Anda di halaman 1dari 2

M. Ibnu Darissalam Ekonomi Syariah 4 32.3.3.

9599

Pertanyaan : Setujukah anda dengan sistem Ekonomi Kapitalis? Jawaban : Tentu tidak. Alasan :

Kapitalis sendiri berasal dari kata capital yang secara sederhana dapat diartikan modal. Jadi sistem kapitalis memiliki sistem dimana kekuasaan tertinggi dipegang oleh pemilik modal/pemilik saham.

Dalam sebuah perusahaan modern, yang menganut sistem kapitalis sangatlah mencolok perbedaan antara top manajer atau pemegang saham dengan karyawan dan buruh yang bekerja di perusahaan tersebut. Ketika perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar, yang merasakan dan menerima imbas terbesarnya adalah top manajer atau pemegang saham. Sedangkan karyawan dan para buruh tidak akan bertambah gajinya. Sedangkan ketika perusahaan mendapat kerugian, semua aspek perusahaan akan mendapat imbasnya. Bisa saja karena kerugian yang besar didapat, manajer perusahaan mem-PHK para karyawan dan buruhnya, sedangkan pemegang saham tetap santai di atas walaupum ia juga menerima kerugian modal dari perusahaan tersebut.

Dalam sebuah lembaga keuangan perbankan yang menganut sistem ekonomi kapitalis, menganut pula sistem bunga/riba. Dan bunga, secara kita sadari maupun tidak kita sadari, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dan krisis global saat ini.

Semua instansi keuangan di Indonesia maupun dunia, baik bank ataupun nonbank menarik dana dari masyarakat dengan iming-iming bunga. Kemudian menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat sebagai modal usaha,

pinjaman lain-lain dengan memperoleh bunga sebagai imbalan. Lembaga itu menyalurkan dana kepada pihak manapun secara besar-besaran yang

mengakibatkan kredit macet dari para kreditur yang berdampak besar terhadap lembaga itu sendiri. Belum lagi adanya batasan bunga terhadap para kreditur yang ditetapkan oleh bank sentral, yang membuat lembaga-lembaga tersebut semakin tercekik bunga mereka sendiri.

Pengambilan bunga pada sistem kapitalis menimbulkan turunnya nilai mata uang. Yang berujung pada inflasi yang terus meningkat. Kerusakan ini dapat dilihat secara logika. Ketika bank menyalurkan dana atau kredit, maka dalam pengembalian kredit itu bank meminta bunga. Dengan adanya bunga pinjaman, maka sebenarnya bank itu telah menciptakan uang dari sesuatu yang tidak ada. Maka dengan itu (bunga pinjaman) berarti bank telah ikut menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dari sinilah timbul atau lahir masalah inflasi.

Peningkatan inflasi akan diikuti oleh peningkatan suku bunga yang menyebabkan pelaku ekonomi enggan untuk memohon kredit dan lebih cenderung untuk menginvestasikan dananya di bank. Akibatnya sektor-sektor riil/mikro tidak berjalan, pengangguran tidak terserap, kemiskinan meningkat, sehingga kriminalitas tinggi, dst. terhadap hal-hal yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai