Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :


Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yg kegiatan
utamanya menerima simpanan giro, tabungan, deposito dan kredit. Di samping itu, bank juga
dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala
macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang
kuliah dan pembayaran lainnya.
Di era kehidupan ekonomi modern, lembaga perbankan memiliki peran yang sangat
penting. Lembaga perbankan di Indonesia misalnya, memiliki peran yang krusial dalam
sistem keuangan nasional. Karena pentingnya peranan lembaga keuangan, maka lembaga
keuangan perlu untuk dipayungi oleh perangkat hukum seperti undang-undang.
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah tidak dikenal istilah bunga dalam
memberikan jasa kepada penyimpan maupun peminjam. Di bank ini jasa bank yg diberikan.
1.2 Rumusan Masalah :
1. Apa itu perbankan ?
2. Apa aspek hukum dari kegiatan perbankan di Indonesia ?
1.3 Tujuan :
1. Mengetahui apa itu perbankan

2. Mengetahui aspek hukum dalam kegiatan perbankan di Indonesia

BAB II
l

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN SEJARAH PERBANKAN

Pengertian Bank Menurut UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yakni lembaga
usaha yang menghimpun uang dari masyarakat dalam bentuk simpanan, kemudian
menyalurkan kembali kepada masyarakat berbentuk kredit atau lainnya agar taraf hidup
masyarakat meningkat.
Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia kemudian dilanjutkan ke zaman Yunani
kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu tugas utama bank hanyalah sebagai tempat tukar
menukar. Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman
kerajaan tempo dulu di daratan eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang di Asia,
Afrika dan Amerika yang dibawah oleh bangsa eropa ke daerah jajahanya.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan oprasional perbankan berkembang
lagi menjadi tempat kegiatan simpanan. Berikutnya perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang. Hingga sekarang jasa-jasa bank lainnya terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang terus berkembang di bidang keuangan.
A. Sejarah Perbankan di Indonesia
Lembaga perbankan yang hadir di Indonesia pertama kali tentunya tidak terlepas dari
kolonial Hindia Belanda. pada tahun 1746, VOC mendirikan De Bank van Leening untuk
mempermudah aktivitas perdagangan VOC di Indonesia.
Seiring perjalanannya, De Bank van Leening tidak beroperasi dengan baik. Akhirnya pada
tanggal 1 september 1752 didirikan De Bank Courant en Bank van leening. Namun, De Bank
Courant en Bank van leening juga tidak berhasil beroperasi dengan baik yang berakhir
dengan kebangkrutan.
Pada akhir abad ke-18, VOC di Indonesia diambil oleh pemerintahan kerajaan Belanda.
Hindai Timur jatuh ke tangan inggris setelah masa pemerintahan Herman William Daendels
dan Janssen. Sejarah mencatat ada beberapa bank yang memiliki peran penting di Hindia
Belanda. Bank tersebut adalah De Javasce NV, De Post Poar Bank, Hulp en Spaar Bank, De
Escompto bank NV nationale Handles Bank, De, Algemenevolks Crediet Bank dan
Nederland Handles Maatschappij.

2.2 JENIS-JENIS PERBANKAN


1. Bank menurut fungsinya
l

a. Bank perkreditan rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR ini jauh lebih sempit
jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum, hal ini dikarenakan BPR dilarang
menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian. Tugas Bank perkreditan
rakyat:
• Memberikan kredit.

• Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito


berjangka, tabungan, dan lain sebagainya.
• Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana.
b. Bank sentral
Bank sentral adalah suatu institusi nasional yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di suatu negara. Di Indonesia
sendiri, Bank Sentral dikenal dengan nama Bank Indonesia (BI). Tugas Bank sentral:
• Melaksanakan dan menetapkan kebijakan moneter.

• Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

• Mengatur dan mengawasi kinerja bank-bank.


c. Bank umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Tugas Bank umum:
• Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan.

• Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman.

• Menawarkan jasa-jasa keuangan seperti kartu kredit, ATM, transfer uang


antar bank dan melayani penyimpanan barang berharga.

