PENDAHULUAN
Uang merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam kegiatan
ekonomi seperti, jual beli, sewa menyewa dan lain sebagainya. Uang di keluarkan
oleh lembaga keuangan khusus yang menangani percetakan uang. Setelah tercetak
maka uang tersebut akan di edarkan ke lembaga-lembaga keuangan lain guna
memenuhi pelayanan pada masyarakat. Salah satunya uang tersebut akan
diedarkan ke bank.
Menurut pandangan islam. Sistem bunga yang ada dalam bank konvensional itu
termasuk kategori riba. Dan islam melarang perbuatan riba tersebut. Karena hal
tersebut sudah jelas termuat dalam al quram bahwasannya riba itu bersifat haram.
Lain dengan sistem yang digunakan oleh bank syariah, yang mana menggunakan
sistem bagi hasil yang tak akan merugikan kedua belah pihak. Karena ketika
1
mendapat keuntungan maka akan dibagi dua dan saat terjadi kerugian pun itu akan
di tanggung bersama.
Dalam bank syariah juga terdapat beberapa produk yang dapat dipilih oleh nasaba
seperti murabahah, ijarah, wadiah dan lain sebagainya.
Selain moral hazard di dalam sistem perbankan juga harus terdapat adanya
disiplin pasar, karena disiplin pasar ini erat kaitannya dengan moral hazard.
Apabila suatu lembaga keuangan atau perbanakan tidak dapan melaksanakan
disiplin pasar dengan baik, maka bisa saja lembaga keuangan tersebut mengalami
moral hazard yang nantinya dapat berpengaruh pada kehidupan di dalam lembaga
keuangan tersebut.
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis moneter dan perbankan yang
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank. Hal ini mengakibatkan penurunan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang
terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan
jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank meliputi simpanan masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, jaminan atas dana simpanan memang dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan,
namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya
bahaya moral dari sisi pengelola bank maupun masyarakat. Untuk mengatasi hal
tersebut, dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta
menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengamanatkan
pembentukan suatu lembaga penjamin simpanan sebagai pelaksana penjaminan
dana masyarakat. Menurut undang-undang tersebut, LPS merupakan lembaga
2
independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah dan turut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Sejak
tanggal 22 Maret 2007 hingga sekarang, nilai simpanan maksimum yang dijamin
LPS sebesar Rp100 juta per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan
bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah memiliki
simpanan lebih dari Rp100 juta, maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari
hasil likuidasi bank tersebut. Adanya penjaminan simpanan dapat menurunkan
tambahan penghasilan dari deposan dan kreditur untuk memantau aktivitas bank
sehingga meningkatkan insentif bank untuk mengambil risiko untuk memperoleh
pengembalian yang tinggi.
Masalah lain dari didirikannya Lembaga Penjamin Simpanan yaitu
pemerintah sering bersikap pilih kasih dalam menerapkan kebijakan. Pemerintah
cenderung melindungi bank-bank besar daripada bank-bank kecil. Alasannya
karena bank-bank besar memiliki jaringan yang luas sehingga jika bank-bank
besar terpaksa harus dilikuidasi, keuangan di Indonesia juga akan mengalami
kekacauan. Sehingga bank-bank besar ini semakin berani mengambil resiko yang
membuat mereka rentan terhadap kegagalan.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dari ketidakpastian atau kejujuran tertanggung.1 Dalam bidang asuransi, moral
hazard ini menerangkan tentang pemegang asuransi yang kemungkinan dengan
sengaja akan melakukan tindakan yang menimbulkan kerugian terhadap barang
yang diasuransikannya dengan harapan akan memperoleh klaim penggantian dari
perusahaan asuransi. Hal tersebut dilakukan karena bila pemegang asuransi
mengalami kerugian maka yang menanggung kerugian tersebut adalah perusahaan
asuransi, sehingga memicu sikap ketidak hati-hatian (imprudent) si pemegang
asuransi.2 Sebagai contoh : bila seorang pengusaha yang mengambil asuransi
resiko kebakaran untuk gudangnya. Ketika ia terjepit hutang dan menjelang jatuh
tempo maka kecenderungannya akan mengambil jalan pintas dan melakukan
ketidakjujuran, ia akan membakar sendiri gudangnya untuk mendapatkan dana
asuransi sebagai ganti ruginya. Moral hazard muncul karena seorang individu atau
lembaga yang tidak konsekuen secara penuh dan tidak bertanggung jawab atas
perbuatannya, dan karenanya cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk
melepas tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain. 3
(Tri Susanto, 2010).
Istilah moral hazard juga digunakan dalam bidang perbankan yang lebih
tertuju pada perilaku pihak-pihak yang memiliki kepentingan tersendiri
(stakeholder). Misalnya pihak bank (pemegang saham dan manajemen) atau
debitur perbankan yang melakukan perbuatan atau tindakan dengan maksud
tersembunyi yang berlawanan dengan etika bisnis dan hukum yang berlaku untuk
keuntungan dirinya. (Luiz, Silva dan Masaru, 2001). Dalam dunia perbankan
moral hazard kerap terjadi dan sudah menjadi kebiasaan dari para bankir, seperti
korupsi dan penyimpangan baik di bank BUMN maupun bank swasta.
