. Menyikat gigi seharusnya dilakukan dua kali

sehari, yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam, hal ini

dikarenakan pada waktu tidur malam saliva berkurang.


28

3. Flossing

Dental floss atau benang gigi merupakan alat bantu untuk

membersihkan sela gigi di bawah gusi. Daerah sela gigi merupakan daerah

yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, sehingga plak dapat menempel pada

sela gigi. Menurut penelitian dengan kita melakukan flossing jumlah

populasi bakteri yang ada dalam mulut bisa jauh berkurang dibandingkan

dengan hanya menyikat gigi saja.

4. Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi

Secara profesional, perlu mengunjungi dokter gigi secara rutin tiap 6

bulan sekali untuk melakukan pemeriksaan dan pembersihan gigi yang tidak

dapat dilakukan di rumah. Selain itu, pendeteksian awal gangguan-

gangguan gigi dan mulut yang mungkin belum kita sadari dapat segera

diketahui.

D. Tinjauan Umum tentang Karies Gigi

1. Definisi Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan

kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissura, dan daerah

interproksima) meluas ke area pulpa (brauer). Karies gigi dapat dialami oleh

setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta

dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke

dentin atau ke pulpa (Tarigan, 2013).

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi baik pada email,

dentin maupun pada sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu

jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Gejala klinis

penyakit ini yaitu terjadinya demineralisasi jaringan tersebut yang diikuti


29

oleh kerusakan bahan organiknya, proses ini mengakibatkan invasi bakteri

ke dalam pulpa. Bakteri-bakteri ini tidak hanya dapat mentoleransi

lingkungan asam tetapi juga memproduksi rantai asam organik. Beberapa

jenis karbohidrat dan makanan yaitu, sukrosa dan glukosa dapat diragikan

oleh bakteri ini dan membentuk lingkungan asam (pH<5) dalam rongga

mulut dalam waktu 1-3 menit. Jika kondisi ini sering terjadi, dapat

mengakibatkan demineralisasi dan jika tidak diimbangi oleh proses

remineralisasi maka pada akhirnya menimbulkan karies gigi. Karies gigi

bukan hanya pada permukaan email gigi tetapi, jika lebih ke dalam dapat

mengenai dentin gigi maupun pulpa gigi. Jika proses karies telah

mencapai pulpa gigi maka lama kelamaan terjadi kematian pulpa,

kemudian diikuti oleh kerusakan daerah apikal gigi, yang disebut

periodontitis (Ilyas, 2011).

Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada

manusia, setelah demam flu karena dapat terjadi pada siapa saja, walaupun

umumnya sering muncul pada usia anak atau dewasa muda. Karies inilah

yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda. Karies

gigi adalah lubang pada gigi yang disebabkan oleh kuman. (Megananda,

2010)

Peningkatan kejadian karies dihubungkan peningkatan konsumsi gula.

Karies gigi merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada anak-anak

dan prevalensinya meningkat sejalan dengan pertambahan usia anak. Survei

epidemologi terbaru yang dilakukan di Negara Timur Tengah menunjukkan

bahwa karies pada anak relatif lebih tinggi oleh pengaruh diet

(Surya, 2011).
30

2. Etiologi Karies Gigi

a. Faktor Dalam

Terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu:

1) Host

Kejadian karies gigi langsung berhubungan dengan ukuran gigi,

morfologi gigi, ketetapan gigi, komposisi dan jumlah saliva

(Schuurs, 2003).

2) Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya

karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan

mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak

dibersihkan (Schuurs, 2003).

3) Substrat atau Makanan

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak

karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme

yang ada pada permukaan enamel (Artaria, 2009).

4) Waktu

Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan

frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum,

lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi

suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Ratna,

2008).
31

b. Faktor Luar

Beberapa faktor luar individu penyebab terjadinya karies gigi, yaitu:

1) Keturunan

Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi

yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memiliki

keadaan gigi yang cukup baik (Tarigan, 2013).

Disamping itu, dari 46 pasang orang tua dengan persentase karies yang

tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik,

5 (lima) pasang dengan persentase karies sedang, selebihnya 40 pasang

lagi, dengan persentase karies yang tinggi. Akan tetapi, dengan teknik

pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini, sebetulnya

faktor keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut telah dapat

dikurangi (Tarigan, 2013).

2) Ras

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit menentukan.

Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan

dengan presentase karies yang semakin meningkat atau menurun.

