Anda di halaman 1dari 26

PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN UPAVEDA

OLEH :
X MIPA 5

1. A.A BAGUS YUDHA DEWANANTHA (01)


2. DEWA AYU ADISTYA PARAMITHA (02)
3. D.A AGUNG SARAS WINDA SRI WAHYUNI (03)
4. DEWA AYU KARTIKA CHANDRA DEWI (04)
5. DEWA AYU TRISNA FEBRIYANTI (05)

SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 1 GIANYAR


TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puja dan Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya makalah yang berjudul
“Upaveda” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini sudah kami buat dengan semaksimal mungkin, kami


mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari teman-teman dan Bapak Guru.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
para pembaca, khususnya pada pelajaran agama hindu tentang materi “Upaveda”.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Daftar Isi

ii
Halaman Judul............................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................


.......................................................................................................................ii

Kata Pengantar .............................................................................................


......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................


.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
.............................................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................
.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upaveda .........................................................................


.............................................................................................................2
2.2 Kedudukan Upaveda ........................................................................
.............................................................................................................2
2.3 Bagian – Bagian Upaveda ................................................................
...............................................................................................................3
2.3.1. Kitab Ithiasa ...........................................................................
2.3.2. Kitab Purana ..........................................................................
2.3.3. Kitab Athasastra ....................................................................
2.3.4. Kitab Ayur Veda ....................................................................
2.3.5. Kitab Gandarwaveda .............................................................
2.3.6. Kitab Kama Sastra .................................................................
2.3.7. Kitab Agama............................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ............................................................................................


.............................................................................................................9

iii
3.2 Saran ..................................................................................................
.............................................................................................................9
3.3 Daftar Pustaka

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Agama hindu sebagaimana agama-agama lainnya, juga memiliki kitab
suci yang disebut Veda. Veda adalah sumber dari ajaran Agama Hindu
sebagai wahyu Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Umat Hindu
berkeyakinan bahwa Veda bersifat anadi ananta, yakni tidak berawal dan
tidak berakhir dan sebagai Sabda Brahmana. Di ajaran agama hindu
tersebut, termuat ajaran agama, kebudayaan, dan filsafat. Sumber ajaran
Agama Hindu yang tertua adalah Veda. Semua ajaran Agama Hindu
dijiwai oleh ajaran Veda, walaupun sering dalam bentuk yang berbeda.
Semangat ajaran Veda meresapi seluruh ajaran Agama Hindu. Ia laksana
sumber air yang terus-menerus mengalir melalui sungai-sungai yang
panjang, sepanjang abad dan melalui daerah-daerah yang luas. Karena
panjangnya masa dan luasnya yang dilalui, wajahnya dapat berubah,
namun inti ajarannya selalu dan dimana-mana sama. Veda adalah wahyu
Tuhan atau sabda suci Tuhan yang diterima oleh para Maharesi. Hal ini
disebutkan dalam Kitab Bhumikabhasya, karya Maharesi Sayana.
Dikatakan Maharesi itu Mantra Drestah, maksudnya orang-orang yang
dapat melihat mantra-mantra itu. Kitab suci Veda dikenal dengan nama-
nama sebagai berikut :
a. Kitab Sruti, artinya kitab Veda adalah wahyu Tuhan yang diterima
melalui pendengaran atas kemekaran intuisi para Maharesi.
b. Kitab Rahasya, artinya kitab Veda mengandung ajaran yang amat
rahasia, yakni menyangkut tentang tujuan hidup yang tertinggi
berupa moksa.
c. Kitab Mantra, artinya Veda memuat nyanyian-nyanyian pujaan.

Upaveda diartikan sebagai Veda yang lebih kecil dan merupakan


kelompok kedua setelah vedangga. Upa berarti dekat atau sekitar dan

1
Veda berarti pengetahuan dan dapat pula berarti Veda. Dengan demikian
Upaveda dapat diartikan sekitar hal-hal yang bersumber dari Veda.

