Anda di halaman 1dari 29

PELANGGARAN PELANGGARAN DALAM PASAR MODAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Hukum Investasi

Disusun oleh:
Puji Calara 18 4301 096
Kevin Gianwari 18 4301 097
Sylviani Elika 18 4301 136
Vidya Putri Firadilla 18 4301 157
Roy Sarman 18 4301 158
Sonia Damayanti S. 18 4301 162
Dini Hardiyanti 18 4301 184
Roby Pratama 18 4301 190

Kelas A

Dosen:
Dr. Tuti Herawati, S.H., M.H.
Agung Sujati Winata, S.H., M.H.

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG


2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan ridho-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah Hukum Investasi dengan judul
“Pelanggaran-Pelanggaran dalam Pasar Modal” tepat pada waktunya. Terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga dapat disusunnya
makalah ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hukum Investasi. Dalam makalah ini membahas tentang pelanggaran-pelanggaran
atau disebut juga sebagai tindak kejahatan yang terjadi/dilakukan dalam
berkegiatan di pasar modal.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Tuti Herawati, S.H.,
M.H. dan Bapak Agung Sujati Winata, S.H., M.H. selaku dosen dan asisten dosen
mata kuliah Hukum Investasi. Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas
perhatiannya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan kualitas
makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu mendatang.

Bandung, 15 November 2021

i
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan keberadaan dan bantuan orang
lain. Demikian pula, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia harus
mencari dan berkomunikasi dengan orang lain karena mereka tidak dapat
membuat dan menghasilkan sendiri barang dan jasa yang diperlukan dalam
hidupnya. Manusia akan berfikir mengenai cara bagaimana kebutuhannya itu
terpenuhi dan bagaimana cara untuk mendapatkan keuntungan.1
Saat ini masyarakat mulai memikirkan alternatif investasi yang
memberikan keuntungan lebih besar daripada produk yang ditawarkan
perbankan. Atas dasar keuntungan yang besar, masyarakat akhirnya memilih
berinvestasi surat-surat berharga di pasar modal.2
Perekonomian modern keberadaan pasar modal merupakan suatu
kebutuhan. Pasar Modal menjadi petunjuk dan wadah bagi terjadinya
interaksi di antara para usahawan dengan para investor melalui suatu kegiatan
ekonomi. Para usahawan yang diwakili oleh perusahaan memiliki kebutuhan
untuk mencari modal dengan memasuki pasar modal. Sementara itu, para
investor atau pemodal memasuki pasar modal guna menginvestasikan dana
yang dimilikinya.3 Pasar Modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif
untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena
pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana
jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif.4
Sebagai instrument ekonomi, pasar modal tidak luput dari
penyalahgunaan oleh pihak-pihak tertentu untuk memperkaya dirinya secara

1
Rinata Herman dan Hania Rahma, Mengenal Dan Memahami Pasar Modal (Jakarta:
Multi Kreasi, 2012), hlm. 19.
2
Karmila, Seluk Beluk Pasar Modal (yogyakarta: Buku Ktsp, 2010), hlm 1.
3
Inda Rahadiyan, Hukum Pasar Modal Di Indonesia (Yogyakarta: UI Press, 2014), hlm.
1.
4
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
hlm 3.
melawan hukum. Kejahatan di bidang pasar modal tergolong rumit dan sulit
dibuktikan. Umumnya kejahatan yang terjadi di pasar modal dilakukan secara
professional oleh penjahat “kerah putih”(white colar crime) sedemikian rupa
sehingga para korbannya tidak sadar telah dirugikan oleh tindak kejahatan
tersebut. Banyak sekali trik bisnis dilakukan di pasar modal, bahkan banyak
yang menjurus ke tindak pidana.
Pasar modal di negara mana pun memang rawan terjadi kejahatan.
Trik-trik dalam perdagangan saham memang banyak ragamnya. 5 untuk
mencegah kerugian dan ketidakadilan bagi pihak masyarakat atau bagi pihak
tertentu, Kehadiran Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
adalah untuk memberikan kepastian dan penegakan hokum di pasar modal
sehingga sudah saatnya fenomena ini harus tetap menjadi bagian yang
integral dalam perkembangan industri itu sendiri. Kepatuhan hukum pelaku
pasar untuk menjalankan segala ketentuan hukum yang tercantum dalam
UUPM akan menjadi ukuran sejauh mana pelaku pasar dapat menjaga
instrument ekonomi ini menjadi wadah yang dapat dipercaya.
Berdasarkan uraian di atas, Tim Penulis menitikberatkan penulisan
dalam makalah ini pada tindakan-tindakan apa saja yang dapat dikategorikan
kejahatan dan pelanggaran dibidang pasar modal dengan mengangkat judul
“PELANGGARAN-PELANGGARAN DALAM PASAR MODAL”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan
suatu permasalahan :
A. Bagaimanakah bentuk kejahatan dan pelanggaran yang terjadi di
bidang Pasar Modal dalam tinjauan Undang-Undang No. 8 Tahun
1995 ?

