Disusun Oleh:
I Wayan Asha Rajendra Pratama [35]
VIII J
Kata Pengantar
Om Swastiastu
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
karena beliau saya bisa membuat serta menyelesaikan laporan terkait pembelajaran Agama
Hindu yang bertemakan Weda.
Pendahuluan/Latar Belakang
Weda merupakan kumpulan sastra-sastra kuno dari zaman India Kuno yang jumlahnya
sangat banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti (secara
harfiah berarti "yang didengar"), karena umat Hindu percaya bahwa isi Weda merupakan
kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan). Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam
peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda
diturunkan/diajarkan dengan sistem lisan—pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana
pada masa itu tulisan belum ditemukan—dari guru ke siswa. Setelah tulisan ditemukan, para
Resi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Weda bersifat apaurusheya,
karena berasal dari wahyu, tidak dikarang oleh manusia, dan abadi. Maharesi Byasa,
menyusun kembali Weda.
Isi
Di dalam Weda dibagi menjadi 2 bagian Weda, yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Di
dalam Weda Sruti terdapat 4 bagian lagi yaitu Catur Weda Samitha (di dalam Catur Weda
Samitha terdapat 4 bagian lagi yaitu Rg. Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa
Weda), Brahmana, Upanisad, dan Aranyaka.Sedangkan di dalam Weda Smerti dibagi
menjadi 3 bagian yaitu Wedangga, Upa Weda, dan Nibandha. Di dalam Wedangga terdapat 6
bagian yaitu Siksa, Wyakarana, Canda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa. Dan di dalam Upa Weda
terdapat 6 bagian juga yaitu Itihasa, Purana, Artha Sastra, Ayur Weda, Gandharwa Weda,
Kamasastra. Sedangkan di dalam Nibandha terdapat 5 bagian yaitu Darsana, Wedanta Sustra,
Agama, Brahmasutra, dan Lontar-Lontar.
A. Wedangga
Wedangga menguraikan ajaran-ajaran suci atau kebenaran yang patut menjadi
pedoman dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Wedangga terdiri atas 2 kata
yaitu Weda yang berarti kitab suci dan Angga yang berarti badan (batang tubuh). Jadi
Wedangga merupakan Batang Tubuh (Badan) Weda. Di dalam Wedangga dibagi
menjadi 6 bagian yaitu Siksa, Wyakarana, Chanda, Nirukta, Jyotisa, dan Kalpa. Siksa
(Phonetika) memuat tentang petunjuk-petunjuk tentang tata cara yang tepat dalam
pengucapan mantra serta tinggi rendahnya tekanan suara. Buku-Buku Siksa ini
disebut Pratisakhya yang dihubungkan dengan berbagai resensi Weda Sruti.
Wyakarana (Tata Bahasa) sebagai suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat
penting dan menentukan untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin
tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Asal mula teori pengajaran
Wyakarana, bersumber pada kitab Pratisakhya. Chanda (Lagu) adalah cabang Weda
yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Peranan Chanda di
dalam sejarah penulisan Weda karena dengan Chanda semua ayat-ayat itu dapat
dipelihara turun-temurun seperti nyanyian yang mudah diingat. Nirukta (Sinonim dan
Antonim) khususnya memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang
terdapat di dalam Weda. Kitab tertua dari jenis himpunan Begawan Yaska bernama
Nirukta. Ditulis pada tahun 800 SM. Jyotisa (Astronomi) merupakan pelengkap Weda
yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman
yang melakukan Yadnya. Isinya membahas tentang peredaran tata surya, bulan, dan
Benda angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh dalam pelaksanaan
Yadnya. Satu-satunya buku Jyotisa yang masih kita jumpai ialah Jyotisa Wedangga
yang penulisnya tidak dikenal. Kalpa (Ritual) merupakan kelompok Wedangga yang
terbesar dan terpenting. Kitab Kalpa adalah jenis kitab Smerti (Wedangga) yang
berhubungan dengan kitab Brahmana dan kitab-kitab mantra. Kalpa terdiri atas 4
kitab yang kebanyakan isinya berhubungan dengan kitab-kitab Brahmana. Dan hanya
sebagian kecil yang berhubungan dengan kitab-kitab mantra.
B. Upa Weda
Upa Weda merupakan turunan dari Weda yang merupakan jurusan ilmu yang lebih
spesifik dalam aplikasi kehidupan. Kata Upaweda terdiri dari 2 kata yaitu Upa yang
berarti Dekat dan Weda yang berarti pengetahuan suci atau kitab suci. Jadi Upa Weda
adalah dekat dengan Pengetahuan suci. Di dalam Upa Weda dibagi menjadi 6 bagian
yaitu Itihasa, Purana, Artha Sastra, Ayur Weda, Gandharwa Weda, dan Kamasastra.
Kitab Itihasa sebuah epos yang menceritakan sejarah perkembangan raja-raja dan
kerajaan Hindu dalam masa lampau. Kitab ini dibagi menjadi 2 yakni Kitab
Ramayana dan Kitab Mahabarata. Kitab Purana menceritakan tentang kebiasaan yang
berlaku pada zaman dulu atau zaman kuno. Kitab Astha Sastra kitab yang berisi
tentang pokok-pokok pemikiran pada bidang ilmu politik. Kitab Ayur Weda adalah
kitab yang berisi tentang ilmu kesehatan atau kedokteran baik secara rohani maupun
jasmani. Kitab Gandharwa Weda merupakan Kitab yang berisi tentang berbagai aspek
ilmu seni. Kitab Kamasastra adalah Kitab yang berisi tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan asmara, cinta, seni atau rasa indah.
C. Nibandha
Kitab Nibandha merupakan kitab yang memuat tentang aturan cara melakukan
pemujaan terhadap Tuhan, Filsafat, Agama, dan Tuntunan Penggunaan Mantram.
Konsep Weda
Kitab Suci Weda mengandung konsep tentang penciptaan yang bersifat tradisional,
salah satunya terkait penciptaan melalui permisalan tumbuhan. Dalam Weda,
tahapan penciptaan tumbuhan disebut sebagai jaringan Indra, yakni jaringan yang
berbentuk cahaya yang tidak terbatas dan menjadi benang kehidupan yang
terhubung secara terus-menerus. Kehadirannya seperti gelombang cahaya yang
dapat menghilang dan muncul kembali. Jalinan benang kehidupan ini menjadi lebih
stabil seiring berlalunya waktu, sehingga menghasilkan cahaya yang mengalir.
Weda merupakan kitab suci agama Hindu dan sudah dipercaya sebagai Penuntun umat Hindu
dalam bertingkah laku. Di dalam kitab Weda banyak sekali pelajaran-pelajaran yang terkait
dengan kehidupan manusia. Kita sebagai umat Hindu tentu saja harus mempelajari Kitab suci
Weda, dikarenakan dengan kita mempelajari kitab suci Weda maka kita bisa menjalani
kehidupan dengan lebih baik dengan cara menerapkan ajaran-ajaran yang sudah ditulis di
dalam kitab suci Weda.
Sebelumnya saya berterima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena sudah
memberi saya kesempatan untuk membuat serta menyelesaikan laporan ini. Dan juga saya
ucapkan terima kasih serta permintaan maaf jika ada materi yang belum disampaikan/kurang
lengkap. Sekali lagi saya ucapkan Terima kasih dan Saya tutup dengan Paramashanti