Berdasarkan uraian di atas maka Veda mempunyai pengertian yang luas,


yakni sebagai Upaveda.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas ditemukan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian Upaveda?
2. Bagaimanakah kedudukan Upaveda dalam Kitab Suci Veda?
3. Apakah sajakah bagian-bagian Upaveda dan penjelasannya?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas ditemukan tujuan penulisan makalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Upaveda.
2. Kedudukan Upaveda dalam Kitab Suci Veda.
3. Bagian-bagian dari Upaveda itu sendiri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Itihasa

U paveda
Pengertian
Upaveda
Purana

Kedudukan Upaved
Athasastra

Bagian-bagian
Ayurweda
Upaveda

Gandarwa Weda

Karma Sastra

Agama

2.1 Pengertian Upaveda


Upaveda merupakan kitab-kitab yang menunjang tentang
pemahaman Veda, Upaveda bisa diartikan juga sebagai kitab suci
bagian atau kelompok dari Veda Smerti, sebagaimana dijelaskan
dalam sumber kutipan Veda. Veda sebagai himpunan sabda atau
wahyu berasal dari Apauruseya (yang artinya bukan dari purusa
atau manusia), sebab para Resi penerima wahyu berfungsi hanya
sebagai instrumen (sarana) dari Tuhan Yang Maha Esa untuk
menyampaikan ajaran-ajaran suci-nya.
Sebagai kitab suci, Veda adalah sumber ajaran Agama
Hindu sebab dari Veda lah mengalir ajaran yang merupakan
kebenaran Agama Hindu. Ajaran Veda di kutip kembali dan
memberikan vatalitas terhadap kitab-kitab susatra Hindu pada

3
massa berikutnya. Dari kitab Veda (Sruti) mengalir ajarannya dan
dikembangkan dalam kitab-kitab.

2.2 Kedudukan Upaveda dalam Kitab Suci Veda


Sebagai kitab suci agama Hindu, maka ajaran Veda
diyakini dan dipedomani oleh umat Hindu sebagai satu-satunya
sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari ataupun untuk melakukan pekerjaan-
pekerrjaan tertentu. Veda dinyatakan sebagai kitab suci karena sifat
isinya dan yang menurunkannya pun adalah Tuhan yang diyakini
Maha Suci. Apapun yang diturunkan sebagai ajaran oleh Tuhan
kepada umat manusia kesemuanya itu merupakan ajaran suci.
Lebih-lebih isinya dapat dijadikan pedoman bimbingan tentang
bagaimana hidup yang suci harus dijalankan. Sebagai kitab suci,
Veda adalah sumber ajaran agama Hindu sebab dari Vedalah
mengalir ajaran yang merupakan kebenaran agama Hindu. Ajaran
Veda dikutip kembali dan memberikan vitalitas terhadap kitab-
kitab susastra Hindu pada masa berikutnya. Dari kitab Veda (Sruti)
mengalirlah ajarannya dan dikembangkan dalam kitab-kitab Smrti,
Itihāsa, Puraṇa, Tantra, Darśaṇa dan Tatwa-tatwa yang kita warisi
di Indonesia. Veda mengandung ajaran yang memberikan
keselamatan di dunia ini dan di akhirat nanti. Ajaran Veda tidak
terbatas hanya sebagai tuntunan hidup individual saja, tetapi juga
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Veda menuntun
hidup manusia sejak lahir hingga akhir menutup mata. Segala
tuntunan hidup ditunjukkan kepada kita oleh ajaran Veda. Veda
Śruti dan Veda Smṛti adalah merupakan dua jenis kitab suci agama
Hindu, yang dijadikan sebagai pedoman dalam penyebaran dan
pengamalan ajaran-ajarannya. Pengelompokan ini didasarkan pada
sistem pertimbangan jenis, materi, dan ruang lingkup isi dari kitab-
kitab tersebut yang sangat banyak. Berbagai aspek tentang