Misalnya, pada ras tertentu dengan rahang sempit sehingga gigi geligi

pada rahang sering tumbuh tak teratur. Dengan keadaan gigi yang tidak

teratur ini akan mempersulit pembersihan gigi dan ini akan mempertinggi

presentase karies pada ras tersebut (Tarigan, 2013).

3) Jenis Kelamin

Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheim yang

dikutip dari Tarigan (2013) pada gigi M1, didapat hasil bahwa

persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibanding denga pria.
32

Dibanding dengan molar kanan, persentase karies molar kiri lebih

tinggi karena faktor penguyahan dan pembersihan dari masing-masing

bagian gigi (Tarigan, 2013).

4) Usia

Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari gigi-geligi:

a) Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies

(Tarigan, 2013). Anak usia 6-12 tahun masih kurang mengetahui

dan mengerti bagaimana cara memelihara kebersihan gigi dan

mulut. Anak-anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus

sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang

(Natamiharja, 2011)

b) Periode pubertas (remaja) antara 14-20 tahun. Pada masa

pubertas terjadi hormonal yang dapat menimbulkan

pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang

terjaga. Hal ini yang menyebabkan persentase karies lebih tinggi

(Tarigan, 2013).

c) Usia antara 40-50 tahun. Pada usia ini sudah terjadi retraksi atau

menurunnya gusi dan papil sehingga sisa-sisa makanan sering

lebih sukar dibersihkan (Tarigan, 2013).

5) Vitamin

Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi, pada periode

pembentukan gigi (Tarigan, 2013).


33

Tabel 2. Vitamin dan Pengaruhnya terhadap Kerusakan Gigi atau Gusi

Kekurangan Kebutuhan
Pengeruhnya terhadap Gigi/Gusi
Vitamin per Hari
A 1-2 mg Merusak pembentukan email dan dentin
Karies meninggi (perubahan-perubahan
B1 1-2 mg
pada lidah, bibir, dan periodontium)
Karies meninggi (perubahan-perubahan
B2 2 mg
pada lidah, bibir, dan periodontium)
Tidak ada pengaruh (ingat: anemia, mudah
B6 2 mg
kejang pada pada anak-anak)
Degenerasi odontoblas, kerusakan
C 75-100 mg periodontium, stomatitis dan lain
sebagainya
0,01
D Hipoplasia email dan dentin
400-600 I.U
E 10 mg Tidak diketahui

K 1 mg Tidak diketahui
(Sumber: Tarigan, 2013)

6) Unsur Kimia

Unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi

masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling memengaruhi persentase

karies gigi ialah fluor. Di bawah ini dicantumkan beberapa unsur kimia

yang memengaruhi atau memperlambat terjadinya karies gigi (Tarigan,

2013)

Tabel 3. Pengaruh Unsur-Unsur Kimia terhadap Terjadinya Karies Gigi

Nama Unsur Kimia Pengaruhnya terhadap Karies


-Berillium Menghambat karies
-Fluor Menghambat karies
-Aurum (An) Menghambat karies
-Cuprum (Cu) Menghambat karies
-Magnesium (mg) Menghambat karies
-Strontium Menghambat karies
-Zinn Menghambat karies
34

+Cadmium Menunjang terjadinya karies


+Platina Menunjang terjadinya karies
+Selenium Menunjang terjadinya karies
(Sumber: Tarigan, 2013)

3. Indeks Karies Gigi

Studi epidemologis mengenai karies gigi sering digunakan indeks

angka DMF-T untuk gigi permanen dan def-t untuk gigi sulung (Howink,

1993). Klein dan Palmer dalam Widodo (2012) menyebutkan arti dari

simbol DMF-T sebagai berikut:

D = Decay = gigi yang terkena karies

M = Missing = gigi hilang suatu elemen karena karies

F = filled = gigi yang ditumpat

T = Teeth = gigi permanen

Simbol diatas digunakan untuk mengiustrasikan estimasi berapa

banyak gigi yang sampai saat ini terkena karies. Caranya dengan

menjumlahkan ke 28 gigi permanen kecuali gigi M3 (gigi 18, 28, 38 dan 48)

yang disebut the Wisdom teeth (Pine dalam Widodo, 2012). Indeks def-t

digunakan untuk menggambarkan karies gigi sulung (prymary dentition)

yaitu:

d = decayed = gigi yang terkena karies

e = exfoliated = gigi yang lepas sebelum diganti oleh gigi permanen

f = filling = gigi yang ditumpat

t = teeth = gigi sulung

Simbol gigi sulung yang digunakan untuk seluruh gigi sulung tanpa

terkecuali dengan jumlah maksimal gigi sulung terdiri dari 20 gigi. Kriteria
35

penilaian dalam DMF-T / def-t didasarkan pada retang nilai, yaitu : sangat

rendah, rendah, sedang, tinggi (Pine dalam Widodo, 2012).

