Anda di halaman 1dari 124

BANK DAN LEMBAGA

KEUANGAN

DIBUAT OLEH :
STEVEN JONATHAN (11221984)
DIBANTU OLEH:
EKO NUR CAHYO (10221619)
BAB 1
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK
BAB 1
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK
Pengertian Lembaga Keuangan Bank
Lembaga Keuangan Bank (depository financial institution) adalah Lembaga Keuangan yang memberikan
fasilitas dan jasaperbankan bagi masyarakat. Baik dalam penyimpanan, pembayaran, dan pemberian dana.
Sederhananya, Lembaga Keuangan Bank merupakan lembaga perantara keuangan yang didirikan dengan
wewenang untuk menerima dan menghimpun simpanan uang, meminjamkan uang, serta menerbitkan
banknote.
Pengertian Lembaga Keuangan Non-Bank
Lembaga Keuangan Non-Bank (non-depository financial institution) atau Lembaga Keuangan Bukan Bank
(LKBB) adalah lembaga keuangan yang melakukan proses penghimpunan dana dengan cara mengeluarkan
surat-surat berharga.
Selain itu, Lembaga Non-Bank juga memberikan berbagai jasa keuangan dan menarik dana dari masyarakat
secara deposito atau tidak langsung.
BAB 1
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK
Fungsi Lembaga Keuagan Bank
Fungsi bank sebagai tempat penyimpanan uang tentu sudah kamu ketahui dengan baik. Hingga saat ini, bank
memang menjadi tujuan utama masyarakat untuk menyimpan dana karena terjamin keamanannya. Tidak hanya
mengumpulkan dana dari masyarakat, bank juga berfungsi menyalurkannya kepada masyarakat lain yang
membutuhkan dana tersebut. Dana tersebut disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Salah satu tugas utama bank adalah menyediakan jasa layanan keuangan untuk
memudahkan seluruh urusan masyarakat yang berkaitan dengan transaksi keuangan.

Fungsi Lembaga Keuangan Non-Bank

Lembaga keuangan nonbank seperti perusahaan asuransi, leasing, pasar modal, maupun koperasi berfungsi
menghimpun dana masyarakat dengan menerbitkan surat-surat berharga. Fungsi ini memungkinkan
masyarakat menyimpan dana dalam bentuk nontunai yang lebih aman dan terjamin. Seperti halnya lembaga
keuangan bank, LKBB juga berfungsi untuk memberikan pinjaman atau kredit, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Lembaga keuangan nonbank juga bisa menjadi perantara di antara pemilik modal, baik di
dalam maupun luar negeri, dengan pihak-pihak yang membutuhkan modal.
BAB 1
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK
Jenis-Jenis Lembaga keuangan Bank
1. Bank Sentral
Bank Sentral bertanggung jawab untuk menstabilkan sistem moneter di suatu negara. Masing-masing negara punya Bank
Sentral. Di Indonesia, Bank Sentral yang diandalkan adalah Bank Indonesia. Tentunya, Bank Indonesia harus selalu
memastikan nilai mata uang Rupiah stabil, agar dapat memberikan kestabilan juga pada perekonomian masyarakat.
2. Bank Komersial (Bank Umum)
Bank Komersial juga kita kenal sebagai Bank Umum, yaitu badan usaha yang memberikan jasa perbankan pada
masyarakat secara konvensional atau dengan sistem syariah. Bank Umum menyediakan jasa keuangan, seperti
tabungan, deposito, giro, KPR, kredit multiguna, dan lainnya.
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR merupakan Bank yang yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, menyediakan pinjaman dan
layanan keuangan lainnya pada masyarakat di wilayah terpencil. Oleh karena itu, BPR biasanya berada di pedesaan dan
lokasi lainnya yang jauh dari pusat.
BAB 1
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK
Jenis-Jenis Lembaga keuangan Non-Bank

1. Perusahaan Asuransi
Dalam perusahaan asuransi tentunya menyediakan jasa proteksi pada para nasabahnya. Agar dapat mendapatkan proteksi itu,
nasabah diwajibkan membayar premi sesuai ketentuan. Nasabah pun bisa mendapatkan berbagai macam proteksi, mulai dari
proteksi jiwa, proteksi yang berkaitan dengan kesehatan, proteksi ketika bepergian, dan lainnya.Bank Komersial (Bank Umum)
2. Pengadaian
Pegadaian adalah Lembaga Keuangan Non-Bank yang menyediakan kredit dengan jaminan. Masyarakat bisa mendapatkan
pinjaman dengan syarat menjaminkan hartanya.
3. Pasar Modal
Pasar modal juga menjadi salah satu jenis Lembaga Keuangan Non-Bank andalan. Melalui pasar modal, nasabah bisa
bertransaksi menggunakan surat-surat berharga, seperti saham, surat utang atau obligasi, hingga reksa dana.
4. Koperasi simpan pinjam
Koperasi merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang memberikan jasa simpan-pinjam kepada anggotanya dengan
bunga yang relatif rendah, sehingga membebaskan masyarakat dari rentenir dan dapat mengelola uang secara lebih produktif.
BAB 1
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK
Sejarah dan Perkembangan Lembaga KeuanganBank dan Non Bank diIndonesia
Pada tanggal 10 Oktober 1827, Indonesia masih dijajah Belanda, didirikan sebuah Bank di Batavia dengan nama De Javasche
Bank. Tujuan utama pendirian bank tersebut adalah untuk meningkatkan perekonomian pemerintahan Belanda. Setelah
Indonesia merdeka pada tahun 1951, De Javasche Bank dinasionalisasikan dan berganti nama menjadi Bank Indonesia.

• Pendrian Bank oleh orang pribumi pertama kali dirintis oleh R. Aria Wiraatmadja, seorang patih dari Purwokerto, tahun 1896.
R. Wiraatmadja mendirikan Hulpen Spaar Bank (Bank penolong dan tabungan). Tujuan pendirian bank ini adalah untuk
membantu peranggotaannya agar tidak jatuh ke tangan yang suka memeras rakyat.

• Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa.
Usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Bila ditelusuri sejarah dikenalnya perbankan, arti bank
dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalama perjalanan sejarah kerajaan dimasa dahulu penukaran uang dilakukan
antara kerajaan yang satu dengan kerajaan lain. Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama pedagang Valuta
Asing (Money Changer). Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat
penitipan uang atau yang sekarang ini kegiatan simpanan. Kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman
uang. Uang yang disimpan masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Jasa-
jasa bank lainnya menyusul sesuai perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.
BAB 1
LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK
PENGENALAN SISTEM KEUANGAN DI INDONSIA
Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran terutama dalam
menyediakan fasilitas jasa-jasa dibidang keuangan oleh lembaga-lembaga keuangan penunjang lainnya misalnya pasar
uang dan pasar modal. Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu sistem perbankan
dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan dari masyarakat, maka juga
disebut depository financial institutions yang terdiri dari bank umum dan bank perkreditan rakyat. Sedangkan lembaga
keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan selain dari bank yang dalam kegiatan usahanya tidak diperkenankan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Dalam perjalanan sejarah perkembangan
sistem keuangan Indonesia, sistem lembaga keuangan mengalami perubahan yang sangat fundamental terutama setelah
memasuki era deregulasi, paket kebijakan 27 Oktober 1988 yang kemudian berlanjut dengan diundangkannya beberapa
undang-undang dibidang keuangan dan perbankan sejak tahun 1992 yaitu :

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;


Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentanga Asuransi;
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
BAB 2
Perkembangan perbankan & Arsitektur perbankan di
indonsia (API)
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Kondisi Sebelum Deregulasi

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu De javasche Bank,
sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri. Kondisi perbankan di
Indonesia sebelum adanya deregulasi antara lain sebagai berikut.:

1. Masa Kolonial (Wilayah Hindia-Belanda)


• Mobilisasi dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana investasi dan modal kerja perusahaan-perusahaan besar
milik kolonial.
• Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan perusahaan besar milik kolonial, seperti giro, garansi bank,
pemindahan dana, dan lain-lain.
• Membantu pemindahan dana jasa modal dari wilayah kolonial ke negara penjajah.
• Sebagai tempat sementara dari dana hasil pemungutan pajak dari perusahaan penjajah maupun dari masyarakat
pribumi, untuk kemudian dikirim ke negara penjajah.
• Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah kolonial.
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)