4
kehidupan yang ada di dunia ini ada diuraikan dalam kitab suci
Veda tersebut. Kelompok Veda Śruti isinya memuat dan
menguraikan tentang wahyu Tuhan. Sedangkan kelompok Smṛti
memuat tentang kehidupan manusia dalam bermasyarakat,
bernegara dan semua didasarkan atas hukum yang juga disebut
Dharma Śāstra. Dharma berarti hukum, Śāstra berarti ilmu. Smṛti
adalah kitab suci Veda yang ditulis berdasarkan ingatan oleh para
Maharṣi yang bersumber dari wahyu Sang Hyang Widhi Wasa atau
Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu kedudukannya sama dengan
kitab Veda Śruti. Menurut tradisi dan lazim telah diterima dibidang
ilmiah istilah Smṛti adalah untuk menyebutkan jenis kelompok
Veda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini
didasarkan atas pengelompokan isi materi secara lebih sistematis
manurut bidang profesi. Mengenai kedudukan Upaveda dalam
Veda, dilihat dari materi isinya sudahlah jelas sesuai arti dan
tujuannya serta apa yang menjadi bahan kajian dalam kitab
Upaveda itu, maka Upaveda pada dasarnya dinyatakan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan Veda. Tiap buku merupakan
pengkhususan dalam memberi keterangan yang sangat diperlukan
untuk diketahui dalam Veda itu. Jadi kedudukannya sama dengan
apa yang kita lihat dengan Vedāngga. Kalau kita pelajari secara
mendalam, maka beberapa materi kejadian yang dibahas di dalam
Purāna dan Vedāngga maupun apa yang terdapat dalam Itihāsa,
banyak dibahas ulang di dalam kitab Upaveda dengan penajamam-
penajaman untuk bidang-bidang tertentu.

2.3 Bagian – Bagian Upaveda


2.3.1. Kitab Itihasa
Merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam
yaitu Ramayana dan Mahabharata. Kitab Ramayana
ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya

5
dikelompokkan kedalam tujuh Kanda dan berbentuk
syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000 syair. Adapun
ketujuh kanda tersebut adalah Bala Kanda ,Ayodhya
Kanda, Aranyaka Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara
Kanda, Yudha Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap
Kanda itu merupakan satu kejadian yang
menggambarkan cerita yang menarik. Di Indonesia
cerita Ramayana sangat populer yang digubah ke
dalam bentuk Kekawin dan berbahasa Jawa Kuno.
Kekawin ini merupakan kakawin tertua yang
disusun sekitar abad ke-8. Disamping Ramayana,
epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini
disusun oleh maharsi Wyasa. Isinya adalah
menceritakan kehidupan keluarga Bharata dan
menggambarkan pecahnya perang saudara diantara
bangsa Arya sendiri. Ditinjau dari arti Itihasa
berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa" artinya adalah
"sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya"
maka Mahabharata itu gambaran sejarah, yang
memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial dan
politik menurut ajaran Hindu. Kitab Mahabharata
meliputi 18 Parwa, yaitu Adiparwa, Sabhaparwa,
Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa,
Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa,
Salyaparwa, Sauptikaparwa, Santiparwa,
Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa,
Asramawasikaparwa, Mausalaparwa,
Mahaprastanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.
Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di dalam
Bhismaparwa terdapatlah kitab Bhagavad Gita,
yang amat mashyur isinya adalah wejangan Sri

6
Krsna kepada Arjuna tentang ajaran filsafat yang
amat tinggi.

Epos Ramayana

Bala Kanda Menceritakan raja Dasarata dari negeri


Kosala dengan ibu kotanya Ayodhya. Ia
memiliki tiga orang istri, dan dengan
melaksanakan upacara putra kama yajna
beliau memperoleh putra. Kausalya
yang berputra Rama sebagai anak tertua,
Kaikeyi yang berputra Bharata dan
Sumitra yang berputra Laksmana dan
Satrughna.

Ayodhya Dasarata sudah merasa tua, maka ia


Kanda hendak menyerahkan mahkotanya
kepada Rama. Namun, kehendak sang
raja terhalang oleh permintaan Kaikeyi.
Diceritakan pula Rama, Laksmana dan

7
Sita istrinya meninggalkan Ayodhya.
Tak lama kemudian, Dasaratha
meninggal dan Bharata menolak untuk
dinobatkan menjadi raja. Ia pergi ke
hutan mencari Rama. Bagaimanapun ia
membujuk kakaknya, Rama tetap
pendiriannya untuk mengembara terus
sampai 14 tahun. Dan diceritakan
Bharata memerintah atas nama Rama.

Aranyaka Kitab Aranyaka kanda mengisahkan


Kanda bagaimana kehidupan rama di hutan.
Dan diceritakan pula kisah ravana pergi
ketempat rama, dengan maksud
menculik sita sebagai pembalasan
terhadap penghinaan adiknya. Marica
seorang rasaksa teman Ravana,
menjelma sebagai kijang emas, dan
berlari-lari kecil di depan kemah. Rama
dan Sita sangat tertarik, dan meminta
pada suaminya untuk mengkap kijang
itu. Ternyata kijang itu tidak sejinak
nampaknya, dan Rama makin jauh dari
tempat tinggalnya.

Kiskindha Mengisahkan perjumpaan Rama dengan


Kanda Sugriva, Rama bersekutu dengan
Sugriva untuk memperoleh kerajaan dan
istrinya dan sebaliknya Sugriva akan
membantu Rama untuk mendapatkan
Sita dari negeri Alengka.

Sundara Kanda Menceritakan Hanuman, kera

8
kepercayaan Sugriva, pergi ke negeri
Alengka untuk menemukan Sita.
Hanuman ditahan oleh tentara Alengka.
Diceritakan pula bagaimana Hanuman
menimbulkan kebakaran di kota
Lengka.

Yudha Kanda Dengan bantuan Dewa Laut tentara kera


berhasil membuat jembatan ke Alengka.
Setelah itu terjadilah pertempuran yang
sengit, setelah Indrajit dan Kumbakarna
gugur, Rawana terjun ke dalam kancah
peperangan yang diakhiri dengan
kemenangan dipihak Rama dan Rawana
terbunuh dalam peperangan tersebut.
Setelah peperangan selesai Vibhisana
adik Ravana yang memihak Rama
diangkat menjadi raja di negeri Alengka
serta Sita bertemu kembali dengan
Rama.

Uttara Kanda Dalam bagian ini, diceritakan bahwa


kepada Rama terdengar desas-desus
bahwa rakyat menyangsikan kesucian
Sita. Maka untuk memberi contoh yang
sempurna kepada rakyat diusirlah Sita
dari istana. Tibalah Sita dipertapaan
Valmiki, yang kemudian mengubah
riwayat Sita itu wiracarita Ramayana.
Dipertapaan itu Sita melahirkan dua
anak laki-laki kembar, Kusa dan Lava.
Kedua anak ini dibesarkan oleh

9
Valmiki. Waktu Rama mengadakan
Aswamedha, Kusa dan Lava hadir di
istana sebagai pembawa nyanyi-
nyanyian Ramayana yang digubah oleh
Valmiki. Segeralah Rama mengetahui,
bahwa kedua anak laki-laki itu adalah
anaknya sendiri. Maka dipanggilah
Valmiki untuk mengantarkan kembali
Sita ke istana. Setiba di istana, Sita
bersumpah, janganlah hendaknya
raganya diterima oleh bumi seandainya
ia memang tidak suci. Seketika itu
terbelahlah dan muncullah Dewi Pertiwi
di atas singgasana emas yang didukung
oleh ular-ular naga. Sita dipeluknya dan
dibawanya lenyap kedalam bumi. Rama
sangat sedih dan menyesal, tetapi tidak
dapat memperoleh istrinya kembali. Ia
menyerahkan mahkotanya kepada kedua
anaknya, dan kembali ia ke kahyangan
sebagai Visnu.

