Anda di halaman 1dari 14

Kejahatan pada Pasar Modal Studi Kasus: Manipulasi Pasar Modal

Tugas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan perkuliahan Manajemen Investasi

Dosen Pengampu :

Disusun oleh :

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pasar modal merupakan alternatif pendanaan baik bagi pemerintah maupun swasta.
Pemerintah maupun swasta yang membutuhkan dana dapat menerbitkan efek, baik dalam bentuk
saham ataupun obligasi dan menjualnya ke masyarakat melalui pasar modal. Pasar Modal
menjadi petunjuk dan wadah bagi terjadinya interaksi di antara para usahawan dengan para
investor melalui suatu kegiatan ekonomi. Oleh karenanya pasar modal sebagai bagian dari sektor
keuangan bukanlah merupakan barang baru bagi Indonesia. Ditinjau dari sisi lain, bagi sebagian
kalangan, pasar modal adalah “makhluk” yang ditakuti, karena begitu tertutup dan dan sulit
dipahami, bahkan ada yang menyebutnya gambling (pertaruhan). Bagaimana orang awam tidak
akan mengatakan pasar modal adalah gambling karena hanya dengan modal tertentu, seseorang
berhasil bermain saham di pasar modal dan kini telah melakukan transaksi milyaran rupiah
sehari.

Sebagai instrument ekonomi, pasar modal tidak luput dari penyalahgunaan oleh pihak-
pihak tertentu untuk memperkaya dirinya secara melawan hukum. Kejahatan di bidang pasar
modal tergolong rumit dan sulit dibuktikan, apalagi diperkarakan di hadapan pengadilan,
mengingat sifat pasar yang sangat sensitive terhadap fakta materil (pemberitaan terkait jalannya
proses pengadilan) berupa informasi terkait pasar modal. Umumnya kejahatan yang terjadi di
pasar modal dilakukan secara professional oleh penjahat “kerah putih” (white colar crime)
sedemikian rupa sehingga para korbannya tidak sadar telah dirugikan oleh tindak kejahatan
tersebut.

Maka dari itu, untuk mengantisipasi adanya pelanggaran dan kejahatan dalam kegiatan
transaksi tersebut, maka diperlukan pembaharuan peraturan perundang-undangan dan ketegasan
dalam penegakan hukum serta peningkatan fungsi pengawasan, sehingga para investor dapat
terlindungi dari praktek curang dan kejahatan pasar modal pada umumnya. Selain itu pelaku
pasar dalam bertransaksi juga wajib menjalankan prinsip-prinsip keterbukaan informasi dalam
segala aspek ekonomis yang berlangsung dipasar, dimana hal tersebut sangat dibutuhkan sebagai
bahan pertimbangan dalam berinvestasi.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pasar modal dan manipulasi pasar modal ?
2. Bagaimana kejahatan dalam pasar modal bisa terjadi?
3. Faktor apa saja kah yang berpengaruh terhadap kejahatan di pasar modal?
4. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemodal yang dirugikan akibat praktek manipulasi
pasar modal?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami definisi pasar modal dan manipulasi pasar modal.
2. Untuk mengetahui proses kejahatan bisa terjadi di pasar modal.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejahatan di pasar modal.
4. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pemodal yang dirugikan akibat praktek
manipulasi pasar modal.
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Pasar Modal

Pasar modal merupakan alternatif menggali pembiayaan pembangunan. Modal dari pasar
modal dapat berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Di pasar modal yang diperjualbelikan
adalah kepemilikan ini dapat berupa saham, surat pernyataan utang seperti obligasi dan surat
pernyataan utang lainnya yang berjangka panjang. Pasar modal mempunyai peran penting dalam
kegiatan ekonomi secara makro. Pasar modal dapat berperan sebagai alat untuk mengalokasikan
sumber daya ekonomi secara optimal. Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar
modal sebagai suatu alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan dibandingkan
dengan modal yang diperoleh dari sektor perbankan. Modal yang diperoleh dari pasar modal,
selain lebih mudah memperolehnya, juga biaya untuk memperoleh modal tersebut lebih murah.

