Anda di halaman 1dari 9

MATERI OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

Latar Belakang Dibentuknya OJK

1. Munculnya ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap fungsi pengawasan BI terhadap


lembaga-lembaga keuangan di Indonesia pasca krisis ekonomi 1998.
2. Sesuai UU No.3 tahun 2004 tentang BI yang menyatakan bahwa tugas mengawasi bank
akan dilakukan oleh lembaga pengawasan bank akan dilakukan oleh lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang independen.

Sejarah Singkat Pendirian OJK

 Pada bulan Agustus 2012 dilakukan pembentukan tim pembantu Dewan Komisioner
OJK.
 Pada 31 Desember 2012 mulai diadakan pengawasan terhadap Pasar modal dan Industri
Keuangan Non-Bank.
 Pada bulan Maret 2013 dilakukan pembentukan tim peralihan perbankan dari BI ke OJK.
 Pada 31 Desember 2013 diadakan pengawasan kinerja Perbankan.
 Pada 1 Januari 2015 mulai diadakan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Mikro
(LKM).

Pengertian OJK

Lembaga independen dan bebas campur tangan dari pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, hingga penyidikan terhadap industri jasa
keuangan. OJK ini dibentuk untuk mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara
menyeluruh sehingga meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia.

Fungsi OJK

Menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan


kegiatan di sektor jasa keuangan.
Tujuan OJK

1. Kegiatan jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel.
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Lingkup Wewenang OJK

1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank.


a. Perizinan pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja,
kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan
akuisisi bank, pencabutan izin usaha bank.
b. Kegiatan usaha bank : sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas
dibidang jasa.
2. Pengaturan dan pengawasan mengenai Kesehatan bank.
a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan, modal minimum,
batas maksimum pemberian kredit, rasio peminjaman terhadap simpanan, dan cadanga
bank.
b. Laporan bank terkait dengan kesehatan dan kinerja bank.
c. Sistem informasi debitur.
d. Pengujian kredit.
e. Standar akuntansi bank.
3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank : manajemen resiko,
tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah.
4. Pemeriksaan bank.
Asas OJK (P-I-TA-K-A-K-I)

Profesionalitas

Independensi

Transparansi atau Keterbukaan

Kepastian Hukum

Akuntabilitas

Kepentingan Umum

Integritas
MATERI BANK

Sejarah Singkat Bank

 Abad 18 SM
Zaman Babylonia. Tempat ibadah digunakan sebagai tempat penyimpanan barang
berharga (emas), dan tempat melakukan pertukaran barang-barang.
 Abad ke 4 SM
Zaman Yunani dan Romawi. Wirausaha swasta melakukan kegiatan transaksi keuangan,
dengan menerima simpanan, menyalurkan pinjaman, penukaran uang dan menguji
keaslian dan kemurnian koin sebagai alat tukar.
 Abad 12-14 M
Aktivitas perbankan modern telah dilakukan di Italia pada kota Florence, Venice dan
Genoa. Masyarakat melakukan transaski dengan duduk di bangku penukaran uang.
Bangku dalam Bahasa Italia disebut “banca”, kemudian menjadi Bank. Bank mampu
memfasilitasi perdagangan dengan menyediakan alat pembayaran berupa bill of
exchange.
 Abad 16 M
Didirikan Piazza Bank oleg pemerintah di Venice, Italia. Tujuannya untuk menciptakan
alat pembayaran. Bank mulai memperkenalkan alat pembayaran selain koin dan dijamin
oleh pemerintah.
 10 Oktober 1827
Pemerintah Belanda mendirikan lembaga bank pertama di Indonesia, yaitu De Javasche
Bank.

Pengertian Bank

Bank adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, dengan tujuan meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Fungsi Bank

1. Sebagai tempat penyimpanan uang.


2. Menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat.
3. Menyediakan layanan jasa bank.

Jenis-jenis Bank berdasarkan Fungsi

1. Bank Sentral
Bank yang memiliki kebijakan mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan di Indonesia
yaitu Bank Indonesia.
2. Bank Umum
Jenis bank yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
 Bank Konvensional
Bank yang dalam menjalankan usahanya berbasis pada prinsip bunga. Imbalan
yang diterima oleh pemilik tabungan, deposito atau giro dihitung berdasarkan
bunga yang diberikan oleh bank.
 Bank Syariah
Bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang diatur
oleh fatwa MUI, khususnya yang bebas dari unsur bunga (riba).
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat yang berfungsi untuk memberikan bantuan kredit berupa kredit
investasi maupun kredit eksploitasi dalam skala kecil dengan jaminan kepada rakyat yang
berada di daerah.

Jenis-jenis Bank Berdasarkan Kepemilikan

 Bank Milik Pemerintah


 Bank Milik Swasta Nasional
 Bank Milik Koperasi
 Bank Milik Campuran
 Bank Milik Asing
Prinsip Kegiatan Usaha Bank (Konvensional dan Syariah)
Perbedaan Prinsip Kegiatan Bank Konvensional dengan Bank Syariah

1. Perbedaan Hukum yang Digunakan

Bank konvensional memiliki sistem yang berlandaskan pada pada hukum positif yang
berlaku di suatu negara. Artinya, pemilik dana di bank berkepentingan memperoleh suku
bunga tinggi. Namun, pemegang saham berkeinginan memperoleh spread (selisih harga
jual dan beli saham) yang sesuai dengan suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman.
Tapi di pihak ketiga, yakni peminjam dana mengharapkan suku bunga yang rendah tuh.
Disinilah terjadi antagonisme karena ketiga pihak tersebut memiliki tujuan yang berbeda.