2. Masa Setelah Kemerdekaan


 Di zaman setelah kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa kondisi
perbankan pada waktu itu antara lain sebagai berikut.
 Mobilisasi dana dari investor untuk membiayai kebutuhan dana investasi dan modal kerja perusahaan-perusahaan
besar milik pemerintah dan swasta.
 Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar.
 Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah.
 Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada sektor-sektor yang ingin dikembangkan oleh
pemerintah.
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
3. Masa sebelum deregulasi Pemerintah
Pada masa ini kebijakan yang terkait dengan sektor perbankan hanya ditekanakan pada kegiatan usaha- usaha besar
dan program- program pemerintah. Selain karena pola kebijakan otoritas moneter pada waktu itu yang belum
mementingkan mobilisasi dari dana masyarakat luas. Keadaan perbankan saat itu adalah sebagai berikut:
• Tidak adanya peraturan perundangan yang mengatur secara jelas tentang perbankan di Indonesia (UU No.13
Tahun 1968).
• Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) pada bank-bank tertentu.
• Bank banyak menanggung program-program pemerintah.
• Instrumen pasar uang yang terbatas.
• Jumlah bank swasta yang relatif sedikit.
• Sulitnya pendirian bank baru.
• Persaingan antar bank yang tidak ketat.
• Posisi tawar-menawar bank relatif lebih kuat daripada nasabah.
• Prosedur berhubungan dengan bank yang rumit Bank bukan merupakan alternatif utama bagi masyarakat luas
untuk menyimpan dan meminjam dana.
• Mobilisasi dana lewat perbankan yang sangat rendah.
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Kondisi Setelah Deregulasi
Kondisi perbankan di Indonesia sangat berbeda antara periode sebelum deregulasi dan setelah adanya deregulasi dari
pemerintah. Setelah adanya deregulasi perbankan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kebijakan
Deregulasi yang terkait dengan dunia perbankan:
• Deregulasi 1 Juni 1983 : Memberikan keleluasaan kepada semua bank untuk menyerahkan tingkat suku bunga kepada
mekanisme pasar.
• Deregulasi Oktober 1988 : Memberi keringanan persyaratan bagi bank-bank yang ingin meningkatkan statusnya menjadi
bank devisa, membuka kemungkinan pendirian bank campuran (kerjasama dengan bank asing) dan memberi kesempatan
bagi bank asing untuk membuka kantor cabang pembantu di kota-kota tertentu.
• Deregulasi 25 Maret 1989 (penyempurnaan Pakto‟88) : Memberi kesempatan yang lebih luas bagi bank untuk
melakukan penyertaan dana pada lembaga-lembaga lain serta memberikan kredit investasi jangka menengah dan
panjang.
• Deregulasi Januari 1990 : Untuk membatasi jumlah kredit likuiditas Bank Indonesia dan mengharuskan bank-bank
membagi 20 persen dari kreditnya kepada kredit usaha kecil (KUK)
• Deregulasi 25 Februari 1991 : Pakfeb ini ditentukan tingkat kesehatan bank yang menyangkut kecukupan modal (CAR),
pembatasan pemberian kredit yang tidak didukung oleh dana masyarakat (LDR), persyaratan kepemilikan dan
kepengurusan, ketentuan legal lending limit dan pembentukan cadangan untuk menutupi resiko.
• Deregulasi 29 Mei 1993 : Pakmei ditujukan untuk mendorong kelancaran ekspansi kredit perbankan dengan memberikan
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Kondisi Saat Krisis Ekonomi
Pada tahun 1997 Indonesia mengalami gejolak politik yang kurang baik sehingga mempengaruhi berbagai sektor termasuk
ekonomi.Saat itu Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Ciri Kondisi perbankan saat krisis
• Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan di Indonesia menurun drastis.
• Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat.
• Adanya spread negatif.
• Munculnya penggunaan peraturan yang baru.
• Jumlah bank menurun.
Kondisi Saat Pasca Krisis
Setelah beberapa tahun berusaha memperbaiki keadaan Indonesia yang terpuruk, akhirnya di awal tahun 2000 nampak hasil
yang cukup positif. Keadaan bangsa Indonesia di berbagai sektor berangsur-angsur membaik. Adapan kondisi perbankan
Indonesia pasca krisis ekonomi adalah sebagai berikut:
• Selesainya penyusunan Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
• Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR, dan Bank Indonesia untuk membentuk atau menyusun: Lembaga
penjamin simpanan, Lembaga pengawas perbankan yang independen, serta Otoritas jasa keuangan.
• Kinerja perbankan yang lebih baik, yang mengarah kepada praktik: Manajemen pengelolaan risiko yang lebih baik, Struktur
perbankan nasional yang lebih baik, serta Penerapan prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang konsisten.
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Kondisi Perbankan Terkini
LPS-Jakarta. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, kinerja
perbankan nasional tetap stabil di tengah pandemi COVID-19. “Dengan fundamental industri yang kuat dan berbagai bauran
kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), perbankan Indonesia tetap stabil. Dari sisi permodalan, perbankan
nasional memiliki modal kuat dengan rasio 25,6 persen per November 2021,” ujarnya saat diwawancarai oleh Elshinta Radio, di
Jakarta, Selasa (28/12/2021). Sedangkan dari sisi profitabilitas, laba perbankan per November 2021 sebesar Rp131,2 triliun,
atau meningkat 34,1 persen Year on Year (YoY). Ia memperkirakan kondisi sistem perbankan juga akan tetap terjaga di tahun
2022. Menurut perkiraan LPS, pertumbuhan kredit dapat mencapai 5,1 – 8,9 YoY seiring dengan pemulihan aktivitas ekonomi.
“Pertumbuhan DPK diperkirakan berada di kisaran 8,5 – 9,4 persen YoY. Bank Indonesia pun memperkirakan kredit dapat
tumbuh 6,0 – 8,0 persen dan DPK dapat tumbuh 7,0 – 9,0 persen pada tahun 2022, OJK juga optimis pertumbuhan kredit
perbankan pada tahun 2022 akan lebih tinggi dari tahun 2021,” tambahnya. Lebih lanjut, LPS pun memperkirakan pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan berada di kisaran angka 4,6 – 5,2 persen YoY pada tahun 2022 dan 4,7 – 5,3 persen YoY pada tahun
2023. Berbagai lembaga internasional seperti IMF, World Bank, OECD dan ADB ga memperkirakan ekonomi Indonesia mampu
tumbuh 4,6 persen YoY atau lebih di tahun 2022 mendatang. Namun demikian, ia mengingatkan masyarakat untuk tetap
waspada dan mengantisipasi berbagai faktor ketidakpastian. Beberapa faktor tersebut antara lain adalah adanya mutasi varian
baru virus COVID-19 serta dinamika perekonomian di negara-negara maju.
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia
Untuk mempermudah pencapaian API maka Bank Indonesia menetapkan enam sasaran yang ingin dicapai
yang dituangkan ke dalam enam pilar yang saling terkait satu sama lain[3], yaitu: Menciptakan struktur
perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan
ekonomi nasional yang berkesinambungan. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif
dan mengacu pada standar internasional. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing
yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko. Menciptakan good corporate governance dalam
rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional.Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk
mendukung terciptanya industri perbankan yangsehat.Salah satu kegiatan dalam dalam program API pilar ke-5
ini adalah rencana pembentukan CreditBureau yang kemudian diberi nama Biro Informasi Kredit[4]Mewujudkan
pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Program Kegiatan API
1. Program penguatan struktur perbankan nasional
2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan
3. Program peningkatan fungsi pengawasan
4. Program peningkatan kualitas manajemen dan
operasional perbankan
5. Program pengembangan infrastruktur perbankan
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Tahap-Tahap Implentasi API
1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional(Pilar 1)
• Memperkuat permodalan Bank
a. Meningkatkan persyaratan modal minimum bagi bank umum (termasuk BPD) menjadi Rp100 miliar
b. Mempertahankan pesyaratan modal Rp3 triliun untuk pendirian bank baru
sampai dengan 1 Januari 2011
• Memperkuat daya saing BPR
a. Meningkatkan linkage program antara bank umum dengan BPR
b. Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR
c. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untuk BPR

2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan(Pilar 2)


• Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakan perbankan
a. Melibatkan pihak III dalam setiap pembuatan kebijakan perbankan
b. Membentuk panel ahli perbankan
c. Memfasilitasi pembentukan lembaga riset perbankan di daerah maupun pusat
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Tahap-Tahap Implentasi API
3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan(Pilar 3)
• Melakukan konsolidasi sektor perbankan Bank Indonesia
a. Mengkonsolidasi fungsi pengawasan dan pemeriksaan
b. Mereorganisasi sektor perbankan Bank Indonesia
c. Membentuk tim enforcementd.Membentuk tim khusus pemeriksa spesialis
• Meningkatkan efektivitas enforcement
a. Menyempurnakan proses investigasi kejahatan perbankan
b. Meningkatkan transparansi pengawasan dan enforcement
c. Membentuk internal ombudsman untuk permasalahan pengawasan
d. Meningkatkan perlindungan hukum bagi pengawas bank

4. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan


• Meningkatkan Good Corporate Governance
a. Menetapkan standar minimum untuk GCG
b. Mendorong bank-bank untuk go public
BAB 2
PERKEMBANGAN PERBANKAN & ARSITEKTUR PERBANKAN DI
INDONSIA (API)
Tahap-Tahap Implentasi API
5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
• Mengembangkan Credit Bureau
a. Melakukan inisiatif pembentukan credit bureau
• Mengoptimalkan penggunaan credit rating agencies
a. Mempersyaratkan rating bagi obligasi yang diterbitkan oleh bank

6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah


• Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah
a. Menetapkan persyaratan minimum mekanisme pengaduan konsumen
• Menyusun transparansi informasi produk
a. Memfasilitasi penyusunan standar minimum transparansi informasi produk bank
• Mempromosikan edukasi untuk konsumen
a. Mendorong bank-bank untuk melakukan edukasi kepada konsumen mengenai produk-produk finansial
BAB 3
Bank sentral/bank Indonesia (bi)
BAB 3
BANK SENTRAL/BANK INDONESIA (BI)
Tujuan Bank indonesia

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata
uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran
yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya
tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.
Tiga Pilar Utama
​Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merup​akan tiga bidang tugasnya.
Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Berikut tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam bentuk
gambar berisi tiga pilar. ​
BAB 3
BANK SENTRAL/BANK INDONESIA (BI)
Tugas Bank Indonesia
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Dalam hal ini, Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada
sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro
lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran
Sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas Bank
Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di bidang sistem pembayaran
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan
mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.
3. Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank
tugas mengatur dan mengawasi bank merupakan salah satu tugas yang penting khususnya dalam
rangka menciptakan system perbankan yang pada akhirnya dapat mendorong efektivitas kebijkan
moneter..
BAB 3
BANK SENTRAL/BANK INDONESIA (BI)
Bank Indonesia sebagai Lender of the Resort
. Indonesia adalah otoritas moneter tertinggi di Indonesia. Bank Indonesia bertanggung jawab untuk memelihara
Bank
kestabilan kondisi moneter nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut bank Indonesia diberikan beberapa wewenang, salah
satunya adalah wewenang BI sebagai Lender of Last Resort. Bank Indonesia dalam hal ini memiliki wewenang untuk
memberikan pinjaman jangka pendek kepada bank yang memiliki kesulitan likuiditas. Bank Indonesia dalam menjalankan
wewenangnya tersebut diberikan status independen, lepas dari pengaruh pihak manapun. Akan tetapi independensi Bank
Indonesia tidak berarti Bank Indonesia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban manakala dalam menjalankan
wewenangnya tersebut terdapat indikasi pelanggaran hukum. Bank Indonesia harus mempertanggungjawabkan wewenang
mereka kepada DPR, BPK, dan masyarakat. Pinjaman yang dipinjamkan bank Indonesia berjqangka waktu maksimal 90
hari, dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan yang berkualitas tinggi serta mudah dicairkan dengan nilai
sekurang-kurangnya sama dengan jumlah pinjaman.
BAB 3
BANK SENTRAL/BANK INDONESIA (BI)
Kebijakan nilai tukar

Kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia dalam rangka mengelola stabilitas nilai tukar Rupiah agar
sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan nilai tukar
dilakukan dalam rangka mengurangi gejolak yang muncul dari ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di
pasar valuta asing (valas), melalui strategi triple intervention.

Strategi triple intervention dilakukan melalui intervensi jual di pasar spot, pasar Domestik Non-Deliverable
Forward (DNDF) atau pasar berjangka valas serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Strategi triple intervention dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan sekaligus menjaga kecukupan
likuiditas Rupiah.
BAB 4
OTORITAS JASA KEUANGAN
BAB 4
OTORITAS JASA KEUANGAN
Pengertian otoritas jasa keuangan (ojk)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga independen dan bebas campur tangan pihak lain yang
memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sektor jasa keuangan di bawah OJK mencakup
kegiatan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.
Berkaitan dengan reksa dana, OJK mengawasi dan memberikan izin atau lisensi bagi manajer
investasi, produk reksa dana dan agen penjualnya. OJK juga memberikan perlindungan dan edukasi
bagi investor ataupun masyarakat luas terkait layanan jasa keuangan.
BAB 4
OTORITAS JASA KEUANGAN
Fungsi OJK Bagi Masyarakat

1. Menjamin Keamanan Transaksi Keuangan


Aturan dan kebijakan yang dibuat oleh OJK bertujuan untuk menciptakan lembaga keuangan mampu dipercaya oleh
masyarakat. Sehingga, fungsi OJK adalah menjamin keamanan transaksi keuangan. Saat layanan keuangan beroperasi
secara aman tanpa masalah, maka masyarakat merasa aman dan percaya terhadap lembaga keuangan.
2. Mencegah Terjadinya Penipuan
Di dalam masyarakat, marak terjadi penipuan dengan mengatasnamakan lembaga keuangan resmi. Oleh karena itu,
fungsi OJK adalah mencegah terjadinya penipuan. Otoritas Jasa Keuangan harus selalu mengawasi dan memeriksa
seluruh lembaga keuangan yang terdaftar. Agar pihak jasa keuangan tersebut tetap melakukan tugas dan fungsinya sesuai
peraturan OJK dan tidak merugikan masyarakat.
BAB 4
OTORITAS JASA KEUANGAN
Fungsi OJK Bagi Masyarakat