Pasar Modal sebagaimana pasar konvensional pada umumnya, merupakan sarana yang
mempertemukan penjual dan pembeli untuk suatu komoditas atau jasa, dan komoditas yang
diperjualbelikan dalam pasar modal disebut dengan efek. Pasar Modal menjadi wadah tempat
bertemunya penjual dan pembeli efek, baik dalam tahap pasar perdana (primary market) maupun
tahap pasar sekunder (secondary market). Pembeli efek (investor) adalah perorangan maupun
kelembagaan/badan usaha yang menginvestasikan dananya untuk usaha yang bersifat produktif.
Sedangkan penjual efek adalah perusahaan yang memerlukan dana atau tambahan modal untuk
keperluan usahanya.

2.2. Manipulasi Pasar Modal serta Sanksi Hukum

Secara umum definisi dari manipulasi pasar dapat diartikan sebagai suatu tindakan pura-
pura yang tidak mencerminkan perbuatan yang sebenarnya dengan maksud dan tujuan tertentu
yang tersembunyi. Maksud dan tujuan tersebut biasanya dilakukan untuk menaikkan atau
menurunkan harga dengan menciptakan gambaran transaksi bursa yang aktif. Sebagaimana jual
beli lainnya dimanapun maka jual beli di bursa merupakan suatu jual beli dalam arti yang
sebenarnya yaitu jual beli yang harus dilakukan dengan adanya arus barang (dari penjual).
Apabila salah satu dari kedua unsur ini tidak ada (terutama tidak ada barang) maka jual beli
(transaksi) tersebut dapat dikualifikasikan sebagai suatu transaksi semu, yaitu transaksi yang
tidak diikuti oleh adanya perubahan Pemilik Penerima Manfaat. Undang-Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal (UUPM) telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana di bidang pasar
modal seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam.

Selain itu, para pencari informasi memainkan peran penting dalam mempertahankan
manipulasi. Karena pencari informasi membeli informasi, merekalah yang dimanipulasi. Di
pasar tanpa manipulator, pencari informasi ini secara jelas meningkatkan efisiensi pasar dengan
mendorong harga ke level yang ditunjukkan oleh informasi pihak yang diinformasikan. Dalam
pasar dengan manipulator, pencari informasi memainkan peran yang lebih ambigu. Semakin
banyak pencari informasi menyiratkan persaingan yang lebih besar untuk saham, meningkatkan
efisiensi pasar, tetapi juga meningkatkan kemungkinan bagi manipulator untuk memasuki pasar.
Ini memperburuk efisiensi pasar dari perspektif transparansi harga. Hal ini menunjukkan peran
bagi peraturan pemerintah untuk mencegah manipulasi pasar.

Kemudian, didukung juga oleh jurnal lainnya yang mengatakan bahwa media sosial dapat
membantu investor mengumpulkan dan berbagi informasi tentang pasar saham. Namun, ini juga
memberikan peluang bagi penipu untuk mengirim pernyataan yang salah atau menyesatkan di
pasar. Dalam hal itu, platform media sosial Twitter adalah saluran yang sangat menarik bagi para
manipulator atau promotor saham karena memungkinkan mereka untuk menargetkan investor
yang tidak canggih. Anonimitas Twitter dan kemudahan akun palsu dan / atau bot dapat
digunakan untuk mengirim spam ke jaringan juga memfasilitasi kegiatan penipu.

Kejahatan yang diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
yang berkaitan dengan transaksi efek dan dilarang oleh Undang-undang pada intinya terdapat 3
(tiga) kelompok yaitu; Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam. Manipulasi
pasar tidak lain menciptakan gambaran semu atau menyesatkan terhadap harga dan aktivitas
perdagangan yang dapat mengakibatkan kegoncangan di pasar modal.