Tabel 4. Nilai Indeks Karies Gigi Menurut WHO

Kriteria Nilai DMF-T


Sangat Rendah 0,0 – 1,1
Rendah 1,2-2,6
Sedang 2,7-4,4
Tinggi 4,5-6,5
Kriteria diatas adalah nilai indeks karies gigi untuk populasi

sedangkan kriteria dan nilai indeks karies gigi untuk individu yang

disebutkan dalam Depkes (2006) adalah sebagai berikut :

DMF-T 1-3 = Baik

DMF-T 4-6 = Sedang

DMF-T >6 = Buruk

4. Klasifikasi Karies Gigi

a. Berdasarkan Stadium Karies (Tarigan, 2013)

1) Karies Superfisialis

Karies baru mengenai email saja, sedangkan dentin belum terkena.

2) Karies Media

Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

3) Karies Profunda

Karies sudah mengani lebih dari setengah dentin dan kadang-

kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi

lagi menjadi:

a) Karies Profunda stadium I. Karies telah melewati setengah

dentin, biasanya belum dijumpai radang pulpa.


36

b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang

membatasi

c) Karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang pulpa.

d) Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai

bermacam- macam radang pulpa.

b. Berdasarkan Lokasi Karies

G.V black yang dikutip dari Tarigan (2013) mengklasifikasikan kavitas

atas 5 bagian dan diberi tanda dengan nomor Romawi, dimana kavitas

diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies. Pembagian

tersebut adalah:

1) Klas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pit dan fisura) dari gigi

premolar dan molar (gigi posterior). Dapat juga pada gigi anterior di

foramen caecum.

2) Klas II

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi-gigi molar atau

premolar, yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.

3) Klas III

Karies yang terdapat pada bagian apriksimal dari gigi deapn, tetapi

belum mencapai sepertiga insisal.

4) Klas IV

Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-geligi

depan dan sudah mencapai sepertiga insisal gigi.

5) Klas V
37

Karies yang terdapat pada bagian sepertiga leher dari gigi-geligi

depan maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal,

ataupun bukal dari gigi (Tarigan, 2013).

5. Patogenesis Karies Gigi

Bakteri plak akan memfermentasikan karbohidrat (seperti sukrosa)

dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun hingga

4,5-5,0 dalam waktu 1-3 menit. Kemudian, pH akan kembali normal pada

pH sekitar 7 dalam waktu 30-60 menit, dan jika penurunan pH plak ini

terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan demineralisasi pada

permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini sangat disukai oleh Sterptococcus

mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme penyebab

utama dalam proses terjadinya karies (Diana, 2005).

Menurut penelitian, Streptococcus mutans berperan dalam

permulaan terjadinya karies gigi. Sedangkan Lactobacillus sp, berperan

pada proses perkembangan dan kelanjutan karies. Pertama kali akan

terlihat bercak putih (white spot) pada permukaan email kemudian proses

ini berjalan secara p7erlahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang, dan

dengan adanya destruksi bahan organik, kerusakan berlanjut pada dentin

disertai kematian odontoblas (Diana, 2005).

6. Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies menurut Tarigan (2013) yaitu bertujuan untuk

mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam

mulut. Pencegahan karies gigi dapat dibagi atas 3 bagian :

a. Pengaturan Diet
38

Ion asam yang terus menerus diproduksi oleh plak yang merupakan

bentuk dari karbohidrat dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan

sistem buffering saliva menjadi adekuat, sehingga proses remineralisasi

yang merupakan faktor penyeimbang dari faktor demineralisasi tidak

terjadi. Isi dari diet yang merupakan faktor yang berperan secara

kariogenik, harus dapat diperkirakan sehingga kita dapat

merkomendasikan diet pengganti. Diet pengganti diperlukan untuk

mengurangi saupan karbohidrat.

b. Kontrol Plak

Kontrol plak dengan menyikat gigi sangat penting sebelum

mrnyarankan hal-hal lain kepada pasien. Agar berhasil, hal – hal yang

harus diperhatikan adalah :

1) Pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya. Pasien dengan

kelainan penyakit muscular atau atritis, disarankan menggunakan sikat

gigi elektrik.