3. Meningkatkan Inklusi Keuangan Masyarakat


Dalam rangka mewujudkan pemerataan akses layanan keuangan, Otoritas Jasa Keuangan juga memiliki peranan penting
dalam hal ini. Sehingga, salah satu fungsi OJK adalah meningkatkan inklusi keuangan masyarakat. Berbagai usaha
dilakukan OJK mewujudkannya, mulai dari kampanye Bulan Inklusi Keuangan, kerja sama pelayanan pembayaran digital
dengan berbagai merchant, dan sejenisnya.
4. Membangun Ekosistem Keuangan yang Saling Menguntungkan
Fungsi lain dari Otoritas Jasa Keuangan adalah membangun ekosistem keuangan saling menguntungkan. Terdapat pihak
dalam mewujudkan perekonomian dan keuangan yang memadai. OJK adalah salah satunya. Dengan berbagai peranan,
tugas, dan wewenangnya diharapkan Otoritas Jasa Keuangan mampu menciptakan berbagai transaksi keuangan yang
menguntungkan dari pihak masyarakat, jasa keuangan, hingga pemerintah.
BAB 4
OTORITAS JASA KEUANGAN
Peran OJK

Peran OJK diatur dalam Undang-Undang OJK Pasal 7 yang menjelaskan perihal
cakupan hak OJK saat mengawasi dan membuat peraturan. Hal-hal tersebut
diantaranya:

• Sistem informasi debitur


• Likuiditas, kualitas aset, hingga batas maksimum pemberian kredit
• Rasio
• Pengujian kredit
• Hal keuangan yang bersifat microprudential
BAB 4
OTORITAS JASA KEUANGAN
Sejarah OJK
Dalam Undang-Undang yang tertulis juga menjelaskan batasan antara hal yang diawasi dan diatur OJK dengan
BI. Jika OJK mengatur dan mengawasi hal microprudential, BI mengatur hal-hal yang bersifat macroprudential.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan. Lembaga ini merupakan badan independen yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan.
Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan merupakan upaya pemerintah Republik Indonesia menghadirkan
lembaga yang mampu menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan kegiatan
sektor keuangan, baik perbankan maupun Lembaga keuangan non-bank.
Secara fungsi, lembaga ini menggantikan tugas Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bappepam-LK) serta mengambil alih tugas Bank Indonesia dalam hal pengawasan perbankan.
Setelah Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 disahkan, Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang
Yudhoyono pada 16 Juli 2012 menetapkan sembilan anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan,
termasuk dua anggota komisioner ex-officio dari Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Setelah itu, pada 15 Agustus 2012 dibentuklah Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap I, untuk membantu
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas selama masa transisi.
Mulai 31 Desember 2012, Otoritas Jasa Keuangan secara efektif beroperasi dengan cakupan tugas Pengawasan
Pasar Modal dan Industri Keuangan Non-Bank.
BAB 4
OTORITAS JASA KEUANGAN
Sejarah OJK

Setelah itu, pada 18 Maret 2013 dibentuk Tim Transisi Otoritas Jasa Keuangan Tahap II untuk
membantu Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan pengalihan fungsi,
tugas dan wewenang Pengaturan dan Pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia.
Per 31 Desember 2013 Pengawasan Perbankan sepenuhnya beralih dari Bank Indonesia ke
Otoritas Jasa Keuangan, sekaligus menandai dimulainya operasional Otoritas Jasa Keuangan
secara penuh.
Perluasan fungsi pengawasan Industri Keuangan Non-Bank, pada 1 Januari 2015 Otoritas Jasa
Keuangan memulai Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
Otoritas Jasa Keuangan memiliki tiga tujuan (destination statement), antara lain:
1. Mewujudkan sektor jasa keuangan yang Tangguh, stabil dan berdaya saing.
2. Mewujudkan sektor jasa keuangan yang kontributif terhadap pemerataan
kesejahteraan.
3. Mewujudkan keuangan inklusif bagi masyarakat melalui perlindungan konsumen yang
kredibel.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN
RAKYAT
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Fungsi dan usaha Bank Umum


Fungsi
Terdapat tiga fungsi bank umum sebagaimana dijelaskan dalam buku Bank dan lembaga Keuangan Lain. Fungsi bank
umum adalah sebagai berikut.
1. Agent of Trust
Fungsi ini menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi oleh bank umum dilakukan berdasarkan asas kepercayaan.
Artinya, kegiatan pengumpulan dana didasari rasa percaya dari nasabah terhadap kredibilitas dan eksistensi bank.
Kepercayaan nasabah berkaitan dengan masalah keamanan dana yang ada di bank. Sebagai kreditur, bank
menjalankan aktivitas kredit dengan keyakinan dan kepercayaan terhadap calon penerima kredit atau debitur.
2. Agent of Development
Fungsi ini berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam menunjang kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan
oleh setiap pelaku ekonomi. Dalam menjalankan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi diperlukan uang sebagai
alat pembayaran, kesatuan hitung, dan pertukaran. Dengan demikian, bank sebagai lembaga keuangan berperan
sebagai sarana untuk menyalurkan kepentingan para pelaku ekonomi dalam transaksi ekonomi.
3. Agent of Service
Selain memberikan pelayanan jasa keuangan, bank memberikan jasa transfer, jasa kotak pengamanan, dan jasa
penagihan atau inkaso.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Fungsi dan usaha Bank Umum


Usaha
Usaha Bank Umum Berdasarkan publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kegiatan usaha bank umum meliputi:
• Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
• Memberikan kredit.
• Menerbitkan surat pengakuan utang.
• Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: Surat-surat wesel termasuk wesel
yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud. Surat pengakuan
utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud. Kertas
perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah. Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Obligasi. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu
tahun. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.
• Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
• Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
• Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan antar pihak ketiga.
• Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
• Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.
• Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
• Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat.
• Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
• Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Fungsi dan usaha Bank Perkreditan Rakyat


Fungsi BPR
Jenis Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ada di desa seperti BPR Badan Kredit Desa yang meliputi Lumbung
Desa dan Bank Desa. BPR Bukan Badan Kredit Desa seperti BPR eks LDKP, Bank Pasar, BKPD (Bank Karya
Produksi Desa), Bank Pegawai. Ataupun LDKP (Lembaga Dana dan Kredit Perdesaan).
Adapun jenis BPR yang masuk ke LDKP ini seperti Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas dan
beberapa bentuk BPR yang lain. Tentunya Badan Perkreditan Rakyat yang berlokasi di desa ini menyediakan
layanan perbankan untuk orang desa. Sedangkan fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu:

1. Memberi pengetahuan terhadap masyarakat luas tentang perbankan


Masih banyak masyarakat yang awam tentang fungsi dan tugas bank utamanya jenis Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) ini. Apalagi untuk orang yang tinggal di desa maka masih banyak yang ragu untuk menyimpan uang
yang mereka miliki di bank. Alhasil kebanyakan orang-orang ini menyimpan uang mereka di kolong kasur
ataupun di dalam celengan dari tanah liat. Untuk itu salah satu fungsi yang dimiliki oleh Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah memberikan edukasi secara mendasar kepada semua lapisan masyarakat tentang sistem
perbankan. Dimana edukasi ini berisi tentang apa saja kelebihan bank aripada celengan tradisional. Hingga
beberapa keuntungan yang akan di dapatkan oleh para nasabah ini.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Fungsi dan usaha Bank Perkreditan Rakyat


Fungsi BPR
2. Membuat pemerataan kesempatan untuk membuka usaha
Di era digital ini banyak kaum milenial yang memiliki ide bisnis yang sangat baru dan juga unik. Dimana ide ini ketika akan di wujudkan menjadi
sebuah jenis usaha pastinya membutuhkan modal yang cukup. Untuk itulah peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) amat di butuhkan di sini.
Apalagi ide-ide usaha baru tidak hanya berasal dari remaja milenial yang ada di perkotaan saja namun juga berasal dari remaja yang tinggal di
pedalaman desa. Fungsi BPR selanjutnya adalah menciptakan sebuah kesempatan untuk semua orang bisa membuka sebuah usaha.
Sehingga semua masyarakat bisa mendapatkan kesempatan dan pemerataan juga terjadi perekonomian masyarakat luas.
3. Mempercepat pembangunan di desa
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memang lebih banyak beroperasi di perdesaan. Oleh karena itu lah salah satu fungsi yang dimiliki oleh BPR
adalah membantu mempercepat pembangunan suatu desa. Sehingga semua desa yang ada di Indonesia tidak ada yang menjadi desa
tertinggal lagi karena kurangnya edukasi tentang usaha.
Dimana peran BPR ini adalah untuk mendidik masyarakat tentang pola pembangunan nasional saat ini. Serta bagaimana membuat suatu desa
bisa lebih maju dari sebelumnya langsung dari tenaga yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di desa tersebut. BPR akan menyediakan dana
pinjaman desa agar pembangunan di desa ini bisa lebih cepat.
4. Menyediakan layanan perbankan
Selain ketiga fungsi diatas, fungsi utama dari Bank Perkreditan Rakyat adalah menyediakan layanan perbankan yang bisa di gunakan oleh
seluruh warga desa. Pelayanan perbankan yang disediakan oleh BPR ini bisa dibilang sangat membantu apalagi jika lokasi desa jaraknya
sangat jauh dari bank umum yang ada di pusat kota.
Sehingga dengan adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di desa maka warga desa bisa mendapatkan pelayanan perbankan tanpa harus jauh-
jauh ke kota. Layanan perbankan ini bisa berupa tabungan perseorangan ataupun penyediaan layanan pinjaman uang untuk warga yang
membutuhkan modal pinjaman.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Fungsi dan usaha Bank Perkreditan Rakyat


Usaha Bank Perkreditan Rakyat
Berikut usaha yang dapat dilaksanakan oleh BPR:
• Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
• Memberikan kredit.
• Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
• Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Jenis Bank Umum


Jenis bank umum dua macam yakni bank devisa dan bank non-
devisa.
• Bank Umum devisa adalah Bank Umum yang kegiatan usaha
perbankan dalam valuta asing memenuhi ketentuan Bank
Indonesia (BI).
• Bank Umum non-devisa adalah Bank Umum operasionalnya
terjadi di dalam negeri saja.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Jenis-jenis Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Sebelum membahas mengenai tujuan BPR Anda perlu mengetahui jenis-jenis dari Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). Jika dilihat berdasarkan kepemilikannya, maka Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dibagi menjadi dua
jenis yakni BPR yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah (idealnya dikelola oleh pemerintah daerah tingkat
II) dan yang kedua adalah BPR yang dikelola oleh swasta.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan pengelolaannya, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terbagi menjadi dua
kategori yakni BPR konvensional (BPR) dan BPR Syariah (BPRS).
Jika digolongkan berdasarkan jenisnya, maka Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat dikategorikan menjadi
tiga, yang pertama adalah BPR Badan Kredit Desa (BKD). BKD sendiri merupakan lembaga keuangan yang
berjalan di wilayah pedesaan. Akan tetapi pada tahun 1992, sesuai dengan yang tertera di Undang-Undang
Perbankan, BKD memiliki status sebagai BPR dengan sifat yang berbeda.
Contoh dari BPR badan kredit desa antara lain adalah bank Desa dan Lumbung Desa.
Jenis yang kedua yakni BPR Bukan Badan Kredit Desa. Contohnya seperti BPR LDKP (lembaga dana kredit
pedesaan), Bank Pasar, BKPD (bank karya produksi desa), hingga Bank Pegawai. Yang terakhir adalah
LDKP (lembaga dana dan kredit pedesaan), dimana LDKP ini dapat berbentuk sebuah perusahaan daerah
(PD), koperasi, perseroan terbatas (PT), atau bentuk lainnya yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan
pemerintah.
BAB 5
BANK UMUM & BANK PERKREDITAN RAKYAT