Selain menetapkan tindak pidana di bidang pasar modal, UUPM juga menetapkan sanksi
pidana bagi para pelaku tindak pidana tersebut yaitu denda dan pidana penjara atau kurungan
yang ditetapkan secara bervariasi antara kurungan selama 1 tahun dan denda sebesar Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan penjara 10 tahun dan denda Rp
15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Proses Manipulasi Pasar Modal Bisa Terjadi

Salah satu ancaman atau risiko berinvestasi di pasar modal adalah terjadinya tindak
pindana kejahatan pasar modal. Ternyata di Indonesia sudah ada lebih dari lima kasus tindak
pindana kejahatan pasar modal. Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas
dilakukan oleh pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Persoalan terjadinya kejahatan
dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan beberapa alasan, antara lain: kesalahan
pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan profesionalisme, serta kelemahan
peraturan.

Terdapat beberapa pola dalam proses terjadinya manipulasi pasar modal. Diantaranya
adalah menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi
harga efek perusahaan yang dimaksud dibursa efek (false information). Misalnya suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang
menyebabkan harga efeknya jatuh tajam. Lalu pola selanjutnya adalah menyebarluaskan
informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap (miss information). Misalnya
suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan
dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah. Pola
terakhir adalah mengenai harga efek dipasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan
informasi yang berkaitan, baik secara langsung atau tidak dengan efek tersebut. Informasi
merupakan pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika
informasi tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, maka bagaimana
kegiatan perdagangan pasar modal bisa berjalan.

Informasi yang merupakan rumor yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat
menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu informasi
mendapatkan konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan terhenti, pasar
berjalan normal kembali. Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak yang menghembuskan
informasi (penipu) menangguk keuntungan. Bagi investor yang tidak berhati-hati menganalisis
informasi maka akan terjebak oleh harga semu yang berujung pada kerugian.
3.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejahatan di Pasar Modal

Faktor utama yang berpengaruh terhadap kejahatan di pasar modal adalah perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini, banyak orang sudah menggunakan internet sebagai alat
untuk berkomunikasi dalam hal jual beli efek di pasar modal. Ironisnya, internet itu juga semakin
meluas digunakan oleh para penjahat kerah putih tersebut untuk melakukan kejahatan di pasar
modal. Internet memang sangat menstimulasi orang untuk melakukan kejahatan pasar modal.
Pertama, karena penggunaan internet relatif murah, kedua, karena internet sudah merata
digunakan oleh semua orang, dan yang ketiga adalah karena penggunaan internet tidak terlalu
sulit, cukup sambil istirahat di rumah menekan beberapa tombol maka pekerjaan penjahat pasar
modal sudah selesai.

Kejahatan pasar modal merupakan salah satu kejahatan tercanggih di dunia yang
umumnya dilakukan dengan modus operandi yang sangat rumit dan tidak gampang untuk
dilacak. Di samping modus operandinya yang canggih-canggih, para pelaku kejahatan pasar
modal juga umumnya terdiri dari orang-orang terpelajar sehingga dikatakan bahwa kejahatan
pasar modal termasuk ke golongan kejahatan kerah putih (white collar crime). Karena itu
kejahatan pasar modal sulit untuk dibuktikan apalagi jika penegak hukum masih menggunakan
metode-metode konvensional dalam melakukan penegakan hukum.

Selain itu perilaku pemain juga berpengaruh karena di dalam pasar modal banyak uang
yang beredar, maka orang-orang ramai untuk bergabung dengan perannya yang berbeda-beda
satu sama lain. Ada di antara mereka yang merupakan pemain yang baik, tetapi banyak pula di
antara mereka yang hanya sekedar mencari untung seketika dengan menghalalkan segala macam
cara, sehingga mereka menjadi pelaku kejahatan di pasar modal. Para pelaku kejahatan di bidang
pasar modal berupaya agar uang hasil kejahatannya dapat diselamatkan. Salah satu cara adalah
melalui mekanisme pencucian uang (money laundering). Dengan cara tersebut, para pelaku
kejahatan berusaha mengubah atau mencuci sesuatu yang didapat secara illegal menjadi legal.
Dengan pencucian uang ini, pelaku kejahatan dapat menyembunyikan asal-usul yang sebenarnya
dana atau uang hasil kejahatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan ini pula para pelaku
kejahatan dapat menikmati dan menggunakan hasil kejahatannya secara bebas seolah-olah
tampak sebagai hasil kegiatan yang legal.
3.3 Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Pemodal yang Dirugikan Akibat Praktek
Manipulasi Pasar Pada Transaksi Efek di Bursa Efek

a. Upaya Perlindungan Hukum Preventif

Upaya pencegahan ini yaitu dalam bentuk peraturan perundang-undangan diantaranya


yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, melalui pedoman,
bimbingan, dan pengarahan langsung. Di dalam UUPM dijelaskan salah satu unsur penting di
dalan transaksi pasar modal yaitu unsur keterbukaan informasi (full disclosure). Pengaturan
mengenai prinsip full disclosure di dalam UUPM diatur dengan cukup rinci mulai dari
keterbukaan informasi di dalam propektus pada saat akan melakukan penawaran umum (IPO)
dan juga setelahnya yaitu mengenai keterbukaan informasi material pada saat penyampaian
laporan berkala oleh perusahaan emiten. Selain itu salah satu bentuk perlindungan terhadap
pemodal adalah melalui pengawasan terhadap perdagangan bursa. Pengawasan terhadap
perdagangan bursa selain dilakukan oleh OJK juga turut dilakukan oleh Bursa Efek. Divisi
Pengawasan Transaksi Bursa Efek Indonesia memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi
harus wajar, teratur dan memberikan informasi yang terbuka terhadap pasar, apabila terlihat
indikasi ketidakwajaran pada sebuah transaksi di bursa maka saham terkait akan dimasukkan
pada pengumuman Unsual Market Activity (UMA) dan selanjutnya meminta pada emiten untuk
menyampaikan keterbukaan informasi yang memang seharusnya disampaikan kepada public.
Namun apabila tidak terdapat aksi korporasi namun harga saham terus melejit atau menurun
maka BEI akan langsung melakukan suspend dalam rangka cooling down.

b. Upaya Perlindungan Hukum Represif

Yaitu dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi. Apabila


terjadi pelanggaran di bidang pasar modal, maka OJK berwenang untuk melakukan pemeriksaan
dan penyidikan seperti yang disebutkan pada bunyi pasal 9 UU OJK huruf c :

“…Untuk melakukan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, OJK mempunyai
wewenang melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan
tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa
keuangan sebagaimana dmaksud dalam peraturan perundang-undangan disektor jasa
keuangan.”
Selain melakukan pemeriksaan dan penyidikan OJK juga memiliki wewenang untuk menetapkan
sanksi sebagaimana yang dijelaskan oleh pasal 8 huruf I UU OJK yang berbunyi :

“untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, OJK mempun
yai wewenang menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sector jasa keuangan”

Merujuk pada pasal-pasal tersebut, maka pemodal selaku pemegang aham berhak untuk meminta
pertanggung jawaban direksi secara perdata, apabila kebijakan direksi menyebabkan kerugian
perseroan. pemodal yang mengalami kerugian juga memiliki hak untuk melakukan pelaporan
kepada OJK untuk dilakukan penyidikan dan juga pemodal berhak untuk menuntut ganti
kerugian.

3.4 Contoh Kasus Manipulasi Pasar Modal

Berikut ini adalah contoh kasus-kasus manipulasi pasar modal di Indonesia yang pernah terjadi:

1. Sarijaya Permana Sekuritas (SPS)

Kasus PT Sarijaya ini dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh Komisaris Utama PT Sarijaya
Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana tersebut dilakukan
dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah yang pada
mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi dana yang
terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk tujuan yang tidak
ada kaitannya dengan jual beli saham. Pada dasarnya sebagai pemegang saham dan komisaris,
Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan dana
tersebut. Tetapi ternyata Herman Ramli memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.

