Disusun oleh:
Puji Calara 18 4301 096
Kevin Gianwari 18 4301 097
Sylviani Elika 18 4301 136
Vidya Putri Firadilla 18 4301 157
Roy Sarman 18 4301 158
Sonia Damayanti S. 18 4301 162
Dini Hardiyanti 18 4301 184
Roby Pratama 18 4301 190
Kelas A
Dosen:
Dr. Tuti Herawati, S.H., M.H.
Agung Sujati Winata, S.H., M.H.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah Hukum Investasi dengan judul
“Pelanggaran-Pelanggaran dalam Pasar Modal” tepat pada waktunya. Terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga dapat disusunnya
makalah ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hukum Investasi. Dalam makalah ini membahas tentang pelanggaran-pelanggaran
atau disebut juga sebagai tindak kejahatan yang terjadi/dilakukan dalam
berkegiatan di pasar modal.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Tuti Herawati, S.H.,
M.H. dan Bapak Agung Sujati Winata, S.H., M.H. selaku dosen dan asisten dosen
mata kuliah Hukum Investasi. Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas
perhatiannya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas
makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rinata Herman dan Hania Rahma, Mengenal Dan Memahami Pasar Modal (Jakarta:
Multi Kreasi, 2012), hlm. 19.
2
Karmila, Seluk Beluk Pasar Modal (yogyakarta: Buku Ktsp, 2010), hlm 1.
3
Inda Rahadiyan, Hukum Pasar Modal Di Indonesia (Yogyakarta: UI Press, 2014), hlm.
1.
4
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
hlm 3.
melawan hukum. Kejahatan di bidang pasar modal tergolong rumit dan sulit
dibuktikan. Umumnya kejahatan yang terjadi di pasar modal dilakukan secara
professional oleh penjahat “kerah putih”(white colar crime) sedemikian rupa
sehingga para korbannya tidak sadar telah dirugikan oleh tindak kejahatan
tersebut. Banyak sekali trik bisnis dilakukan di pasar modal, bahkan banyak
yang menjurus ke tindak pidana.
Pasar modal di negara mana pun memang rawan terjadi kejahatan.
Trik-trik dalam perdagangan saham memang banyak ragamnya. 5 untuk
mencegah kerugian dan ketidakadilan bagi pihak masyarakat atau bagi pihak
tertentu, Kehadiran Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
adalah untuk memberikan kepastian dan penegakan hokum di pasar modal
sehingga sudah saatnya fenomena ini harus tetap menjadi bagian yang
integral dalam perkembangan industri itu sendiri. Kepatuhan hukum pelaku
pasar untuk menjalankan segala ketentuan hukum yang tercantum dalam
UUPM akan menjadi ukuran sejauh mana pelaku pasar dapat menjaga
instrument ekonomi ini menjadi wadah yang dapat dipercaya.
Berdasarkan uraian di atas, Tim Penulis menitikberatkan penulisan
dalam makalah ini pada tindakan-tindakan apa saja yang dapat dikategorikan
kejahatan dan pelanggaran dibidang pasar modal dengan mengangkat judul
“PELANGGARAN-PELANGGARAN DALAM PASAR MODAL”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan
suatu permasalahan :
A. Bagaimanakah bentuk kejahatan dan pelanggaran yang terjadi di
bidang Pasar Modal dalam tinjauan Undang-Undang No. 8 Tahun
1995 ?
BAB II
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2017), hlm. 147.
5
iv
PEMBAHASAN
vi
muslihat dalam hubungannya dengan penjualan atau pembelian segala jenis
Efek (“to use or employ, in connection with the purchase or sale of any
security any manipulative or deceptive device or contrivance”).
Adapun Australian Corporate Act mengatur bahwa manipulasi pasar
adalah transaksi yang memiliki akibat perubahan harga yang sifatnya
buatan/tidak alamiah (“transactions that have or are likely to have; the effect
of creating an artificial price”). Uni Eropa memberikan definisi formal
bahwa manipulasi pasar “Market manipulation shall mean transactions or
orders to trade which give, or are likely to give, false or misleading signals
as to the supply of, demand for or price of financial instruments, or which
secure ... the price of one or several financial instruments at an abnormal or
artificial level.”