Perbedaan Bank Umum & BPR


• Bank Pengkreditan Rakyat, yaitu bank dengan kegiatan usaha yang
dilaksanakannya secara konvensional atau berdasarkan dari prinsip Syariah
sendiri di mana pada kegiatannya tidak ikut memberikan jasa sebagai lalu lintas
pembayaran. Sedangkan Bank Umum, yaitu bank dengan kegiatan usaha yang
dilakukannya secara konvensional berdasarkan dari prinsip Syariah sendiri
kegiatannya meliputi pemberian jasa sebagai lalu lintas pembayaran.
• Usaha Bank umum, meliputi perhimpunan dana yang ada pada masyarakat
melalui bentuk simpanan, seperti deposito berjangka, giro, tabungan, sertifikat
deposito dan bentuk kegiatan lainnya yang sama seperti contoh tersebut.
Sedangkan Usaha BPR, meliputi perhimpunan dana yang ada pada masyarakat
berbentuk simpanan, seperti tabungan, deposito berjangka maupun bentuk
kegiatan lainnya yang sama
BAB 6
SUMBER & PENGGUNAAN DANA BANK
BAB 6
SUMBER & PENGGUNAAN DANA BANK

Penghimpunan Dana
• Pengertian Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana merupakan kegiatan usaha lembaga keuangan dalam
menarik, dan mengumpulkan dana-dana dari masyarakat dan menampungnya
dalam bentuk simpanan, giro, tabungan, deposito atau surat berharga lainnya.
• Sumber-sumber penghimpunan Dana
Sumber dana merupakan dana yang terhimpun oleh bank yang nantinya akan
digunakan oleh bank untuk menjalankan fungsinya, perolehan dana ini dapat
berasal dari bank itu sendiri (berupa setoran modal pemilik saham dan laba
ditahan), atau dari masyarakat ( berupa tabungan, giro, deposito ) atau dari
lembaga lainnya.
BAB 6
SUMBER & PENGGUNAAN DANA BANK

Penggunaan Dana
• Pengertian Penggunaan Dana
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban apabila
dibiarkan tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan yang produktif. Dana yang
dihimpun bukan dana yang semuanya murah, tetapi sebagian besar adalah
dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar
imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan pada kebutuhan tersebut dan juga
memperoleh penerimaan bank dalam rangka menutup biaya-biaya lain serta
mendapatkan keuntungan, maka bank berusaha mengalokasikan dananya
dalam berbagai bentuk aset dengan berbagai macam pertimbangan.
BAB 6
SUMBER & PENGGUNAAN DANA BANK

Penggunaan Dana
• Pertimbangan Penggunaan Dana
Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aset tertentu dalam mengalokasian
dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Ada tiga hal utama
yang menjadi perhatian bank. Hal tersebut adalah resiko, hasil, dan jangka waktu.
a. Resiko dan Hasil.
Pengalokasian dana dalam berbagai bentuk aset selalu berkaitan dengan aspek resiko dan “rate
of return” dari aset tersebut. Bank menginginkan bentuk aset yang beresiko serendah mungkin,
namun dapat menghasilkan penerimaan atau rate of return setinggi mungkin. Tetapi hubungan
antara tingkat resiko dan rate of return yang searah dalam setiap bentuk investasi ataupun aset.
Semakin tinggi rate of return yang diperoleh dari suatu aset, maka semakin tinggi pula tingkat
resiko yang ditanggung dan sebaliknya.
BAB 6
SUMBER & PENGGUNAAN DANA BANK

Penggunaan Dana
• Pertimbangan Penggunaan Dana
b. Jangka waktu dan Likuiditas
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank menyangkut berbagai macam jangka
waktu pengembaliannya. Bank memilih berbagai macam bentuk aset dengan
memepertimbangkan jangka waktu aset tersebut dapat dijadikan alat likuid.
Sumber-sumber dana jangka pendek menuntut agar bank m,engalokasikan
sejumlah tertentu dana dalam bentuk aset yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi
sehingga sewaktu kewajibannya jatuh tempo bank mempunyai cukup alat likuid
untuk memenuhi kewajibannya. Bank juga harus menyediakan sejumlah alat
likuid dengan tujuan memenuhi kewaiban giral minimum yang ditetapkan BI.
Pengalokasian dana juga diperlukan dalambentuk aset tetap seperti bangunan,
mobil, tanah dan komputer untuk keperluan kegiatan usahanya.
BAB 6
SUMBER & PENGGUNAAN DANA BANK

Alternatif Penggunaan Dana


Alokasi dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat dalam bentuk-bentuk
sebagai berikut:
a. Cadangan Likuiditas.
Aset ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Resiko
dari aset ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu banyak mengharapkan
adanya penerimaan dalam jumlah yang tinggi dan aset ini disebut dengan aset
tidak produktif. Cadangan likuiditas terdiri dari dua kategori yaitu: cadangan
primer dan cadangan sekunder. Contoh cadangan primer bisa dalam bentuk
uang kas, saldo pada bank sentral, saldo pada bank lain, dan warkat dalam
proses penagihan. Untuk cadangan sekunder aset ini dapat berupa Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang
Negara, dan Sertifikat Deposito.
BAB 6
SUMBER & PENGGUNAAN DANA BANK

Alternatif Penggunaan Dana


b. Penyaluran Kredit.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan pada persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu.
c. Investasi.
Investasi memiliki rate of return yang cukup tinggi selain penyaluran kredit. Investasi dapat
berupa penanaman dana dalamsurat-surat berharga jangka menengah dan panjang, atau
berupa penyertaan langsung pada badan usaha lain. Bentuk surat berharga tersebut antaralain
adalah saham dan obligasi.
d. Aset Tetap dan Inventaris.
Aset ini termasuk aset yang tidak produktif dalam menghasilkan penerimaan oleh BI karena aset
ini resikonya cukup tinggi. Resiko ini dikaitkan karena mudah rusak, terbakar, atau hilangnya dari
aset tetap dan inventaris. Tetapi pengalokasian dana juga diperlukan untuk aset ini karena bank
memerlukan kantor, mobil, komputer dan lain-lain untuk kegiatan usahanya.
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
Transfer
Transfer adalah pemindahan dana antar rekening disuatu tempat ketempat
yang lain,baik untuk kepentingan nasabah (debitur/nondebitur) dan atau untuk
kepentingan bank itu sendiri. Remitter, yaitu pihak yang mengajukan
permohonan pengiriman uang.
Inkaso
Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh nasabah (baik perusahaan
maupun perorangan) untuk melakukan penagihan terhadap surat-surat
berharga (baik yang berdokumen maupun yang tidak berdokumen) yang harus
dibayar setelah pihak yang bersangkutan (pembayar atau tertarik) berada
ditempat lain (dalam atau luar negeri)menyetujui pembayarannya.
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
Bank Garansi
Bank Garansi adalah jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank
kepadanasabah, yang mengakibatkan bank akan membayar kepada pihak yang
menerimajaminan apabila pihak yang dijamin (dalam hal ini adalah nasabah yang
bersangkutan)cidera janji (wan prestasi).

Letter of Credit
Letter of Credit adalah metode pembayaran pada perdagangan internasional yang
bertujuan agar eksportir mendapatkan langsung pembayaran dari importir tanpa
menunggu konfirmasi dari negara pengimpor.
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
Wali Amanat
Bank bertindak sebagai wali amanat yang bertugas mewakili dan melindungi kepentinganpemegang surat
berharga yang efeknya bersifat utang/ obligasi. Dalam hal ini yang dapatbertindak sebagai wali amanat
adalah bank umum yang sudah terdaftar di BadanPengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK).