BAB II
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2017), hlm. 147.
5

iv
PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran dan Kejahatan dalam Pasar Modal


Pelanggaran dan kejahatan pasar modal mempunyai karakteristik
khusus yang berbeda dengan tindak pidana di bidang lain. Karakteristik
pelanggaran atau kejahatannya di pasar modal antara lain banyaknya pihak
yang dirugikan akibat pelanggaran atau kejahatan tersebut, beragamnya pihak
yang jadi korban dan besarnya kerugian yang diderita korban. Selain itu,
kebanyakan kasus yang terjadi di pasar modal, objeknya adalah informasi
karena informasi di pasar modal isc memengaruhi harga Efek dan keputusan
investasi pemodal.
Akibat pelanggaran dan kejahatan pasar modal yang signifikan jumlah
dan kualitasnya akan meruntuhkan kredibilitas iscal v pasar modal karena
investor tidak lagi mau lagi berinvestasi di pasar modal yang dianggap tidak
aman dan tidak isc dipercaya.
Mengenai bentuk pelanggaran dan kejahatan pasar modal, Bab XI
Pasal 90-99 UUPM mengategorikan dalam tiga hal: penipuan, manipulasi
pasar, dan perdagangan orang dalam.
1. Penipuan.
Mengenai tindak pidana penipuan di pasar modal diatur di dalam
Pasal 90 UUPM yang mengatur bahwa dalam kegiatan perdagangan Efek,
setiap pihak dilarang baik secara langsung maupun tidak langsung:
a. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana
dan cara apa pun.
b. Turut serta menipu;
c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta materiel atau
tidak mengungkapkan fakta materiel agar pernyataan yang dibuat
tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat
pernyataan dibuat dengan maksud menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau
dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau
menjual Efek.
Unsur-unsur penipuan tidak diatur di dalam UUPM, untuk itu perlu
dilihat unsur penipuan secara umum dalam KUH Pidana. Pasal 378
KUHPidana menyebutkan bahwa penipuan adalah tindakan yang
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
a. Melawan isca.
b. Memakai nama palsu atau martabat palsu.
c. Tipu muslihat.
d. Rangkaian kebohongan.
e. Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang.
Setiap pihak yang terbukti melakukan penipuan dalam kegiatan
perdagangan Efek dapat dikenai pidana 10 tahun penjara dan/atau denda
maksimal Rp 15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah). Ketentuan pidana
ini diatur di dalam Pasal 104 UUPM.
Lingkup penipuan di pasar modal dibatasi pada penipuan dalam
kaitannya dengan perdagangan Efek yang meliputi kegiatan penawaran,
pembelian dan/atau penjualan Efek yang terjadi dalam rangka penawaran
umum, atau terjadi di Bursa Efek, maupun kegiatan penawaran, pembelian
dan/atau penjualan Efek di luar Bursa Efek atas Efek perusahaan iscal atau
emiten.
2. Manipulasi Pasar
Menurut Black Law Dictionary, manipulasi pasar (market
manipulation) merupakan: “the illegal practise of raising or lowering a
security’s proce by creating the appearance of active trading.” Adapun
menurut Thomas B. Hatch dan Thomas C. Mahlum, manipulasi pasar adalah:
“the intentional creation of an artificial price by forces other than legitimate
supply and demand”? Sebagai perbandingan, definisi format dapat ditemukan
di Securities Exchange Act di Amerika, Australian Corporation Act dan di
Market Abuse Direction di Uni Eropa, meskipun di Indonesia definisi formal
mengenai manipulasi pasar tidak ditemukan di UUPM.
Menurut American Securities Exchange Act 1934, manipulasi pasar
terjadi ketika menggunakan segala cara yang sifatnya iscal ve ve atau tipu

vi
muslihat dalam hubungannya dengan penjualan atau pembelian segala jenis
Efek (“to use or employ, in connection with the purchase or sale of any
security any manipulative or deceptive device or contrivance”).
Adapun Australian Corporate Act mengatur bahwa manipulasi pasar
adalah transaksi yang memiliki akibat perubahan harga yang sifatnya
buatan/tidak alamiah (“transactions that have or are likely to have; the effect
of creating an artificial price”). Uni Eropa memberikan definisi formal
bahwa manipulasi pasar “Market manipulation shall mean transactions or
orders to trade which give, or are likely to give, false or misleading signals
as to the supply of, demand for or price of financial instruments, or which
secure ... the price of one or several financial instruments at an abnormal or
artificial level.”
Dari beberapa definisi tersebut, manipulasi pasar memiliki ciri-ciri
bahwa:
a. Manipulator memiliki kemampuan untuk memengaruhi harga pasar
(ability to influence the market prices).
b. Adanya perubahan harga (artificial prices existed).
c. Kenaikan tersebut sifatnya tidak alamiah berdasarkan permintaan
dan penawaran yang sesungguhnya di pasar, namun merupakan
perubahan harga sifatnya rekayasa atau buatan atau abnormal
(artificial or abnormal level).
d. Manipulator menggunakan cara yang sifatnya iscal ve ve, tipu
muslihat (manipulative or deceptive device or contrivance’) atau
menggunakan cara yang menyesatkan atau palsu (false or
misleading signal).
e. Manipulator yang menyebabkan kenaikan harga tersebut.
f. Manipulator memiliki motivasi untuk secara khusus dan sengaja
menyebabkan kenaikan harga (specifically intended to cause the
artificial prices).
Manipulasi pasar merupakan kegiatan yang dilarang karena
merupakan kegiatan yang dapat merusak integritas pasar modal dan
kepercayaan masyarakat pada aktivitas di pasar modal, padahal kepercayaan
masyarakat sangat penting karena kepercayaan iscal dapat meningkatkan
likuiditas dan efisiensi pasar. Hal ini sama juga dikemukakan oleh Technical
Committee of the International Organization of Securities Commissions,
bahwa:
Market manipulation harms the integrity of, and thereby undermines
public confidence in, securities and derivatives markets by distorting prices,
harming the hedging functions of these markets, and creating an artificial
appearance of mar ket activity.
Di Indonesia, manipulasi pasar merupakan kegiatan yang dilarang
sebagaiman diatur di dalam Pasal 91, 92, dan 93 UUPM. Dari ketentuan
ketiga pasal UUPM tersebut ada beberapa larangan melakukan manipulasi
pasar, yaitu:
a. Setiap pihak dilarang melakukan tindakan baik langsung maupun
tidak langsung dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu
atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar
atau harga Efek;
b. Setiap pihak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dilarang
melakukan dua transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun
tidak langsung menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap naik
atau tetap turun dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk
mmembeli, menjual atau menahan Efek;
c. Setiap pihak dilarang dengan cara apapun, membuat pernyataan
atau memberikan keterangan yang secara materiel tidak benar atau
menyesatkan sehingga memengaruhi harga Efek di Bursa Efek
apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:
1. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara
material tidak benar atau menyesatkan; atau
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam
menentukan kebenaran informasi dari pernyataan atau
keterangan tersebut.