Dari beberapa definisi tersebut, manipulasi pasar memiliki ciri-ciri
bahwa:
a. Manipulator memiliki kemampuan untuk memengaruhi harga pasar
(ability to influence the market prices).
b. Adanya perubahan harga (artificial prices existed).
c. Kenaikan tersebut sifatnya tidak alamiah berdasarkan permintaan
dan penawaran yang sesungguhnya di pasar, namun merupakan
perubahan harga sifatnya rekayasa atau buatan atau abnormal
(artificial or abnormal level).
d. Manipulator menggunakan cara yang sifatnya iscal ve ve, tipu
muslihat (manipulative or deceptive device or contrivance’) atau
menggunakan cara yang menyesatkan atau palsu (false or
misleading signal).
e. Manipulator yang menyebabkan kenaikan harga tersebut.
f. Manipulator memiliki motivasi untuk secara khusus dan sengaja
menyebabkan kenaikan harga (specifically intended to cause the
artificial prices).
Manipulasi pasar merupakan kegiatan yang dilarang karena
merupakan kegiatan yang dapat merusak integritas pasar modal dan
kepercayaan masyarakat pada aktivitas di pasar modal, padahal kepercayaan
masyarakat sangat penting karena kepercayaan iscal dapat meningkatkan
likuiditas dan efisiensi pasar. Hal ini sama juga dikemukakan oleh Technical
Committee of the International Organization of Securities Commissions,
bahwa:
Market manipulation harms the integrity of, and thereby undermines
public confidence in, securities and derivatives markets by distorting prices,
harming the hedging functions of these markets, and creating an artificial
appearance of mar ket activity.
Di Indonesia, manipulasi pasar merupakan kegiatan yang dilarang
sebagaiman diatur di dalam Pasal 91, 92, dan 93 UUPM. Dari ketentuan
ketiga pasal UUPM tersebut ada beberapa larangan melakukan manipulasi
pasar, yaitu:
a. Setiap pihak dilarang melakukan tindakan baik langsung maupun
tidak langsung dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu
atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar
atau harga Efek;
b. Setiap pihak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dilarang
melakukan dua transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun
tidak langsung menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap naik
atau tetap turun dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk
mmembeli, menjual atau menahan Efek;
c. Setiap pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan
atau memberikan keterangan yang secara materiel tidak benar atau
menyesatkan sehingga memengaruhi harga Efek di Bursa Efek
apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:
1. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara
material tidak benar atau menyesatkan; atau
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam
menentukan kebenaran informasi dari pernyataan atau
keterangan tersebut.
viii
Mengenai kelompoknya, menurut John Kose dan Ranga Narayanan,
manipulasi pasar diketegorikan menjadi dua kelompok besar: (a) manipulasi
yang dilakukan melalui perdagangan (trading-based manipulation); (b)
manipulasi yang dilakukan melalui kegiatan di luar perdagangan (action-
based manipulation). Adapun menurut Franklin Allen dan Douglas Gale,
manipulasi pasar terbagi menjadi tiga: (a) action based manipulation, (b)
information-based manipulation; (c) trading based information Action-
based manipulation yaitu manipulasi yang didasarkan pada tindakan yang
secara nyata dapat merubah nilai dari Efek.” Adapun information-based
manipulation adalah manipulasi yang dilakukan dengan mengeluarkan atau
menyebarkan informasi yang salah atau menyebarkan rumor yang salah.
Beberapa contoh information-based manipulation, antara lain:
a. Menyebarluaskan informasi informasi yang tidak lengkap (misin
formation). Pelaku memberikan pernyataan menyesatkan pasar
sehingga banyak investor lain yang terkecoh untuk membeli atau
menjual Efek sehingga iscal v perubahan harga. Dari misleading
market tersebut, pelaku akan mendapat keuntungan yang besar dari
kenaikan harga Efek.