Epos Mahabharata

10
Adiparwa Memuat asal usul dan sejarah
(buku pengantar) keturunan keluarga Kaurawa
dan Pandawa : kelahiran,
watak, dan sifat Dritarasta dan
Pandhu, juga anak-anak
mereka ; timbulnya
permusuhan dan pertentangan
diantara dua saudara sepupu,
yaitu Kaurawa dan Pandawa ;
dan berhasilnya Pandawa
memenangkan Dewi
Draupadi, Putri kerajaan
Panchala, dalam suatu
sayembara.

Sabhaparwa Melukiskan persidangan


(Buku Persidangan ) antara kedua putra mahkota
kaurawa dan pandawa;

11
kalahnya yudhistira dalam
permaian dadu, dan
pembuangan pandawa ke
hutan.

Wanaparwa Menceritakan kehidupan


(buku pengembaraan di pandawa dalam
hutan ) pengembaraan di hutan
kamyaka. Buku ini buku
terpanjang; antara lain
memuat episode kisah nala
dan damayanti dan pokok-
pokok cerita Ramayana.

Wirataparwa Mengisahkan kehidupan


(buku panduan di negeri pandawa dalam pemnyamaran
wirata) selama setahun di negeri
wirata, yaitu pada tahun ke-13
masa pembuangan mereka.
Memuat usaha dan persiapan
kurawa dan pandawa untuk
menghadapi perang besar di
padan kurukshetra.

Udyogaparwa (Buku Memuat usaha dan persiapan


Usaha dan Persiapan) Kurawa dan Pandawa untuk
menghadapi perang besar di
padang kurukshetra.

Bhismaparwa (Buku Menggambarkam beagaimana


Mahasenapati Bhisma) balatentara Kurawa di bawah
pimpinan Mahasenapati
Bhisma bertempur melawan

12
musuh-musuh mereka.

Dronaparwa (Buku Menceritakan berbagai


Mahesenapti Drona) pertempuran, strategi dan
taktik yang digunakan oleh
balatentara Kurawa di bawah
pimpinan mahasenapati Drona
untuk melawan balatentara
Pandawa

Karnaparwa (Buku Menceritakan peperangan di


Mahasenapati Karna) medan Kurukshetra ketika
karna menjadi mahasenapati
balatentara kurawa sampai
gugurnya karna di tangan
Arjuna.

Salyaparwa (Buku Menceritakan bagaimana


Mahasenapati Salya) Salya sebagai mahasenapati
balatentara karawa yang
terakhir memimpin
pertempuran dan bagaimana
Duryodhana terluka berat
diserang musuhnya dan
kemudian gugur.

Sauptikaparwa (Buku Menggambarkan penyerbuan


Penyerbuan di waktu dan pembakaran perkemahan
malam) Pandawa di malam hari oleh
tiga kesatria kaurawa.

Striparwa (buku janda) Menceritakan banyaknya


janda dari kedua belah pihak
yang bersama dengan Dewi

13
Gandhari, permaisuri raja
dristarastra, berdukacita
karena kematian suami-suami
mereka di medan perang.

Shantiparwa (buku Berisi ajaran-ajaran bhisma


kedamaian jiwa) kepada yudhistira mengenai
moral dan tugas kewajiban
seorang raja dengan maksud
untuk memberi ketenangan
jiwa kepada kesatria itu dalam
menghadapi kemusnahan
bangsanya.

Anusasanaparwa (buku Berisi lanjutan ajaran dan


ajaran) nasihat bhisma kepada
yudhistira dan berpulangnya
bhisma ke surgaloka.