1
Khaikal, Mulki, “Analisis Pengaruh Moral Hazard Terhadapan Pembiayaan Moral Hazard di
Indonesi” (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hlm.13
2
Taswan Ibrahim, Ragimun. Moral Hazard dan Pencegahannya Pada Industru Perbankan di
Indonesia. Jurnal Kemenkeu, hlm.10
3
Khaikal, Mulki, “Analisis Pengsaruh Moral Hazard Terhadapan Pembiayaan Moral Hazard di
Indonesi” (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hlm.13
5
1. Aturan yang lemah
Aturan yang lemah dari suatu perbankan dapat menyebabkan bank
memberikan kredit seenaknya sendiri tanpa memikirkan penyebab yang akan
terjadi.
2. Adanya jaminan simpanan
Hal ini menyebabkan bank tidak berhati-hati dalam memberikan pinjaman
kepada masyarakat karena pihak bank menganggap bahwasanya ada yang
menjamin simpanan tersebut yaitu pemerintah atau lembaga penjamin
simpanan.
Dengan memperhatikan penyebab moral hazard, maka masalah moral hazard yang
terjadi dilembaga keuangan dapat diidentifikasikan menjadi :
1. Moral hazard pemegang saham (bank), terhadap deposan
Hal ini berarti bahwasannya apabila mereka melakukan kontrak dalam
suatu proyek dan proyek tersebut gagal, maka pihak deposan tidak akan
menerima balik unag yang telah ia keluarkan, namun sebaliknya apabila
proyek tersebut berhasil maka pihak pemegang saham akan menerima
lebih banyak keuntungan. Dan disini terjadi transfer kekayaan kepada
pemegang saham
2. Moral hazard pemegang saham terhadap penjamin simpanan
Dalam hal ini pihak pemegang saham (bank) yang memiliki sumber dana
yang tinggi akan terdorong untuk menginvestasikan dana tesebut pada
investasi yang berisiko tinggi, karena apabila investasi tersebut gagal maka
lembaga penjamin simpananlah yang akan menanggung lebih besar dari
kerugian tersebut.
3. Moral hazard manajer terhadap pemegang saham
6
Manajer dapat melakukan moral hazard karena dia bukan pemilik dan juga
bukan penanggung resiko, namun dia adalah pengambil keputusan dalam
perbankan. Jadi manajer akan mengambil keputusan dengan resiko yang
tinggi. Karena pada dasarnya resiko yang tinggi juga memiliki return yang
tinggi. Jadi bila keputusan yang diambil berhasil maka akan mendatangkan
return yang tinggi dan manajer akan dinilai berkinerja tinggi dan secara
tidak langsung ia akan mendapat keuntungan materiil maupun non
materiil. Namun apabila keputusan tersebut gagal maka akan ditanggung
oleh pemegang saham.
7
6. Moral hazard peminjam (debitur) terhadap lembaga peminjam kredit
Dalam hal ini pihak bank mentransfer risikonya kepada lembaga penjamin
kredit. Dengan adanya penjaminan kredit ini maka tidak menutup
kemungkinan bahwasannya si peminjam ini akan berupaya untuk
mendapatkan pinjaman yang memiliki risiko tinggi. Dan apabila terjadi
kegagalan maka pihak lembaga pinjaman kredit akan ikut menanggungnya
Disiplin pasar dalam sektor perbankan dapat dimaknai sebagai situasi dimana
privat sector agent menghadapi biaya sebagai akibat bank melakukan tindakan
yang berisiko, dan mengambil tindakan pada basis biaya (Berger, 1991). Sebagai
contoh ketika bank mengambil risiko tinggi dan simpanan masyrakat tidak
dijamin, maka deposan dapat bereaksi kepada bank yang berisiko tinggi tersebut
dengan mensyaratkan tingkat bunga lebih tinggi atau menarik depositonya.
Konsekuensi bank atas reaksi deposan tersebut akan bertindak hati – hati dan
berusaha untuk bekerja pada risiko yang bisa diterima (sehat). (Taswan, 2009)
Disiplin pasar bertujuan mendorong peran publik untuk ikut serta mengawasi
bank. Syarat utama tercapainya tujuan tersebut antara lain (a) tersedia informasi
yang cukup bagi publik mengenai kondisi bank dan (b)kemampuan publik dalam
menilai kondisi bank melalui analisa atas informasi yang tersedia. Bank sebagai
lembaga keuangan dan dipercaya masyrakat dituntut untuk memberikan informasi
yang benar mengenai kondisinya kepada nasabah dan investor.