Berkaca dari kasus penggelapan dana nasabah yang sering terjadi, maka pemerintah berusaha
melakukan inovasi dengan SID (Single Investor Identification) dan sistem RDN (Rekening Dana
Nasabah). Dengan adanya SID dan RDN, diharapkan dapat mengurangi jumlah kejahatan pasar
modal, khususnya penggelapan dana nasabah.

2. Kasus Manipulasi Pasar Dalam Perdagangan Saham PT. AGIS


Kasus ini bermula karena adanya fluktuasi harga saham PT AGIS Tbk (TMPI) periode
September 2006 sampai dengan Agustus 2007, dimana pada periode tersebut harga saham TMPI
melonjak sebesar 981,4%. PT Bursa Efek Jakarta telah melakukan penghentian sementara
perdagangan atas saham TMPI beberapa kali karena adanya kenaikan dan penurunan harga
saham TMPI. Terjadinya fluktuasi harga saham TMPI tersebut tidak terlepas dari berbagai
informasi yang berkembang di pasar, seperti rencana akuisisi PT Akira Indonesia dan PT TT
Indonesia, serta rencana merger dengan PT E-Solution. Saat ini Perseroan dan Anak Perusahaan
bergerak dalam bidang pemasaran dan penjualan barang-barang elektronik dengan wilayah
pemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia dan pengembangan produk multimedia.

3. Kasus pembobolan dana Yulie Sekuritas Indonesia

Dugaan kasus pembobolan dana di PT Yulie Sekuritas Indonesia Tbk dilakukan oleh
pemegang saham lama PT Jeje Yutrindo Utama sebesar Rp 27 miliar. Pembobolah dana ini
dilakukan dengan menjaminkan deposito yang selama ini dilaporkan sebagai Modal Kerja Bersih
Disesuaikan (MKBD) sebagai kredit ke Bank Mandiri pada Mei 2015. Hal ini diduga melanggar
aturan pasar modal, perbankan dan KUHP soal penipuan. Sebelumnya PT Gema Buana
Indonesia selaku pemegang 11,90% saham PT Yulie Sekuritas Indonesia, Tbk mengaku telah
menyampaikan laporan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh manajemen lama kepada
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK pada tanggal 8 Maret 2018. Sedangkan, pada
Maret 2018 Bursa Efek Indonesia (BEI) pernah melakukan suspensi saham Yulie Sekuritas.
Suspensi ini terkait dengan perusahaan ini belum memenuhi ketentuan modal kerja bersih
disesuaikan (MKBD) minimal Rp 25 miliar.

4. Kasus PT Sekawan Intipratama, Tbk

Kasus ini mencuat pada 11 November 2015, karena kasus gagal bayar transaksi repo dan
transaksi manipulatif PT Sekawan Inipratama, Tbk. Kasus ini menyeret beberapa perusahaan
sekuritas, seperti Reliance Securities, Danareksa Sekuritas dan Millenium Danatama Sekuritas.
Diperkirakan kerugian mencapai Rp 300 – Rp 400 Milliar.

5. Kasus Reliance dan Magnus Capital

Berawal pada akhir tahun 2014, nasabah mendapatkan tawaran produk investasi obligasi
atau surat utang FR0035 oleh EP Larasati, ia menyebutkan bahwa ia adalah karyawan dari PT
Reliance Securities. Selanjutnya dana nasabah di transfer melalui Magnus Capital yang
merupakan pihak penampung dana, dan yang menjadi titik permasalahan adalah investor tidak
bisa menarik uang investasi mereka. Reliance mengaku bahwa oknum tersebut dulunya adalah
karyawan perusahaan dan sudah mengundurkan diri sejak pertengahan tahun 2014.
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Manipulasi pasar adalah suatu tindakan pura-pura yang tidak mencerminkan perbuatan
yang sebenarnya dengan maksud dan tujuan tertentu yang tersembunyi. Larangan praktek
pelanggaran manipulasi pasar di pasar modal diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 Tentang Pasar modal. Pasal terkait larangan manipulasi pasar di dalam UUPM diatur ke
dalam 3 (tiga) pasal, yaitu pasal 91, pasal 92, dan pasal 93.

