Anda di halaman 1dari 2

Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara 

sebagaimana telah diubah


dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan terakhir kali diubah
dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (“UU PTUN”).
 
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di
pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.[1]
 
Yang disebut dengan gugatan yang diajukan pada Pengadilan Tata Usaha Negara (“TUN”)
adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan.[2]
 
Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan
berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat
oleh orang atau badan hukum perdata.[3]
 
Menurut Rozali Abdullah dalam bukunya Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara (hal.5), Peradilan TUN hanya berwenang mengadili sengketa TUN, yaitu sengketa
antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Oleh
karena itu, pada hakikatnya sengketa TUN adalah sengketa tentang sah atau tidaknya suatu
keputusan TUN yang telah dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN.
 
Berdasarkan hal itu dapat ditarik kesimpulan bahwa:[4]
1.    Yang dapat digugat di hadapan peradilan TUN hanyalah badan atau pejabat TUN;
2.  Sengketa yang dapat diadili oleh peradilan TUN adalah sengketa mengenai sah atau
tidaknya suatu Keputusan TUN, bukan sengketa mengenai kepentingan hak.
 
Gugatan Perdata
Mengenai gugatan dijelaskan oleh Retnowulan Sutantio dan Iskandar
Oeripkartawinata dalam bukunya Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek (hal. 10),
yakni dalam perkara gugatan ada suatu sengketa atau konflik yang harus diselesaikan dan
diputus oleh pengadilan.
 
Dalam hukum acara perdata, orang yang merasa bahwa haknya dilanggar disebut dengan
penggugat, sedangkan bagi orang yang ditarik ke muka pengadilan karena ia dianggap
melanggar hak seseorang atau beberapa orang itu, disebut tergugat.[5]
 
Sementara, Yahya Harahap dalam bukunya Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan,
Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan (hal. 46) menjelaskan bahwa
gugatan mengandung sengketa di antara kedua belah pihak atau lebih. Permasalahan yang
diajukan dan diminta untuk diselesaikan dalam gugatan merupakan sengketa atau perselisihan
di antara para pihak. Penyelesaian sengketa di pengadilan ini melalui proses sanggah-
menyanggah dalam bentuk replik dan duplik. Dalam perundang-undangan, istilah yang
dipergunakan adalah gugatan perdata atau gugatan saja.[6]
 
Analisis
Jadi untuk membedakan antara gugatan yang diajukan ke Pengadilan TUN dan gugatan
perdata, kita dapat melihat dari segi para pihak dan sengketa apa yang diadili. Pada
Pengadilan TUN, yang dapat digugat di hadapan pengadilan TUN hanyalah badan atau
pejabat TUN baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata
usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, bukan sengketa mengenai kepentingan hak yang dilanggar.
 
Sedangkan pada gugatan perdata, para pihaknya adalah orang yang merasa bahwa haknya
dilanggar (penggugat) dan orang yang ditarik ke muka pengadilan karena ia dianggap
melanggar hak seseorang atau beberapa orang (tergugat). Dalam gugatan perdata, yang akan
diselesaikan adalah sengketa atau konflik hak para pihak.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar hukum:
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan terakhir kali diubah
dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Anda mungkin juga menyukai