b. Membuat atau menyebarluaskan pernyataan atau memberi kete
rangan yang secara materiel tidak benar atau palsu (false informati
on), yang dapat memengaruhi harga Efek atau dengan tujuan untuk
memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek, contoh
nya pada saat perang Napoleon, harga saham dan obligasi di Lon
don Stock Exchange sangat iscal ve dipengaruhi oleh kelanjutan
dari perang tersebut. Beberapa manipulator pasar berkonspirasi
dengan surat kabar untuk membuat berita bohong mengenai perang
terse but yang memengaruhi harga saham atau obligasi tersebut”
c. Menyebarkan informasi yang belum matang (belum tuntas) de ngan
tujuan untuk memengaruhi harga Efek, contohnya, manipu lator
membeli saham ke perusahaan melalui take over bid, kemudi an
mengumumkan rencana lelang tersebut sehingga harga saham
menjadi naik. Manipulator tidak jadi membeli saham secara lelang,
namun menjual saham yang telah mengalami kenaikan harga dan
memperoleh keuntungan.
Adapun menurut Franklin Allen dan Douglas Gale, manipulasi pasar
terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Action-based manipulation. Manipulasi yang didasarkan pada
tindakan secara nyata dapat mengubah nilai dari Efek.
b. Information-based manipulation. Manipulasi yang dilakukan
dengan mengeluarkan atau menyebarkan rumor yang salah.
c. Trading-based manipulation. Ini terjadi ketika pihak yang
melakukan transaksi berusaha untuk memanipuasi Efek dengan
melakukan pembelian dan penjualan Efek tanpa melakukan
Tindakan untuk memengaruhi harga atau tanpa mengeluarkan
informasi yang salah untuk mengubah harga.
Terdapat beberapa jenis manipulasi pasar yang sering kali terjadi
dalam perdagangan Efek antara lain:
a. Cornering the Market. Black Law Dictionary memberikan
pengertian cornering the market sebagai: the act or process of
acquiring ownership or control of a large portion of the available
supply of security, permitting manipulation of the security price.
Dalam cornering the market, pelaku membeli Efek dalam jumlah
yang sangat besar dan kemudian menahannya sehingga dapat
menguasai pasar. Kebanyakan praktik cornering dilakukan dengan
terlebih dahulu dengan transaksi short selling (penjualan dengan
tidak memiliki Efek).
b. Marking the Close. Marking the Close pada dasarnya merupakan
kegiatan merekayasa harga permintaan atau penawaran Efek pada
saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan
membentuk harga pembukaan atau harga Efek lebih tinggi daripada
harga pada hari perdagangan berikutnya.
c. Pooling Trading. Pooling Trading merupakan kesepakatan di
antara sejumlah investor yang memberikan delegasi ke seorang
manajer untuk melakukan transaksi pada Efek tertentu pada periode
x
tertentu dan kemudian membagi hasil dari transaksi tersebut baik
untung atau rugi. Manajer yang ditunjuk akan melakukan
pembelian besar-besaran atas saham yang menjadi target dengan
cara membeli saham suatu perusahaan dan menjual kepada
kelompok investornya (bought and sold by the pool in heavy
volume). Tindakan pembelian saham secara besar-besaran ini tentu
akan mendorong investor lain untuk membeli dan akan
meningkatkan frekuensi atau aktivitas jual beli Efek sehingga dapat
meningkatkan harga efek tersebut.
d. Painting the Tape. Pada painting the tape, kegiatan perdagangan
dilakukan antara Efek atau dan Efek lain yang masih dalam
penguasaan satu pihak pemegang rekening Efek atau mempunyai
keterkaitan sehingga tercipta perdagangan Efek yang semu.
e. Wash Selling Pada dasarnya wash selling merupakan transaksi yang
tidak layak karena penjual dan pembeli adalah orang yang sama
sehingga tidak ada perubahan kepemilikan yang sebenarnya. Tidak
ada perubahaan kepemilikan ini terutama berupa kepemilikan
manfaat atas Efek (beneficial ownerships) atau risiko. Pada wash
selling, kegiatan perdagangan Efek yang dilakukan pada saat yang
sama oleh pihak-pihak yang bersengkongkol di mana tidak terjadi
perubahan kepemilikan manfaat Efek. Kegiatan ini untuk
menciptakan kesan bahwa Efek tertentu aktif diperdagangkan,
padahal tidak terjadi penjualan dan pembelian yang sebenarnya.
Saham yang menjadi target pooling trading umumnya saham yang
tidak likuid (illiquid), saham-saham kecil (small) dan saham yang mudah
berubah harganya (volatile). Umumnya saham yang dicari adalah saham yang
nilainya rendah, untuk kemudian dibeli secara diam-diam dengan tujuan
untuk dijual nanti dalam rangka memperoleh keuntungan setelah harga saham
tersebut naik.
Adapun tujuan dari pooling trading ini adalah:
a. Untuk memanipulasi harga dari saham yang menjadi target
(manipulate the prices of the chosen stocks).
b. Tujuan finalnya adalah untuk menciptakan aktivitas pasar
(artificial market activity). Pooling Trading terjadi ketika
sekelompok investor membeli saham, kemudian menyebarkan
rumor mengenai emiten dan akhirnya menjual saham tersebut
untuk mendapatkan keuntungan. Pada pooling trading, umumnya
manipulator akan bekerja sama dengan jurnalis yang akan
mengulas tentang saham dan emitennya untuk mendapatkan
keuntungan.
3. Perdagangan Orang dalam (Insider Trading).
Pada dasarnya insider trading merupakan transaksi Efek yang di
lakukan orang dalam (insider) berdasarkan informasi orang dalam yang
belum dibuka kepada publik (non public information/inside information).
Black’s Law Dictionary memberikan definisi insider trading berdasarkan:
a. Pengertian yang sifatnya klasik yaitu: Penggunaan informasi yang
sifatnya materiel yang belum terbuka untuk umum untuk
melakukan perdagangan Efek suatu perusahaan oleh orang dalam
atau orang lain yang memiliki fiduciary duty pada perusahaan
tersebut.
b. Pengertian yang didasarkan pada teori penyalahgunaan
(misappropriation): perolehan informasi secara curang dan
menggunakan informasi tersebut yang dimiliki orang yang
memiliki tugas/kewajiban penting di perusahaan.
c. Definisi yang lebih luas: pembelian atau penjualan Efek yang
didasarkan pada informasi materiel yang belum tersedia atau
terbuka untuk umum.
xii
Dari ketentuan UUPM yang mengatur tentang larangan melakukan
perdagangan orang dalam (Pasal 95-99), secara implisit dapat
mengklasifikasikan tiga unsur utama yang terdapat dalam perdagangan orang
dalam yang meliputi:
xiv
7) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting
dalam manajemen.
xvi
hubungan khusus tersebut, mereka memiliki akses terhadap
material non public information. Kedudukannya tersebut
mengakibatkan mereka dianggap sebagai orang dalam dan
kelompok ini disebut dengan “temporary atau quasi insider”.
Direktur sebagai true insider yang memiliki akses terhadap informasi
orang dalam merupakan orang yang memiliki tanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan perusahaan atau disebut tanggung jawab
manajerial (managerial responsibilities). Hanya saja yang
dikategorikan sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab
manajerial tidak hanya direktur, tetapi termasuk juga senior excutive
suatu perusahaan yang secara regular mengakses informasi orang
dalam, dan mempunyai kekauasaan untuk membuat keputusan
manajerial berkaitan dengan perkembangan masa depan perusahaan
dan prospek bisnis perusahaan.
Dari sisi akses ke informasi orang dalam, insider dapat dibagi menjadi
dua, yaitu primary and secondary insider. Primary insider (orang
dalam utama) adalah mereka yang secara langsung dapat mengakses
informasi orang dalam, sedangkan secondary insider (orang dalam
sekunder/kedua) adalah mereka yang mengetahui informasi orang
dalam dari orang dalam utama. Primary insider dibagi menjadi 3,
yaitu:
1) Pihak yang memperoleh informasi orang dalam karena atau
keanggotaan atau kedudukannya di perusahaan emiten baik di
bidang administrasi, manajemen atau pengawasan. Orang
dalam ini tidak hanya meliputi semua anggota direksi dan
komisaris melainkan juga manajer perusahaan emiten.
2) Pihak yang memiliki informasi orang dalam karena
kedudukannya sebagai pemegang saham atau pemilik modal
dari emiten. Orang dalam ini meliputi juga semua pemegang
saham bahkan juga pemegang saham minoritas yang
partisipasi modalnya sedikit namun memungkinkan untuk
memperoleh informasi orang dalam karena pemilikan modal
atau sahamnya.
