Artinya :
Seluruh pustaka suci Veda adalah merupakan sumber utama dari pada
dharma (agama Hindu) kemudian barulah smāti disamping śila dan
kemudian acara serta akhirnya atmatusti (kepuasan diri peribadi).
Artinya :
Semua tradisi dan system kefilsafatan yang tidak bersumber pada Veda tidak
akan memberi pahala kelak sesudah mati karena dinyatakan bersumber pada
kegelapan.Vedalah sumber Dharma (Agama Hindu).
Demikian pula berdasarkan kutipan kedua jelaslah bahwa Tattwa yang
merupakan salah satu aspek Agama Hindu, maka itu berarti bahwa tattwa itu
pun sumbernya adalah Veda itu pula. Semua sistem kefilsafatan yang juga
mempunyai makna sama dengan tattwa bersumber pada Veda, karena jika
tidak, tidak akan memberi pahala.
Menurut sifat isinya Veda Śruti dibagi atas tiga bagian yaitu : bagian Mantra,
bagian Brahmana dan bagian Upaniśad atau Āranyaka. Maka bagian
Upaniśad inilah yang merupakan sumber aslinya ajaran Tattwa. Kata
“Upaniśad” itu berarti duduk dibawah, yaitu duduk dibawah kaki guru, untuk
mendengarkan ajaran Sang guru. Kamudian kata itu dipergunakan untuk
menyebutkan nama kitab-kitab yang memuat ajaran rahasia itu. Ada banyak
kitab Upaniśad. Berdasarkan catatan Muktikopaniśad jumlah Upaniśad yang
disebut secara tegas adalah sebanyak 108 buah buku, nama-nama itu adalah
sebagai berikut :
3. untuk Yajur Veda Hitam atau Kāśśa Yajur Veda, yaitu Kaþhavali,
Taittirìyaka, Brahma, Kaivalya, Śvetāśvatara, Garbha, Nārāyaśa,
Amātabindu,Amātanāda, Kālāgnirudra,Kśurika, Sarvasāra,
Sukarahasya, Tejobindu, Dhyānabindu, Brahmavidyā,
Yogatattva,Dakśiśā mùrti, Skanda, Śarìraka, Yogaśikha, Ekākśarā, Akśi,
Avadhùta, Kaþha, Rudrahādaya, Yogakuśdaliśi, Pañcabrahma,
Prāśāgnihotra, Varāha, Kalisaýtārana, dan Sarasvatìrahasya, jumlahnya
32 buah.
4. Upaniśad untuk Yajur Veda Putih atau Śukla Yajur Veda, yaitu
Ìśāvāsya, Bāhadāraśyaka, Jābāla, Haýsa, Paramahaýsa, Subāla,
Mantrika, Nirālambha, Piògala, Bhikśu, Sāþyāyanì, Triśikhabrāhmana,
Maśdalabrāhmana, Advanyatāraka, Turiyātita, Adhyātma, Tārasāra,
Yājñavalkya, dan Muktika, jumlahnya 19 buah.
1. Bhuwana Kośa
2. Tattwa
3. Jñāna
4. Tattwa
5. Siddhānta
6. Hyang Mahājñāna
7. Sangkśepa
8. Bhatara
9. Tattwa Purāśa
10. dan lain-lain.
Kośa adalah lontar tertua yang bersifat Śiwaistis, dan juga lontar yang
terpenting di Bali oleh karena konsep-konsep dasar tentang Śiwa Tattwa.
(hakekat Śiwa), terdapat di dalam lontar ini yang kemudian mengalir dan
berkembang ke dalam lontar-lontar Śiwaistis lainnya, seperti Wāhaspati
Tattwa, Gaśapatai Tattwa, Tattwa Jñāna, Bhuwana sangkśepa, Sang Hyang
Mahā Jñāna, Jñāna Siddhānta dan lain-lain.
Bhuwana Kośa termasuk jenis Tutur dan keadaan śloka Sanskertanya
cukup bagus dan dan jumlahnyapun cukup banyak. Bahkan lebih banyak dari
terjemahaannya atau komentarnya dalam bahasa Jawa Kuna. Bhuwana Kośa
adalah teks tertua yang masih ada sebagai pedoman para Pendeta penganut
ajaran Śiwa-Siddhānta. Śiwa Siddhānta di sini adalah merupakan bentuk baru
dari Śaiwa – Paksa yang dalam kurun waktu tertentu menerima atau
menyerap unsur-unsur dari sekta-sekta lain yang pernah berkembang di Bali.
Sehingga antara Śiwa Siddhānta yang ada di Bali dengan Śiwa Siddhānta yang
ada di India adalah berbeda. Bhuwana Kośa merupakan lontar tertua tentang
Śiwa Tattwa di Bali maka ini berarti bahwa ide atau konsep tentang hakekat
Bhatara Śiwa itu adalah bersumber dari lontar Bhuwana Kośa. Dengan kata
lain Lontar Bhuwana Kośa adalah merupakan babon (induk) dari lontar-
lontar Siwaistis yang ada di Indonesia.
Menurut Mardiwarsito (1987;147) secara leksikal Bhuwana Kośa berarti
perbendaharaan atau khazanah dunia. (the treasure of the world). Namun
dalam hubungannya lukisan ini kata Bhuwana Kośa adalah nama salah satu
lontar yang tergolong “Tutur”, sebagai babon (induk) dari lontar-lontar
Siwaistis yang terdapat di Bali.