Kliring
Kliring adalah metode pemindahan atau transfer uang antar rekening yang disebut juga dengan istilah Lalu Lintas Giro
(LLG). Metode transfer yang tersedia ada tiga macam dan salah satunya adalah kliring yang biasa dimanfaatkan
nasabah untuk memindahkan sejumlah uang. Baik ke rekening pribadi maupun rekening orang lain.
Selain kliring, ada juga metode transfer lainnya yakni Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Real Time Online.
Ketiganya adalah metode dengan tujuan yang sama, yakni memindahkan uang antar rekening
Manfaat Kliring
• Meningkatkan efisiensi dalam sistem pembayaran nasional.
• Mempercepat layanan transfer dana sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
• Memberikan akomodasi yang lebih luas kepada pengguna untuk dapat melakukan transaksi dengan jumlah yang
besar, baik itu secara individu ataupun perusahaan.
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
Pengertian Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan ata
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain,
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya seteah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
Pertimbangan Penyaluran Dana
Hal-hal yang selalu ingin diketahui bank sebelum menyalurkan dananya dalam bentuk kredit maupun
pembiayaan berdasar prinsip syariah adalah:
a) Perizinan dan Legalitas
Perizinan dan aspek legalitas tersebut antara lain izin mendirikan bangunan (IMB), Surat izin tempat
usaha, Sertifikat tanah dll.
b) Karakter
Untuk menilai karakter suatu nasabah dan meramalkan perilakunya di masa yang akan datang, bank
hanya dapat menggunakan beberapa indikator, yaitu : profesi, penampilan, lingkungan
sosial,pengalaman dan tindakan perilaku di masa yang akan datang
c) Pengalaman dan Manajemen
Pengalaman dan manajemen sangat memepengaruhi kemampuan kinerja nasabah
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
Jenis – Jenis Kredit
a. Kredit Investasi
Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau
penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu
di atas 1(satu) tahun. Contoh jenis kredit ini adalah kredit untuk membangun pabrik atau
membeh peralatan pabrik seperti mesin-mesin.
b. Kedit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka
waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 (satu) tahun. Contoh kredit ini adalah untuk membeli
bahan baku, membayar gaji karyawan dan modal kerja lainnya.
c. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau
memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. Contoh jenis-kredit ini adalah
kredit untuk membeli barang dagangan yang diberikan kepada para suplier atau agen.
BAB 7
PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING & JASA LALU LINTAS
PEMBAYARAN)
Jenis – Jenis Kredit
d. Kredit Produktif
Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan. Dalam arti
kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari
hasil usaha yang dibiayai.
e. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan pribadi misainya keperluan konsumsi, baik
pangan, sandang maupun papan. Contoh jenis kredit ini adalah kredit perumahan, kredit
kendaraan bermotor yang kesemuanya untuk dipakai sendiri.
f. Kredit Profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter atau
pengacara.
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia
Landasan hukum pada perbankan syariah sudah mengalami beberapa kali perubahan. Hal ini sangat wajar
terjadi, sebab dalam hukum selalu ada pembaharuan. Sehingga, aturan di dalamnya relevan dengan keadaan
saat berlaku.
Sama halnya dengan dasar hukum bank syariah yang sudah mengalami tiga kali perubahan. Agar Anda
memahaminya dengan lebih jelas, maka simak dasar hukum dari bank dengan prinsip syariah di bawah berikut:
1. Landasan Hukum Pertama UU No.7 Tahun 1992
Dasar hukum ini adalah yang pertama kali muncul dalam sejarah perbankan syariah di Indonesia. Saat
ditetapkan undang-undang tersebut, bank yang mengusung hukum islam ini masih berbentuk pengkreditan
rakyat.
Bentuk pengkreditan rakyat ini mengadopsi asas bagi hasil sesuai yang sudah ditentukan pemerintah pada
dasar hukum bank syariah tersebut. Sebab, prinsip bagi hasilnya dianggap masih sesuai dengan prinsip
ekonomi islam.
Pengertian bagi hasil sendiri adalah membagikan keuntungan bersih dari bank tersebut kepada nasabah.
Besarnya pembagian hasil, sudah ditentukan sebelumnya pada saat akad. Tapi semakin berjalannya waktu,
kegiatan ekonomi semakin kompleks.
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia
2. Landasan Hukum Kedua UU No. 10 Tahun 1998
Kegiatan perekonomian yang kompleks tersebut membuat pemerintah harus membuat pembaharuan
terhadap undang-undang. Khususnya dasar hukum bank syariah. Sebab, semakin hari semakin banyak
peminatnya. Sehingga, undang-undang sebelumnya disempurnakan lagi menjadi UU No. 10 Tahun 1998.
Pada landasan hukum ini, penjelasan tentang pengertian, serta prinsip lebih terelaborasi.
Bisa dibilang, undang-undang ini cukup kuat. Sebab, sudah mulai banyak aspek yang dibahas dan lebih detail
dari UU sebelumnya.
3. Landasan Hukum ketiga UU No. 21 Tahun 2008
Dasar hukum bank syariah berikutnya yang masih digunakan saat ini adalah UU No. 21 Tahun 2008.
Peraturan dalam perundang-undangan satu ini jauh lebih detail dan mendalam membahas mengenai
perbankan satu ini. Beberapa aspek yang menjadi poin utama dalam undang-undang satu ini adalah jenis
usaha, penyaluran dana, kelayakan dalam berusaha, hingga hal yang harus dihindari. Semuanya di bahas
secara lebih jelas. Terdapat dasar hukum bank syariah lainnya yaitu Peraturan Bank Indonesia
10/16/PBI/2008 Tahun 2008. Dasar hukum ini cukup kuat dan digunakan secara menyeluruh oleh perbankan
yang mengusung prinsip islam.
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Pengertian Prinsip Syariah
Prinsip utama operasional bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan perintah
dan larangan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasul Muhammad SAW Larangan terutama berkaitan
dengan kegiatan bank yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara kegiatan
bank berdasarkanprinsip syariah dengan bank konvensional pada dasarnya terletak pada sistem
pemberian imbalan atau jasa dari dana. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank
berdasarkan prinsip syariah tidak menggunakan sistembunga dalam menentukan imbalan atas dana
yang digunakan atau dititipkan olehsuatu pihak. Penentuan imbalan terhadap dana yang dipinjamkan
maupun dana yang simpan di bank didasarkan pada prinsip bagi hasil sesuai dengan hukumIslam.
Perlu diakui bahwa ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa sistem bunga yang
diterapkan oleh bank konvensional, yaitu imbalan penggunaan dana dalam jumlah persentase
tertentu untuk jangka waktu tertentu, merupakan pelanggaran terhadap prinsip syariah. Dalam
hukum Islam, bunga adalah riba dandiharamkan. Ditinjau dari sisi pelayanan terhadap masyarakat
dan pemasaran,adanya bank atas dasar prinsip syariah merupakan usaha untuk melayani
danmendaya gunakan segmen pasar perbankan yang tidak setuju atau tidak menyukai sistem
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Perbedaan Bank Konvensionl dan Bank Syariah
1. Tujuan
Perbedaan bank konvensional dan bank syariah yang kedua adalah tujuannya. Bank
konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan bebas nilai atau dengan prinsip yang dianut
oleh masyarakat umum. Sedangkan bank syariah tidak hanya berorientasi pada profit saja, tapi
juga pada penerapan nilai syariahnya. Sehingga, aktivitas perbankan yang mereka jalankan juga
memperhatikan aspek akhirat.
2. Sistem Operasional
Perbedaan bank konvensional dan bank syariah yang ketiga ada pada sistem operasionalnya.
Pada bank konvensional, menerapkan suku bunga dan perjanjian secara umum yang didasarkan
pada aturan nasional. Akad antara bank dan nasabah dilakukan berdasarkan kesepakatan
jumlah suku bunga. Sedangkan bank syariah tidak menerapkan bunga dalam transaksinya,
karena menganggap bunga sebagai bagian dalam riba. Oleh karena itu, sistem operasional pada
bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah, di mana nasabah dan pihak bank
melakukan kesepakatan berdasarkan pembagian keuntungan dan melibatkan kegiatan jual beli.
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Perbedaan Bank Konvensionl dan Bank Syariah
3. Pengelolaan Dana
Perbedaan bank konvensional dan bank syariah yang keempat dapat dilihat dari proses pengelolaan
dananya. Bank konvensional dapat melakukan pengelolaan dana di dalam seluruh lini bisnis
menguntungkan di bawah naungan Undang-Undang.
Sedangkan, bank syariah menggunakan aturan Islam dalam mengelola uang nasabahnya. Bank syariah
akan mengelola dana nasabah pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam. Jadi, uang nasabah tidak
boleh diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha yang bertentangan dengan nilai Islam.
4. Hubungan Nasabah dan Bank
Perbedaan bank konvensional dan bank syariah yang kelima yaitu pada hubungan antara nasabah dan
pihak bank. Dalam bank konvensional, hubungan antara nasabah dan lembaga perbankan yaitu debitur dan
kreditur. Nasabah berperan sebagai kreditur, sementara pihak bank berperan sebagai debitur.
Sementara pada bank syariah, hubungan antara nasabah dan bank terbagi menjadi 4 jenis, yaitu penjual-
pembeli, kemitraan, sewa dan penyewa. Dalam penggunaan akad murabahah, istishna, dan salam, pihak
bank berperan sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Ketika melakukan akad musyarakah dan
mudharabah maka hubungan yang berlaku adalah kemitraan. Sedangkan akad ijarah memposisikan bank
sebagai pemberi sewa dan nasabah sebagai penyewa.
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Perbedaan Bank Konvensionl dan Bank Syariah
5. Bunga
Perbedaan bank konvensional dan bank syariah yang terakhir adalah sistem
bunga. Perbedaan ini sekaligus yang paling menonjol dari kedua jenis bank ini.
Jika bank konvensional menerapkan suku bunga sebagai acuan dasar dan
keuntungan, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga tersebut. Bank
syariah akan menggunakan imbal hasil atau nisbah, yang diperoleh dari
pembagian keuntungan antara bank dan nasabah.
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Kegiatan Usaha Bank Syariah
1. Penghimpunan dana
Di kategori usaha penghimpunan dana, setidaknya bank syariah memiliki
dua prinsip, yakni wadiah dan mudharabah.
a) Penghimpunan dana berprinsip wadiah
Prinsip wadiah berarti “titipan”. Dengan begitu, penitip dapat mengambil
uang yang dititipkannya di bank kapan pun waktunya. Selama ini ada dua
jenis wadiah, yakni: Wadiah yad dlamana (jika belum diambil penitip dapat
digunakan oleh pihak yang dititipkan) Wadiah yad amanah (pihak yang
dititipkan tidak boleh menggunakan uang dari penitip)
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Kegiatan Usaha Bank Syariah
b) Penghimpunan dana berprinsip mudharabah
Dalam prinsip mudharabah, terjalin kerja sama antara pemilik dana dengan
orang yang mengelola dana tersebut. Prinsip mudharabah ini terbagi
menjadi tiga jenis berikut:
• Mudharabah muthlaqah (memberi kuasa penuh pada pengelola uang
untuk menjalankan usaha apapun)
• Mudharabah muqayyadah (pemilik uang punya batasan-batasan tertentu
untuk pengguna uangnya)
• Mudharabah musytarakah (pengelola ikut serta menanamkan modal
dalam sebuah investasi).
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Kegiatan Usaha Bank Syariah
2. Penyaluran dana
Dalam kategori kegiatan usaha penyaluran dana ke masyarakat, bank syariah mempunyai
3 jenis metode, yaitu jual-beli, investasi, dan sewa/penyewaan.
a. Jual-beli
Ketika melakukan jual beli, bank syariah memiliki tiga macam skema yang meliputi
mudharabah, salam, dan istishna’. Berikut penjelasan terkait tiga skema tersebut:
• Mudharabah (penjual dan pembeli menyepakati keuntungan yang nantinya diambil oleh
masing-masing)
• Salam (pembeli musti melunasi pembayaran sebelum mendapatkan barang)
• Istishna (pembeli memberi arahan pada penjual untuk menyediakan barang yang
sesuai kualifikasi dan penjualannya sesuai kesepakatan yang terjadi antara keduanya).
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Kegiatan Usaha Bank Syariah
b. Investasi
Di skema investasi, ada jenis mudharabah dan musyarakah. Pada bagian mudharabah,
kegiatan investasi dijalankan berdasarkan persetujuan pemodal dan pengelola. Jika
untung, keduanya akan membagi hasil. Namun, ketika rugi, hanya pengelola modal yang
mendapatkan bagiannya. Adapun musyarakah merupakan investasi beberapa pihak untuk
menjalankan kegiatan usaha yang halal. Jika untung, uang akan dibagikan sesuai dengan
porsi modal yang mereka tanam. Lalu, kerugian pun dihitung berdasarkan banyaknya
modal yang ditanam mereka.
c. Sewa-menyewa
Sama seperti investasi, sewa-menyewa pada bank syariah memiliki dua jenis, yaitu ijarah
dan Ijarah mumtahiya bittamlik. Berikut keterangan mengenai kedua skema tersebut:
• Ijarah (pemindahan hak pakai barang atau jasa dalam kurun waktu yang ditetapkan
tanpa balik nama kepemilikan)
• Ijarah mumtahiyah bittamlik (pihak yang menyediakan barang berjanji untuk menjual
barang tersebut di akhir periode penyewaan).
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Kegiatan Usaha Bank Syariah
3. Jasa Pelayanan
Layanan yang dijalankan bank syariah dijalankan berdasarkan 4 buah akad
yang meliputi wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn. Berikut ini keterangan
mengenai masing-masing akad tersebut:

a. Wakalah Di akad
Wakalah, serah terima yang diarahkan kepada orang yang ternyata tidak
dapat memenuhi permintaan. Dengan begitu, orang yang diberikan amanah
tidak dapat diganti hingga orang tersebut dapat melakukan tugasnya
secara sempurna.
BAB 8
BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Kegiatan Usaha Bank Syariah
b. Hawalah
Akad hawalah digunakan saat salah satu pihak memindahkan tagihan kepada
orang lain—yang memiliki hutang terhadap orang yang ditagih.
c. Kafalah
Di akad kafalah, seseorang (pihak kedua) diberikan jaminan oleh pihak
pertama. Dengan begitu, pembayaran dapat dilakukan oleh pihak pertama
kendati yang nantinya mendapatkan hak atas barang adalah pihak kedua.
d. Rahn
Akad rahn berarti menahan aset nasabah sebagai jaminan. Biasanya,
penahanan aset ini dilakukan ketika seseorang melakukan peminjaman uang
ke bank. Akad Rahn menyerupai gadai.
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Bentuk dan status lembaga Penjamin Simpanan


Terdapat beberapa bentuk dan status Lembaga Penjamin Simpanan, sebagai berikut
1. LPS dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan
2. LPS adalah badan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
3. LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya
4. LPS bertanggung jawab kepada Presiden
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
Fungsi Lembaga penjamin Simpanan (LPS)
Fungsi LPS adalah menciptakan dan memelihara stabilitas sistem keuangan
bersama dengan menteri keuangan, Bank Indonesia dan Lembaga Pengawas
Perbankan sesuai dengan peran dan tugas masing-masing.

Dalam Pasal 4 UU LPS, fungsi Lembaga Penjamin Simpanan adalah:

• Menjamin simpanan nasabah penyimpan


• Turut aktif dan memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai
kewenangannya.
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
Lembaga penjamin simpanan juga memilliki tugas. Tugas Lembaga Penjamin
Simpanan menurut Pasal 5 UU No. 24 Tahun 2004, diantaranya sebagai berikut:

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan.