viii
Mengenai kelompoknya, menurut John Kose dan Ranga Narayanan,
manipulasi pasar diketegorikan menjadi dua kelompok besar: (a) manipulasi
yang dilakukan melalui perdagangan (trading-based manipulation); (b)
manipulasi yang dilakukan melalui kegiatan di luar perdagangan (action-
based manipulation). Adapun menurut Franklin Allen dan Douglas Gale,
manipulasi pasar terbagi menjadi tiga: (a) action based manipulation, (b)
information-based manipulation; (c) trading based information Action-
based manipulation yaitu manipulasi yang didasarkan pada tindakan yang
secara nyata dapat merubah nilai dari Efek.” Adapun information-based
manipulation adalah manipulasi yang dilakukan dengan mengeluarkan atau
menyebarkan informasi yang salah atau menyebarkan rumor yang salah.
Beberapa contoh information-based manipulation, antara lain:
a. Menyebarluaskan informasi informasi yang tidak lengkap (misin
formation). Pelaku memberikan pernyataan menyesatkan pasar
sehingga banyak investor lain yang terkecoh untuk membeli atau
menjual Efek sehingga iscal v perubahan harga. Dari misleading
market tersebut, pelaku akan mendapat keuntungan yang besar dari
kenaikan harga Efek.
b. Membuat atau menyebarluaskan pernyataan atau memberi kete
rangan yang secara materiel tidak benar atau palsu (false informati
on), yang dapat memengaruhi harga Efek atau dengan tujuan untuk
memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek, contoh
nya pada saat perang Napoleon, harga saham dan obligasi di Lon
don Stock Exchange sangat iscal ve dipengaruhi oleh kelanjutan
dari perang tersebut. Beberapa manipulator pasar berkonspirasi
dengan surat kabar untuk membuat berita bohong mengenai perang
terse but yang memengaruhi harga saham atau obligasi tersebut”
c. Menyebarkan informasi yang belum matang (belum tuntas) de ngan
tujuan untuk memengaruhi harga Efek, contohnya, manipu lator
membeli saham ke perusahaan melalui take over bid, kemudi an
mengumumkan rencana lelang tersebut sehingga harga saham
menjadi naik. Manipulator tidak jadi membeli saham secara lelang,
namun menjual saham yang telah mengalami kenaikan harga dan
memperoleh keuntungan.
Adapun menurut Franklin Allen dan Douglas Gale, manipulasi pasar
terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Action-based manipulation. Manipulasi yang didasarkan pada
tindakan secara nyata dapat mengubah nilai dari Efek.
b. Information-based manipulation. Manipulasi yang dilakukan
dengan mengeluarkan atau menyebarkan rumor yang salah.
c. Trading-based manipulation. Ini terjadi ketika pihak yang
melakukan transaksi berusaha untuk memanipuasi Efek dengan
melakukan pembelian dan penjualan Efek tanpa melakukan
Tindakan untuk memengaruhi harga atau tanpa mengeluarkan
informasi yang salah untuk mengubah harga.
Terdapat beberapa jenis manipulasi pasar yang sering kali terjadi
dalam perdagangan Efek antara lain:
a. Cornering the Market. Black Law Dictionary memberikan
pengertian cornering the market sebagai: the act or process of
acquiring ownership or control of a large portion of the available
supply of security, permitting manipulation of the security price.
Dalam cornering the market, pelaku membeli Efek dalam jumlah
yang sangat besar dan kemudian menahannya sehingga dapat
menguasai pasar. Kebanyakan praktik cornering dilakukan dengan
terlebih dahulu dengan transaksi short selling (penjualan dengan
tidak memiliki Efek).
b. Marking the Close. Marking the Close pada dasarnya merupakan
kegiatan merekayasa harga permintaan atau penawaran Efek pada
saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan
membentuk harga pembukaan atau harga Efek lebih tinggi daripada
harga pada hari perdagangan berikutnya.
c. Pooling Trading. Pooling Trading merupakan kesepakatan di
antara sejumlah investor yang memberikan delegasi ke seorang
manajer untuk melakukan transaksi pada Efek tertentu pada periode

