Disusun oleh :
Utari El Sabbaton 1710313620100
Siti Mahbubah 1910313120027
Mujibburrahman 1910313210037
Aminah Cutari Zahra 1910313220039
Muhammad Jamaludin 1910313310018
Nesviar Ayudakarti 1910313320042
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan kasih karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Subjek Pajak,
Objek Pajak, dan Tarif Pajak” ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami selaku penyusun makalah ini tentunya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
untuk menambah pengetahuan para pembaca terkait “Subjek Pajak, Objek Pajak, dan Tarif
Pajak” yang merupakan salah satu materi di mata kuliah Perpajakan I.
Bila mana terdapat kesalahan dan kekeliruan pada makalah yang kami susun ini, kami
meminta maaf karena kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan segala
yang benar dan sempurna hanya ada pada Tuhan Yang Maha Tinggi dan Mulia. Oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
pada makalah selanjutnya.
Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati makalah ini sehingga memberikan manfaat, Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................................ii
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulis ..............................................................................................................1
Bab II PEMBAHASAN
2.1 Pajak Pengahasilan (PPh)..............................................................................................2
2.1.1 Subjek Pajak dan Wajib Pajak..............................................................................2-3
2.1.2 Kewajiban Pajak...................................................................................................4
2.1.3 Tidak termasuk Subjek Pajak...............................................................................4-5
2.1.4 Objek Pajak...........................................................................................................5-7
2.1.5 Tidak termasuk Objek Pajak.................................................................................7-9
2.1.6 Tarif Pajak............................................................................................................9-10
2.2 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).................................................................................10
2.2.1 Objek Pajak...........................................................................................................10-12
2.2.2 Subjek Pajak.........................................................................................................12-13
2.2.3 Tarif Pajak.........................................................................................................13
2.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPn).....................................................................................13
2.3.1 Objek Pajak...........................................................................................................13-14
2.3.2 Subjek Pajak.........................................................................................................14
2.3.3 Tarif Pajak............................................................................................................14-15
2.4 Bea Materai....................................................................................................................15-18
2.5 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan..............................................................18-19
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Memahamai tentang materi mengenai Subjek Pajak, Objek Pajak, dan Tarif Pajak
dalam berbagai jenis pajak
iii
BAB II
PEMBAHASAN
iv
3) Penerimaanya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau peemrintah daerah.
4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
c. Subjek pajak warisan, yaitu :
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2. Subjek Pajak Luar Negeri yang terdiri dari :
a. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-
turut ) dalam jangga waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
b. Orang Pribadi yang tidak bertemat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-
turut ) dalam jangga waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghassilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di indonesia.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif
dan objektif. Perbedaan wajib pajak dalam negri dan wajib pajak luar negri. Antara lain :
v
Tidak wajib menyampaikan SPT
2.1.2 Kewajiban Pajak
Untuk lebih memperjelas pengertian, kapan mulai dan berakhirnya sebagai subjek pajak
dalam negeri maupun subjek pajak luar negeri, berikut ini diberikan tabel mulai dan
berakhirnya kewajiban pajak subjektif.
Mulai Berakhir
Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Subjek Pajak Dalam Negeri Orang Pribadi
Pribadi : :
Saat dilakukan Saat meninggal
Saat berada di Indonesia atau Saat meninggalkan Indonesia untuk
berniat bertempat tinggal di selama-lamanya
Indonesia
Subjek Pajak Dalam Negeri Badan :
Subjek Pajak Dalam Negeri Badan : Saat dibubarkan atau tidak lagi
Saat didirikan atau bertempat bertempat kedudukan di Indonesia.
kedudukan di Indonesia
Subjek Pajak Luar Negeri Melalui Subjek Pajak Luar Negeri Melalui BUT :
BUT : Saat tidak lagi menjalankan usaha atau
Saat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
melakukan kegiatan melalui Indonesia.
BUT di Indonesia.
Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Subjek Pajak Luar Negeri Tidak Melalui
Melalui BUT : BUT :
Saat menerima atau Saat tidak lagi menerima atau
memperoleh penghasilan dari memperoleh penghasilan dari
Indonesia Indonesia
Warisan Belum Terbagi : Warisan Belum Terbagi :
Saat timbulnya warisan yang Saat warisan telah selesai dibagikan
belum terbagi
vi
Yang tidak termasuk subjek pajak adalah:
vii
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,persekutuan,dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,sekutu,atau anggota yang
diperoleh perseroan,persekutuan,dan badan lainnya.
c. Keuntungan karena likuidasi,penggabungan,peleburan,pemekaran,pemecahan ,
pengambilalihan usaha , atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,bantuan, atau sumbangan , kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, badan pendidikan , badan sosial termasuk yayasan ,koperasi , atau
orang pribadi , yang menjalankan usaha mikro kecil, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha,pekerjaan,kepemilikan,atau penguasaan di antara pihak – pihak yang bersangkutan.
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak pennambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan,atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.
6. Bunga termasuk premium,diskonto,dan imbalan karena jamminan pengembalian utang.
7. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apa pun,termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis,dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11. Keuntungan karena pembebasan utang,kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14. Premi asuransi.
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
17. Penghasilandari usaha berbasis syariah.
viii
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
19. Surplus Bank Indonesia
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti gaji,
honorium,penghasilan dari praktik dokter,notaris,aktuaris,akuntan,pengacara,dan
sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan.
3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta,seperti
sewa ,bunga ,dividen,royalti ,keuntungan dari penjualan hartayang tidak digunakan,dan
sebagainya.
4. Penghasilan lain-lain,yaitu penghasilan yang tidak dapat dikalsifikasikan ke dalam salah
satu dari tiga kelompok penghasilan di atas,seperti :
a. Keuntungan karena pembebasan utang
b. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
c. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
d. Hadiah undian.
Bagi wajib Pajak Dalam Negeri,yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan baik yang
berasal dari indonesia maupun luar indonesia.Sementara itu ,bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang
menjadi Objek Pajak hanya penghasilan yang berasal dari Indonesia saja
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
ix
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau
sederajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosiaol termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Perturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
bersangkutan.
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal.
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitung khusus (deemed
profit)
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseoran terbatas sebagai Wajib
Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat :
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
b. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keungan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada
angka 7, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
x
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseoran komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh modal ventura berupa bagian laba dari badan
pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan usaha tersebut :
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
11. Beasiswa yang memenuhi syarat tertentu yang ketentuannya diatur lebih kanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keungan.
12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/ bidang penelitian dan pengembangan saran dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/ penelitian dan pengembangan dakam jangka waktu paling lama
4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
13. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2.1.6 Tarif Pajak
1) Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai denganRp. 50.000.000,- 5%
Di atas Rp. 50.000.000 sampai dengan 15%
Rp. 250.0000.0000
Di atas Rp.250.000.000 sampai dengan 25%
Rp. 500.000.000
Di atas Rp. 500.000.000 30%
xi
Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan menjadi
paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.
xii
b. Rekayasa
c. Letak
d. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
xiii
Undang-Undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kehutanan.
4. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Yang dimaksud dengan objek pajak adalah objek pajak yang
dimiliki/dikuasai/digunakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara
yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara
lain dipergunakan untuk penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu, wajar Pemerintah Pusat juga ikut
membiayai penyediaan fasilitas tersebut melalui pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan.
Mengenai bumi dan/atau bangunan milik perseorangan dan/atau bukan
yang digunakan oleh negara, kewajiban perpajakannya tergantung pada perjanjian
yang diadakan.
5. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan
untuk masing-masing Kabupaten/Kota dengan besar setinggi-tingginya
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. Apabila
seorang wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan
NJOPTKP hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan
objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi NJOPTKP.
xiv
Untuk lebih jelas diberikan contoh berikut ini :
a. Sebjek Pajak X memanfaatkan atau menggunakan bumi dan bangunan milik Y
bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang-undang atau bukan karena
perjanjian, maka X yang memanfaatkan/menggunakan bumi dan bangunan
ditetapkan sebagai Wajib Pajak.
b. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di pengadilan, maka
orang atau badan yeng memanfaatkan/menggunakan objek pajak tersebut
ditetapkan sebagai Wajib Pajak.
c. Subjek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah letak objek pajak,
sedangkan untuk merawat objek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau
wajib badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai
Wajib Pajak. Penunjukan sebagai Wajib Pajak oleh Dirjen Pajak bukan
merupakan bukti pemilikan hal.
4. Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam no.3 dapat
memberikan keterangan secara tertulis kepada Dirjen Pajak bahwa ia bukan
Wajib Pajak badan subjek pajak dimaksud.
5. Bila keterangan yang diajukan oleh Wajib Pajak dalam no.4 disetujui, maka
Direktur Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai Wajib Pajak
sebagaimana dalam no.1 dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat
keterangan dimaksud.
6. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Dirjen Pajak
mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya.
7. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan
sebagaimana dalam no.4 Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan, maka
keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.
Apabila Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan dalam waktu 1 bulan sejak
tanggal diterimanya keterangan dari Wajib Pajak, maka ketetapan sebagai Wajib
Pajak gugur dengan sendirinya dan berhak mendapatkan keputusan pencabutan
penetapan sebagai Wajib Pajak.
2.2.3 Tarif Pajak PBB
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5%(lima persepuluh persen)
1. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-
syaratnya adalah:
a. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP.
b. Barang tidak yang berwujud yang diserahkan merupakan BKP Tidak Berwujud.
xv
c. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
d. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya.
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-
syaratnya adalah:
a. Jasa yang diserahkan merupakan JKP
b. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean.
c. Peneyrahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
4. Pemanfaatan BKP Tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean.
5. Pemanfataatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
6. Ekspor BKP Berwujud oleh PengusahaKena Pajak.
7. Ekspor BKP Tidak Berujud oleh pengusaha kena pajak.
8. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain.
9. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan olej PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak masukannya
tidak dapat dikreditkan.
xvi
1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Tarif PPPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan
tarif PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:
a. Ekspor BKP Berwujud
b. Ekspor BKP Tidak Berwujud
c. Ekspor JKP
Pengenaan tarif 0% (nol persen) tidak berarti pembebasan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai. Dengan Demikian. Pajak Masukan yang telah Dibayar Untuk
perolehan BKP/JKP yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan.
xvii
2) Akta-akta notaris sebagai salinannya
3) Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat akta tanah (PPAT) termasuk rangkap-
rangkapnya
4) Surat memuat jumlah uang, yaitu:
Yang menyebutkan penerimaan uang.
Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank
Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi
atau diperhitungkan
Objek yang tidak dikenai bea materai adalah dokumen yang berhubungan dengan
transaksi internal perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak dan juga dokumen
negara. Berikut dokumen yang tidak termasuk objek bea materai, diantaranya yaitu:
1. Pihak yang menerima atau memperoleh manfaat dari dokumen yang bersangkutan,
kecuali jika pihak-pihak tersebut menentukan lain.
2. Dalam hal dokumen dibuat sepihak, bea meterai terutang oleh penerima. Misalnya pada
kuitansi.
3. Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 pihak atau lebih, maka masing-masing pihak terkait
terutang bea meterai. Misalnya pada surat perjanjian di bawah tangan.
xviii
2.4.4 Tarif Bea Materai
D. Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp1.000.000
(satu juta rupiah):
1) yang menyebutkan penerimaan uang
2) Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di
bank
3) Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank
4) Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah dilunasi
atau diperhitungkan.
xix
TARIF BEA MATERAI Rp3.000 DIKENAKAN ATAS DOKUMEN
1.Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebihdari Rp250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah)tetapi tidak lebih dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
a. Yang menyebutkan penerimaan uang
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank
c.Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank.
d.Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagianatau seluruhnya telah dilunasi atau
diperhitungkan.
2.Surat-surat berharga seperti wesel,promes,dan aksep yang harga nominalnya lebih dari
Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah ) tetapi tidak lebih dari Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah).
3. Efek dengan nama dan dalam bentuk apa pun,sepanjang harga nominalnya lebih dari
Rp250.000(dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp1.000.000,00 (satu
juta rupiah)
4.Cek dan bilyet giro dengan harga nominal berapa pun.
xx
2. Pemberian hak baru karena :
a. Kelanjutan pelepasan hak
b. Di luar pelepasan hak
xxi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
xxii
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2019. Perpajakan Edisi 2019. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Saranta, Djaka. 2003. Dasar-dasar Perpajakan di Indonesia. Jakarta
https://news.ddtc.co.id/begini-tarif-dan-objek-bea-meterai-23313?page_y=1224
xxiii