3) Pihak yang memiliki informasi orang dalam karena mereka
melakukan tugas, profesi, atau kewajiban. Kategori orang
dalam jenis ini meliputi semua pihak yang memiliki akses
informasi orang dalam karena statusnya sebagai pegawai,
pengacara, auditor, banker, klien, penasihat, pemasok, dan
lain-lain.
c. Transaksi Efek.
Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek dan
setiap derivative dari Efek (Pasal 1 angka 5 UUPM). Adapun transaksi
Efek meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan
Efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum atau terjadi di Bursa
Efek, maupun kegiatan penawaran, pembelian atau penjualan Efek di
luar Bursa Efek atas Efek emiten atau perusahaan publik (Penjelasan
Pasal 90 UUPM).
Transaksi Efek yang dilarang dalam kaitannya dengan insider trading
menurut UUPM meliputi:
1) Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau
penjualan Efek atas:
a) Efek emiten atau perusahaan publik yang memiliki material
nonpublic information; dan
b) Efek perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan
emiten atau perusahaan publik.
2) Orang dalam yang memengaruhi orang lain untuk melakukan
pembelian atau penjualan atas Efek.
3) Orang dalam yang memberi informasi orang dalam kepada
pihak lain yang patut diduga akan menggunakan informasi
tersebut untuk melakukan pembelian atau penjualan Efek.
xviii
4) Orang lain yang secara melawan hukum memperoleh
informasi orang dalam dan menggunakan informasi tersebut
untuk:
a) Melakukan pembelian dan penjualan Efek emiten atau
perusahaan publik;
b) Memengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan Efek; dan
c) Memberikan informasi tersebut kepada pihak lain yang
diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk
melakukan transaksi Efek.
5) Orang lain yang memperoleh informasi orang dalam secara
tidak melawan hukum, tetapi perolehan informasi tersebut
disertai dengan pembatasan-pembatasan, kemudian
menggunakan informasi tersebut untuk:
a) Melakukan pembelian dan penjualan Efek emiten atau
perusahaan publik;
b) Memengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan Efek; dan
c) Memberikan informasi tersebut kepada pihak lain yang
diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk
melakukan transaksi Efek.
6) Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam emiten
atau perusahaan publik untuk melakukan penjualan atau
pembelian Efek, kecuali:
a) Transaksi Efek tersebut dilakukan bukan atas tanggungan
sendiri, tetapi atas perintah nasabah; dan
b) Perusahaan Efek tidak memberikan rekomendasi kepada
nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.
1) Orang dalam.
2) Pihak yang memperoleh informasi secara melawan hukum
atau tanpa melawan hukum tetapi dengan pembatasan.
3) Perusahaan Efek.
xx
Salah satu aspek atau pertimbangan dibentuknya suatu otoritas jasa
keuangan sebagai regulator dan pengawas industri jasa keuangan yang
terintegrasi di Indonesia adalah untuk melindungi hak dan kepentingan
pihak yang berstatus sebagai konsumen dalam industri jasa keuangan. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja industri jasa keuangan di
Indonesia, khususnya industri jasa pasar modal. Selain itu, pengaturan
mengenai konsumen industri jasa di Indonesia tercantum dalam dua
peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
(selanjutnya disebut UU OJK).6
6
Otoritas Jasa Keuangan atau selanjutnya disebut sebagai OJK merupakan elemen baru
dalam dunia jasa keuangan di Indonesia. Legitimasi negara terhadap eksistensi OJK dibuktikan
dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Menurut Hamud M. Balfas, OJK akan membawa perubahan besar terhadap lansekap industri
keuangan di Indonesia. [Lihat: Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia (edisi revisi),
(Jakarta: PT. Tatanusa, 2012), h. 7.
(UUPK).7
3. Bapepam-LK
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal
dinyatakan bahwa “Pembinaan, pengaturan, pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan
efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.”