x
tertentu dan kemudian membagi hasil dari transaksi tersebut baik
untung atau rugi. Manajer yang ditunjuk akan melakukan
pembelian besar-besaran atas saham yang menjadi target dengan
cara membeli saham suatu perusahaan dan menjual kepada
kelompok investornya (bought and sold by the pool in heavy
volume). Tindakan pembelian saham secara besar-besaran ini tentu
akan mendorong investor lain untuk membeli dan akan
meningkatkan frekuensi atau aktivitas jual beli Efek sehingga dapat
meningkatkan harga efek tersebut.
d. Painting the Tape. Pada painting the tape, kegiatan perdagangan
dilakukan antara Efek atau dan Efek lain yang masih dalam
penguasaan satu pihak pemegang rekening Efek atau mempunyai
keterkaitan sehingga tercipta perdagangan Efek yang semu.
e. Wash Selling Pada dasarnya wash selling merupakan transaksi yang
tidak layak karena penjual dan pembeli adalah orang yang sama
sehingga tidak ada perubahan kepemilikan yang sebenarnya. Tidak
ada perubahaan kepemilikan ini terutama berupa kepemilikan
manfaat atas Efek (beneficial ownerships) atau risiko. Pada wash
selling, kegiatan perdagangan Efek yang dilakukan pada saat yang
sama oleh pihak-pihak yang bersengkongkol di mana tidak terjadi
perubahan kepemilikan manfaat Efek. Kegiatan ini untuk
menciptakan kesan bahwa Efek tertentu aktif diperdagangkan,
padahal tidak terjadi penjualan dan pembelian yang sebenarnya.
Saham yang menjadi target pooling trading umumnya saham yang
tidak likuid (illiquid), saham-saham kecil (small) dan saham yang mudah
berubah harganya (volatile). Umumnya saham yang dicari adalah saham yang
nilainya rendah, untuk kemudian dibeli secara diam-diam dengan tujuan
untuk dijual nanti dalam rangka memperoleh keuntungan setelah harga saham
tersebut naik.
Adapun tujuan dari pooling trading ini adalah:
a. Untuk memanipulasi harga dari saham yang menjadi target
(manipulate the prices of the chosen stocks).
b. Tujuan finalnya adalah untuk menciptakan aktivitas pasar
(artificial market activity). Pooling Trading terjadi ketika
sekelompok investor membeli saham, kemudian menyebarkan
rumor mengenai emiten dan akhirnya menjual saham tersebut
untuk mendapatkan keuntungan. Pada pooling trading, umumnya
manipulator akan bekerja sama dengan jurnalis yang akan
mengulas tentang saham dan emitennya untuk mendapatkan
keuntungan.
3. Perdagangan Orang dalam (Insider Trading).
Pada dasarnya insider trading merupakan transaksi Efek yang di
lakukan orang dalam (insider) berdasarkan informasi orang dalam yang
belum dibuka kepada publik (non public information/inside information).
Black’s Law Dictionary memberikan definisi insider trading berdasarkan:
a. Pengertian yang sifatnya klasik yaitu: Penggunaan informasi yang
sifatnya materiel yang belum terbuka untuk umum untuk
melakukan perdagangan Efek suatu perusahaan oleh orang dalam
atau orang lain yang memiliki fiduciary duty pada perusahaan
tersebut.
b. Pengertian yang didasarkan pada teori penyalahgunaan
(misappropriation): perolehan informasi secara curang dan
menggunakan informasi tersebut yang dimiliki orang yang
memiliki tugas/kewajiban penting di perusahaan.
c. Definisi yang lebih luas: pembelian atau penjualan Efek yang
didasarkan pada informasi materiel yang belum tersedia atau
terbuka untuk umum.

UUPM tidak memberikan definisi tentang insider trading. UUPM


hanya menentukan larangan melakukan perdagangan orang dalam. Dalam
Pasal 95 UUPM disebutkan bahwa orang dalam dari emiten atau perusahaan
publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan
pembelian atau penjualan Efek emiten atau perusahaan publik dimaksud atau
perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan
publik tersebut.

xii
Dari ketentuan UUPM yang mengatur tentang larangan melakukan
perdagangan orang dalam (Pasal 95-99), secara implisit dapat
mengklasifikasikan tiga unsur utama yang terdapat dalam perdagangan orang
dalam yang meliputi:

a. Informasi Orang Dalam. Informasi orang dalam menurut


penjelasan Pasal 95 UUPM adalah informasi material yang dimiliki
orang dalam yang belum tersedia untuk umum (material nonpublic
information). Informasi atau fakta materiel adalah informasi atau
fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta
yang dapat memengaruhi harga Efek pada Bursa Efek atau
keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi tersebut (Pasal 1 Angka 7 UUPM).
Informasi orang dalam merupakan informasi materiel yang belum
terbuka untuk umum (material non public information). Menurut
Bern hard Bergman: informasi belum terbuka/tersedia untuk umum
apabila secara umum belum tersedia untuk masyarakat yang
biasanya melakukan investasi, bisa saja dianggap bahwa informasi
tersebut secara publik telah tersedia/ terbuka untuk umum
meskipun tidak tersedia untuk semua investasi. Namun ada yang
berpendapat bahwa informasi belum terbuka untuk umum apabila
belum disebarkan secara luas dan dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai dasar melakukan transaksi di pasar modal. Informasi
materiel dikatakan sudah dipublikasikan apabila informasi tersebut
telah diseminasikan dan diterima oleh sebagian besar investor serta
investor mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi informasi
tersebut. Beberapa informasi yang dianggap materiel meliputi:
1) Keuntungan finansial khususnya pendapatan tiap kuartal
atau akhir tahun serta perubahan penting pada posisi
keuangan atau likuiditas.
2) Proyek perusahaan dan rencana strategis perusahaan.
3) Rencana merger dan akuisisi serta penjualan isca
perusahaan atau anak perusahaan.
4) Kontrak baru yang penting, pesanan besar, nasabah penting,
persediaan (supply), atau sumber keuntungan atau kerugian.
5) Penemuan yang besar atau perusahaan yang signifikas atau
pengembangan produk atau jalur produksi, riset dan
teknologi.
6) Perubahan penting atau pengembangan supply atau
penemuan, termasuk kerusakan product, penarikan produk
atau pengembalian produk
7) Perubahan harga yang signifikan.
8) Pemecahan nilai nominal saham (stock splits). penawaran
umum sekuritas baik penawaran umum yang bersifat utang
atau ekuitas, penjualan saham atau obligasi bersifat privat
(private securities/debt offering), atau perubahan kebijakan
pembagian dividen atau keuntungan perusahaan.
9) Perubahan penting pada manajemen khususnya di level
manajer senior ke atas
10) Perselisihan perburuhan atau negosiasi perburuhan,
perselisihan hukum atau litigasi yang sedang dan akan
dihadapi perusahaan atau resolusi/penyelesaian perselisihan
hukum tersebut.

Adapun Penjelasan Pasal 1 Angka 7 UUPM memberikan beberapa


contoh fakta atau informasi material tersebut, antara lain:
1) Penggabungan usaha (merger), pengambilalihan
(acquisition), pembentukan usaha (consolidation) atau
pembentukan usaha patungan;
2) Pemecahan saham atau pembagian dividen saham (stock
dividen)
3) Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya;
4) Perolehan atau kehilangan kontrak penting
5) Produk atau penemuan baru yang berarti;
6) Perubahan tahun buku perusahaan:

xiv
7) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting
dalam manajemen.

Adapun menurut Peraturan Nomor X.K.1. Lampiran Keputusan Ketua


Bapepam Nomor: KEP-86/PM/1996, informasi atau fakta materiel
yang diperkirakan dapat memengaruhi harga Efek dan keputusan
investasi investor, meliputi:

1) Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau


pembentukan usaha patungan.
2) Pemecahan saham atau pembagian dividen saham.
3) Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya.
4) Perolehan atau kehilangan kontrak penting.
5) Produk atau penemuan baru yang berarti.
6) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen.
7) Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang
bersifat utang.
8) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara
terbatas yang material jumlahnya.
9) Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material.
10) Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.
11) Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau
direktur dan komisaris perusahaan.
12) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahan lain.
13) Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan.
14) Penggantian wali amanat.
15) Perubahan tahun iscal perusahaan.
Berdasarkan Peraturan Nomor X.K.1. Bapepam tersebut, informasi
atau fakta material harus disampaikan kepada Bapepam dan
diumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat dua
hari setelah terjadinya peristiwa, informasi atau fakta materiel yang
memengaruhi nilai Efek perusahaan atau keputusan investasi investor.
b. Orang Dalam
Menurut penjelasan Pasal 95 UUPM, orang dalam meliputi:
1) Komisaris, direktur, atau pegawai emiten atau perusahaan
publik.
2) Pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik.
3) Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesinya
atau karena hubungan usahanya dengan emiten atau
perusahaan publik memungkinkan orang tersebut memperoleh
informasi orang dalam.
4) Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi
menjadi pihak sebagaimana disebut dalam huruf a, b, dan c.

Kedudukan yang dimaksud dalam penjelasan Pasal 95 adalah jabatan


pada lembaga, institusi, atau badan pemerintah. Adapun hubungan
usaha adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha,
antara lain hubungan nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, dan
kreditur.
Berdasarkan Penjelasan Pasal 95 tersebut, dapat kita
mengklasifikasikan insider menjadi tiga kelompok yaitu: pertama,
orang yang memiliki, mengurus, menjalankan, mewakili, mengawasi,
dan bekerja pada emiten atau perusahaan publik. Kedua, orang yang
memiliki kedudukan dan hubungan kerja atau usaha dengan emiten
atau perusahaan publik. Ketiga, orang yang pernah menjadi insider
dalam jangka waktu enam bulan.

