Anda di halaman 1dari 3

Hutan adat adalah hutan yang ada di wilayah adat.

Luasan hutan adat saat ini adalah 64% dari


7,4 juta hektar wilayah adat yang sudah dipetakan oleh AMAN. Bagi masyarakat adat, Hutan
adat menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Hutan menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat adat yang telah menopang kehidupan sehari-hari, dan juga titipan bagi generasi
yang akan datang. Hutan adat menjadi salah satu kekayaan penting bagi masyarakat adat
untuk menjamin kesejahteraan hidupnya, namun Negara justru mengingkari keberadaannya.
AMAN mencatat telah terjadi 25 kasus kriminalisasi masyarakat adat yang menjerat 33
orang. masyarakat adat mengalami diskriminasi berupa fisik dan non fisik, akses ke hutan
terbatas, pengusiran dan lain-lain dengan menggunakan Undang-Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan (UUP3H) yang dikeluarkan setelah Putusan MK No.35
Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi tersebut Pemerintah daerah dan peraturan daerah
seharusnya berperan penting dalam pelaksanaannya, namun sayangnya belum semua jajaran
aparat pemerintah memahami bahwa hak-hak masyarakat adat yang banyak dirampas harus
dikembalikan dan dilindungi.

UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang dimohonkan Aliansi Masyarakat Adat


Nusantara (AMAN) dan dua komunitas masyarakat adat yaitu Kanegerian Kuntu dan
Kasepuhan Cisitu. Alhasil, puluhan juta hektar hutan adat yang tadinya diklaim sebagai hutan
negara diakui keberadaannya dan dapat dikelola oleh masyarakat adat yang menempatinya.
Dalam putusannya, MK membatalkan sejumlah kata, frasa dan ayat dalam UU Kehutanan itu.
Misalnya, MK menghapus kata “negara” dalam Pasal 1 angka 6 UU Kehutanan, sehingga
Pasal 1 angka 6 UU Kehutanan menjadi “Hutan adat adalah hutan yang berada dalam wilayah
masyarakat hukum adat.”

Implikasi yang bermunculan adalah permasalahan dalam pengurusan hutan, antara lain:
berkurangnya luas kawasan Tentu saja implikasinya akan banyak, menyangkut sistem
pengelolaan Hutan 

a. Pembalakan liar (Illegal logging) tentu saja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
laju deforestasi di suatu wilayah. Deforestasi atau hilangnya penutupan hutan terjadi akibat
banyaknya perusahaan produksi kayu yang melakukan penebangan secara besar-besaran pohon
hutan tanpa melakukan penanaman kembali. Hal tersebut terjadi karena keserakahan suatu
perusahaan maka hal tersebut dapat terjadi

b. Faktor – Faktornya adalah :


- Kegagalan Pasar Hasil Hutan
- Praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
- Kebijakan Pemerintah tentang Kehutanan
- Ketidakpastian dan Keringanan Hukum
- Kurangnya koordinasi antara Departemen-departemen pemerintah
- Integritas dan transparansi antar aparat hukum rendah.

c. Dampak pembalakan liar (illegal logging) dari segi ekonomi telah mengurangi penerimaan


devisa negara dan pendapatan negara. Kerugian negara yang disebabkan oleh kegiatan ini
mencapai 30 triliun setiap tahunnya. Pembalakan liar (illegal logging) juga menimbulkan
anomali di sektor kehutanan.

d. Bagaimana pula penanganan dalam mengatasi persoalan illegal loging tersebut adalah
dengan membuat surat penanggulangan dan membuat atasan dan bawahannya diberikan
sanksi agar ada efek jerah bukan hanya membayar denda ataupun kongkalikong dengan
aparaturnegara.

e. Menurut pendapat saya ancaman yang dapat dikenakan pada pelaku ilegal loging adalah
hukuman 10 tahun penjara, membayar denda, dan menanam kembali pohon tersebut, jangan
hanya petani daerah saja yang diberikan sanksi yang berat ketika membersihkan lahan
memakai sistem pembakaran.
a. Karhutla disebabkan pembakaran hutan secara luas maka hal tersebut terjadi akan tetapi
ada jika dari pemerintah memberikan solusi yang lebih efektif dan dapat terjangkau
biayanya maka hal tersebut dapat meminimalisir karhutla itu sendiri.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut adalah kurangnya pengetahuan
dan dampak yang akan terjadi pada proses pembakaran hutan, dan adapun perusahaan
tertentu yang sudah mengetahui tapi masih melakukan hal tersebut dikarenakan dapat
menghemat biaya pembersihan lahan
c. Pertama, UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 78 ayat 3 berisi, pelaku
pembakaran hutan dikenakan sanksi kurungan 15 tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar.
Lalu, Pasal 78 ayat 4 berbunyi, pelaku pembakaran hutan dikenakan sanksi kurungan 5
tahun dengan denda maksimal sebesar Rp 1,5 miliar.
d. Upaya yang seharusnya dilakukan intansi adalah mempertegas orang yang menyuruh
melakakukan hal tersebut dan memberikan penyuluhan ke daerah – daerah mengenai
dampak pembakaran hutan tersebut
Peran masyarakat dalam melestarikan hutan juga sangat penting bahkan juga sangat
membantu kinerja intansi yang sering malas – malasan maka banyak dari kalangan
mahasiswa membuat suatu organisasi yang tujuannya menjaga kelestarian hutan.

Anda mungkin juga menyukai