9
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis moneter dan perbankan yang
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank. Hal ini mengakibatkan penurunan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang
terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan
jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank meliputi simpanan masyarakat
(blanket guarantee). Hal itu ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26
Tahun 1998 tentang "Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum"
dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang "Jaminan Terhadap
Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat".4
4
Ktut Silvanita, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2009 hlm 31
5
Ibid
10
simpanan lebih dari Rp100 juta, maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari
hasil likuidasi bank tersebut.6
Dengan ditetapkannya batasan simpanan yang dijamin oleh LPS, para nasabah
yang memiliki simpanan melebihi jumlah yang ditetapkan, mereka akan
menghadapi risiko besar apabila bank tempat mereka menempatkan simpanan
ditutup. Sehingga para nasabah akan terdorong untuk selalu memantau kondisi
dan kinerja bank. Sedangkan pihak penjamin simpanan juga dapat mengecualikan
penjaminan atas suatu jenis simpanan tertentu apabila simpanan tersebut berupa
perangkat investasi dan hanya memiliki nasabah tertentu.
6
Ktut Silvanita, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2009 hlm 31
11
sehingga mereka melakukan penarikan dana serentak. Dalam hal ini, peran
Lembaga Penjamin Simpanan yakni mengalihkan risiko yang dihadapi oleh
nasabah kecil sehingga tindakan penarikan dana serentak tersebut dapat dicegah.
Manfaat dari adanya lembaga penjamin simpanan bagi nasabah besar yakni
terciptanya sistem perbankan yang lebih stabil dan kompetitif. Selain itu, nasabah
besar dapat memperoleh manfaat dalam pelaksanaan fungsi LPS untuk
memelihara stabilitas sistem perbankan melalui pelaksanaan resolusi bank gagal.
BAB III
KESIMPULAN
13
Bank Syariah
Bank merupakan tempat uang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Dalam islam kita
mengenal istilah bank islam atau bank syariah. Bank syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dalam hal ini jelas
bahwasannya bank syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti yang
digunakan pada bank-bank konvensional
Moral Hazard
Makna moral hazard dalam kamus bahasa Inggris dijelaskan sebagai the
hazard arising from the uncertainty or honesty of the insured ialah bahaya yang
timbul dari ketidakpastian atau kejujuran tertanggung. Dalam bidang asuransi,
moral hazard ini menerangkan tentang pemegang asuransi yang kemungkinan
dengan sengaja akan melakukan tindakan yang menimbulkan kerugian terhadap
barang yang diasuransikannya
Istilah moral hazard juga digunakan dalam bidang perbankan yang lebih tertuju
pada perilaku pihak-pihak yang memiliki kepentingan tersendiri (stakeholder).
Misalnya pihak bank (pemegang saham dan manajemen) atau debitur perbankan
yang melakukan perbuatan atau tindakan dengan maksud tersembunyi yang
berlawanan dengan etika bisnis dan hukum yang berlaku untuk keuntungan
dirinya.
Dengan memperhatikan penyebab moral hazard, maka masalah moral hazard yang
terjadi dilembaga keuangan dapat diidentifikasikan menjadi :
1. Moral hazard pemegang saham (bank), terhadap deposan
2. Moral hazard pemegang saham terhadap penjamin simpanan
14
3. Moral hazard manajer terhadap pemegang saham
Disiplin Pasar
Disiplin pasar merupakan tindakan yang dilakukan masyarakat, utamanya
nasabah penyimpan, kreditur, serta investor dalam hal bank telah go public, untuk
mendisiplinkan bank. Tindakan disiplin tersebut dilakukan terhadap bank yang
dipersepsikan mengambil risiko terlalu besar atau melakukan tindakan yang
dipandang tidak sejalan dengan kepentingan nasabah penyimpan, kreditur, atau
investor.
Penjaminan Simpanan
Pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis moneter dan perbankan yang
ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank. Hal ini mengakibatkan penurunan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang
terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan
jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank meliputi simpanan masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, jaminan atas dana simpanan memang dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan,
namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya
bahaya moral dari sisi pengelola bank maupun masyarakat. Untuk mengatasi hal
tersebut, dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta
menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengamanatkan
pembentukan suatu lembaga penjamin simpanan sebagai pelaksana penjaminan
dana masyarakat. Menurut undang-undang tersebut, LPS merupakan lembaga
independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah dan turut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Sejak
tanggal 22 Maret 2007 hingga sekarang, nilai simpanan maksimum yang dijamin
LPS sebesar Rp100 juta per nasabah per bank, yang mencakup pokok dan
bunga/bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah. Bila nasabah memiliki
simpanan lebih dari Rp100 juta, maka sisa simpanannya akan dibayarkan dari
hasil likuidasi bank tersebut. Adanya penjaminan simpanan dapat menurunkan
15
tambahan penghasilan dari deposan dan kreditur untuk memantau aktivitas bank
sehingga meningkatkan insentif bank untuk mengambil risiko untuk memperoleh
pengembalian yang tinggi.
Masalah lain dari didirikannya Lembaga Penjamin Simpanan yaitu
pemerintah sering bersikap pilih kasih dalam menerapkan kebijakan. Pemerintah
cenderung melindungi bank-bank besar daripada bank-bank kecil. Alasannya
karena bank-bank besar memiliki jaringan yang luas sehingga jika bank-bank
besar terpaksa harus dilikuidasi, keuangan di Indonesia juga akan mengalami
kekacauan. Sehingga bank-bank besar ini semakin berani mengambil resiko yang
membuat mereka rentan terhadap kegagalan.
16