Pendahuluan
Tujuan
Pembahasan
Setiap umat pemeluk agama pastinya melaksanakan ibadah, sebut saja Agama Hindu (Bali) di
Indonesia. Pemujaan bagi umat Hindu (Bali) disebut sembahyang. Pemujaan itu dilakukan dengan
cara dan motif yang berbeda saat sembahyang, misalnya saat persembahyangan di setiap umat di
Pelinggih masing-masing, atau saat hari Piodalan di Desa Adat, kesemuanya itu disesuaikan dengan
desa kala patra. Itulah mengapa pemujaan bisa berbeda-beda. Namun, perbedaan itu tidak menjadi
penghambat umat untuk melakukan pemujaan tertinggi dihadapan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha
Esa) dan manifestasiNya. Semuanya itu, hanya untuk mencapai persatuan dan kesatuan dengan
Tuhan.
Sembahyang berasal dari bahasa Jawa Kuno, sembah yang artinya menyayangi, menghormati,
memohon, meyerahkan diri, dan menyatukan diri. Sedangkan, hyang artinya suci. Dengan demikian,
sembahyang berarti menyembah yang suci, yakni Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) dan semua
manifestasiNya. Itulah hakekat pemujaan terhadap Tuhan, untuk dapat mendayagunakan
kepercayaan/keyakinan dan bhakti umat kepada Tuhan, serta untuk meningkatkan harkat dan
martabat kehidupan manusia.
Dalam memuja Ida Sang Hyang Widhi khususnya dalam agama Hindu di Bali, tentunya sebagai umat
wajib melakukan persembahyangan agar Beliau senantiasa melindungi dan membimbing kita. Jika
dijabarkan, sembahyang terdiri dari dua suku kata yaitu Sembah dan Hyang. Sembah yang artinya
“sujud atau sungkem” yang dilakukan dengan cara – cara tertentu dengan tujuan untuk
menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata – kata maupun
tanpa ucapan (pikiran atau perbuatan). Hyang artinya “yang dihormati atau dimuliakan” sebagai
obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut
kepercayaan itu.
Ada empat jenis manusia memuja Tuhan menurut Kitab Suci Bhagawad Gita VII.16. Pertama, Artah
yang artinya orang baru memuja Tuhan setelah ia mengalami penderitaan. Kedua, Arthi yaitu
mereka yang memuja Tuhan untuk memohon kekayaan. Ketiga, Jijnyasuh adalah pemuja Tuhan
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan kedudukan duniawi. Keempat, Jnyani yaitu mereka yang
memuja Tuhan untuk mendapat kebijaksanaan rohani. Melaksanakan pemujaan kepada Tuhan bisa
dilakukan secara pribadi atau sendiri dan berkelompok. Keduanya itu memiliki makna yang berbeda.
Oleh karena itu, untuk lebih jelas penulis akan memberikan sedikit informasi perihal sembahyang
sendiri dan sembahyang berkelompok, sebagai berikut :
Sembahyang sendiri dalam Agama Hindu disebut Ekanta. Sembahyang sendiri bertujuan untuk
melatih diri agar struktur alam pikiran menjadi lebih kuat. Agar kesadaran budhi menjadi kuat
menguasai kadar kecerdasan pikiran dan pikiran menguasai Ego, maka Tri Guna haruslah diolah
dengan baik. Dalam sembahyang sendiri, inilah kwalitas sembahyang untuk membenahi diri sendiri
sebagai makhluk individu. Dengan sembahyang sendiri seseorang akan dapat mendayagunakan
keyakinan dan bhakti kepada Tuhan, untuk membenahi keberadaan dirinya sebagai manusia individu
menjadi manusia yang berkwalitas. Individu-individu yang berkwalitas inilah yang akan dapat
menjadi anggota masyarakat yang baik.
Dengan demikian, baik sembahyang sendiri dan sembahyang bersama mempunyai kedudukan yang
sama dalam hal memuja Tuhan. Oleh karena itu, hendaknya dilakukan secara seimbang dan
kontinue untuk membina diri sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Di dalam bahasa sehari-
hari kata sembahyang kadang-kadang disebut “muspa” atau “mebhakti” atau “maturan”. Disebut
“muspa” karena dalam persembahyangan itu lazim juga dilakukan dengan persembahan kembang
(puspa). Disebut “mebhakti” karena inti dari persembahan itu adalah penyerahan diri setulus hati
tanpa pamrih kepada Hyang Widhi. Demikian pula kata “maturan” yang artinya mempersembahkan
apa saja yang merupakan hasil karya sesuai dengan kemampuan dengn perasaan yang tulus ikhlas,
seperti bunga, buah-buahan, jajanan, minuman dan lain-lain (Bajrayasa, Arisufhana & Goda
1981:13).
Mangku Linggih, pemangku di Pura Parahyangan Jagat Kartta Gunung Salak Bogor, menambahkan
makna maturan sebagai wujud syukur atas rejeki yang diberikan Hyang Widhi, sehingga kita wajib
mempersembahkan/menghaturkan pemberian beliau terlebih dahulu. Setelah sembahyang baru kita
“ngelungsur (prasadam)” apa yang telah kita haturkan, seperti canang, buah-buahan, dan
sebagainya.
Menurut Ketut Wiana (2005:49) salah satu manfaat sembahyang adalah untuk memelihara
kesehatan. Selain pikiran menjadi jernih, sikap-sikap sembahyang seperti asana (padmasana,
siddhasana, sukhasana, dan bajrasana) membuat otot dan pernafasan menjadi bagus.Selain untuk
kesehatan, bersembahyang dan berdoa juga mendidik kita untuk memiliki sifat ikhlas karena apa
yang ada di dalam diri dan di luar diri kita tidak ada yang kekal, cepat lambat akan kita tinggalkan
atau berpisah dengan diri kita. Keikhlasan inilah yang dapat meringankan rasa penderitaan yang kita
alami karena kita telah paham benar akan kehendak Hyang Widhi. Bersembahyang juga dapat
menentramkan jiwa karena adanya keyakinan bahwa Tuhan selalu akan melindungi umatNya.
Perbudakan materi juga dapat diatasi dengan bersembahyang karena orang akan dapat melihat
dengan terang bahwa harta benda harus dicari dengan Dharma untuk melaksanakan Dharma.
Sembahyang dengan tekun akan dapat menghilangkan rasa benci, marah, dendam, iri hati dan
mementingkan diri sendiri, sehingga meningkatkan cinta kasih kepada sesama. Membenci orang lain
sama saja dengan membenci diri sendiri karena Jiwatman yang ada pada semua makhluk adalah
satu, bersumber dari Tuhan, seperti yang diajarkan dalam ajaran Tat Twam Asi. Kemudian dengan
sembahyang kita dimotivasi untuk melestarikan alam karena bersembahyang membutuhkan sarana
yang berasal dari alam, seperti bunga, daun, buah, sumber mata air, dan sebagainya.
Sembahyang dalam hidup keseharian sering disebut dengan Mebhakti atau Muspa. Disebut dengan
Mebhakti karena inti dari sembahyang adalah untuk mengungkapkan rasa bhakti yang setulus-
tulusnya kepada Tuhan. Disebut dengan Muspa karena sarana pokok yang digunakan adalah bunga
atau puspa. Adapun manfaat dari pelaksanaan sembahyang adalah :