Kalau bank syariah memiliki sistem yang didasari pada syariat islam yang berlandas Al-
Quran, Hadist, dan Fatwa Ulama (Majelis Ulama Indonesia). Beberapa sistem transaksi
pada bank syariah yang menggunakan perspektif hukum Islam di antaranya musyarakah
(penyertaan modal), mudharabah (bagi hasil), murabahah (mengambil keuntungan dan
tidak berbunga), ijarah (sewa-menyewa), ijarah wa iqtina (sewa dengan pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari bank ke pihak lain).

2. Perbedaan Investasi

Bank syariah hanya memperkenankan dana yang dipinjam untuk usaha yang halal dan
baik. Lain halnya kalau mengajukan ke bank konvensional. Usaha yang tidak halal tapi
memiliki nilai positif (dalam hal ini memiliki manfaat untuk masyarakat di Indonesia),
tetap diterima dalam pengajuan pinjaman, tentunya dengan syarat dan ketentuan di bank
tersebut.

3. Perbedaan Orientasi dan Pembagian Keuntungan

Orientasi pada bank konvensional selalu mengedepankan keuntungan. Mau tidak mau
harus untung, pantang mengenal kata rugi. Berbeda dengan sistem bank syariah,
orientasinya selain keuntungan juga memperhatikan kemakmuran dan kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat atas kerjasamanya.
Bank konvensional menerapkan sistem bunga yang tetap (fixed) kepada nasabah yang
meminjam uang. Artinya, bank konvensional selalu menganggap bahwa usaha yang
dijalankan oleh nasabah akan selalu untung. Bank tidak mau tahu kerugian yang jelas di
mata bank harus tetap untung terus.

Jika pada bank syariah, mereka tetap memperhatikan kemungkinan untung atau rugi
usaha yang dibiayainya tersebut. Jika dirasa tidak menguntungkan, bank syariah akan
menolak pengajuan pinjaman pada nasabahnya. Dalam bank syariah, sistem pembagian
keuntungan ini disebut dengan bagi hasil.

4. Perbedaan Pengawasan

Bank konvensional yang mengawasi hanya OJK dan hukum positif. Sedangkan dalam
sistem transaksi bank syariah, selain diawasi OJK, juga diawasi oleh dewan pengawas.
Dewan pengawas ini berisi sekumpulan ulama dan ahli ekonomi yang menguasai
pemahaman fiqih muamalah.

5. Perbedaan Penyelesaian Sengketa

Pernahkah melihat sebuah rumah yang sudah disita oleh bank? Biasanya ada
pemberitahuan “Rumah Ini Disita Bank” karena nasabah itu terjerat hutang berupa cicilan
atau pinjaman. Jika masalah sengketa tersebut melalui bank konvensional, maka
penyelesaiannya langsung di pengadilan negeri.

Lain halnya jika kasusnya berhubungan dengan bank syariah. Jika terjadi perselisihan
antara pihak bank syariah dan nasabah maka penyelesaiannya sesuai tata cara dan hukum
syariah di Pengadilan Agama. Lembaga yang mengatur hukum berdasar prinsip syariah di
Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI) yang
didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama
Indonesia.
Macam-Macam Produk Bank

1. Kredit

Kredit merupakan dana yang sudah ditarik dari masyarakat yang kemudian disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.

Syarat Kredit (6C)

 Character (karakter)
 Capacity (kemampuan)
 Capital (modal)
 Collateral (jaminan)
 Condition of economy (kondisi ekonomi makro)
 Constraint (batasan)
2. Transfer

Transfer merupakan jasa bank yang memberikan layanan pengiriman uang antar rekening
maupun antarbank atas permintaan nasabah kepada penerima di tempat lain.

3. Safe Deposit Box (SDB)

Produk ini memang nggak terlalu familiar di telinga. SDB ini merupakan jasa yang
ditawarkan kepada nasabah dalam bentuk penyewaan kotak penyimpanan harta atau surat
berharga.

4. Bank Card

Bank Card merupakan kartu yang dikeluarkan bank bagi nasabahnya sebagai alat
pembayaran. Ada beberapa kartu yang diterbitkan oleh bank, seperti kartu kredit, kartu
debit, dan kartu uang elektronik (e-money card).

5. Simpanan/Tabungan

Kalau mempunyai kartu ATM, pasti punya buku tabungan. Simpanan ini bisa ditarik
melalui ATM, buku tabungan, atau slip penarikan. Simpanan/tabungan ini juga memiliki
tingkat bunga/bagi hasil yang telah ditetapkan oleh pihak bank.
6. Deposito

Deposito merupakan simpanan berjangka dengan syarat waktu tertentu seperti 3 bulan, 6
bulan, 1 tahun, dan seterusnya. Nasabah tidak dapat menarik uang yang didepositokan
dari bank sebelum masa jatuh tempo.

Deposito dibagi menjadi 2, yaitu :

 Deposito on call

Deposito on call merupakan simpanan berjangka waktu antara 3 sampai 30 hari. Jumlah
uang yang disimpan biasanya relatif besar dan besar bunga yang dibayarkan dihitung per
bulan dan besar bunga ditentukan dengan negosiasi antara nasabah dengan pihak bank.

 Deposito automatic roll over (ARO)

Deposito ARO ini bentuk lain dari deposito berjangka yang sudah jatuh tempo tapi
deposan (nasabah pemilik deposito) belum mengambilnya. Kemudian, bank secara
otomatis melakukan perpanjangan waktu tanpa menunggu persetujuan deposan.

Anda mungkin juga menyukai