2. Melaksanakan penjaminan simpanan.
3. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara
stabilitas sistem perbankan.
4. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaian Bank
Gagal (bank resolution) yang tidak berdampak sistemik.
5. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik.
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan
• menetapkan dan memungut premi penjaminan
• menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali
menjadi peserta
• melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
• mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan
keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak
melanggar kerahasiaan bank
• melakukan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data
tersebut pada angka 4
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

• menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran


klaim
• menunjuk, menguasakan, dan/atau menugaskan pihak lain
untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS,
guna melaksanakan sebagian tugas tertentu
• melakukan penyuluhan kepada bank dan masyarakat
tentang penjaminan simpanan
• menjatuhkan sanksi administrative
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Bank peserta LPS


Berdasarkan Pasal 8 Ayat (1) yang berbunyi: Kewajiban untuk mengikuti
Penjaminan berlaku pula bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri yang melakukan kegiatan perbankan dalam wilayah Republik
Indonesia. Sedangkan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia
yang melakukan kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak
termasuk dalam Penjaminan.
Ayat (2): Pengecualian Badan Kredit Desa menjadi peserta penjaminan
mengingat operasional Badan Kredit Desa tidak seperti Bank sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan.
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Maka dapat disimpulkan bahwa para peserta dari Lembaga Penjamin Simpanan
adalah sebagai berikut:
1. Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia wajib menjadi peserta Penjaminan.
2. Bank peserta penjaminan meliputi seluruh Bank Umum (termasuk kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan
perbankan dalam wilayah Republik Indonesia) dan Bank Perkreditan Rakyat,
baik bank konvensional maupun bank berdasarkan prinsip syariah.
3. Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di Indonesia yang melakukan
kegiatan perbankan di luar wilayah Republik Indonesia tidak termasuk dalam
Penjaminan
4. Bank Kredit Desa tidak termasuk dalam peserta Klaim Penjaminan
BAB 9
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
Klaim Penjaminan
Dalam pembayaran klaim ini terdapat nasabah yang layak dan tidak layak
dibayar klaimnya. LPS melakukan pembayaran klaim penjaminan kepada
nasabah penyimpan dari bank yang dicabut izin usahanya sepanjang telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh UU LPS. Kriteria simpanan
layak bayar oleh LPS adalah :

1. Tercatat dalam pembukuan bank.


2. Tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga penjaminan. Namun
untuk tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga penjaminan yang
berlaku untuk bank syariah.
3. Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Pengertian Pasar Uang
Pasar uang adalah tempat pertemuan abstrak dimana para pemilik dana
jangka pendek dapat menawarkan kepada pihak lain yang
membutuhkannya, baik secara langsung maupun melalui perantara. Dana
jangka pendek adalah dana-dana yang dihimpun dari perusahaan maupun
perorangan dengan batasan waktu hingga satu tahun yang dapat
diperjualbelikan di pasar uang. Contoh instrumen investasi pasar uang
adalah: simpanan berjangka, Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito,
dan lainnya.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Tujuan Pasar Uang
Dari pihak yang membutuhkan dana atau modal:
1. Memenuhi kebutuhan jangka pendek, seperti menyelesaikan kewajiban membayar utang
jangka pendek yang segera akan jatuh tempo.
2. Memenuhi kebutuhan likuiditas yang disebabkan karena terjadinya kekurangan uang kas
atau uang tunai.
3. Memenuhi kebutuhan modal kerja seperti biaya-biaya operasi, upah karyawan, pembelian
bahan baku.
4. Sedang mengalami kalah kliring.

Dari pihak yang menanamkan dana atau modal:


5. Memperoleh keuntungan dengan tingkat suku bunga tertentu.
6. Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan.
7. Spekulasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar dalam waktu
relatif singkat pada keadaan ekonomi tertentu.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Instrumen Pasar Uang
1. Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia adalah salah satu instrumen pasar uang milik
negara. Produk pasar utang ini diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan
jangka waktu antara 1-3 bulan menggunakan sistem diskonto dan imbal
hasil yang bisa didapatkan yaitu berupa bunga.
2. Sertifikat Deposito
Instrumen pasar uang yang kedua adalah sertifikat deposito yang
merupakan surat berharga pasar uang yang diterbitkan oleh bank dan
dapat dipindahtangankan. Sertifikat deposito adalah produk pasar uang
yang mudah diperjualbelikan dan dicairkan karena merupakan surat atas
tunjuk.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
3. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Selanjutnya dalam jenis pasar uang terdapat Surat Berharga Pasar
Uang atau SBPU. SBPU sendiri adalah surat berharga yang dikeluarkan
oleh bank sebagai surat pelunasan utang atas persetujuan nasabah.
SPBU adalah salah satu instrumen pasar uang yang dapat
diperjualbelikan di pasar uang.
4. Call Money
Call Money adalah salah satu instrumen pasar uang yang memiliki
fungsi untuk pengalihan sementara kelebihan uang jangka pendek dari
bank. Karena jangka pendek, jatuh tempo pada Call Money hanya sampai
tujuh hari saja.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Pengertian Pasar Valuta asing
Pasar Valuta Asing atau yang biasa disebut Valas, adalah pertukaran uang dari nilai mata uang
yang berbeda. Valuta asing merupakan suatu mekanisme di mana orang dapat mentransfer
daya beli antarnegara, memperoleh atau menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan
internasioanal, dan meminimalkan kemungkinan resiko kerugian (exposure of risk) akibat
terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang.

Tujuan Melakukan Transaksi Valuta asing


Ada beberapa tujuan melakukan transaksi valas, baik yang dilakukan oleh perusahaan ataupun
individu, yaitu :
• Untuk transaksi pembayaran.
• Mempertahankan daya beli.
• Pengiriman uang ke luar negeri.
• Mencari keuntungan.
• Pemagaran risiko.
• Kemudahan berbelanja.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing
1. Transaksi Spot
Transaksi spot adalah transaksi yang berupa pembelian dan penjualan valas atau mata uang asing
dengan cara serah terima dan pembayaran antar bank segera diselesaikan dalam waktu dua hari kerja.
2. Transaksi Forward
Kontrak transaksi jenis ini ditandatangani pada hari yang sama dan dalam waktu yang cepat, serta
pembayarannya dilakukan sesuai dengan tanggal yang ditetapkan. Transaksi ini disebut transaksi
berjangka.
3. Transaksi Swap
Transaksi ini melibatkan kontrak pembelian dan penjualan valas dengan menggunakan harga spot yang
sudah dikombinasikan dengan transaksi pembelian dan penjualan valas dengan harga forward.
Transaksi ini adalah kombinasi transaksi spot dan transaksi forward.
4. Transaksi Option
Transaksi ini biasanya ada untuk mereka yang melakukan trading valas. Transaksinya berupa kontrak
yang akan dipakai untuk mendapatkan hak dalam upaya membeli atau menjual valuta asing pada harga,
rentang waktu, dan tanggal akhir tertentu.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL

Margin Trading
• Margin trading adalah situasi yang terjadi ketika investor membeli aset dengan
meminjam saldo dari pialang saham mereka. Pada kondisi seperti ini, pembeli
atau investor yang menggunakan margin trading mengacu kepada
pembayaran awal yang dilakukan kepada broker untuk aset tersebut.

Pengertian Pasar Modal


• Pasar modal adalah kegiatan dalam melakukan transaksi jual beli surat
berharga atau efek antara investor dan perusahaan emiten serta pelaku
pasar modal lainnya. Sementara, tempat yang dijadikan sebagai pasar
modal adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Perkembangan Pasar Modal
Pasar modal atau bursa efek pertama kali hadir pada zaman kolonial Belanda atau tepatnya
pada Desember 1912 di Batavia atau kini dikenal sebagai Jakarta. Saat itu, pasar modal didirikan
oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengakomodir kepentingan mereka atau VOC.
Kevakuman berkali-kali terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Penyebabnya pun
bermacam-macam, mulai dari Perang Dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial Hindia Belanda ke Republik Indonesia, hingga keadaan kahar lainnya yang membuat
pasar modal lumpuh dan tak bisa beroperasi. Tujuh tahun selepas itu atau tepatnya pada 1925,
Bursa Efek di Jakarta kembali dibuka berbarengan dengan Bursa Efek di Semarang dan
Surabaya. Namun, Bursa Efek di Semarang dan Surabaya hanya mampu beroperasi selama 14
tahun setelah terpaksa ditutup pada awal 1939 akibat Perang Dunia II. Sementara itu, Bursa Efek
di Jakarta juga terpaksa ditutup mulai 1942 hingga 1952 akibat Perang Dunia II yang
berkecamuk kala itu. Setelah Perang Dunia II berakhir, Bursa Efek di Jakarta memiliki peluang
untuk kembali beroperasi, tetapi adanya program nasionalisasi perusahaan Belanda membuat
Bursa Efek jadi makin tidak aktif.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Tercatat, perdagangan di Bursa Efek vakum pada 1956 hingga 1977. Kemudian Bursa Efek
kembali beroperasi setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 10 Agustus 1977. BEJ pada
saat itu berjalan di bawah kendali Badan Penanaman Modal (BAPEPAM). Pengaktifan kembali
pasar modal ini juga ditandai dengan go public yang dilakukan oleh PT Semen Cibinong sebagai
emiten pertama. Selama satu dasawarsa sejak kembali diresmikan, perdagangan di Bursa Efek
tidak terlampau meyakinkan dan cenderung lesu lantaran pada 1987 hanya ada 24 emiten yang
terdaftar. Pada saat itu, masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen
pasar modal. Kemudian pada 1987, Bursa Efek menghadirkan Paket Desember 1987 (PAKDES
87) guna memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia. Kemudian pada periode 1988-1990, paket
deregulasi di bidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta (BEJ)
kemudian terbuka untuk asing sehingga membuat aktivitas bursa mulai menunjukkan adanya
peningkatan. Berikutnya pada 18 November 1995, pemerintah mengeluarkan Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. UU tersebut kemudian mulai diberlakukan pada
Januari 1996.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Pencapaian lainnya dari pasar modal Indonesia terjadi pada 30 November 2007 ketika Bursa
Efek Surabaya (BES) bergabung ke BEJ dan kemudian berubah nama menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI). Perkembangan pasar modal Indonesia begitu pesat sejak 2007 atau sejak
kemunculan BEI. Pada 2012, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdiri untuk menjadi pengawas BEI
dalam seluk beluk operasinya dan pada tahun yang sama BEI meluncurkan prinsip syariah dan
mekanisme perdagangan syariah. Selanjutnya pada 12 November 2015, BEI meluncurkan
kampanye Yuk Nabung Saham guna memberikan edukasi dan mengajak masyarakat untuk
mulai menabung dalam bentuk saham. Setahun setelahnya atau tepatnya pada 18 April 2016
IDX Channel resmi diluncurkan untuk semakin bisa menyebarkan informasi terkait pasar modal
kepada khalayak, baik investor maupun masyarakat biasa. Pasar modal Indonesia atau BEI telah
berkembang pesat dan hingga saat ini tercatat sudah ada 738 emiten yang terdaftar sebagai
perusahaan tercatat di BEI. Jumlah ini pun tentunya akan terus berkembang seiring dengan
makin banyaknya perusahaan yang ingin go public.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Lembaga-lembaga yang terlibat di Pasar Modal
• Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM)
Berfungsi mengawasi dan membina bursa efek, serta menilai perusahaan-perusahaan yang
akan menjual saham ke pasar modal.
• Lembaga Kliring dan Penjaminan
Berkewajiban menetapkan peraturan mengenai kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi bursa.
• Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
Lembaga yang terlibat dalam pasar modal berikunya adalah KSEI yang menjadi salah satu pihak
yang pasti sudah akrab di telinga para investor termasuk investor pemula. Saat kamu membeli
instrumen pasar modal, kamu kan mendapatkan pemberitahuan berupa progress transaksi
melalui email aktif dari KSEI
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
• Underwriter (Penjamin Emisi Efek)
Penjamin emisi efek atau yang sering disebut underwriter merupakan institusi yang terikat
kontrak langsung dengan emiten tertentu. Secara sederhana, underwriter memiliki tugas utama
untuk mencatat, melakukan penawaran umum hingga menjamin seluruh transaksi efek emiten
yang bersangkutan telah sesuai dengan prosedur yang ada. Underwriter juga berperan untuk
memastikan nilai penjualan dan pembayaran efek terkait telah sesuai dan diemisikan kepada
emiten.