Orang dalam (insider) dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu:

1) Pihak yang secara nyata bekerja di perusahaan, yaitu


Komisaris, Direktuur, pemegang saham utama (paling sedikit
10%) dan pegawai perusahaan. Mereka inilah yang disebut
dengan “true insider”.
2) Orang-orang luar perusahaan tetapi memiliki hubungan trust
and confidence dengan perusahaan tetapi tidak selalu bekerja
dalam perusahaan seperti konsultan, penilai (appraiser),
akuntan, atau penasihat hukum perusahaan. Dikarenakan

xvi
hubungan khusus tersebut, mereka memiliki akses terhadap
material non public information. Kedudukannya tersebut
mengakibatkan mereka dianggap sebagai orang dalam dan
kelompok ini disebut dengan “temporary atau quasi insider”.
Direktur sebagai true insider yang memiliki akses terhadap informasi
orang dalam merupakan orang yang memiliki tanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan perusahaan atau disebut tanggung jawab
manajerial (managerial responsibilities). Hanya saja yang
dikategorikan sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab
manajerial tidak hanya direktur, tetapi termasuk juga senior excutive
suatu perusahaan yang secara regular mengakses informasi orang
dalam, dan mempunyai kekauasaan untuk membuat keputusan
manajerial berkaitan dengan perkembangan masa depan perusahaan
dan prospek bisnis perusahaan.
Dari sisi akses ke informasi orang dalam, insider dapat dibagi menjadi
dua, yaitu primary and secondary insider. Primary insider (orang
dalam utama) adalah mereka yang secara langsung dapat mengakses
informasi orang dalam, sedangkan secondary insider (orang dalam
sekunder/kedua) adalah mereka yang mengetahui informasi orang
dalam dari orang dalam utama. Primary insider dibagi menjadi 3,
yaitu:
1) Pihak yang memperoleh informasi orang dalam karena atau
keanggotaan atau kedudukannya di perusahaan emiten baik di
bidang administrasi, manajemen atau pengawasan. Orang
dalam ini tidak hanya meliputi semua anggota direksi dan
komisaris melainkan juga manajer perusahaan emiten.
2) Pihak yang memiliki informasi orang dalam karena
kedudukannya sebagai pemegang saham atau pemilik modal
dari emiten. Orang dalam ini meliputi juga semua pemegang
saham bahkan juga pemegang saham minoritas yang
partisipasi modalnya sedikit namun memungkinkan untuk
memperoleh informasi orang dalam karena pemilikan modal
atau sahamnya.
3) Pihak yang memiliki informasi orang dalam karena mereka
melakukan tugas, profesi, atau kewajiban. Kategori orang
dalam jenis ini meliputi semua pihak yang memiliki akses
informasi orang dalam karena statusnya sebagai pegawai,
pengacara, auditor, banker, klien, penasihat, pemasok, dan
lain-lain.
c. Transaksi Efek.
Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek dan
setiap derivative dari Efek (Pasal 1 angka 5 UUPM). Adapun transaksi
Efek meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan
Efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum atau terjadi di Bursa
Efek, maupun kegiatan penawaran, pembelian atau penjualan Efek di
luar Bursa Efek atas Efek emiten atau perusahaan publik (Penjelasan
Pasal 90 UUPM).
Transaksi Efek yang dilarang dalam kaitannya dengan insider trading
menurut UUPM meliputi:
1) Larangan bagi orang dalam untuk melakukan pembelian atau
penjualan Efek atas:
a) Efek emiten atau perusahaan publik yang memiliki material
nonpublic information; dan
b) Efek perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan
emiten atau perusahaan publik.
2) Orang dalam yang memengaruhi orang lain untuk melakukan
pembelian atau penjualan atas Efek.
3) Orang dalam yang memberi informasi orang dalam kepada
pihak lain yang patut diduga akan menggunakan informasi
tersebut untuk melakukan pembelian atau penjualan Efek.

xviii
4) Orang lain yang secara melawan hukum memperoleh
informasi orang dalam dan menggunakan informasi tersebut
untuk:
a) Melakukan pembelian dan penjualan Efek emiten atau
perusahaan publik;
b) Memengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan Efek; dan
c) Memberikan informasi tersebut kepada pihak lain yang
diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk
melakukan transaksi Efek.
5) Orang lain yang memperoleh informasi orang dalam secara
tidak melawan hukum, tetapi perolehan informasi tersebut
disertai dengan pembatasan-pembatasan, kemudian
menggunakan informasi tersebut untuk:
a) Melakukan pembelian dan penjualan Efek emiten atau
perusahaan publik;
b) Memengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan Efek; dan
c) Memberikan informasi tersebut kepada pihak lain yang
diduga akan menggunakan informasi tersebut untuk
melakukan transaksi Efek.
6) Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam emiten
atau perusahaan publik untuk melakukan penjualan atau
pembelian Efek, kecuali:
a) Transaksi Efek tersebut dilakukan bukan atas tanggungan
sendiri, tetapi atas perintah nasabah; dan
b) Perusahaan Efek tidak memberikan rekomendasi kepada
nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.

Insider Trading merupakan transaksi yang umumnya terjadi di Bursa


Efek setelah Efek tersebut dicatatkan. Dengan kata lain, insider
trading biasanya terjadi di pasar sekunder yaitu pasar yang terjadi
setelah proses IPO dimana efek ditransaksikan untuk kedua kalinya
serelah efek tersebut terjual di Pasar Perdana.

Untuk memberikan perlindungan kepada investor dari praktik insider


trading berupa ketentuan pokok bahwa tidak diperkenankan bagi
siapapun juga untuk melakukan transaksi efek dengan menggunakan
informasi tentang keadaan atau kebijakan emiten yang masih bersifat
rahasia dan belum disebarkan kepada masyarakat. Larangan ini juga
meliputi larangan untuk memberi informasi orang dalam kepada pihak
yang diprediksi akan melakukan transaksi Efek, larangan untuk
memengaruhi atau menyuruh pihak lain untuk melakukan transaksi
Efek dengan memberikan informasi orang dalam. Termasuk juga
larangan untuk memperoleh informasi orang dalam secara melawan
hukum untuk digunakan sebagai dasar melakukan informasi orang
dalam.