Rezim Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
(selanjutnya disebut UUPM) menentukan dan mengatur bahwa otoritas yang
berwenang atas pasar modal adalah Bapepam-LK. Otoritas ini berada
dibawah Kementerian Keuangan untuk membina, mengatur, dan mengawasi
pasar modal. Dalam kegiatannya, Bapepam-LK berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Bapepam-LK lah yang
memiliki wewenang untuk melaksanakan perlindungan hukum pasar modal
yang bersifat preventif dan represif.
7
Widi Agustian, “BEI Diadukan Investor ke YLKI”, artikel diakses pada 26 September
2013 dari http://economy.okezone.com/read/2012/08/28/278/681562/bei-diadukan-investor-ke-
ylki.
xxii
perusahaan yang tindakan atau keputusannya menyebabkan kerugian pada
perusahaan. c. Sanksi Pidana UUPM (pasal 103-110) mengancam setiap
pihak yang terbukti melakukan tindak pidana di bidang pasar modal
diancam hukuman pidana penjara bervariasi antara satu sampai sepuluh
tahun.13 Ancaman pidana dan denda yang begitu berat dapat dianggap
wajar mengingat kegiatan perdagangan efek melibatkan banyak pemodal
dan jumlah uang yang amat besar.
xxiv
cara mendebet 13.074 rekening nasabah yang menyebabkan nasabah
mengalami kerugian sebesar Rp 235,6 milyar yang dimasukkan ke dalam 17
rekening fiktif oleh Herman Ramli sebagai Komisaris PT Sarijaya Permana
Sekuritas dan sebagai pemegang saham terbesar. Bukan hanya Komisaris
yang melakukan tindak kejahatan namun kedua Staf Direksi juga ikut
melakukan dengan cara menaikkan batas transaksi agar bisa melakukan
transaksi (Trading Available). Kasus penggelapan dana nasabah PT.
Sarijaya Permana Sekuritas oleh komisaris utama sekaligus pemilik
tunggalnya telah merugikan konsumen dan menghancurkan kepercayaan para
investor lokal pasar modal terhadap perusahaan sekuritas. Akibat dari kasus
ini, para perusahaan sekuritas lain bekerja keras untuk meyakinkan para
nasabahnya agar tetap berinvestasi dan tidak menarik dananya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tindakan kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal memang
sepertinya terlihat hampir sama. Kejahatan di pasar modal berarti
tindakan-tindakan penyelewengan yang terjadi di dalam sedangkan
pelanggaran merupakan hal-hal teknis yang terjadi tidak dengan
semestinya dalam pasar modal. Sedangkan pelanggaran di pasar modal
merupakan pelanggaran yang sifatnya teknis dan administratif seperti
masalah perizinan, persetujuan dan pendaftaran di Otoritas Jasa Keuangan.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) telah
menggariskan jenis-jenis tindak pidana di bidang pasar modal seperti
penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam.
B. Saran
Dari simpulan di atas, maka saran yang dapat Tim penulis berikan yaitu
mengenai sektor hukum yang harus menyediakan perangkatnya yang jelas
dan komprehensif, mengingat pentingnya peranan pasar modal terhadap
perekonomian Indonesia, diperlukan perangkat hukum yang tegas dan
jelas untuk mengaturnya. Selain dari sektor hukum, semakin
berkembangnya zaman membuat kita harus lebih peka terhadap berbagai
tindak kejahatan dan pelanggaran khususnya di bidang pasar modal di
Indonesia. Pemerintah diharapkan semakin berupaya menjaga iklim
perekonomian Negara untuk tetap kondusif yang membuat investor
khususnya dalam bidang pasar modal memiliki kepastian hukum dalam
melakukan aktifitas mereka. Dengan kondusifnya hukum di Negara ini,
secara otomatis dapat mengembangkan pula perekonomian Indonesia.
xxvi
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji, dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta,
2001.
Fuady, Munir. Pasar Modal Modern. Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2017.
Herman, Rinata, dan Hania Rahma. Mengenal Dan Memahami Pasar Modal.
Jakarta: Multi Kreasi, 2012.
Karmila. Seluk Beluk Pasar Modal. yogyakarta: Buku Ktsp, 2010.
Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia (edisi revisi), (Jakarta: PT.
Tatanusa, 2012), h. 7.
xxviii