Faktor utama yang berpengaruh terhadap kejahatan di pasar modal adalah perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini, banyak orang sudah menggunakan internet sebagai alat
untuk berkomunikasi dalam hal jual beli efek di pasar modal. Ironisnya, internet itu juga semakin
meluas digunakan oleh para penjahat kerah putih tersebut untuk melakukan kejahatan di pasar
modal. Informasi yang merupakan rumor yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat
menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu informasi
mendapatkan konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan terhenti, pasar
berjalan normal kembali. Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak yang menghembuskan
informasi (penipu) menangguk keuntungan.

Perlindungan hukum bagi pemodal di pasar modal dilakukan melalui dua cara, yaitu
perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Untuk perlindungan hukum
preventif dilakukan upaya pencegahan terjadinya praktek manipulasi pasar dengan
pengaplikasian UUPM dan penerapan prinsip full disclosure bagi perusahaan emiten selain itu
salah satu bentuk perlindungan hukum preventif lainnya adalah melalui metode pengawasan
perdagangan bursa yang dilakukan oleh pihak OJK selaku lembaga yang berwenang mengawasi
kegiatan di pasar modal sebagaimana yang telah ditentukan di dalam pasal 6 huruf b Undang-
Undang OJK. Selain oleh OJK pengawasan terhadap perdagangan bursa juga turut dilakukan
oleh pihak Bursa Efek. Sedangkan untuk perlindungan hukum represif, dilakukan dalam bentuk
pemeriksaan, penyidikan dan penerapan sanksi-sanksi yang telah ditentukan oleh OJK
sebagaimana yang telah diataur di dalam pasal 9 dan pasal 8 huruf I Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
4.2. Saran

1. Kepada OJK selaku lembaga yang mengawasi kegiatan di pasar modal, untuk membuat
peraturan yang lebih jelas mengenai perlindungan pemodal dalam kegiatan transaksi efek
di pasar modal terutama mengenai hak-hak pemodal yang sebelumnya belum dijelaskan
secara rinci di dalam UUPM.
2. Memilih berinvestasi pada sektor lainnya yang dianggap lebih aman, seperti investasi
tanah ataupun investasi pada sektor properti karena sektor-sektor tersebut memiliki
prospek yang lebih menjanjikan karena sektor tersebut akan semakin langka dan
harganya meningkat dalam jangka waktu yang panjang.
3. Memilih berinvestasi secara individu dalam hal mendirikan usaha atau mendirikan
korporasi secara bersama-sama. Hal ini dianggap lebih baik karena keseluruhan
operasional dan keuangan dikendalikan secara mandiri sehingga dapat melakukan
evaluasi baik dalam mengekspansi usaha atau dalam hal pengambilan keputusan lainnya
serta dapat memprediksi risiko kedepannya.
4. Diharapkan masyarakat yang ingin terjun ke dunia pasar modal untuk bisa menganalisa
melalui sumber-sumber yang lebih kredibel, tidak hanya bergantung pada informasi yang
belum bisa dipastikan kebenarannya, seperti pada publikasi berita di internet ataupun
berbagai sosial media.
REFERENSI

Renault, Thomas. 2018. Market Manipulation And Suspicious Stock Recommendations On


Social Media. IESEG School of Management. Paris

Wu, Guojun dan Aggarwal, Rajesh K. 2006. Stock Market Manipulations. Universitas Houston
dan University Minnesota.

The Indonesia Capital Market Insitute. Edisi 2016. Kejahatan Di Bidang Pasar Modal
(Penipuan, Manipulasi Pasar, Dan Perdagangan Orang Dalam).

Anda mungkin juga menyukai