Anda di halaman 1dari 16

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

PEMUJAAN

Dosen Pengampu :
Dr. Abd. Aziz Hasibuan, M.Pd

Penyusun :

Akhmad Ghazali
Bilqis Al Fiyyaturrahmah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-AMIN
KREO-TANGERANG SELATAN-BANTEN
2024
PEMUJAAN

A. Arti Pemujaan

Pemujaan berasal dari kata dasar puja. Pemujaan adalah sebuah


homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi
maknanya berbeda. Pemujaan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata
benda sehingga pemujaan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat,
atau semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pemujaan adalah proses, cara, perbuatan
memuja. Arti lainnya dari pemujaan adalah tempat memuja (seperti kuil).1

Pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa didasarkan oleh kesadaran


cinta manusia, atas kekuasaan dan kemampuan yang lebih tinggi dari
kekuasaan dan kemampuan dirinya. Potensi cinta yang tinggi dalam diri
manusia, telah mendorongnya untuk berkeyakinan bahwa hidup didunia ada
yang Maha Kuasa, Maha Mengatur, Maha Memberi kehidupan, yang dalam
bahasa diistilahkan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Ahmad Mustofa
(1999:87) diantara unsur cinta terdapat pemujaan, objek pemujaan
tertinggi dalam cinta manusia di tunjukkan kepada Yang maha Kuasa.
Wujud dari sikap cinta manusia pada Tuhannya diaplikasikan dalam bentuk
melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Mereka
haqqulyaqin atas dasar cinta yang ikhlas kepada Tuhan, kelak akan
mendapat jaminan Surga, ketidak cintaan pada Tuhan akan berakibat
kehidupan hina dan tersiksa. Cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah
ungkapan cinta yang paling hakiki dalam kehidupan manusia. Pemujaan
terhadap-Nya dalam bentuk salat, zikir dan doa serta mengharap ridaNya
adalah manifestasi dari perasaan cinta yang penuh rindu kepada Allah cinta

1
https://kbbi.lektur.id/

2
yang ikhlas kepada Allah akan menjadi pendorong dan pengarah kepada
penundukan semua bentuk kecintaan, baik terhadap diri sendiri, orang lain,
makhluk-makhluk Allah, dan seluruh alam semesta (Soelaiman2007:78).2

B. Cara Pemujaan

Pemujaan dilakukan oleh manusia karena manusia ingin


berkomunikasi dengan Tuhannya. Indonesia merupakan Negara yang
memiliki berbagai keberagaman, seperti halnya keberagaman agama,
dengan adanya berbagai keberagaman agama yang ada maka tatacara
menyembah dan memuja Tuhan pastilah berbeda-beda, tergantung
keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Disini kami akan menuliskan
tatacara sembahyang menurut agama hindu, kristen dan Islam.

1. Sembahyang dalam tradisi Hindu3

Dalam tradisi hindu dikenal tiga macam pemujaan terhadap Tuhan


yaitu (1) Prarthana (doa), (2) Puja, (3) Japa dan Mantra. Prarthana yaitu doa
yang dilakukan kapan saja, oleh siapa saja dan di mana saja, tanpa ada aturan
yang baku dan tidak terbatas pada permasalahan tertentu saja. Prarthana ini
bersifat subjektif, sesuai dengan kondisi jiwa seseorang yang memanjatkan
doa. Kedua adalah puja atau sembahyang. Puja (sembahyang) ini ada dua
macam, ada puja yang dilaksanakan sendiri atau dilakukan berkelompok
dan kolosal pada waktu-waktu tertentu. Dalam pelaksanaannya seseorang
yang melakukan puja harus melakukan hal-hal tertentu yang diwajibkan dan
membaca mantra-mantra yang memang dianjurkan. Ketiga Japa adalah
penyebutan nama suci Tuhan atau mantra berulang-ulang, baik dihitung

2
Membangun Mentalitas Cinta Melalui Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar Dengan Nilai-
Nilai Islam Normatif Oleh: Takdir Alisyahbana.
3
Sembahyang Dalam Agama Hindu, Kristen, Dan Islam Oleh: Fathimah Albatul
Abidatunillah

3
dengan biji genitiri atau japamala, maupun tidak terbatas. Tujuannya
menuju mendekatkan diri dengan Tuhan. Mantra adalah doa yang diucapkan
dengan kata-kata yang sudah baku yang diambil dari Kitab Weda. Tujuannya
jelas, cara pengucapannya pun baku, meski iramanya dapat mengikuti
kebiasaan setempat.