Dari ketentuan dalam Pasal 95 sampai dengan Pasal 98 dapat


diketahui bahwa larangan insider trading berlaku untuk tiga pihak,
yaitu:

1) Orang dalam.
2) Pihak yang memperoleh informasi secara melawan hukum
atau tanpa melawan hukum tetapi dengan pembatasan.
3) Perusahaan Efek.

B. Pengaduan Pelanggaran Pasar Modal


1. OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

xx
Salah satu aspek atau pertimbangan dibentuknya suatu otoritas jasa
keuangan sebagai regulator dan pengawas industri jasa keuangan yang
terintegrasi di Indonesia adalah untuk melindungi hak dan kepentingan
pihak yang berstatus sebagai konsumen dalam industri jasa keuangan. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja industri jasa keuangan di
Indonesia, khususnya industri jasa pasar modal. Selain itu, pengaturan
mengenai konsumen industri jasa di Indonesia tercantum dalam dua
peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) dan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
(selanjutnya disebut UU OJK).6

Terhadap kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal, ada


beberapa sanksi yang dapat dikenakan yaitu sanksi administratif, sanksi
perdata yang menghubungkan UUPM dengan UUPT (Undang-Undang
Perseroan Terbatas) dan sanksi pidana berupa kurungan penjara dan denda
sesuai dengan tindakan yang dilakukanDalam proses penyelesaian sengketa
pasar modal di Indonesia, alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan
merupakan jalan yang cenderung disukai untuk digunakan karena memiliki
beberapa keuntungan seperti penyelesaian yang tidak berbelit-belit.
Indonesia memiliki badan penyelesaian sengketa pasar modal di luar
pengadilan yaitu Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).

2. YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia)


YLKI khususnya adalah Lembaga untuk menampung pengaduan
terutama pengaduan mengenai bursa efek. sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, sehingga
investor yang merasa dirugikan mengadukan pihak bursa ke YLKI sesuai
landasan UU Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Konsumen

6
Otoritas Jasa Keuangan atau selanjutnya disebut sebagai OJK merupakan elemen baru
dalam dunia jasa keuangan di Indonesia. Legitimasi negara terhadap eksistensi OJK dibuktikan
dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Menurut Hamud M. Balfas, OJK akan membawa perubahan besar terhadap lansekap industri
keuangan di Indonesia. [Lihat: Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia (edisi revisi),
(Jakarta: PT. Tatanusa, 2012), h. 7.
(UUPK).7

3. Bapepam-LK
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal
dinyatakan bahwa “Pembinaan, pengaturan, pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh Bapepam dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan
efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.”
Rezim Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
(selanjutnya disebut UUPM) menentukan dan mengatur bahwa otoritas yang
berwenang atas pasar modal adalah Bapepam-LK. Otoritas ini berada
dibawah Kementerian Keuangan untuk membina, mengatur, dan mengawasi
pasar modal. Dalam kegiatannya, Bapepam-LK berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Bapepam-LK lah yang
memiliki wewenang untuk melaksanakan perlindungan hukum pasar modal
yang bersifat preventif dan represif.

4. Sanksi-sanksi yang Ditetapkan dalam UUPM


Ada 3 (tiga) macam sanksi yang diterapkan dalam Undang-Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu : a. Sanksi Administratif Sanksi
administratif adalah sanksi yang dikenakan oleh BAPEPAM kepada pihak-
pihak yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal. Pihak yang dapat dijatuhkan sanksi adalah : Pihak yang
memperoleh izin dari BAPEPAM. Pihak yang memperoleh persetujuan dari
BAPEPAM. Pihak yang melakukan pendaftaran kepada BAPEPAM. b.
Sanksi Perdata Sanksi perdata lebih banyak didasarkan pada UUPT dimana
emiten atau perusahaan publik harus tunduk pula. UUPT dan UUPM
menyediakan ketentuan yang memungkinkan pemegang saham untuk
melakukan gugatan secara perdata kepada setiap pengelola atau komisaris

7
Widi Agustian, “BEI Diadukan Investor ke YLKI”, artikel diakses pada 26 September
2013 dari http://economy.okezone.com/read/2012/08/28/278/681562/bei-diadukan-investor-ke-
ylki.

xxii
perusahaan yang tindakan atau keputusannya menyebabkan kerugian pada
perusahaan. c. Sanksi Pidana UUPM (pasal 103-110) mengancam setiap
pihak yang terbukti melakukan tindak pidana di bidang pasar modal
diancam hukuman pidana penjara bervariasi antara satu sampai sepuluh
tahun.13 Ancaman pidana dan denda yang begitu berat dapat dianggap
wajar mengingat kegiatan perdagangan efek melibatkan banyak pemodal
dan jumlah uang yang amat besar.