• Wali Amanat
Wali amanat adalah wakil dari investor atau pemegang saham dalam menangani hal berkaitan
dengan transaksi pasar modal. Lembaga ini juga bisa berperan seperti pengacara dimana
mengajukan tuntutan hingga ranah pengadilan bila pelaku pasar modal mengalami masalah yang
harus diselesaikan dalam jalur hukum.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Proses Penawaran Umum (Go Public)
Go Public atau sering disebut juga Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran saham yang
dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat (publik). Dengan menawarkan saham kepada
publik, maka perusahaan tersebut akan tercatat di bursa menjadi perusahaan publik / terbuka.
Ada beberapa proses yang harus dilalui perusahaan untuk go public, antara lain:

1. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses go public. Pada tahap yang paling awal, perusahaan perlu melakukan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham
dalam rangka go public. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya perusahaan menunjuk
penjamin pelaksana emisi serta lembaga lain untuk membantu proses go public..
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
• Penjamin Pelaksana Emisi (Lead Underwriter). Merupakan pihak yang paling banyak
keterlibatannya dalam membantu perusahaan dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan
yang dilakukan penjamin pelaksana emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen,
membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan saham
perusahaan.

• Akuntan Publik (Auditor Independen). Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas
laporan keuangan perusahaan.
• Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai
wajar dari aktiva tetap tersebut.
• Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
• Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian
dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, perusahaan menyampaikan pendaftaran kepada lembaga terkait (Otoritas Jasa
Keuangan atau OJK).
3. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham
kepada masyarakat (penawaran saham di pasar perdana atau IPO). Investor dapat membeli
saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Perlu diingat pula bahwa tidak
seluruh keinginan investor terpenuhi dalam membeli saham perusahaan yang akan go public.
Misal, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin
dibeli seluruh investor berjumlah 500 juta saham. Maka terdapat kelebihan permintaan
(oversubscribed). Supaya adil maka biasanya dilakukan penjatahan (allotment).
4. Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di
Bursa Efek Indonesia. Investor yang tidak kebagian di pasar perdana, bisa membeli di pasar
sekunder di Bursa Efek Indonesia.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Proses Pencatatan Efek di Bursa Efek Indonesia
Saham yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditempatkan di dua papan pencatatan,
yaitu Papan Utama dan Papan Pengembangan. Setiap jenis papan memiliki syarat pencatatan
yang berbeda. Papan Utama ditujukan untuk saham perusahaan tercatat yang berskala besar,
yang memiliki aktiva bersih minimal Rp100 miliar. Sementara Papan Pengembangan hanya
mensyaratkan minimal ekuitas bersih Rp5 miliar.Papan Pengembangan dibuat untuk mencatat
saham perusahaanperusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan
Utama, atau saham-saham yang dikategorikan sebagai perusahaan yang prospektif namun
belum membukukan keuntungan. Jumlah investor juga menentukan penempatan saham di
kedua papan. Untuk bisa dicatat di Papan Utama, jumlah pemegang saham paling sedikit 1.000,
sementara pada Papan Pengembangan, saham yang dicatat diimiliki minimal 500 pemegang
saham.
BAB 10
PASAR UANG & PASAR MODAL
Produk-produk di Pasar Modal
1. Saham
Saham adalah sebuah instrumen pasar keuangan yang berupa tanda penyertaan modal
seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
2. Reksadana
Reksadana adalah sebuah produk investasi yang portofolio efeknya dikelola oleh manajer
investasi.
3. Surat Berharga EFT
Surat berharga EFT biasanya dijual dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan memiliki kesamaan
seperti reksadana karena modal yang kamu berikan akan dikelola oleh yang profesional.
4. Saham Derivatif
Saham derivatif juga seperti surat berharga, akan tetapi memiliki mekanisme yang berbeda.
Saham ini memiliki dua turunan yaitu warrant dan right.
5. Surat Obligasi atau Utang
Obligasi adalah sebuah instrumen pasar modal yang diterbitkan oleh perusahaan dalam bentuk
penerbitan surat utang. Contoh obligasi adalah Sukuk atau Surat Utang Negara.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN
Pengertian sewa guna usaha
Sewa Guna Usaha (Leasing) didefinisikan sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease), untuk digunakan oleh Penyewa
Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan (Lessor).
Pengadaan barang modal melalui leasing juga dapat dilakukan dengan cara pembelian barang
Penyewa Guna Usaha (Lessee) oleh Perusahaan Pembiayaan (Lessor) yang kemudian
disewagunausahakan kembali oleh Penyewa Guna Usaha. Pengadaan dengan cara ini disebut
Sales and Lease Back.

Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha masih berlaku, hak milik atas barang modal obyek
transaksi berada pada Perusahaan Pembiayaan.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN

Perkembangan leasing di Indonesia


Leasing di Indonesia mulai muncul pertama kali pada tahun 1974.
Pada awal kemunculan leasingini tidak menunjukkan suatu
perkembangan yang berarti. Hingga tahun 1980 jumlah
perusahaanleasing yang ada hanya sebanyak 5 buah. Setelah itu di
tahun 1981 meningkat menjadi 8 buah perusahaan. Perkembangan
ini mencapai puncaknya pada akhir tahun 1984 dengan jumlah
perusahaan sebanyak 48 buah. Hal yang sangat menggembirakan
adalah peningkatan ini juga dibarengi dengan peningkatan besarnya
kontrak leasing yaitu sebesar Rp 436, 10 Milyar.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN

Pengertian anjak piutang


Anjak piutang adalah aktivitas pengalihan/pembelian piutang dari
satu pihak ke pihak lainnya, termasuk urusan penagihan, pengingat,
sampai penerimaan pembayaran dari debitur.
Menurut OJK, pengertian anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan
jangka pendek dari pihak ketiga untuk Penjual Piutang (Client), agar
segera menerima pencairan dari dana yang pernah dipinjamkannya.
Di dunia bisnis, istilah lebih umum untuk menyebut anjak piutang
adalah factoring.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN

Kegiatan Anjak Piutang


Berdasarkan Peraturan Menteri keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan pasal 4
bahwa:
(1) Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk pembelian
piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut.
(2) Kegiatan anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari
penjual piutang (Without Recourse) dan Anjak piutang dengan
jaminan dari penjual piutang(With Recourse).
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN
Kegiatan Anjak Piutang
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa kegiatan perusahaan anjak piutang dilakukan
dalam bentuk pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari transaksi
perdagangan dalam dan luar negeri dan penata usahaan penjualan kredit serta penagihan
piutang klien. Kegiatan anjak piutang dapat dilakukan oleh Bank, Lembaga Keuangan
Bukan Bank, dan Perusahaan Pembiayaan berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.1251 Tahun 1988 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, kegiatan anjak piutang
terdiri
dari :
1) Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu.
2) Pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagangan dengan harga yang
sesuai dengan kesepakatan.
3) Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak piutang
dapat mengelola kegiatan administrasi kredit suatu perusahaan sesuai kesepakatan.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN

Pihak yang terlibat dalam perusahaan Anjak Piutang


Ada tiga pihak yang terlibat dalam anjak piutang:
• Kreditur, atau klien adalah pihak yang memiliki piutang dari
pihak kedua (debitur). Kreditur menjual tagihannya kepada
perusahaan factoring
• Debitur, adalah nasabah yang memiliki utang kepada kreditur.
• Perusahaan Anjak Piutang (factoring), adalah perusahaan
pemberi jasa yang akan membeli atau mengambil alih
piutang.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN
Pengertian Pegadaian
Pegadaian atau rumah gadai adalah sebuah individu atau lembaga yang menawarkan jasa
peminjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan benda milik masyarakat yang ingin
melakukan pinjaman uang. Bila suatu barang digadaikan untuk mendapatkan pinjaman dari
pegadaian, maka pada waktu yang telah ditentukan oleh pegadai boleh membeli kembali
atau menebus kembali barang yang telah digadaikan dengan biaya tambahan atau bunga
sebagai keuntungan pihak pegadaian.

Rentang waktu pinjaman dan besar bunga diatur oleh hukum setempat atau sesuai dengan
kebijakan pegadaian tersebut. Jika pinjaman tidak dilunasi dalam rentang waktu tertentu,
barang yang digadai akan dijual oleh pihak pegadaian. Berbeda dengan lembaga pinjaman
lain, pegadaian tidak melaporkan pinjaman yang macet dari para pegadai. Hal ini
dikarenakan pegadaian memiliki barang yang digadaikan secara fisik dan mampu
mengembalikan uang yang dipinjam dengan menjual barang yang digadai tersebut.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN

Kegiatan Pegadaian
Kegiatan utama dari Perum Pegadaian adalah menyalurkan
pinjaman dengan jaminan kepada masyarakat terutama
masyarakat golongan menengah ke bawah serta pengusaha
golongan ekonomi lemah kategori kelas kecil dengan berdasarkan
Hukum Gadai, yang bertujuan untuk menghilangkan praktek ijon,
pegadaian gelap dan pinjaman dengan persyaratan yang kurang
wajar. Perum Pegadaian merupakan sarana yang tepat dalam
pelayanan masyarakat khususnya dalam rangka meningkatkan
krisis moneter dewasa ini.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN
Pihak yang terlibat dan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan Pegadaian
1) Pihak
Dalam gadai terlibat tiga pihak, yaitu
• debitur (pihak yang berhutang)
• pemberi gadai, yaitu pihak yang menyerahkan benda gadai
• pemegang gadai yaitu kreditur yang menguasai benda gadai sebagai jaminan piutangnya

2) Fasilitas

a) Pendanaan kegiatan operasional


Kegiatan operasional Perum Pegadaian memerlukan dana yang tidak kecil. Dana ini antara lain
digunakan untuk : gaji pegawai, honor, perawatan peralatan, dan lain-lain.
BAB 11
LEMBAGA PEMBIYAYAAN
b) Penyaluran dana
Pengunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan datas dasar hukum
gadai. Lebih dari 50% dana yang telah dihimpun oleh Perum Pegadaian tertanam dalam bentuk aktiva
ini, karena memang ini merupakan kegiatan utamanya. Penyaluran dana ini diharapkan akan dapat
menghasilkan keuntungan, meskipun tetap dimungkinkan untuk mendapatkan penerimaan dari bunga
yang dibayarkan oleh nasabah. Penerimaan inilah yang merupakan penerimaan utama bagi Perum
Pegadaian dalam menghasilkan keuntungan, meskipun tetap ,dimungkinkan untuk mendapatkan
penerimaan dari sumber yang lain seperti investasi surat berharga dan pelelangan jaminan gadai.