Salah satu ciri orang beragama adalah melakukan pemujaan pada


Tuhan. Bagi umat Hindu Bali, pemujaan itu disebut sembahyang. Meskipun
sembahyang merupakan ciri umum dari seorang yang beragama, tetapi
motif orang melakukan sembahyang tidaklah sama, juga cara orang
bersembahyang yang berbeda-beda. Tetapitujuan tertinggi dari sembahyang
adalah sama, yaitu mencapai persatuan dan kesatuandengan Tuhan.

Makna sembahyang dalam agama Hindu menurut Ketut Wiana


adalah, melakukan pemujaan serta penghormatan kepada dewa atau Tuhan
Yang Maha esa atau kepada sesuatu yang suci. Dalam sembahyang
dikandung juga pengertian menaklukkan diri serta menghamba kepada yang
disembah. Dalam agama Hindu sembahyang merupakan wujud nyata
kegiatan beragama dengan tujuan untuk menghormat, memohon,
menyerahkan diri, menyatukan diri, menghamba kepadaTuhan sebagai yang
maha suci juga kepada yang sudah mencapai status Dewa Pitara atau Siddha
Dewata dan kepada para Maha Resi yang telah memiliki kesucian itu.

Pelaksanaan sembahyang dapat dibagi atas dua bagian yaitu:


Sembahyang yang dilakukan sehari-hari dan sembahyang yang dilakukan
sewaktu-waktu dalam hubungannya dengan upacara tertentu. Sembahyang
yang dilakukan sehari-hari disebut dengan Trisandhya. Tri berarti tiga dan
sandhya artinya sembhayang, maka trisandhya ini adalah sembahyang yang
dilakukan tiga kali dalam satu hari yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam
hari. Trisandhya ini menggunakan mantra yang disebutdengan mantra puja

4
Trisandhya.

Sedangkan sembahyang lain dilakukan pada waktu-waktu yang


berkaitan dengan upacara tertentu seperti pada saat hari raya Galungan,
Kuningan, Saraaswati, Pagerwesi, dan lain-lainnya bagi masyarakat Hindu
di Bali. Pada umat Hindu di Tengger, Jawa Timur, misalnya pada upacara
Kesodo.

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam melakukan


sembahyang.
1. “Asuci laksana” artinya badan maupun diri orang hendaknya bersih,
karena akan memengaruhi pikiran juga.
2. Sikap badan yang disebut asana, boleh memakai padmasana (duduk
bersila), bajrasana (duduk bersimpuh) sesuai dengan tempat sembahyang
itu sendiri.
3. Pranayama yaitu mengatur jalan napas. Menarik napas (puraka),
menahan (kumbaka) dan mengeluarkan (recaka) dengan perbandingan
1:4:2. Pada saat melakukan puraka dan kumbaka disertai dengan ucapan
“Ang” dalam hati, dan pada saat melakukan recaka disertai ucapan “Ah”
dalam hati. Pranayama sangat berguna untuk melemaskan badan dan
menenangkan pikiran.
4. “Kara sodana” yaitu menyucikan tangan karena tangan akan dipakai
untuk menyembah. Mantra yang dipakai ialah Om sudhamam swaha
(tangan kanan) dan Omhati sudhamam swaha (tangan kiri) yang artinya,
“Ya Tuhan, disucikanlah tangan hamba”.
5. “Puspa sodana” artinya penyucian bunga dengan puja dan mantra, “Om
puspa danta ya namah” artinya, “Ya Tuhan, sujud padamu Siwa.
6. Menyembah dengan mencakupkan kedua belah tangan, angkat naik ke
atas sampai ujung jari lewat ubun-ubun disertai dengan mantra sesuai

5
dengan jenis sembahyang itu sendiri. Pikiran diarahkan dan dipusatkan
kepada Tuhan.
Mantra yang dibaca dalam sembahyang Trisandhya ini adalah
mantra gayatri yaitu sebagai berikut:
Om bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya
dhimahi, Dhyoyo nah praccodayat (Artinya: Om adalah bhur swah. Kita
memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Sang Hyang Widhi,
semoga ia berikan semangat pikirankita).
Om Narayana evedam sarvam, Yad bhutam yac ca bhavyam,
niskalanko niranjano nirvikalpo, nirakhyatah suddho deva eko, Narayana
na dvityo ’sti kascit (artinya: Om Narayana adalah semua ini, apa yang telah
ada dan apa yang akan ada bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari
perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Narayana, Ia hanya satu
tidak ada yang kedua).
Om tvam sivah tvam mahadevah, isvarah paramesvarah, brahma
visnusca rudrasca, purusah parikirtitah (Artinya: Om engkau dipanggil
Siwa, Mahadewa,Iswara, Prameswara, Brahma, Wisnu, Rudra dan Purusa).
Om papoham papakarmaham, papatma papasambhavah, trahi mam
pundarikaksah, sabahyabhyantarah sucih (Artinya: Om hamba ini papa,
perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa,
lindungilah hamba Sang Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba).
Om ksamasva mam mahadevah, sarvaprani hitankarah, mam moca
sarva papebhyah, palayasva sadasiva (artinya: Om ampunilah hamba Sang
Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk,
bebaskanlah hamba dari segaladosa, lindungilah oh Sang Hyang Widhi).
Om ksantavah kayiko dosah, ksantavyo vaciko mama, ksantavyo
manaso dosah, tat pramadat ksamasva mam (artinya: Om ampunilah dosa
anggota badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran

6
hamba, ampunilah hamba darikelahiran hamba).
Om santih santih santih Om (artinya: Om, damai, damai, damai,
Om).

2. Sembahyang dalam agama kristen4


Sembahyang personal atau doa dalam tradisi Kristen baik itu Katolik
maupun Kristen Ortodoks dianjurkan dilakukan setiap melakukan kegiatan
apa pun, misalnya ketika akan makan, akan melakukan perjalanan, dan akan
tidur, seseorang dianjurkan untuk menyampaikan syukurnya kepada Tuhan.
Sebenarnya ungkapan apasaja yang akan disampaikan dan bagaimana cara
kita menyampaikannya, tidak diatur dengan baku. Melainkan menggunakan
pedoman dari kitab Mazmur: bahwa ketika kita memanjatkan doa sebaiknya
kita mengungkapkan ungkapan syukur, pujian kehadirat Tuhan, penyesalan
atas kesalahan kita, upaya perbaikan diri baru diikuti dengan permohonan
kita. Akan tetapi karena sembahyang personal ini sifatnya subjektif, tidak
ada hukum dalam menyampaikan kegelisahan kita terhadap Tuhan, hanya
saja, setidaknya dilakukan dengan cara yang baik.
Tidak banyak orang mengetahui tentang sembahyang kanonis yang
dilaksanakan oleh umat Kristiani. Selain karena hal itu biasanya dilakukan
di biara-biara dan seminari, juga karena tidak diwajibkan bagi semua orang,
melainkan dianjurkan bagi setiap orang yang berkehendak. Dalam tradisi
Katolik seringkali disebut dengan Brevir atau Liturgia Horarum (liturgi
waktu), sementara dalam tradisi Kristen Ortodoks seringkali disebut salat
(tzelot--dalam bahasa Aramaik). Baik Brevir maupun Salat (Tzelot,
Tselota16) dilaksanakan setiap hari pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
Pada perkembangannya doa Ibadah Harian mengalami perkembangan
dalamkehidupan umat Kristen. Pada abad ke-4, praktik Ibadah Harian

4
Sembahyang Dalam Agama Hindu, Kristen, Dan Islam Oleh: Fathimah Albatul
Abidatunillah

7
telah mendapatkan bentuk yang lebih pasti, terutama dengan penyusunan
buku sederhana yang disebut brevir.
Pada perkembangannya sejak akhir abad kelima hingga Konsili
Vatikan II, Doa Ibadah Harian terdiri dari:
1. Matutinum: Ibadah tengah malam (Vigile)
2. Laudes: Dilakukan saat fajar menyingsing (pukul 03.00)
3. Primus: Doa awal pagi (pukul 06.00)
4. Tertia: Doa di awal siang hari (pukul 09.00)
5. Sexta: Doa tengah hari (pukul 12.00)
6. Nona: Doa setelah tengah hari (pukul 15.00)
7. Vesper: Doa sore (pukul 18.00)
8. Completorium: Doa penutup hari (pukul 21.00)

Konsili Vatikan II melakukan penyederhanaan pada Ibadah Harian


dan membuatnya lebih mudah digunakan oleh umat awam dengan harapan
Ibadah Harian menjadi doa bagi seluruh anggota Gereja. Konsili Vatikan
II menggabungkan doa Primus ke dalam doa Laudes, dan mengubah doa
Matutinum menjadi Ibadah bacaan yang boleh didoakan pada waktu kapan
pun. Konsili juga melakukan penataan ulang sehingga mazmur-mazmur
didoakan selama empat minggu (sebelumnya hanya satu minggu). Brevir
kini lebih dikenal sebagai Ibadah Harian (Liturgia Horanum) yang dibagi
dalam empat tingkat sesuai dengan kalender Liturgi.
⚫ Masa I: Adven dan Natal
⚫ Masa II: Pra Paskah dan Trihari Suci serta Masa Maskah
⚫ Masa III: Minggu biasa 1-17
⚫ Masa IV: Minggu biasa 18-34

8
3. Sembahyang dalam agama Islam
Dalam tradisi Islam, doa sebagai sembahyang personal menempati
posisi yang sangat penting, terutama dalam kehidupan sosial. Meskipun doa
personal ini bersifat subjekti dan disesuaikan dengan kebutuhan individu
masing-masing, ada beberapa waktu atau kesempatan tertentu ketika doa
dibaca bersama-sama dan menjadi semacam “upacara” keagamaan tertentu.
Misalnya, ketika ada seorang muslim yang meninggal dunia, dilaksanakan
pembacaan QS Yasin dan tahlil untuk mengiringi kepergian orang yang
meninggal tersebut.5
Sembahyang kanonis dalam tradisi Islam adalah salat. Salat adalah
salah satudari rukun Islam. Salat dilihat dari arti linguistikny adalah do’a,
tetapi apabila dilihat dari istilah syar’i-nya ialah suatu pekerjaan dan ucapan
yang didahului dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Sembahyang itu adalah wajib hukumnya dan adapula yang sunah.
Sembahyang yang wajib dilakukan (fardhu), telah ditentukan waktunya
lima kali dalam sehari. Sembahyang diwajibkan Allah atas kita di waktu
Rasulullah berisra‟ dan mi‟raj dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa.
Dalam peristiwa ini, Rasulullah mendapat perintah untuk mendirikan
sembahyang, mengutip al-Quran (QS Al-Isra‟:1).
Dalam sembahyang (sholat) ada syarat-syarat yang harus terpenuhi
sebelum melaksanakannya, jika hal tersebut ada yang kurang maka sholat
yang dilakukan tidak sah kecuali dalam kedaan-keadaan tertentu.

Syarat sahnya sholat/sembahyang antara lain adalah6 :

(1) Mengetahui masuknya waktu sholat dengan yakin, atau dengan ijtihad,
atau berdasar dugaan kuat. Seseorang yang sholat dengan perasaan

5
Sembahyang Dalam Agama Hindu, Kristen, Dan Islam Oleh: Fathimah Albatul
Abidatunillah
6
Risalatul Ja’miah Oleh Sayyid Ahmad bin Zain AlHabsyi

9
ragu, maka sholatnya tidak sah.
(2) Mengetahui arah kiblat.
(3) Menutup aurat dengan penutup yang suci dan mubah.
(4) Membersihkan pakaian, badan dan tempat sholat dari najis.
(5) Berdiri pada sholat wajib/fardhu bagi yang mampu melakukannya.

Sholat dalam islam mempunyai sebelas rukun yang terdiri dari: (1)
Niat didalam hati. (2) Membaca takbiratul ihram (bertakbir) seraya berniat.
(3) membaca surat Al-Fatihah yang terdiri dari 7 ayat. (4) Ruku’ yaitu
membungkukkan badan sedemikian rupa hingga kedua telapak tangan
bertemu dengan kedua lutut. Ketika ruku’ diwajibkan thuma’ninah (diam
sesaat sehingga anggota badan tenang pada posisi sempurna). (5) I’tidal
(bangun dari ruku’) kemudian thuma’ninah. (6) Sujud dua kali. (7) Duduk
diantara dua sujud. Dan diwajibkan thuma’ninah pada setiap gerakan (yaitu
ketika ruku’ i’tidal, sujud dan duduk diantara dua sujud). Kemudian
menyelesaikan rakaat sisanya dengan cara demikian. (8). Tasyahud akhir.
(9) Duduk pada tasyahud akhir. (10). Membaca shalawat kepada Nabi SAW.
Pada tasyahud akhir sebelum salam. (11). Mengakhiri sholat dengan salam.
Ucapan salam yang paling ringkas adalah Assalamu’alaikum.

C. Macam-macam tempat ibadah (pemujaan)


Indonesia sebagai negara majemuk memiliki beraneka ragam suku,
budaya, agama, dan kepercayaan. Enam agama resmi yang diakui di
Indonesia tentu memiliki hari besar, cara beribadah dan tempat beribadah
yang berbeda-beda.
Inilah maca-macam tempat ibadah di Indonesia7:

7
https://www.gramedia.com/literasi/tempat-ibadah-agama-di-indonesia/

10
1. Masjid
Simbol tempat beribadah bagi umat Islam ialah masjid. Masjid atau
dalam padanan bahasa Inggris disebut mosque merupakan tempat ibadah
umat islam atau muslim. Kata mosque sendiri berasal dari bahasa Spanyol,
yakni mezquita.
Selain difungsikan sebagai tempat beribadah, masjid merupakan
tempat bermusyawarah kaum muslimin untuk memecahkan persoalan yang
timbul dalam masyarakat. Kemudian masjid juga berfungsi sebagai wadah
untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan kaum muslimin,
Dalam sejarah Islam, masjid menduduki peranan yang penting dalam
aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. Indonesia sendiri
memiliki beberapa masjid bersejarah yang cukup terkenal, yaitu:
• Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh,
• Masjid Raya Al-Mashun Medan,
• Masjid Raya Syekh Burhanuddin,
• Masjid Raya Pekanbaru,
• Masjid Agung Banten,
• Masjid Besar Kauman Yogyakarta,
• Masjid Jami Kudus, dan lain sebagainya.

2. Gereja (kristen protestan)


Gereja merupakan tempat ibadah bagi agama Kristen Protestan untuk
berkomunikasi dengan Tuhan. Selain digunakan sebagai tempat beribadah,
gedung gereja berguna untuk membangun relasi antar jemaat dan
masyarakat luas.
Gereja sebagai sebuah bangunan atau struktur dibangun dengan
tujuan utama untuk memfasilitasi pertemuan. Gereja juga memiliki fungsi
sosial dan komunitas yang berperan penting dalam membantu orang lain.

11
Indonesia sendiri memiliki beberapa gereja Protestan bersejarah yang cukup
terkenal, yaitu:
• Gereja Protestan di Maluku,
• Gereja Protestan di Ternate dan Tidore,
• Gereja Protestan di Sulawesi Utara,
• Gereja Protestan Injili di Minahasa, dan
• Gereja Protestan di Sangir Talaud.

3. Gereja (Kristen Katolik)


Pemeluk agama Kristen Katolik menyebut tempat ibadahnya dengan
nama gereja. Perbedaan antara gereja Protestan dan gereja Katolik terletak
pada desain bangunannya. Gereja Katolik umumnya memiliki desain
bangunan yang lebih klasik.
Kemudian gereja Katolik biasanya memiliki sudut lancip yang
mengarah ke atas pada bangunan luarnya. Pada gereja Katolik terdapat salib
dan patung Yesus Kristus yang ditempatkan di tengah fasad bangunan.
Indonesia sendiri memiliki beberapa gereja Katolik bersejarah yang cukup
terkenal, yaitu:
• Gereja Katolik Kepanjen Surabaya
• Gereja Tua Sikka Maumere
• Gereja Katedral Santo Petrus atau Gereja Katedral Bandung
• Gereja Santo Paulus
• Gereja Katedral Jakarta

4. Pura (Hindu)
Hindu sebagai agama resmi yang diakui di Indonesia memiliki tempat
ibadah yang dikenal dengan nama pura untuk umat Hindu. Sementara
sebutan Wasi sebagai tempat ibadah agama Hindu dikhususkan untuk
pemuka agamanya.

12
Secara umum, bangunan pura di Indonesia dirancang dengan
bangunan terbuka yang dikelilingi oleh tembok. Kemudian bangunan pura
memiliki gerbang yang saling terhubung dengan banyak ukiran terpahat. Di
Indonesia sendiri, pura terkonsentrasi di Bali yang memiliki mayoritas
penduduk penganut agama Hindu.
Selain berfungsi sebagai tempat beribadah bagi umat Hindu, pura
kerap dijadikan sebagai tempat pendidikan moral, tempat mewujudkan rasa
bhakti kepada Tuhan, dan tempat mendidik keterampilan. Indonesia sendiri
memiliki beberapa pura bersejarah yang cukup terkenal di Bali, yakni:
• Pura Besakih,
• Pura Uluwatu,
• Pura Luhur Tanah Lot,
• Pura Taman Ayun,
• Pura Gua Lawah,
• Pura Ulundanu Bratan,
• Pura Ulundanu Batur,
• Pura Lempuyang, dan
• Pura Watu Klotok.

5. Vihara (Bhuda)
Agama Buddha sebagai agama tertua di dunia memiliki tempat ibadah
yang bernama vihara atau kuil. Vihara sebagai tempat beribadah umat
Buddha berasal dari bahasa Pali India Kuno yang berarti tempat tinggal atau
tempat melakukan puja bhakti.
Secara umum, vihara sebagai tempat ibadah merupakan komplek
yang terdiri dari dhammasala, uposathagara, kuthi, dan bhavana sabha.
Selain itu, bangunan vihara biasanya memiliki gaya arsitektur khas
Tiongkok yang telah berbaur dengan kearifan lokal. Indonesia sendiri
memiliki beberapa vihara tertua yang cukup terkenal, yaitu:

13
• Vihara Talang,
• Vihara Avalokitesvara,
• Vihara Hok Tek Ceng Sin,
• Vihara Dewi Welas Asih,
• Vihara Hok Tek Bio, dan
• Vihara Dharma Suci.

6. Kelenteng (Konghucu)
Agama Konghucu sebagai agama resmi yang diakui di Indonesia
memiliki tempat ibadah yang disebut kelenteng. Di beberapa daerah,
kelenteng kerap disebut dengan nama Tokong. Nama tersebut diambil dari
bunyi lonceng saat penyelenggaraan upacara.
Selain menjadi tempat beribadah, kelenteng juga berfungsi sebagai
simbol ajaran kepercayaan, tempat sumber ajaran spiritual, pusat kegiatan
sosial, pusat pembauran kesenian, dan penanda sejarah perkembangan
masyarakat Tionghoa. Secara umum, kelenteng memiliki bangunan khas
bergaya Tiongkok.
Kemunculan bangunan tua tempat pemujaan pada Konfusius di
Pontianak menjadi awal perkembangan agama Konghucu pada abad ke-17.
Indonesia sendiri memiliki beberapa kelenteng bersejarah yang cukup
terkenal, yaitu:
• Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban,
• Kelenteng Chandra Nadi di Palembang,
• Kelenteng Tek Hay Kiong di Tegal,
• Kelenteng Hong Tiek Hian di Surabaya,
• Kelenteng Tay Kak Sie di Semarang, dan
• Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang.

14
KESIMPULAN

Pemujaan adalah proses, cara, perbuatan memuja. Arti lainnya dari


pemujaan adalah tempat memuja. objek pemujaan tertinggi dalam cinta
manusia di tunjukkan kepada Yang maha Kuasa. Pemujaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa didasarkan oleh kesadaran cinta manusia, atas kekuasaan
dan kemampuan yang lebih tinggi dari kekuasaan dan kemampuan dirinya.
Pemujaan dilakukan oleh manusia karena manusia ingin
berkomunikasi dengan Tuhannya. Setiap individu mempunyai caranya
tersendiri dalam memuja Tuhannya menurut keyakinan masing-masing
agama yang ia anut. Penganut agama Islam melakukan sholat lima waktu
dalam kesehariannya yang mereka yakini itu adalah kewajiban yang harus
dikerjakan. Sedangkan penganut agama yang lain juga melakukan bentuk
ibadah yang telah diajarkan oleh agamanya masing-masing.
Indonesia sebagai negara majemuk memiliki beraneka ragam suku,
budaya, agama, dan kepercayaan. Enam agama resmi yang diakui di
Indonesia tentu memiliki hari besar, cara beribadah dan tempat beribadah
yang berbeda-beda. Masjid sebagai tempat ibadahnya kaum muslimin,
Gereja sebagai tempat ibadah dari ummat kristiani, Pura bagi penganut
agama Hindu, Vihara tempat ibadahnya ummat budha dan kelenteng
sebagai tempat ibadah bagi penganut agama Konghucu.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.lektur.id/

Membangun Mentalitas Cinta Melalui Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar


Dengan Nilai-Nilai Islam Normatif Oleh: Takdir Alisyahbana.

Sembahyang Dalam Agama Hindu, Kristen, Dan Islam Oleh: Fathimah


Albatul Abidatunillah

Risalatul Jami’ah

https://www.gramedia.com/literasi/tempat-ibadah-agama-di-indonesia/

16

Anda mungkin juga menyukai