C. Kasus PT. SPS (Sarijaya Permana Sekuritas) Dan Penyelesaiannya.


Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Sarijaya Permana
Sekuritas adalah sebagai berikut :
1. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal Pasal 90 tentang Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang
Dalam, PT Sarijaya telah melanggar ayat c sebab “ Membuat pernyataan
tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta
yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri
sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain
untuk membeli atau menjual Efek.”
Berdasarkan bunyi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal di atas terbukti bahwa PT. Sarijaya Permana Sekuritas membuat 17
rekening fiktif (nominee) dan meningkatkan batas transaksi (Trading
Available) sehingga dapat digunakan untuk jual beli saham tanpa
sepegetahuan nasabah. Selain itu, Herman Ramli telah mendebet dana 13.074
nasabah untuk membiayai transaksi tersebut sehingga menimbulkan kerugian
sebesar Rp 235 milyar.
2. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal Pasal 43, “Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai
Kustodian adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek,
atau Bank Umum yang telah mendapat persetujuan
Bapepam.”
PT. Sarijaya Permana Sekuritas tidak mempunyai itikad baik dalam
mengelola dana nasabah yang dititipkan dan dana tersebut telah
disalahgunakan dengan melakukan penggelapan atau penyelewengan dan
penipuan dana nasabah dengan cara pembuatan rekening gelap yang
dilakukan untuk bertransaksi saham. Akibatnya 13.074 nasabah menderita
kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar. Dana tersebut ternyata dipinjamkan
dengan jaminan saham. Pada saat krisis global 2008 Sarijaya mengalami
kerugian besar karena nilai saham yang dijamin merosot tajam.

3. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal Pasal 85 tentang Pelaporan dan Keterbukaan Informasi bahwa
“Bursa Efek, lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, penasihat
Investasi, Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, Wali Amanat, dan
Pihak lainnya yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari
Bapepam wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam.” Laporan MKBD
yang dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya yang ternyata
minus sehingga Rp 5,644 trilyun. BEI menetapkan modal minimal MKBD
sebesar Rp 25 milyar.
4. Sesuai dengan UU PT No 40 2007, pasal 108 tentang Dewan Komisaris
ayat 1 disebutkan bahwa “ Dewan Komisaris melakukan pengawasan
atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada
Direksi” ayat 2 bahwa “Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan.” Herman Ramli selaku pemegang
saham dan komisaris telah melampaui wewenangnya dan ikut campur dalam
operasional perusahaan (trading saham)

5. Kesimpulan Kasus PT. SPS


Bahwa PT. Sarijaya Permana Sekuritas telah melakukan tindak kejahatan
Pasar Modal yaitu melakukan penipuan/penggelapan dana nasabah dengan

xxiv
cara mendebet 13.074 rekening nasabah yang menyebabkan nasabah
mengalami kerugian sebesar Rp 235,6 milyar yang dimasukkan ke dalam 17
rekening fiktif oleh Herman Ramli sebagai Komisaris PT Sarijaya Permana
Sekuritas dan sebagai pemegang saham terbesar. Bukan hanya Komisaris
yang melakukan tindak kejahatan namun kedua Staf Direksi juga ikut
melakukan dengan cara menaikkan batas transaksi agar bisa melakukan
transaksi (Trading Available). Kasus penggelapan dana nasabah PT.
Sarijaya Permana Sekuritas oleh komisaris utama sekaligus pemilik
tunggalnya telah merugikan konsumen dan menghancurkan kepercayaan para
investor lokal pasar modal terhadap perusahaan sekuritas. Akibat dari kasus
ini, para perusahaan sekuritas lain bekerja keras untuk meyakinkan para
nasabahnya agar tetap berinvestasi dan tidak menarik dananya.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tindakan kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal memang
sepertinya terlihat hampir sama. Kejahatan di pasar modal berarti
tindakan-tindakan penyelewengan yang terjadi di dalam sedangkan
pelanggaran merupakan hal-hal teknis yang terjadi tidak dengan
semestinya dalam pasar modal. Sedangkan pelanggaran di pasar modal
merupakan pelanggaran yang sifatnya teknis dan administratif seperti
masalah perizinan, persetujuan dan pendaftaran di Otoritas Jasa Keuangan.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) telah
menggariskan jenis-jenis tindak pidana di bidang pasar modal seperti
penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam.
B. Saran
Dari simpulan di atas, maka saran yang dapat Tim penulis berikan yaitu
mengenai sektor hukum yang harus menyediakan perangkatnya yang jelas
dan komprehensif, mengingat pentingnya peranan pasar modal terhadap
perekonomian Indonesia, diperlukan perangkat hukum yang tegas dan
jelas untuk mengaturnya. Selain dari sektor hukum, semakin
berkembangnya zaman membuat kita harus lebih peka terhadap berbagai
tindak kejahatan dan pelanggaran khususnya di bidang pasar modal di
Indonesia. Pemerintah diharapkan semakin berupaya menjaga iklim
perekonomian Negara untuk tetap kondusif yang membuat investor
khususnya dalam bidang pasar modal memiliki kepastian hukum dalam
melakukan aktifitas mereka. Dengan kondusifnya hukum di Negara ini,
secara otomatis dapat mengembangkan pula perekonomian Indonesia.

xxvi
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, dan Piji Pakarti. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta,
2001.
Fuady, Munir. Pasar Modal Modern. Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2017.

Herman, Rinata, dan Hania Rahma. Mengenal Dan Memahami Pasar Modal.
Jakarta: Multi Kreasi, 2012.
Karmila. Seluk Beluk Pasar Modal. yogyakarta: Buku Ktsp, 2010.

Rahadiyan, Inda. Hukum Pasar Modal Di Indonesia. Yogyakarta: UI Press, 2014.

Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia (edisi revisi), (Jakarta: PT.
Tatanusa, 2012), h. 7.
xxviii

Anda mungkin juga menyukai