Aswamedhikaparwa Menggambarkan jalannya


(buku Aswamedha) upacara aswamedha dan
bagaimana yudhistira
dianugerahi gelar maharaja
diraja.

Asramaparwa (buku Menampilkan kisah semadi


pertapaan) raja dristarastra, dewi
gandhari dan dewi kunti di
hutan dan kebakaran hutan
yang memusnahkan ketiga
orang itu.

Mausalaparwa (buku Menggambarkan kembalinya


senjata gada) balarama dan Krishna ke alam

14
baka, tenggelamnya negeri
dwaraka ke dasar samudra
dan musuhnya bangsa yadawa
karena mereka saling
membuhuh dengan senjata
gada ajaib.

Mahaprashthanikaparwa Menceritakan bagaimana


(buku perjalanan suci) yudhistira meninggalkan
takhta kerajaan dan
menyerahkan singgasananya
kepada parikeshit, cucu arjuna
dan bagaimana pandawa
melakukan perjalanan suci ke
puncak Himalaya untuk
menghadap batara indra.

Swargarohanaparwa Menceritakan bagaimana


(buku naik ke surga) yudhistira, bhisma, arjuna,
nakula, sahadewa dan
draupadi sampai di pintu
gerbang surge dan bagaimana
ujian serta cobaan terakhir
harus dihadapi yudhistira
sebelum memasuki surge.

2.3.2. Kitab Purana


Merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang
menyangkut penciptaan dunia, Pralaya, cerita mengenai
zaman Manu atau Manwantara,dan silsilah para raja yang
memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa
dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan

15
perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa
serta memuat ceitra-ceritra yang menggambarkan
pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di jalankan.
Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok
pemikiran yang menguraikan tentang ceritra kejadian alam
semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara
melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan
petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau
berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari
kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran
mengenai Theisme (Ketuhanan) yang dianut menurut
berbagai madzab Hindu. Adapun kitab-kitab Purana itu
terdiri dari 18 buah, yaitu Wisnu Purana, Narada
Purana ,Bhagawata Purana, Garuda Purana, Padma Purana,
Waraha Purana Bhrahmanda Purana, Brhrahmawaiwarta
Purana, Markandenya Purana, Bhawisya Purana, Waruna
Purana, Brahma Purana, Matsya Purana, Kurma Purana,
Lingga Purana, Siwa Purana, Skanda Purana dan Agni
Purana.

Berdasarkan sifatnya, ke delapan belas purana tersebut


dibagi tiga kelompok yaitu :

a. Satwika Purana : Wisnu, Narada , Bhagawata, Garuda,


Padma, dan Waraha.

b. Rajasika Purana : Bhrahmanda, Brhrahmawaiwarta,


Markandenya Bhawisya, Waruna, dan Brahma
c. Tamasika Purana : Matsya, Kurma, Lingga, Siwa,
Skanda, dan Agni

2.3.3. Kitab Arthasastra

16
Adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan
pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu,
jenis ilmu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma atau pula
Dandaniti. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan ke dalam
jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan
Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang Nitisastra
adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan
Parasara dan Rsi Canakya.

2.3.4. Kitab Ayur Veda

Adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan


rohani dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Weda adalah
filsafat kehidupan, baik etis maupun medis. Oleh karena
demikian, maka luas lingkup ajaran yang dikodifikasikan di
dalam Ayur Weda meliputi bidang yang amat luas dan
merupakan hal-hal yang hidup. Menurut isinya, Ayur Weda
meliputi delapan bidang ilmu, Salya yaitu ajaran mengenai
ilmu bedah, Salkya yaitu ajatan megenai ilmu penyakit,
Kayakitsa yaitu ajaran mengenai ilmu obat-obatan, Bhuta
Widya yaitu ajaran mengenai ilmu psikotherapy, Kaumara
Bhrtya yaitu ajaran mengenai ilmu pendidikan anak-anak (ilmu
jiwa anak), Agada Tantra yaitu ajaran mengenai ilmu
toksikologi, Rasayama Tantra yaitu ajaran mengenai ilmu
mujizat dan Wajikarana adalah ajaran mengenai ilmu jiwa
remaja. Disamping Ayur Weda, ada pula kitab Caraka Samhita
yang ditulis oleh Maharsi Punarwasu. Kitab inipun memuat
delapan bidang ajaran (ilmu), yakni : Sutrathana yang isinya
menguraikan tentang ilmu pengobatan, Nidanastana yang
isinya menguraikan tentang berbagai jens penyakit yang
umum, Wimanasthana yaitu isinya menguraiakan tentang ilmu
pathologi, Sarithana yaitu menguraikan tentang ilmu anatomi

17
dan embriologi, Indiyasthana adalah menguraikan tentang ilmu
diagnosis dan pragnosis, Cikitasthana, Kalpasthana, Siddistana
ketiganya menguraikan ajaran pokok-pokok ilmu therapy
tetapi dalam catatan kitab Kalpasthana dan Siddistana telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan Persia pada tahun
800 Masehi. Kitab Susrusa Samhita ditulis oleh Bhagawan
Susanta yang menguraikan tentang ajaran umum di bidang
ilmu bedah dan berbagai macam alat-alat yang dipergunakan
dalam pembedahan. Kitab Yogasara dan Kitab Yogasastra
ditulis oleh Bhagawan Nagarjuna, dimana keduannya isinya
menguraikan tentang pokok-pokok ilmu yoga yang
berhubungan dengan system anatomi dalam pembinaan
kesehatan baik jasmani maupun rohani. Kitab Kama Sutra
ditulis oleh Bhagawan Watsyayana pada abad ke 10 Masehi
yang erat ubungannya dengan kitab Wajikarana, isinya
menguraikan tentang ajaran ilmu jiwa remaja.

2.3.5. Kitab Gandharwaweda


Adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu
seni. Ada beberapa buku penting yang termasuk
Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi
Natyawedagama dan Dewadasasahasri), Rasarnawa,
Rasaratnasamuscaya dan lain-lain.
2.3.6. Kitab Kama Sastra
Kitab Kama Sastra sebagai bagian dari jenis Kitab Upaweda
yang menguraikan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan asmara, seni atau rasa indah. Di dalam upaya untuk
mewujudkan salah satu tujuan hidup umat beragama
dipandang perlu untuk membangkitkan rasa indah tersebut.
Kebangkitan dari rasa indah manusia terbentuk untuk
berbakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa hendaknya
dipedomani oleh Kama Sastra. Karena dengan demikian

18
asmara dan rasa indah yang muncul itu tentu terarah atau
bernialai positif. Diantara kitab-kitab Kama Sastra yang
terkenal adalah karya dari Bhagawan Watsyayana.

2.3.7. Kitab Agama


Kitab agama itu baru ada setelah agama Hindu itu ada dan
berkembang di dunia. Menurut Weda, agama hindu boleh dan
dapat dipelajari oleh seluruh umat manusia. Hal ini termuat
dalam kitab Yajur Weda XVI.18 sebagai berikut :

"Yaatkeram wacam kalyanin awadoni janebhyah

Brahma Rajanyabhyam cudraya ca siwaya caranayaca"

Terjemahan:

Biar kunyatakan disini kitab suci ini kepada orang-orang banyak,


kepada kaum Brahmana , kaum Ksatrya, kaum Sudra, dan kaum Waisya
dan bahkan kepada orang-orangKu dan kepada mereka (orang-orang asing)
sekalipun.