2. Bank Berdasarkan Kepemilikannya.

.a. Bank Campuran

Bank campuran adalah jenis bank yang kepemilikan sahamnya bercampur antara pihak
asing dan pihak swasta nasional. Saham bank ini sebagian besar dimiliki oleh warga
l

negara Indonesia, namun sebagian juga dimiliki oleh pihak asing. Contohnya: Bank ANZ
Indonesia dan Bank Agris.

b.Bank asing

Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta
asing atau pemerintahan negara asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri
secara utuh. Contohnya: Bank Citibank

c. Bank pemerintah

Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah . Contoh Bank Pemerintah Indonesia; Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia
(BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN).

d. Bank Swasta

Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta
nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta. Bank swasta dibedakan
menjadi dua, yaitu bank swasta nasional devisa dan bank swasta nasional nondevisa.
Contohnya: Bank BCA, Bank Danamon.

e. Bank Koperasi

Bank milik koperasi adalah jenis bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Bank ini menerapkan asas-asas dan prinsip
koperasi pada umumnya. Contohnya: Bank Umum Koperasi Indonesia.

3. Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya.

a. Bank Konvensional

Bank konvensional adalah jenis bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional. Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan
produk-produk untuk menyerap dana masyarakat, menyalurkan dana yang telah
dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit, pelayanan jasa keuangan, dan jasa-jasa
lainnya.

b. Bank Syariah
l

Bank Syariah merupakan jenis perbankan yang segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk
meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan suku bunga yang berisfat
riba, serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha yang bersifat haram.
Prinsip-prinsip bank syariah:

• Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

• Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).

• Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).

• Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).

• Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.3 PENDIRIAN DAN LIKUIDASI BANK
A. Pendirian Bank
1. Dasar Hukum Pendirian Bank:

• UU No. 40 Th. 2007 tentang Perseroan Terbatas

• UU No. 21 Th. 2008 tentang Perbankan Syariah

• UU No. 7 Th. 1992 tentang Perbankan jo UU No. 10 Th. 1998

• PBI No. 11/ 1 /PBI/2009 tgl. 27 Januari 2009 ttg Bank Umum

• PBI No. 11/ 3 /PBI/2009 tgl. 29 Januari 2009 ttg Bank Umum Syariah

• PBI No. 6/22/PBI/2004 tgl. 9 Agustus 2004 ttg Bank Perkreditan Rakyat

Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 10


Tahun 1998 tentang perbankan, yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.

2. Persyaratan & Prosedur Pendirian Bank Umum

a. Menurut Ps 16 UUP jo Ps 2 PBI 11/01/09 : Setiap pihak yang melakukan


kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih
dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum dari Pimpinan Bank Indonesia,
kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan
Undang-undang tersendiri. Maka dari undang -undang tersebut yang sudah
l

mengatur tentang prosedur pendirian bank harus memilki izin usaha sebagai bank
umum.
b. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam 2 (dua)
tahap:

• Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan


pendirian Bank dan
• Izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha

Bank setelah persiapan sebagaimana dimaksud telah selesai dilakukan.

c. Persetujuan arau penolakan persetujuan prinsip

1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan prinsip sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a diberikan paling lambat 60 (enam puluh)
hari kerja setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap.
2) Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melakukan:
• Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen;

• Analisis yang mencakup antara lain tingkat persaingan yang sehat


antar Bank, tingkat kejenuhan jumlah Bank, dan pemerataan pembangunan
ekonomi nasional
• Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) terhadap
calon PSP, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi.
d. Keterangan lanjutan setelah mendapatkan persetejuan prinsip

1) Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 1 tahun terhitung sejak


tanggal persetujuan prinsip diterbitkan.
2) Pihak yang telah mendapat persetujuan prinsip dilarang melakukan kegiatan
usaha perbankan, sebelum mendapat izin usaha.
3) Apabila sampai dengan jangka waktu 1 tahun pihak yang telah mendapat
persetujuan prinsip belum mengajukan permohonan izin usaha kepada Bank
Indonesia maka persetujuan prinsip yang telah diterbitkan menjadi tidak berlaku.

e. Keterangan lanjutan setelah mendapatkan peromohonan izin usaha.

1) Bank yang telah mendapat izin usaha dari Gubernur Bank Indonesia wajib
melakukan kegiatan usaha perbankan paling lambat 60 hari kerja terhitung sejak
tanggal izin usaha diterbitkan.
l

2) Pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


dilaporkan oleh Direksi Bank kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh)
hari kerja setelah tanggal pelaksanaan kegiatan operasional.
f. Bentuk hukum suatu Bank dapat berupa:

1) Perseroan Terbatas

2) Perusahaan Daerah

3) Koperasi dan firma.

B. Likuidasi Bank

Likuidasi bank merupakan tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank
sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Jadi, likuidasi
bank bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank, tetapi
berkaitan dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu bank yang dicabut
izin usahanya.
Likuidasi adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat
membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan. Menurut pengertian ini bank dikatakan
likuid apabila
1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk
memenuhi likuiditasnya
2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari yang tersebut diatas, tetapi
yang bersangkutan juga memiliki asset lainnya (khususnya surat-surat berharga) yang
dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melalui
berbagai bentuk hutang.
2.4 KEGIATAN USAHA BANK
Kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh Bank Umum

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
b. Memberikan kredit.

c. Menerbitkan surat pengakuan utang.


l

d. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas perintah nasabahnya seperti:
• Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang
dimaksud.
• Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

• Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

• Obligasi

• Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu (1) tahun.

• Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu
tahun.

e. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.

f. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk
suratberharga yang tidak tercatat di bursa efek.
g. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.

h. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip


Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2.2 ASPEK HUKUM PERKREDITAN

Pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan
dikenakan bunga tagihan. (Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 butir 16
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 1 butir 5).
A. HUKUM DALAM PENYALURAN KREDIT
Perjanjian kredit tunduk pada ketentuan buku III KUHP.Pdt tentang perikatan dan
Undang-undang perbankan No.10 tahun 1998, dan juga klasula-klasula yang telah di
tuangkan dalam perjanjian kredit dan telah di sepakati bersama oleh kedua belah pihak
sesuai dengan ketentuan pasal 1320 KUH.Pdt tentang sahnya perjanjian berbunyi “Untuk
sahnya persetujuan di perlukan empat syarat”:
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
l

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu syarat

d. Suatu sebab yang halal.

Terhadap syarat kesepakatan kecakapan,hal tertentu dan sebab yang halal di jelaskan
dalam pasal selanjutnya hingga pasal 1337 KUH.Pdt. Perjanjian dapat dibuat dalam bentuk
akte notaris atau dibawah tangan tergantung jenis perjanjiannya.
B. ISI PERJANJIAN KREDIT
Perjanjian Kredit minimal memuat klausula sebagai berikut:

a. Klausula tentang jenis dan jumlah serta tujuan kredit.

b. Klausula-klausula tentang batas waktu penarikan atau penggunaan fasilitas


kredit dan ketentuan pembayaran kembali kredit.
c. Klausula tentang bunga, provisi, commitment fee dan denda keterlambatan.

d. Klausula tentang kuasa bank untuk melakukan pembebanan atas rekening giro
dan rekening pinjaman nasabah debitur.
e. Klausula tentang pernyataan dan jaminan (representations and warranties).

f. Klausula tentang prasyarat penarikan, agunan kredit dan asuransi barang


agunan.

g. Klausula tentang hal-hal yang tidak boleh dilaksanakan dan tidak boleh

h. Klausula tentang tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka
pengawasan, pengamanan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit.
i. Klausula tentang kejadian kelalaian (events of default) dan yurisdikasi
C. PERSETUJUAN KREDIT
Namun demikian perjanjian kredit tidaklah sama dengan persetujuan sebagaimana yang di
atur oleh pasal 1313 jo pasal 1320 KUH.Pdt.sebab perjanjian kredit mempunyai sifat khusus
sebagai mana yang di atur oleh pasal 1754 KUH.Pdt. yang menentukan bahwa;
"perjanjian pinjam mengganti ialah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena
pemakaian,dengan syarat bahwapihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah
yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula".
Apabila pihak bank dan pihak depitur telah sepakat mengenai unsur perjanjian kredit, bukan
berarti perjanjianp kredit tersebut telah ada. Perjanjian kredit tersedia apabila uang telah di
l

serahkan pihak bank kepada debitur sehingga dalam hal ini terdapat dua buah perjanjian
yang berdampingan yaitu;

a. Persetujuan untuk mengadakan perjanjian pinjam mengganti yang merupakan


perjanjian timbal balik dan perjanjian ini tunduk kepada bagian umum buku III
KUH Perdata.
b. Perjanjian kredit yang merupakan perjanjian sepihak dalam perjanjian ini
tunduk pada pasal 1754 sampai pasal 1759 KUH Perdata. Serta bagian umum
Buku III KUH Perdata, sepanjang tidak di simpangi oleh ketentuan pasal 1754
sampai pasal 1759 maka perjanjian pinjam mengganti ini tidak akan terjadi tanpa
di dahului oleh adanya perjanjian yang pertama.
D. BUNGA BANK PERKREDITAN
Selain aspek hukum tersebut,aspek hukum selanjutnya dalam pemberian kredit adalah
mengenai bunga bank yang merupakan salah satu unsur penting. dalam perjanjian kredit
bank yaitu adanya kewajiban penerima kredit untuk membayar bunga atas kredit yang di
terimanya. Didalam KUH perdata dikenal bermacam-macam bunga seperti:
a. Moratoir yang di atur dalam pasal 1250 KUH perdata.

b. Bunga yang di perjanjikanyang di atur dalam pasal 1766 KUH Perdata.

c. Bunga yang tidak diperjanjikan yang diatur dalam pasal 1766 KUH perdata.

d. Majemuk yang di atur dalam pasal 1251 KUH perdata.


E. JAMINAN KREDIT
1. Jaminan

Jaminan adalah masalah hipotik, gadai dan piutang yang diistimewakan seperti diatur dalam
buku ke-II, tentang kebendaan bab XIX, bab XX dan bab XXI KUH Perdata. Seperti
dijelaskan dalam pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan bahwa:
"Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perseorangannya".
Jaminan kredit merupakan aspek yang penting dalam pemberian kredit, karena berfungsi
untuk mengamankan kredit, hal mana apabila kemudian hari pihak debitur tidak memenuhi
tanggung jawab, maka untuk mengamankan kredit harus diadakan jaminan berupa
kebendaan berupa hipotik, kredit verban, gadai dan lainnya jaminan yang bersifat
perorangan.
2. Angunan
l

Agunan perbankan yang harus di penuhi sebagai suatu syarat bagi debitur (pemohon) kredit
bank, yang dinyatakan dalam pasal 1 butir (23) undang-undang No. 10 tahun 1998:

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan yang sudah dijabarkan dalam beberapa bentuk sub materi terkait
tentang dunia perbankan mulai dari penjelasan umum terkait perbankan,mekanisme
pendirian bank, hingga aspek – aspek yang terdapat dalam perbankan. Ini meununjukkan
bahwa dunia perbankan memiliki andil yang cukup penting di indonesia sebab banyak sekali
pihak – pihak yang mendapatkan manfaatnya. Terlepas dari pro ataupun kontra terhadap
keberadaan perbankan di indonesia, tetapi saat ini masih banyak di indonesia pihak – pihak
yang bergantung pada dunia perbankan mulai dari melakukan
penyimpanan,pengiriman,penukaran uang ataupun kepentingan lainnya. Sehingga dengan
banyaknya pihak – pihak yang terlibat dalam dunia perbankan mulai dari rakyat biasa
sampai orang – orang penting yang keungan mereka di kelola oleh dunia perbankan, maka
tidak heran dunia perbankan diatur dan dikelola dengan sistem yang sangat rumit.
Oleh karena itu terkait dewasa ini, pemerintah sebagai penegak hukum dan pengatur
jalannya sistem kehidupan berbangsa dan bernegara mencurahkan berbagai bentuk kebijakan
terkait dengan tata kelola yang baik dalam dunia perbankan. Sehingga tidak terjadi hal – hal
yang dapat merugikan banyak pihak terutama rakyat biasa seperti bunga yang terlalu
tinggi,sistem pengkreditan yang mencekik dan lain sebagainya.
l

DAFTAR PUSTAKA

Hotma Sautama Ronny, 2005, Hubungan Bank Dengan Nasabah Produk Tabunh dan
Deposito: Suatu Tinjauan Terhadap Perlindungan Deposan di Indonesia, Citra Aditya
Bandung.

Kasmir, 1999, Bank Dan Lembaga Keuanga lainnya. Raja Grafind Persada Jakarta.

Lukman Dendawijaya, 2009, Manjemen Perbankan, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Viola Fenty, Pemberian Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Dalam Likuidasi,
(Jakarta : Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000).

Undang-Undang N0.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang N0. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan.

Ahmad, Gramen Literasi, Lembaga Perbankan.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 yg mengatur pencabutan ijin usaha, pembubaran
dan likuidasi bank.

Zulkarnain Sitompul. 2007. Lembaga Penjamin Simpanan : Substansi dan Permasalahan.


Book Terrance & Library, Jakarta.
Supaijo Sucipto, 2011, Aspek-aspek Hukum Perdata Dalam Penyaluran Kredit Perbankan
Kepada Masyarakat, ASAS, Vol. 3, No. 1.
lOMoARcPSD|27784560

Anda mungkin juga menyukai