2) Cara menyikat gigi yang baik

3) Frekuensi dan lamanya penyikatan

4) Penggunaan pasta flour

5) Pemakaian bahan disklosing.

Menjaga kebersihan rongga ulut harus dimulai pada pagi hari, baik

sebelum maupun setelah sarapan. Menyikat gigi sebelum sarapan akan

mengurangi potensi erosi mekanis pada permukaan gigi yang telah

demineralisasi. Dilanjutkan dengan menjaga kebersihan rongga mulut

yang dilakukan pada malam hari sebelum tidur. Ketika tidur, aliran saliva

akan berkurang sehingga efek buffer akan berkurang, karena itu semua
39

plak harus dibersihkan dan diikuti dengan peberian-pemberian obat-obat

pencegahan seperti flouride dan klorheksidin.

Jika diperlukan pengontrol plak lebih jauh, pasien dapat

menggunakan benang gigi (dental floss) atau alat-alat pembersih

interdental lainnya yang dianjurkan untuk dapat ditolerinya.

c. Penggunaaan Flour

Floride bekerja dengan 3 cara. Flouride dapat memperlambat

perkembangan lesi karies dengan menghambat proses demineralisasi.

Flouride meningkatkan ketahanan email terhadap asam dan

meningkatkan proses remineralisasi, bereaksi dengan hidroksiapatit

membentuk flourapatit. Akhirnya, kadar flour yang tinggi dapat

menghambatmmetabolisme bakteri.

E. Tinjauan Umum tentang Gigi Molar Pertama Permanen (M1)

Gigi tetap yang pertama muncul dalam rongga mulut/erupsi adalah gigi

molar pertama (M1), yang letaknya distal dari gigi molar kedua sulung

(M2), pada usia 6 tahun dan sering disebut six year molar. Gigi tersebut mulai

terkalsifikasi pada saat bayi dilahirkan. Gigi ini adalah gigi yang terbesar

diantara gigi geligi susu dan gigi ini baru erupsi setelah pertumbuhan dan

perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat untuknya (Itjingningsih,

2014).

Gigi molar pertama permanen marupakan gigi permanen yang erupsi

pada usia 6-7 tahun. Gigi ini adalah gigi yang ke-6 dari garis median baik pada

rahang atas maupun pada rahang bawah. Gigi molar pertama ini terdapat pada

rahang atas dan rahang bawah yang berfungsi untuk mengunyah, menumbuk,
40

dan menggiling makanan karena mempunyai permukaan kunyah yang lebar

dengan banyak tonjolan-tonjolan dan lekukan-lekukan (Itjingningsih, 2014).

Gigi M1 ini oleh para orang tua disangka bisa mengalami penggantian

sehingga mereka tidak begitu memperhatikannya, baru kalau gigi tersebut

terkena karies dan dibawa ke dokter gigi serta mendapat penjelasan, baru

disadari bahwa gigi tersebut tidak dapat diganti lagi. Berungtunglah kalau gigi

tersebut belum terlalu rusak, bila sudah menderita abses/infeksi yang parah, gigi

tersebut harus dicabut (Itjingningsih, 2014).

F. Kerangka Teori

Siswa Kelas III,


IV dan V

Kebiasaan Jajan Pengetahuan tentang


- Eskrim Kesehatan Gigi
- Permen - Konsumsi makanan yang baik
- Coklat untuk gigi
- Snack - Cara dan waktu menggosok
- Jeli gigi
- Kelompok biskuit - Pemeriksaan ke dokter gigi 6
- Produk daging olahan bulan sekali
- Aneka Minuman - Karies (lubang gigi)
- Susu dan produk olahan susu

Karies Gigi Molar


Pertama Permanen
(M1)

Faktor Dalam Faktor Luar


- Keturunan
- Host - Ras
- Mikroorganisme - Jenis kelamin
- Substrat atau makanan - Usia
- Waktu - Vitamin
41

G. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara kebiasaan jajan dan pengetahuan tentang kesehatan

gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen (M1).

Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dan pengetahuan tentang

kesehatan gigi terhadap kejadian karies gigi molar pertama permanen

(M1).

Anda mungkin juga menyukai