Berdasarkan bunyi Sloka tersebut diatas dinyatakan bahwa kitab


Suci Weda dapat dipelajari oleh siapa saja. Namun menyadari akan
kekurang sempurnaan kita sebagai umatnya, maka tidak akan semuanya
dapat mempelajarinya dengan sempurna. Disamping itu juga kita perlu
menyadari bahwa, Weda sebagai sumber ajaran agama Hindu mengandung
ajaran yang sangat tinggi. Bagi mereka yang belum dapat mempelajari
Weda dapat belajar agama Hindu berdasarkan kitab-kitab agama yang
isinya memuat ajaran tentang keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa
dan petunjuk-petunjuk untuk melaksanakan tata cara persembahyangan.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda Smrti meliputi
banyak buku dan kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang tertentu.
Ditambah lagi kitab-kitab Agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa
Agama dan Sakta Agama dan kitab-kitab Darsana yaitu Nyaya, Waisesika,

19
Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Wedanta. Kedua terakhir ini termasuk
golongan filsafat yang mengakui otoritas kitab Weda dan mendasarkan
ajarannya pada Upanisad. Dengan uraian ini kiranya dapat diperkirakan
betapa luasnya Weda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Hal
ini sesuai dengan Sloka yang terdapat di dalam kitab Manawa
dharmasastra II.16 sebagai berikut :

"Wedo khilo dharma mulam smerti cile ca tad widam


Acaracca iwa sadhunam atmanastustir ceva ca"

Terjemahan:

Seluruh Weda merupaka sumber dari pada Dharma (agama Hindu)


kemudian barulah Smrti, disamping kebiasaan-kebiasaan yang baik dari
orang-orang yang menghayati Weda (sila) dan kemudian tradisi-tradisi
dari orang-orang suci (acara) serta yang terakhir adalah rasa puas diri
sendiri (atmanastuti).

Di dalam ajaran Weda, yang perlu adalah disiplin ilmu, karena tiap
ilmu akan menunjuk pada satu aspek dengan sumber-sumber yang
pasti pula. Hal inilah yang perlu diperhatikan dan dihayati untuk
dapat mengenal isi Weda secara sempurna.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agama Hindu banyak memiliki Kitab Suci, tapi yang pertama ialah Kitab
Suci Veda da nada beberapa kitab yang isinya diambil dari Kitab Suci Veda.
Veda merupakan himpunan wahyu-wahyu Tuhan. Kitab Suci Veda
berisikan tentang ajaran-ajaran Agama Hindu baik maupun buruk, dan
ajaran tentang yang ada di Alam Bhuana Agung ini. Purana merupakan
suatu ajaran yang menceritakan terciptanya alam semesta beserta isinya dan
mengenai ajaran-ajaran yang ada didalam Agama Hindu seperti halnya cara
untuk memuja Tuhan yang lainnya. Didalam Kitab Suci Purana juga ada
kumpulan cerita-cerita kuno yang mengangkut penciptaan dunia.
3.2 Saran
Apabila di dalam pembuatan makalah ini ada kalimat yang sama dengan
kelompok yang lainnya, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan
kami juga mohon kritik dan saran dari pembaca.

21
Daftar Pustaka

 Sudirga Ida Bagus dan I Nyoman Yoga Segara, 2016, Pendidikan


Agama Hindu Dan Budi Pekerti, Kelas X, Kementerian
Pendidikan Republik Indonesia.
 Tanpa Nama, 2017, Makalah Upaveda, KUPDF. Link :
https://kupdf.net/download/makalah-
upaveda_59c74f0c08bbc5e12368725e_pdf
 Iwan Hadiman, 2017, Upaveda, Docplayer Info. Link :
https://docplayer.info/64069447-Bab-i-pendahuluan-1-1-latar-
belakang.html

Daftar gambar

 Leon Devi, 2012, Gambar Ramayana,


http://www.leonpulsapayment.com/2012/11/kalimoi-legenda-mirip-
ramayana-di.html

 Wasiwa, 2014, Ringkasan Cerita Mahabharata Dari Delapan


Belas Parwa, https://www.wasiwa.com/2014/10/ringkasan-
cerita-mahabharata-dari.html

22

Anda mungkin juga menyukai