c) Investasi lain
Kelebihan dana (idle fund) yang belum diperlukan untuk mendanai kegiatan operasional maupun belum
dapat disalurkan kepada masyarakat, dapat ditanamkan dalam berbagai macam bentuk investasi
jangka pendek dan menengah. Investasi ini dapat menghasilkan penerimaan bagi Perum Pegadaian,
namun penerimaan ini bukan merupakan penerimaan utama yang diharapkan oleh Perum Pegadaian.
Sebagai contoh, Perum Pegadaian dapat memanfaatkan dananya untuk investasi dibidang property,
seperti kantor dan took. Pelaksanaan investasi ini biasanya bekerja sama dengan pihak ketiga seperti
pengembang (developer), kontraktor, dan lain-lain
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA
PENSIUN
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Pengertian Usaha dan karakteristik Asuransi


• Pengertian Usaha Asuransi
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan
perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko dimasa mendatang. Apabila
risiko itu benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi
sebesar nilai yang diperjanjikan antara penangggung dan tertanggung.
Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh
risiko. Secara rasional para pelaku bisnis akan mempertimbangkan usaha untuk
mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah
tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang
akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga menghadapi risiko cacat
atau meninggal.
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Pengertian Usaha dan karakteristik Asuransi


• Karakteristik Asuransi
agar suatu kerugian potensial (yang mungkin terjadi) dapatdiasuransikan
(insurable) maka harus memiliki karakteristiksbb:
a) Terjadinya kerugian mengandung ketidakpastian
b) Kerugian harus dibatasic.
c) Kerugian harus signifikand.
d) Rasio kerugian dapat terprediksie. Kerugian tidak bersifat katastropis
(bencana) bagi penanggung
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN
Jenis- jenis Resiko dan resiko- resiko yang dapat diasuransikan
• Jenis – Jenis Resiko Perusahaan Asuransi.
a. Resiko Umum
Berarti ada ketidakpastian terjadinya suatu kerugian atau hanya ada peluang merugi dan bukan
suatu peluang keuntungan dengan kata lain, resiko murni adalah suatu yang terjadi tidak juga
memberikan keuntungan

b. Resiko Spekulatif
Adalah resiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, antara lain peluang
mengalami kerugian financial, dan peluang memperoleh keuntungan

c. Resiko Individu
Risiko individu adalah berbagai macam kemungkinan yang terjadi di kehidupan sehari-hari yang
dapat mempengaruhi kapasitas finansial seseorang, harta kekayaan maupun risiko tanggung-
jawab.Contoh: cacat fisik, kehilangan pekerjaan
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Jenis- jenis Resiko dan resiko- resiko yang dapat diasuransikan


• Resiko yang dapat diasuransikan
1. Resiko tersebut harus bersifat homogen atau ada dalam jumlah yang
cukupbanyak
2. Bentuk resikonya harus resiko murniSelain berbentuk resiko murni juga harus
merupakan resiko khusus atau particultur
3. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkan terjadi dari suatu peristiwa
yangbersifat kebetulan dan merupakan suatu hal yang bisa terjadi bisa juga
tidak terjadi
4. Resikonya bukan suatu hal yang bertentangan dengan kebijaksanaan umum
ataukebijaksanaan pemerintah
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Jenis- jenis Asuransi


1. Asuransi Jiwa
Asuransi jenis ini akan memberikan keuntungan finansial ketika kematian datang,
sakit tiba-tiba, atau menderita cacat tetap total maupun sebagian akibat
kecelakaan atau penyakit.

2. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan merupakan salah satu produk Asuransi yang populer.
Asuransi kesehatan menangani masalah kesehatan dan melindungi finansial
Anda dalam menanggung biaya mulai dari proses perawatan sakit yang diderita
hingga sembuh. Pada umumnya, jenis penyakit yang dapat ditanggung oleh
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Jenis- jenis Asuransi


1. Asuransi Jiwa
Asuransi jenis ini akan memberikan keuntungan finansial ketika kematian datang,
sakit tiba-tiba, atau menderita cacat tetap total maupun sebagian akibat
kecelakaan atau penyakit.

2. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan merupakan salah satu produk Asuransi yang populer.
Asuransi kesehatan menangani masalah kesehatan dan melindungi finansial
Anda dalam menanggung biaya mulai dari proses perawatan sakit yang diderita
hingga sembuh.
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN
3. Asuransi Pendidikan
Mempersiapkan dana pendidikan sejak dini menjadi cara untuk melindungi masa depan
anak Anda. Asuransi pendidikan adalah salah satu pilihan yang memberikan keuntungan
proteksi akan pendidikan.
4. Asuransi Investasi
Anda bisa memperoleh Asuransi sekaligus investasi yang disebut juga dengan istilah
Asuransi unit link. Sesuai dengan namanya, Asuransi unit link memberikan manfaat
berupa proteksi dan nilai tunai yang berasal dari pengembangan dana investasi sesuai
pilihan investasi yang tersedia.
5. Asuransi Korporasi
Asuransi korporasi merupakan Asuransi kumpulan yang memberikan perlindungan
kepada karyawan suatu korporasi. Perusahaan umumnya memberikan Asuransi
korporasi untuk memelihara karyawan sebagai aset berharga untuk keberlangsungan
bisnisnya.
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Pengertian Dana Pensiun dan karakteristik jenis usahanya.


• Pengertian Dana Pensiun
Berdasarkan yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), dana pensiun adalah sekumpulan dana yang diperoleh dari iuran tetap
tiap peserta ditambah penyisihan penghasilan perusahaan, serta para peserta
memiliki hak mendapatkan bagian keuntungan itu setelah pensiun.
Sementara itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992,
pengertian dana tersebut adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program dengan janji manfaat pensiun.
Sehingga, dari kedua pengertian dana pensiun di atas, dana tersebut
artinya dikumpulkan oleh lembaga tertentu dengan menggunakan iuran pekerja
untuk diberikan kembali kepada pekerja pada saat masa pensiun.
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Karakteristik Dana Pensiun


a. Hasil investasi mengikuti hasil kelolaan dana yang dilakukan oleh manager
investasi dengan beragam pilihan penempatan investasi
b. Hasil investasi dikenakan beberapa ragam biaya tergantung DPLK / DPPK.
Beberapa biaya umum adalah biaya pendaftaran, biaya pengelolaan, biaya
penarikan, biaya pemindahan investasi dan jenis lainnya
c. Hasil investasi akan dikenakan pajak progresif sesuai UU no. 11 / 1992
mengenai dana pension
d. Peserta / nasabah akan mendapatkan laporan hasil kelolaan dana dan iuran
pokok melalui berbagai pilihan cara korespondensi surat, online interest,
hotline telepon dan cara – cara lain.
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN

Pengertian program pensiun iuran pasti dan program pensiun manfaat pasti
• Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)
Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) merupakan program pensiun yang
iurannya telah ditetapkan sesuai Peraturan Dana Pensiun dengan manfaat
berupa keseluruhan iuran beserta hasil pengembangan atau investasinya. Jenis
program pensiun ini bisa dijalankan oleh DPPK dan juga DPLK.
Dalam perkembangannya, PPIP dinilai lebih menguntungkan bagi perusahaan
pemberi kerja, karena tidak berkewajiban membayar manfaat pensiun di masa
lalu jika terjadi perubahan kenaikan upah. Terkait dengan iuran, pembayarannya
bisa ditanggung oleh peserta sendiri, pemberi kerja, atau keduanya. Selain itu,
segala risiko investasi ditanggung sendiri oleh peserta, di mana perusahaan
pemberi kerja tidak berkewajiban untuk mengganti kerugian apabila investasi
yang dipilih peserta merugi.
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN
• Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) merupakan program pensiun yang menetapkan rumus tertentu atas
manfaat yang akan diterima oleh peserta ketika sudah mencapai usia pensiun. Pada program pensiun ini,
perusahaan Dana Pensiun umumnya akan mempertimbangkan masa kerja dan besaran gaji atau penghasilan
karyawan.
PPMP hanya dapat diselenggarakan oleh DPPK saja. Setiap DPPK bisa saja memiliki formula atau rumus yang
berbeda untuk menetapkan iuran. Secara umum rumus yang ditetapkan untuk menghitung besaran iuran pada
program ini adalah 2,5% x masa kerja x gaji pokok. Nilai persentase yang ditetapkan antara DPPK yang satu
dengan yang lain bisa saja berlainan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi besar iuran yang berbeda.
Iuran yang dihasilkan dari estimasi rumus yang ditetapkan sedianya digunakan untuk merealisasikan manfaat
pensiun sesuai hasil perhitungan aktuaris, sehingga wajar jika nilainya berfluktuasi. Secara nominal, umumnya
iuran PPMP cenderung ringan sehingga lebih menarik karena tidak terlalu membebani karyawan, mengingat
iuran ini tidak ditanggung seluruhnya oleh karyawan tetapi ditanggung juga oleh perusahaan pemberi kerja.
Namun bagi perusahaan pemberi kerja sekaligus pendiri Dana Pensiun, PPMP dirasa cukup memberatkan.
Selain berisiko pada timbulnya masalah aliran kas, perusahaan Dana Pensiun juga berisiko mengalami defisit, di
mana iuran yang dibayarkan tidak sebanding atau lebih rendah dari manfaat berupa tunjangan yang diberikan
setiap bulan kepada karyawan yang telah memasuki masa pensiun.
BAB 12
PERUSAHAAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN
Metode perhitungan manfaat dan premi bagi masing- masing program pensiun
a) Metode Pay As You Go
• Tidak ada ketentuan mengenai besarnya manfaat pensiun.
• Manfaat ditetapkan dan belum dijanjikan.
• Pensiun merupakan begian kecil dalam kaitannya dengan kegiatan usaha.

b) Metode sistem pendanaan


• Single Premium Funding
• 2 % dari gaji tahun tersebut.
• 2 % dari gaji rata-rata terakhir sebesar 30.000 / bulan.
• Level Pre Funding
BAB 13
LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
BAB 13
LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
Bank Dunia
Bank Dunia adalah Lembaga Internasional yang memberikan dukungan
berupa dana, konsultasi dan penelitian untuk negara berkembang agar
memajukan perekonomiannya. Dikutip dari halaman resmi Bank Indonesia,
bank dunia atau world bank merupakan salah satu sumber dana serta ilmu
pengetahuan terbesar bagi negara berkembang.

Saat ini, jumlah negara yang merupakan anggota Bank Dunia adalah 189
negara. Untuk menjadi bagian dari anggota Bank Dunia, sebuah negara
harus terlebih dahulu menjadi bagian dari IMF. Bank dunia dibentuk dengan
tujuan untuk membersihkan kemiskinan di berbagai negara dunia dibentuk
dengan tujuan untuk membersihkan kemiskinan di berbagai negara
berpendapatan rendah dan menengah.
BAB 13
LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL
Bank Pembangunan Asia
Bank pembangunan yang didirikan pada 1966 atas rekomendasi ECAFE dengan tujuan mendorong
pertumbuhan dan kerja sama ekonomi di negara yang sedang berkembang di Asia dan Timur Jauh
dengan cara memberikan pinjaman atau bantuan teknik, baik kepada pemerintah maupun swasta
(Asian Development Bank/ADB).

Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) adalah lembaga keuangan
internasional yang berfokus membantu pembangunan di negara-negara berkembang (Developing
Member Countries/DMCs). Pemberian bantuan ADB tersebut dilatarbelakangi oleh pertimbangan
adanya himbauan dan permintaan dari badan-badan internasional kepada negara maju untuk ikut
serta dalam membantu negara yang sedang berkembang.

Untuk mewujudkan visi mereka, yaitu menjadikan Asia dan Pasifik yang bebas dari kemiskinan,
Bank Pembangunan Asia memiliki misi untuk membantu mengurangi kemiskinan dan menigkatkan
kondisi serta kualitas kehidupan negara anggota ADB yang berasal dari kalangan negara sedang
berkembang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai