Anda di halaman 1dari 88

TUGAS AGAMA HINDU

DISUSUN OLEH :

NAMA : ALDI GUNAWAN

NIM:PO7120119024

PRODI:DIII KEPERAWATAN

MK: AGAMA HINDU

PRODI DIII KEPERAWATAN PALU

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU TAHUN AJARAN

2019/2020

POKOK SRADHA DALAM AGAMA HINDU

1. Keimanan dan Ketakwaan


 Iman menurut bahasa Indonesia adalah percaya atau yakin, sehingga mendapat awalan ke
dan akhiran an yaitu keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan.

 Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama
karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan
dan apa yang dilarang oleh keyakinan tersebut, atau dengan kata lain iman dapat
membentuk orang jadi bertaqwa

 Dengan demikian, panca sradha adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang
harus diyakini oleh setiap pemeluk agama hindu.

 Taqwa adalah melaksanakan perintah tuhan dan menjauhkan larangannya.

 Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

 Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap
hidup dengan ajaran tuhan.

2. POKOK SRADHA DALAM AGAMA HINDU

Berikut sloka (Bhagawadgita, VII:21) yang menjelaskan :

yo yo yāṁ yāṁ tanuṁ bhaktaḥ śhraddhayārchitum ichchhati

tasya tasyāchalāṁ śhraddhāṁ tām eva vidadhāmyaham

Artinya :

Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama, dan Ku-
berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap.

Takwa adalah melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhkan larangaNya.

Tanda – tanda orang beriman

1. Taqwa ( Bhakti )

Menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan melaksanakan segala apa yang diperintah oleh
Tuhan dan menjauhi apa yang telah dilarang-Nya. Keimanan seseorang kepada Tuhan belum
sempurna jika dia tidak bertaqwa, yakni mewujudkannya dalam bentuk yang nyata dengan
beramal atau berbuat kebenaran/kebaikan kepada orang lain.
2. Malu

a. Malu naluri yaitu rasa malu kalau kita memperlihatkan kepunyaan (aurat) kita
dihadapan orang banyak/umum.

b. Malu imani yaitu rasa malu kalau orang sembahyang di hari suci, tapi kita tidak
sembahyang hanya berkeliaran kesana sini, dengan berbagai alasan.

3. Syukur

Ada tiga macam cara kita bersyukur kepada Tuhan :

- Bersyukur dengan hati

- Bersyukur dengan ucapan

- Bersyukur dengan perbuatan

4. Sabar : menahan atau mengekang nafsu.

3. Ada tiga kerangka dasar yang membentuk Keimanan dan Ketakwaan

Ketiga kerangka tersebut sering juga disebut tiga aspek agama Hindu yaitu:

1. Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsafat agama.

2. Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata krama.

3. Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama.

Di dalam ajaran Tattwa di ajarkan tentang “ sradha “ atau kepercayaan. Sradha dalam agama
Hindu ada lima yang disebut “ Panca Sradha “.

Panca = Lima

Sradha = Kepercayaan / Keyakinan

Jadi panca sradha adalah lima keyakinan atau kepercayaan yang di usung umat hindu dalam
menjalani kehidupan di muka bumi ini.

Adapun bagian – bagian dari panca sradha adalah :

1. Brahman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Widhi.

2. Atman, artinya percaya akan adanya Sang Hyang Atman.


3. Karma, artinya percaya akan adanya hukum karma phala.

4. Samsara, artinya percaya akan adanya kelahiran kembali.

5. Moksa, artinya percaya akan adanya kebahagiaan rohani.

Brahman yang artinya percaya akan adanya Sang hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa.
Agama hindu mengajarkan bahwa sang hyang widhi wasa itu cuma satu dan tidak ada duanya.
Hal ini dinyatakan dalam beberapa kitab weda antara lain :

 “Om Tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman” artinya Hyang Widhi hanya satu taka
da duanya dan maha sempurna.

 “Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti” artinya Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi
para arif bijaksana meneyebut dengan berbagai nama.

 Dan didalam mantram Tri Sandhya pun disebutkan “Eko Narayanad na Dwityo Sti
Kscit” artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama seklai tidak ada
duanya.

 Brahman (yang tidak terpikirkan). Siapa yang bisa memikirkan bagaimana bentuk
dan wujud dari Sang Hyang Widhi itu sendiri, bahkan sang professor atau yang paling
jenius di muka bumi tak pernah bisa memikirkan bagaimana bentuk dan wujud dari
Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa.

 Paramaatma (berada dimana-mana dan meresapi segalanya), Sang Hyang Widhi


berada dimana-mana dan tau apa yahng kita pikirkan,kita lakukan dan lain
sebagainya. Sepintar-pintarnya orang menyembunyikan sesuatu, belum tentu bisa
menyembunyikannya dari Sang Hyang Widhi.

 Bhagawan (tak terwujud) Sang Hyang Widhi tak berwujud. Jadi siapapun tak akan
bisa menggambarkan atau melukiskan bagaimana rupa dari Sang Hyang Widhi atau
Tuhan Yang Maha esa.
APA ITU FILSAFAT dan APA ITU AGAMA?

1. PRINSIP KAIDAH AGAMA DAN FILSAFAT KETUHANAN

Ada tiga kerangka dasar yang membentuk ajaran Agama Hindu, ketiga kerangka tersebut sering
juga disebut tiga aspek agama Hindu. Ketiga rangka dasar itu antara lain :

1) Tattwa, yaitu pengetahuan tentang filsahat agama

2) Susila, yaitu pengetahuan tentang sopan santun, tata karma

3) Upacara, yaitu pengetahuan tentang yajna, upacara agama.

2. Keimanan dan Ketaqwaan

Agama Hindu disebut pula dengan Hindu Dharma, Vaidika Dharma (Pengetahuan Kebenaran)
atau Sanatana Dharma (Kebenaran Abadi). Untuk pertama kalinya agama Hindu berkembang di
sekitar Lembah Sungai Sindhu di India. Agama Hindu adalah agama yang diwahyukan oleh
Sang Hyang Widhi Wasa, yang diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma sebagai Dewa
Pencipta kepada para Maha Resi untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia di dunia.
Di dalam ajaran Tattwa diajarkan tentang “Sradha” atau kepercayaan. Sradha dalam agama
Hindu jumlahnya ada lima yang disebut Panca Sradha. Jadi Panca Sradha adalah lima
kepercayaan yang dimiliki oleh umat Hindu yang diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi
Wassa diturunkan ke dunia melalui Dewa Brahma, kepada Para Maha Resi, untuk disebarkan
kepada umat Hindu di dunia.

3. Sejarah Agama Hindu

Antara filsafat dan agama:

Perbedaan antara agama dan filsafat tidak terletak pada bidangnya, tetapi pada caranya
menyelidiki bidang itu.Filsafat berarti memikir, sedangkan agama berarti mengabdikan
diri.Filsafat menuntut pengetahuan untuk memahami, sedangkan agama menuntut pengetahuan
untuk beribadah.

Studi filsafat Hindu:

Studi filsafat adalah kajian tentang pertimbangan pemikiran filosofis yang bersifat
sistematis, kritis, radikal, spekulatif, baik pemikiran zaman kuno maupun modern. Filsafat Hindu
memiliki tiga hakikat kajian : SAT-CIT-ANANDA (kebenaran,kebijaksanaan,dan kebahagiaan).
Memahami dan mendalami tiga hakikat itulah tujuan akhir dari mata kuliah filsafat
Hindu.Kemudian menemukan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Agama:

Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan/Sang Hyang Widhi serta segala sesuatu yang
bersangkutan dengan Tuhan.Misalnya sembahyang, beryadnya, berbuat kebajikan juga agama.

Pengertian Filsafat:

Filsafat adalah ilmu untuk mencari kebenaran dengan sadar, bermetode dan bersistem,
namun tidak hanya terbatas pada pengalaman ilmiah saja.Tetapi menuntut kebenaran yang
mendalam/nyata.Agama berhubungan dengan hati, sedangkan filsafat dengan pikiran yang
tenang.Filsafat tenang dalam pekerjaannya, tetapi mengeruhkan pikiran.Sedangkan, agama
penuh dengan semangat pengabdian, tetapi menenangkan jiwa pemeluknya.

Pendahuluan

 Agama bertitik tolak dari kepercayaan akan adanya Tuhan. Kepercyaan orang kepada
Tuhan berbeda antara satu agama dengan agama lainnya. Agama Kristen percaya Tuhan
Yesus, Islam Allah, Hindu Sang Hyang Widhi
 Disamping perbedaan-perbedaan terdapat pula persamaan-persamaan antara lain, sama-
sama mengakui Tuhan itu Maha Kuasa, Kekal Abadi.

 Bagaimanapun bentuk kepercayaan itu penganut dituntut beriman pada kepercayaan itu
yang mendapatkan kerahayuan.

Agama Hindu adalah agama yang berkelanjutan, yang tidak berhenti suatu waktu.Hindu kata
dasar windu/sindu yang artinya titik-titik air/tirta.Agama Hindu adalah agama tertua di dunia
Inspirasi oleh wahyu.Nama asli agama Hindu adalah sanata dharma (kebenaran universal atau
abadi).Agama Hindu tidak berasal dari seorang pendiri. Kata HINDU terdiri dari 5 hurul yang
masing-masing mengandung pesan yang mulia yaitu:

 H = Humanity artinya perikemanusiaan yang mulia: Sathya,Dharma, Shanty, Prema,


Ahimsa.

 I = Integrity, integritas yaitu ketulusan untuk hidup rukun dengan semua makhluk.

 N = Non violence artinya tanpa kekerasan atau ahimsa

 D = Divinity = ketuhanan. Tuhan atau Sang Hyang Widhi itu hanya satu (tunggal).
Ekam eva adwityam

 U = Universal artinya agama Hindu cocok untuk semua manusia di dunia, cocok untuk
semua tempat, semua jaman yaitu dari jaman dulu, sekarang dan yang akan dating selalu
sesuai (releven).

Tujuan Agama Hindu adalah Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma artinya untuk mencapai
kesejahteraan hidup di dunia (jagadhita) dan mencapai kedamaian abadi di akhirat
(moksa).Tujuan hidup manusia ada dua yaitu tujuan duniawi dan spiritual.Yujuan duniawi
berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan dan keinginan.Sedangkan tujuan spiritual yaitu
keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat da nasal yang sesungguhnya.Dalam agama Hindu,
tujuan hdup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu: Dharma,
Artha, Kama, Moksa.

Catur Asrama adalah 4 lapangan/tingkat hidup:

1) Brahmacari yaitu masa menuntut ilmu

2) Grehasta yaitu masa berumah tangga

3) Wanaprasta yaitu masa mengasingkan diri atau menjauhkan diri dari nafsu keduniawian

4) Bhisuka(sanyasin) yaitu masa untuk melepas ata dari keduniawian untuk mencapi moksa.

Bagian-bagian dari Catur Purusartha yaitu:


1) Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia.

2) Artha yaitu kekayaan yang berupa materi atau secara sempit disebut uang, secara luas
artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan.

3) Kama merupakan keinginan dan nafsu

4) Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi atau
paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha,kama,dan moksa.

Perkembangan Agama Hindu di India

Untuk mendapatkan gambaran tentang agama Hindu, maka sebagai umat Hindu
setidakya harus mengetahui bagaimana Agama Hindu itu di wahyukan oleh Ida Sang Hyang
Widhi kepada umat Hindu. Banyak oang mengatakan bahwa Agama Hindu adalah Agama
Budaya, akan tetapi sejarah menyatakan bahwa Agama Hindu adlah Agama Wahyu. Weda
diturunkan di India tepatnya di Lembah Sungai Suci Sindhu, kemudian sampai padad kita di
Indonesia melalui beberapa proses atau fase-fase. Pendapat Govinda Das Hinduism Madras
(1924:25) membagi tiga zaman perkembangan agama Hindu yaitu : Zaman Weda, Zaman
Brahmana dan ZAman Upanisad.

Catur Weda diterjemahkan oleh para Rsi menjadi Lontar, atau gubahan lain yang
tujuannya agar lebih mudah dipahami sampai pada umat yang latar belakang kemampuannya
berbeda. Bertolak dari keyataan ini maka tidak ada alasan bagi umat Hindu untuk tidak mengenal
Weda, meskipun dalam bentuk gubahan atau terjemahan.Pada mulanya melalu Dewa Brahman
sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi menurunkan Sabda kepda tujuh orang Rsi, oleh tujuh
Rsi tersebut Sabda itu disebut Wahyu.Selanjutnya Wahyu yang terkumpul tersebut, atas inisiatif
Rsi Wyasa dibantu oleh empat orang muridnya dibukukan menjadi Weda. Hubungan catur
Purusha Artha dengan catur Asrama:

 Dalam tingkat hidup brahmacari kedudukan dharmalah yang terpenting.

 Dalam tingkatan hidup grehasta kedudukan artha dan kamalah yang terpenting.

 Dalam tingkatan wanapeastha dan bhisuka yang dilakukn lebih banyak adalah tapa bratha
dan semadhi.

Selanjutnya setelah wahyu tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang
muridnya membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal
dengan nama Catur Veda. Kehidupan beragama pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran
yang tercantum pada Veda Samhita, yang lebih banyak menekankan pada pembacaan atau
perafalan ayat-ayat Veda secara oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara
berkelompok. Fungsi rafal adalah bukan memuja para Dewa melainkan mengubah upacara
korban yang dipersembahkan menjadi makanan yang dapat diterima oleh para Dewa dengan
pengucpan berulang-ulang disertai dengan menyebutkan nama manifestasi Dewa yang hendak
dihadirkan.

Menurut tradisi Hindu, Maharsi terbesar yang sangat besar jasanya dalam menghimpun dan
mengkodifikasikan Catur Veda adalah Maharsi Vyasa, yang dibantu oleh empat orang muridnya;

a. Maharsi Pulana membukukan Reg Veda

b. Maharsi Jaimini membukukan Sama Veda

c. Maharsi Vaisampayana membukukan Yajur Veda

d. Maharsi Sumantu membukukan Artharva Veda.

Bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang gemar mengembara
terapi cerdas, tangguh dan trampil.Selanjutnya pada zaman ini merupakan zaman mulainya
penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda. Veda adalah kitab suci agama Hindu yang
diturunkan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat Hindu melalui para Rsi (Sapta Rsi)
yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi atri, Rsi Bharadvaja, rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi
Vamadeva.

1. Zaman Veda

Perkembangan agama Hindu di India pada zaman Veda. Zaman ini dimulai dan
datangnya Bangsa Arya, +2500 SM ke India, dengan menempati lembah Sungai Sindhu yang
dikenal dengan nama Punjab(daerah lima aliran sungai). Disamping itu pada zaman ini orang-
orang Hindu sangat meyakini adanya Dewa-Dewa sebagai manifestasi dan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa antara lain:

a) Dewa Agni

Pemujaan yang dilakukan terhadap Dewa Agni banyak dijumpai dalam Veda, terutama dalam
Reg Veda, dimana penampilan dengan mempersonifikasi yang selalu dihubungkan dengan
upacara api.

Wujud Dewa Agni digambarkan seperti menyambut nyala api, berjenggot berdagu tajam, bergigi
emas dan kepalanya selalu memancarkan sinar. Sinar Dewa Agni seperti sinar matahari pagi,
beliau disebut sebagai putra Dewa Dyanus, yaitu Dewa Langit.Oleh sebab itu Dewa Agni sering
disebut putra Dewa Langit dan Dewa Bumi.

b) Dewa Indra

Mengenai keberadaan Dewa Indra banyak dijumpai pada kitab suci Veda , ada 250 mantra yang
mengagungkan Dewa Indra. Kata Indra berasal dari kata md dan Dri yang artinya memberi
makan.Indra pada mulanya adalah Dewa Hujan yang mengalahkan raksasa Vrtra, senjatanya
adalah Bajra (Petir).

Dewa Indra dikenal dengan dewa perang yang mengalahkan tiga benteng musuh, dengan itu
disebut Tn Puramdhara (Tn Puramtaka). Dan kenyataan inilah bagi orang Arya yang dating ke
India keberadaan Dewa Indra sangat dihormati, karena bagi mereka dianggap memberkatinya
waktu menjajab penduduk ash India yaitu Bangsa Dravida.

c) Dewa Rudra

Pada zaman ini Dewa Rudra diidentikan dengan Dewa Siva (Siva Rudra).Ia digambarkan
sebagai laki-laki bertubuh besar, perutnya berwarna biru dan punggungnya berwarna merah.
Kepalanya berwarna biru kulitnya berwarna cokelat kemerahan.

d) Dewa Waruna

Dewa Waruna disebut juga Baruna, selalu dihubungkan dengan laut.Kata Waruna berasal dari
akar kata Var (menutup dan membentang) yang berarti melindungi dari segala penjuru.Dan kata
inilah lalu dihubungkan dengan laut.Dewa Waruna mengamati semua makhluk dari tempatnya
yang tinggi, dimana matahari diyakini sebagai istananya.

Rambutnya panjang terurai, seluruh tubuhnya memencarkan cahaya keemasan, tangannya


memegang busur dan panah yang bercahaya.Karakternya Nampak angker dan menakutkan
namun hatinya lembut dan maha pengasih.

Bagian-bagian dari Cartur Veda, yaitu:

a. Reg Veda merupakan kitab tertua dan terpenting. Isinya dibagi atas 10 Mandala,
menunjukan kebenaran yang mutlak. Mantramnya terdiri dari 10.552 yang diucapkan
untuk mengundang , mendekatkan Tuhan dan manifestasinya yang dipuja agar hadir pada
saat upacara Pengucapan Mantra adalah pemimpin upacara yang disebut Hotr.

b. Sama Veda, isinya diambil dari Reg Veda, kecuali beberapa nyanyian suci yang
dinyanyikan pada saat upacara dilakukan. Jumlah mantranya terdiri atas 1.875 yang
menyanyikan lagu pujaan ini disebut Udgatr.

c. Yayur Veda, terdiri dari 1.975 mantra, berbentuk prosa yang isinya berupa rafal dan doa
pengucapannya adalah pimpinan upacara bernama Adhvaryu pada saat pelaksanaan
upacara korban.
Fungsi laval adalah bukan memuja dewa, melainkan mengubah upacara
korban yang dipersembahkan menjadi makanan yang dapat diterima oleh para Dewa dengan
mengucapkan berulang-ulang disertai dengan menyebutkan nama manifestasi dewa yang hendak
dihadirkan.

d. Atharva Veda, terdiri dari 5.987 mantra berbentuk prosa yang isinya berupa mantra yang
kebanyakan bersifat magis yang memberikan tuntunan hidup sehari-hari berhubungan
dengan keduniawian seperti tampak dalam sihir, tenung, perdukunan. Isi sihir-sihir
dimaksud bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat,
mencelakakan musuh dan lain sebagainya.

2. Zaman Upanisad

Kehidupan beraga Hindu pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanisad
yang tergolong Sruti dijelaskan secara filosofis.Melalui Upanisad yaitu duduk dekat guru
untuk menerima wejangan-wejangan suci yang bersifat rahasia, ajaran-ajaran tersebut diberikan
kepada murid-muridnya yang patuh.Tempat berguru dilaksanakan dengan system pasraman,
yaitu secara terbatas di hutan.Disamping itu, juga diajarkan bagaimana umat menghormati
Dewa-Dewa sebagai manifestasi dan Ida Sang Hyang Widhi.

Bertolak dari kenyataan inilah bahwa kehidupan orang-orang pada zaman Veda sangat
menghormati Veda sebagai Wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang sampai kepada umat
melalui jasa orang-orang suci para Rsi. Para Rsi mengajarkan Veda tidaklah kaku tetapi sangat
luwes pleksibel artinya cara dan bahasa apapun yang digunakan agar bisa diterima oleh umat
secara luas.

Zaman Brahmana

Perkembangan Agama Hindu pada zaman ini ditandai dengan munculnya kitab
Brahmana sebagai bagian dari Veda Sruti yang disebut karnia kanda.Kitab ini memuat himpunan
doa-doa serta penjelasan upacara korban dan kewajiban-kewajiban keagamaan.Zaman Brahmana
merupakan peralihan dari zaman Veda Samhita ke zaman Brahmana kehidupan beragama pada
zaman ini ditindak dengan memusatkan keaktifan pada batin/rohani dalam upacara korban.Ia
sigambarkan sebagi laki-laki tampan berkulit putih mengendarai monster laut yang bernama
Makara (Gajahmina) berupa binatang laut yang pada bagian depannya berwujud seekor kijang,
sedangkan bagian belakangnya berwujud ikan. Istri Dewa Waruna adalah Waruni yang tinggal
diistana Mutiara. Dewa Waruna adalah Dewa yang menguasai hukum alam yang disebut Rta.
Pada zaman Brahmana pula timbul perubahan suasana yang bercirikan antara lain:

a. Korban Yadnya mendapat tekanan yang berat

b. Para Pendeta menjadi golongan yang sangat berkuasa


c. Munculnya perkembangan kelompok-kelompok masyarakat dengan berjenis-jenis
pasraman

d. Dewa-Dewa menjadi berkembang fungsinya

e. Timbulnya kitab-kitab Sutra.

Alam Semesta Menurut Hindu

Manusia dengan alam merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya
saling ketergantungan, manusiaa dapat hidup karena kemurahan alam, alam menjadi lestari
karena dilindungi manusia.Alam diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan manusi berada di
alam semesta. Hal ini terjadilah saling mempengaruhi dan saling menguntungkan satu sama
lainnya.

Ajaraan Tentang Alam Semesta

Alam semesta merupakan suatu ruang yang ada diluar diri manusia, ruang yang memiliki
kemampuan akan ketergantungan manusia dalam menompang hidupnya. Alam semesta terjadi
dalam ciptaan Tuhan(Budi Suci). Asal usul alam ini pada saat diciptakan oleh Yang Maha Kuasa
adalah merupakan pecahan dunia yang berfungsi sebagai tempat hidup bagi pengabdi alam
(Wisnu Budha). Kehidupan pemeluk Hindu menyatu dengan alam, karena:

1. Filosofi: Trihita-Karana adalah tiga hal yang menyebabkan kebahagiaan.

a. Parhyangan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.

b. Pawongan yaitu hubungan manusia dengan sesame manusia

c. Palemahan yaitu hubungan manusia dengan alam


2. Filosofi tentang Bhuwana-agung(alam semesta) dan Bhuwana-alit(tubuh manusia), yang
mempunyai unsur-unsur yang sama disebut Panca Mahabhuta(lima unsur alam semesta utama),
yaitu:

Unsur Bhuwana Agung Bhuwana Alit

Pertiwi Tanah Tulang, daging dan kulit

Apah Air,hujan,danau Darah,kencing, kelenjar

Bayu Angin Paru-paru/rongga perut

Teja Matahari Suhu badan, sinar mata

Akasa Angkasa Rambut,kuku,urat saraf,


buah lubang: mata(2),
hidung(2), telinga(2),
mulut(1), kelamin(1).

Tubuh manusia berasal dari alam semesta, maka jika kita mencintai tubuh kita maka logis
mencintai alam semesta juga.Karena itu manusia harus melakukan sesuatu, diantaranya jangan
membunuh binatang sembarangan, jangan merusak lingkungan yang memberi faedah pada hidup
manusia.Tuhan (Sang Hyang Widhi) menciptakan tubuh manusia dari kekuatan alam. Kekuatan-
Nya itu disebut sebagai Kandapat dan Nyama Bajang adalah teman kita lahir contohnya ari-
ari,darah, dll.

Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula
Sarira(kasar), Suksma Sarira(sedang), dan Anta Karana Sarira(halus).

1. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca
MahaBhuta yaitu Pertiwi,Apah,Teja,Bayu,Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana
Alit atau Bhuana Sarira.

2. Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri dari 3 unsur yang disebut Tri AntahKarana
terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi
dan Ahamkara atau keangkuhan/ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari
Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu; Sabda,
Sparsa,Rupa,Rasa,Gandhamembentuk berbagai indra(panca Buddhindriya dan
Panca Karendriya).

3. Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya sama
seperti paramaatman,kekal abadi.
Manusia secara harpiah, berassal dari kata manu yang artinya makhluk yang berpikir.Jadi
manusia merupakan makhluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan makhluk
lainnya.Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda,
Idep.Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh.Sedangkan binatang memiliki
bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan
mengeluarkan suara.Sedangkan manusia memiliki ketiganya.

SUMBER-SUMBER AJARAN AGAMA HINDU

Pendahuluan

 Agama bertitik tolak dari kepercayaan akan adanya Tuhan. Kepercyaan orang kepada
Tuhan berbeda antara satu agama dengan agama lainnya. Agama Kristen percaya Tuhan
Yesus, Islam Allah, Hindu Sang Hyang Widhi
 Disamping perbedaan-perbedaan terdapat pula persamaan-persamaan antara lain, sama-
sama mengakui Tuhan itu Maha Kuasa, Kekal Abadi.

 Bagaimanapun bentuk kepercayaan itu penganut dituntut beriman pada kepercayaan itu
yang mendapatkan kerahayuan.

Agama Hindu adalah agama berkelanjutan, agama yang tidak selesai pada suatu
waktu.Ajarannya berkembang menerima paham-paham yang dijumpainya pada peredaran
zaman.bermacam-macam pandangan, kepercayaan, tradisi, dijumpainya dan diterima menjadi
dirinya.Ajaran moral yang beraneka warna, ibadah yang bermacam-macam menjadi cirinya
juga.Dengan demikian tampak ajaran agama Hindu seakan-akan tidak mempunyai kesatuan
wujud.Kitab-kitab sumber ajrannya juga banyak, terbentang dari Weda sampai Lontar-lontar di
Bali. Kadang-kadang isi antara satu sumber dengan sumber lain tidak sama sehingga perlu
dikritis.

Materi pelajaran Agama Hindu

Apabila materi-materi ajaran agama Hindu dipetakan maka ia dapat dipahami dan dipedoman
lebih mudah dan jelas. Pemetaan yang demikian misalnya, sebagai berikut:

1. Kitab-kitab sumber ajaran agama Hindu

a. Weda

Ajaran agama Hindu bersumber dari Kitab Weda.Dari Weda ajaran agama Hindu
mengalir. Tanpa Weda akan sukar memahami ajaran agama Hindu yang muncul kemudian.
Karena itu mengenal Weda amat penting.Pengenalan itu meliputi struktur Weda, seperti susunan
Weda da nisi Weda meliputi teologi, kosmologi, etika, dan eskatologi.

b. Upanisad

Setelah Weda, sumber ajaran agama Hindu yang sangat penting ialah Upanisad. Ada
banyak Upanisad, tetapi yang penting ada 12.Nama-nama dan isinya perlu diperkenalkan kepada
mahasiswa.Isinya meliputi ajaran tentang Brahmana, atma, alam semesta, karma, punarbhawa
dan kelepasan. Dari Weda, kemudian mepelajari Upanisad mempermudah memahami kitab-kitab
berikutnya.

c. Itihasa

Itihasa terdiri dari Ramayana dan Mahabharta.Itihasa mempopulerkan ajaran Weda dan
Upanisad melalui wiracarita yang menarik.Ramayana terdiri atas 7 kanda, sedangkan
Mahabharta 18 parwa. Dalam cerita-cerita kepahlawanan itu disisipkan ajaran-ajaran moral,
terutama tentang Dharma sebagai bagian dari Catur Purusartha. di dalam Mahabharata
terdapat kitab Bhagawdgita yang termashur. Bhagawadgita mengajarkan tentang Ketuhanan,
atma serta jalan untuk bersatu kepada Tuhan seperti Bhakti Yoga, KarmaYoga, Jnana yoga,
Rajayoga.

d. Purana

Purana artinya, cerita-cerita kuna yang berisi cerita yang menuntun orang bakti kepada
Tuhan sebagai Siva, Visnu, dan Saktinya.Berdasarkan Tuhan yang dipuja, maka terdapat Purana
milik Saivapaksa, Vaisavapaksa, Saktapaksa.Isinya, umumnya pancalaksana dan kedalam
pancalaksana ini ini disisipkan tentang ajaran Ketuhanan serta jalan-jalan bakti kepadaNya.

e. Lontar-lontar

Di Indonesia ajaran-ajaran agama Hindu diwrisi berupa lontar-lontar, yaitu ajaran-ajaran


yang ditulis diatas daunt al dengan huruf Jawa atau bali, berbahasa Sansekerta, Jawa Kuna atau
campuran kedua bahasa itu. Lontar-lontar yang berhubungan langsung dengan ajaran agama
Hindu dapat dibedakan atas lontar-lontar Tattva, Tatasusila, Upakara, Wariga, Bhuvanakasa,
Jnanasiddhanta, Tattyajnana, Vrhaspatitattva adalah contoh Lontar Tattva. Lontar Susila yang
terbaik adalah Sarasmusccya, menyusul Slokantara.Kedalam kelompok ini, termasuk pula lontar-
lontar sasana, seperti Sivasasana Vratisasana. Adapun lontar-lontar yang berhubungan dengan
Upakara adalah Sundarigama untuk Dewayajna,Dharmakauripan untuk Manusayajna,
Yamapurwanattva untuk Pitrayajna, Rsigana untuk Bhutayajna. Erat hubungannya dengan lontar
Yajna adalah lontar-lontar Wariga yang mungkin pada mulanya disusun asli Indonesia.

Pada jenjang atas Tuhan adalah Tuhan yang tidak aktif, dengan guna, dapat dibayangkan
dalam pikiran, personal. Semua yang ada keluar memancar dari Tuhan jenjang atas dan akan
kembali lagi padanya pada akhir keberadaanya. Karena itu Siva, sebutan Tuahan pada
Saivasiddhanta adalah Sangkan Para Ning Dumadi.Pada jenjang atas, Tuhan adalah Esa
adanya, namun pada jenjang bawah, ia menjadi plural sebagai Dewa-dei, Bhatara-bhatari yang
menjadi Istadewata, Dewata dambaan pemuja. Istadewata ini menentukan pilihan orang pada
pembangunan tempat pemujaan, pujaan, hari-hari pemujaan, jenis sesajen,dsb.

2. Materi ajaran agama Hindu yaitu Tattva, Susila dan Upakara. Ketiga-tiganya merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan dilaksanakan orang dalam perimbangan
yang berbeda-beda.

2.1. Tattva dirinci menjadi Pancasraddha, yaitu :

A. Percaya akan adanya Tuhan

Agama Hindu bertitik tolak dari kepercayaan akan adanya Tuhan. Walaupun ajaran
Ketuhanan dalam agama Hindu bermacam-macam, secara umum dapat disimpulkan ajaran
berjenjang sebagai berikut:
Niskala Sakala

Nirguna Saguna

Paramasiva Sadasiva

Eka Aneka

Impersonal God Personal God

B. Atman

Atman adalah hidupnya hidup.Ia adalah kesadaran sejati. Kesadaran pikiran berasal dari
Atman.Dalam Upanisad, ia disebut Atman.Atman adalah Brahman.Brahman adalah azas alam
semesta, Atman azas pribadi. Pada dasarnya Atman adalah suci, namun setelah bersatu dengaan
tubuh ia pun kena pengaruh maya dengan segala bentuknya. Atman menikmati wisayanya dan
terbawa dalam suka dan duka hidup

Dalam Sivattva, Atma adalah Bhatara Sadasiva yang utaprota. Hakekatnya ia adalah
kesadaran murni, tetapi karena diliputi maya maka kesadarannya memudar. Bhatara Sadasiva
yang pada mulany sarwajnana sarwakarta menjadi tidak demikian lagi.Bhatara Sadasiva yang
demikian disebut Atma.Melalui baan jasmani triantahkarana dan indriya, Atma menikmati dunia
ini sehingga ia lupa akan sifat aslinya, akan kesejatiannya. Atma terbawa dalam sengsara,
penderitaan dunia dan akhirnya tenggelam dalam ketidaksadarannya.Bila moksa dapat dicapai,
Atma kembali bersatu dengan Brahman.

C. Karma

Karma artinya tindakan atau perbuatan yang meliputi perbuatan masa lalu, sekarang dan
yang akan dating. Setiap perbuatan sebab suatu akibat, dan akibat adalah hasil dari suat
sebab.Akibat dari suatu prbuatan atau disebut Karmaphala, buah, atau hasil perbuatan. Oleh
karena itu tidak ada pemisah antara perbuatan dengan hasil perbuatan, ia merupakan suatu
rangkaian. Apa yang diperbuat, itu pula hasilnya. Bila seseorang berbuat baik, ia memetik buah
yang baik, bila berbuat buruk, memetik buah yang buruk. Karena bukan hasl selesai, namun
suatu yang terus menjadi sampai masa yang akan dating.

Setiap orang membuat karma baru yang dapat memperbaiki atau memperburuk karma-
karma terdahulu. Karma bukan suatu hasil selesai, namun sesuatu yang terus menjadi, sehingga
masa yang akan dating tidak hanya dibentk oleh masa lalu, tetapi harus dirubah oleh masa
sekarang. Bila seseorang ingin menjadi baik, ia harus berbuat yang menjadikan baik,
bagaimanapun buruknya ia sekarang. Manusia bukan makhluk lemah,ditentukan nasibnya oleh
karma, tetapi ia menjadi baik atau buruk sesuai dengan pilihannya. Seseorang
berkehendak,berpikir,dan bertindak sesuai dengan pilihannya, itulah yang akan menentukan
pahalanya.
D. Punarbhawa

Atman yang menjadi hidupnya hidup semua makhluk berkelana dalam kehidupan ini.Ia
terikat oleh maya, diliputi oleh avidya, mengira dirinya berbeda dengan Brahman. Bila
kebodohan dan kecemasan dialami dalam hidup ini seseorang tidak mencapai tujuan hidupnya.Ia
akan berputar-putar dalam samsara atau punarbhawa, yaitu kelahiran berulang-ulang. Kesadaran
akan kesamaan atman dengan paramaatman, mengakhiri adanya punarbhawa.didalam Sruti,
Smrti dinyatakan bahwa sang diri mempunyai esensi yang sama dengan Brahman. Demikianlah
seperti api yang sesungguhnya dengan api itu sendiri. Atman mengembangkan dirinya menjadi
jiwatman pada semua makhluk.

Seperti sebuti biji tumbuh menjadi sebatang pohon, demikianlah Atman


mengembangkan dirinya menjadi dewata yang tercerahkan walaupun jiwatman itu tidak arif, dan
tidak sadar. Untuk itu ia harus berkembang dan perkembangan ini berada pada lingkaran hidup
dan kematian. Didalam diri manusia terdapat kebijaksanaan dan kemampuan kedewaan yang
harus dibangun dan dikembangkan. Sifat dasar manusia yang demikian itu menyebabkan
manusia meraih kemuliaan,kekuatan dan kemantapan hidup. Selain kebodohan, karma mengikat
orang untuk mendapat kelepasan.Selama masih ada ikatan, selama itu jiwa mengalami sorga atau
neraka.Karma timbul karena keinginan.bagi orang yang sudah bebas dari keinginan, ia mencapai
kelepasan.

E. Moksa

Bagi yang mengetahui dirinya atman yang sesungguhnya adalah Brahman, bebas dari
segala ikatan nafsu,maka ia mencapai moksa, kelepasan,menyatu dengan Brahman. Ia tidak lagi
dipengaruhi oleh hukum karma. Sebagaimana halnya dengan air sungai-sungai yang telah
bersatu dengan air laut, kehilangan identitasnya, demikian pula halnya Atman menyatu dengan
Brahman.Atman telah hancur kedalam Brahman.

Whaspati tattva sloka 52, menunjukan 3 jalan menuju kelepasan:

Telu prakara ning sadhana anung gawayakena de sang mahyun ing kelepasan,
jnanabhyudreka ngaranya ikang mruh ring tattva kabeh, indriyayogamarga ngaranya ikang
tan jenek ring wiyasa, trsnadosaksaya ngaranya ikang humilangaken phala ning
subhasubhakarma, ika ta katelu yateka gawayakena

Artinya :

Tiga rinciannya usaha yang patut dikerjakan oleh orang yang ingin kelepasan :

- Jnanabhyudreka, yaitu mengetahui semua tattva


-Indriyayogamarga,yaitu tidak asyik tenggelam dalam kenikmatan hawa nafsu

- Trsnadosaksaya, yaitu melenyapkan buah perbuatan baik dan buruk.

Ketiga itulah yang harus dikerjakan.

2.2 Upakara

Upakara merupakan respon manusia terhadap kebesaran Tuhan.Ia ingin mendekat kepada
Tuhan mohon anugerah kerahayuan dalam berbagi bentuknya. Mula-mula ia mempersembahkan
banten,saji-sajian, kemudian sembahyang dengan doa puja mantra serta mohon tirta penyucian.
Semua yang berhubungan dengan kehidupan untuk mohon anugerah,sehingga kemudian
terumuskan adanya Pancayajna(lima upacara korban), yaitu: Dewa Yajna, Pitra Yajna, Rsi
Yajna, Manusa Yajna, dan Bhuta Yajna

 Dewa Yajna : ngaturaken wali ring sarwa dewata kabeh(mempersembahkan


persembahan kepada semua dewata)

 Pitra Yajna : pamrestista ning sawa, saha tarpana pitra(penyesalan jenazah dan tarpana
pitra)

 Rsi Yajna :angaturaken punya ring resingyana, saha bojana mwang widhiwidhana
kabeh(menghaturkan punya kepada rsi, beserta bojana dan perlengkapan upacaranya).
Rsi Yajna juga, upacara penyucian untuk meningkatkan kualitas hidup dari Walaka ke
Eka Jati dan Dwi Jati.

 Manusa Yajna :angaci-aci raga sarira patemwa ning pawarangan(upacara keselamtan


diri mulai sejak perkawinan, dan seterusnya).

 Bhuta Yajna :salwir ring caru, nista Madhya utama( segala jenis caru, kecil menengah
dan atas). Untuk melestarikan dan mengharmonisir alam semesta. Bhuta Yajna juga
bermakna untuk mengendalikan sifat-sifat Bhuta sehingga menjadi kekuatan manusia
didalam menjalani hidup ini. Kosekuensi dari upacara atau kebaktian ini adalah adanya
tempat-tempat pemujaan, doa pujaan, hari pujaan, sulinggih yang mengantar
persembahan kepada Bhatara-Bhatari yang aktifitasnya dapat dilaksanakan baik dalam
diri pribadi, keluarga dan masyarakat(desa adat).

Budi Pekerti dalam Keperawatan


Budi pekerti ialah segala tabiat atau perbuatan manusia berdasar pada akal atau
pikiran.Karena akal atau budi merupakan kesadaran, keinsyafan, maka budi pekerti mencangkup
perbuatan yang dilakukan atas keinsyafan menentukan baik buruk. Pengertian budi pekerti
diterjemahkan dari pengertian moralitas yang mengandung beberapa pengertin antara lain adat
istiadat,sopan santun, tatakrama,dan perilaku. Oleh sebab itu, pengertian budi pekerti yang paling
hakiki adalah perilaku.Sebagai perilaku maka budi pekerti meliputi pula sikap yang
mencerminkan perilaku.Dalam agama Hindu, budi pekerti dirangkum dalam ajaran Trikaya
Parisudha, yaitu Kayika Parisudha, Wacika Parisudha, dan Manacika Parisudha.Manacika
Parisudha(pikiran yang baik) ,Wacika Parisudha(kata-kata yang baik) , Kayika
Parisudha(tindakan yang baik). Disini kata-kata dan tindakan dibimbing oleh pikiran yang baik.

Bagaimana pemahaman budi pekerti dalam agama Hindu?Nilai budi pekerti dan sikap
negative sudah tersebar dalam ajaran agama Hindu. Beberapa diantaranya:

 Nilai budi pekerti

 Tri Marga:

a. Bhakti Marga, meliputi bhakti kepada Tuhan dan bhakti kepada orang tua dan guru.
Bhakti kepada Tuhan dengan dilaksanakannya ajaran-ajarannya dan melaksanakan
amanatnya

b. Karma Marga, dilaksanakan dengan melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk


dipersembahkan kepada orang lain dan Tuhan.

c. Jnana Marga, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun
hidup. Akan pentingnya ilmu itu dinyatakan dalam kitab Bhagawadgita, Sarasmuccaya
dan Nitisara.

 Tri Warga:

a. Dharma, berbuat berdasarkan atas kebenaran. Melaksanakan kewajiban sebagai anggota


masyarakat.

b. Artha, memenuhi harta benda kebutuhan hidup berdasarkan kebenaran

c. Kama, memenuhi keinginan sesuai dengan norma-nomra yang berlaku.

 Catur Paramita(empat tuntunan hidup manusia yang amat mulia):

a. Maîtri, sifat ramah tamah, bersahabat dengan semua makhluk yang ada di dunia

b. Karuna, belas kasih saying kepada orang yang membutuhkan/menderita


c. Mudita, menghargai dan simpati terhadap orang yang mendapatkan kebahagiaan,
bergembira kepada orang yang berbuat kebajikan

d. Upeksa, keseimbangan bathin, menjada dii agar tidak lupa daratan.

Dengan pengawasan tersebut diatas.Apakah sudah menjamin penanaman budhi pekerti


terhadap anak/remaja dll?Bagaimana dengan komunikasi yang demikian canggih, apakah orang
tua, tokoh masyarakat, tokoh agama, dll menjamin penanaman budhi pekerti?Tanggung jawab
siapa terhadap budhi pekerti? Orang tua dengan pendidikan, etika,moral,agama. Guru
disekolah/perguruan tinggi. Tokoh agama,tokoh masyarakat. Sagat perlu kesadaran dan
pengendalian diri secara individual.Komunikasi yang demikian canggih.Tidak bisa dibendung,
semua informasi bisa diakses melalui internet.Mulai dari informasi yang bersifat positif ataupun
yang bersifat negative.

Faktor yang berpengaruh terhadap budhi pekerti: internal(kesadaran diri, pengendalian


diri), eksternal(keteladanan orang tua,dosen,tokoh masyarakat,dll, lingkungan). Kapan
pendidikan budhi pekerti mulai ditanamkan?Sejak dini.Dalam pandangan Hindu, pendidikan ini
dimulai sejak suami bertemu dengan istrinya dan memohon untuk mendapatkan anak yang
suputra.Saat istri mulai mengandung dilakukan upacara untu keselamatan bayi dalam
kandungannya. Tujuan penanaman budhi pekerti dalam kehidupan manusia adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan, serta mencapai tujuan tertinggi(moksa).

Keseimbangan jiwa dan raga.Manusia terdiri dari dua aspek yang saling melingkupi,
yaitu badan dan jiwa.Masing-masing aspek ini, memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha
dan Kama(lebih) merupakan tujuan daari raga dan badan kita. Sedangkan Dharma dan Moksa
merupakan tujuan dari jiwa kita.Tugas dan kewajiban manusia.Tugas dan kewajiban utama
manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma kebajikan yang
utama.Melaksanakan berbagai yadnya yang diperuntuk untuk menjaga keseimbangan alam
semesta. Dalam Bhagawadgita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga
Yoga yaitu 4 jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bathin yaitu:
Bhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, dan Raja Yoga.

Nilai-nilai pendidikan budhi pekerti (menurut Veda dan Susastra Hindu):

 Bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut,berpikir maju
kedepan, bersahaja, berpikir matang

 Bersemangat,bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab,


bijaksana,cerdik,dinamis,cermat

 Efisien,gigih, hemat,jujur,berkemauan keras,lugas,mawas diri

 Menghargai karya orang lain,menghargai kesehatan, menghargai


waktu,pemaaf,pemurah,produktif,rajin
 Sopan satun,sportif,susila,tangguh,tegas,tekun,tepat janji,ulet,terbuka

 Ramah tamah, rasa percaya diri,rela berkorban,rendah hati, sabar,setia,sikap adil, sikap
tertib.

SILA DAN ETIKA

A. Pengertian Sila dan Etika Hindu

Kata etika, sering disebut dengan istilah etik atau ethics (bahasa Inggris) mengandung
banyak pengertian.Dari segi etimologi istilah etika berasal dari bahasa latin “ethicus” dan bahasa
Yunani disebut”ethicos” yang berarti kebiasaan.Dengan demikian menurut pengertian yang asli,
yang dikatakan bak itu yang sesuai dengan masyarakat.Kemudian lambat laun pengertian ini
berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia.Mana yang dapa dinilai baik dan buruk.

Dalam agama Hindu etika dinamakan Susila, yang berasal dari dua suku kata su berarti
baik, sila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan orang-orang beradab, dalam kaitannya
dengan hukum.Sila adalah menjadikan tingkah laku orang-orang beradab sesuai norma-norma
yang berlaku. Dalam Bhagawadgita kecenderungan sifat manusia dapat dibedakan menjadi dua
yaitu: Subha Karmayang diibaratkan sebagai Daiwi Sampat yang memiliki sifat Kedewataan.
Asubha Karma yang diibaratkan sebagai asuri Sampat yang memiliki sifat keraksasaan.

B. Agama sebagai dasar kesusilaan


Susila merupakan kerangka dasar agama Hindu yang kedua setelah filsafat(Tattwa).
Susila memegang peranan penting bagi tata kehidupan manusia sehari-hari. Realitas hidup bagi
seseorang dalam berkomunikasi dengan lingkungannya akan menentukan sampai dimana kadar
budi pekerti yang bersangkutan. Ia akan memperoleh simpati dari orang lain manakala dalam
pola hidupnya selalu mencerminkan ketegasan sikap yang diwarnai oleh ulah sikap simpatik
yang memegang teguh sendi-sendi kesusilaan.

Di dalam filsafat(Tattwa) diuraikan bahwa agama Hindu membimbing manusia untuk


mencapai kesempurnaan hidup seutuhnya, oleh sebab itu ajaran sucinya cenderung kepada
pendidikan sila dan budi pekerti yang luhur, membina umatnya menjadi manusia susila demi
tercapainya kebahagiaan lahir dan batin.

C. Dasendriya

Dasa indria(Daendriya Lontar Tutur Tutur Kumaratatwa) adalah sepuluh


indria/gerakan keinginan manusia atau makhluk hidup disebutkan terbagi dalam beberapa
kelompok, yaitu:

- Panca Budi Indria, lima gerak perbuatan/rangsangan:

a. Caksu Indria; penglihatan

b. Ghrana Indria; penciuman

c. Sora Indria; pendengaran

d. Jihwa Indria; pengecap

e. Twak Indria; sentuhan atau rabaan

- Panca Karma Indria, lima gerak perbuatan/penggerak yaitu:

a. Wak Indria; mulut

b. Pani; tangan

c. Pada Indria; kaki

d. Payu Indria; pelepasan

e. Upastha Indria; kelamin

Kesimpulan
Dalam agama Hindu etika dinamakan susila yang berasal dari dua suku kata su berarti
baik, sila berarti kebiasaan atau tingakh laku perbuatan manusia yang baik.Susila adalah
menjadikan tingkah laku orang-orang beradab, dalam kaitannya dengan hukum.Sila adalah
menjadikan tingkah laku orang-orang beradab sebagai contoh dalam kehidupan.Susila
merupakan kerangka dasar agama Hindu yang kedua setelah filsafat (Tattwa).Susila memegang
peranan penting bagi tata kehidupan manusia sehari-hari. Realita hidup bagi seseorang dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya akan menentukan sampai dimana kadar budi pekerti yang
bersangkutan.

Ia akan memperoleh simpati dari orang lain manakala dalam pola hidupnya selalu
mencerminkan ketegasan sikap yang diwarnai oleh ulah sikap simpatik yang memegang teguh
sendi-sendi kesusilaan. Dasa Indria(Dasendriya Lontar Tutur Kumaratatwa) adalah sepuluh
indria/gerak keinginan manusia atau makhluk hidup, yang disebutkan terbagi dalam beberapa
kelompok, yaitu:Panca Budi Indria(lima gerakan perbuatan/rangsangan terbagi menjadi: Caksu
Indria,Ghrana Indria,Sora Indria,Jihwa Indria,Twak Indria. Sedangkan Panca Karma Indria(lima
gerakan perbuatan/penggerak terbagi menjadi: Wak Indria, Pani,Pada Indria,Upastha Indria.
AGAMA DAN IPTEK

PENGERTIAN AGAMA

Agama menerut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada
tuhan,atau juga disebut dengan nama dewa atau nama lainya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut.

Kata ‘’Agama’’berasal dari bahasa sansekerta agama yang berarti ‘’tradisi’’ sedangkan kata lain
untuk menyatatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar
pada kata retigare yang berarti’’mengikat kembali’’ maksudnya dengan berreligi,seseorang
memikat dirinya kepada tuhan.

Orang yang tidak mempunyai kepercayaan pada sesuatu, akan selalu dalam keadaan
bimbang,ragu,tidak aman,curiga dan tidak mempunyai tempat berpegang yang pasti. Demikian
seseorang tidak nyenyak tidurnya karena curiga kalau-kalau jendela dibongkar orang. Sebaliknya
seseorang merasa tentram hatinya bertempat tinggal pada kaki sebuah gunung berapi karena ia
percaya bahwa gunung itu tidak akan meletus,walaupun ia tidak tau apakah benar demekian.

Dengan memeluk suatu agama orang merasa mempunyai suatu pegangan iman tertentu yang
melibatkan ia pada suatu tempat berpegang yang kokoh,tempat itu tiadalah lain dari pada tuhan,
sumber dari ketentraman dan semangat hidup ini mengalir. Kepada nyalah kita memasrahkan diri
kita ini, karena tiada tempat lain dari pada-Nya tempat kita kembali.

PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN,TEKNOLOGI,DAN SENI

Ilmu(sclence) termasuk pengetahuan (knowledge) yang dimaksud dengan ilmu ialah


pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu yang dinamakan metode ilmiah.bidang yang
telaah oleh ilmu itu tidak terbatas kepada obyek atau kejadian yang bersifat empiris artinya
obyek atau kejadian tersebut dapat ditangkap oleh panca indera manusia atau alat-alat pembantu
panca indera.

1. PENGETAHUAN

Pengertian pengetahuan lebih luas dari pada ilmu.pengetahuan adalah produk pemikiran.berpikir
merupakan suatu proses yang mengikuti jalan tertentu dan ahkirnya menuju kepada suatu
kesimpulan dan membuahkan suatu pendapat atau pengetahuan. Dengan menerapkan
pengetahuan,manusia dapat meringankan kerja dan beban penderitaanya sehingga kesejahteraan
data lebih baik.

2. ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan adalah suatu pengertian yang dinamis dan oleh karena itu sulit untuk
didefinisikan.hal definisi ini bergantung kepada lingkungan tempat manusia itu berada dan
sejarahnya yang lampau.

Menurut Leonard Nash ( dalam The Nature of Natural Sciences, ilmu pengetauan adalah suatu
institusi (social instution ) dan juga merupakan prestasi perseorang (individual achievement).

Jacob (1993) memaparkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu institusi kebudayaan, suatu
kegiatan manusia untuk mengetahui tentang diri sendiri dan alam sekitarnya dengan tujuan untuk
mengenal manusia sendiri,perubahan-perubahan lingkungan dan variasinya, untuk
memanfaatkan,menghindari dan mengendalikannya.

3. TEKNOLOGI

Istilah teknologi berasal dari perkataan yunani technologia yang artinya pembahasan sistematik
tentang seluruh seni dan kerajinan.teknologi yaitu usaha manusia dalam mempergunakan segala
bantuan fisik atau jasa-jasa yang dapat memperbesar produktivitas manusia melalui pemahaman
yang lebih baik,adaptasi dan kontrol terhadap lingkunganya .

4. SENI

Secara sederhananya seni dapat diartikan sebagai hasil ciptaan atau buah dari pikiran manusia
yang diungkapkan dalam wujud dan suara yang dapat didengarkan yang ditunjukan dengan
kemahiran teknis sehingga dapat memeberikan kebahagiaan hati dan hidup. Pada awalnya seni
sepenuhnya diabdikan untuk pelaksanaan upacara agama. Tapi lama kelamaan,seni juga
diciptakan sebagai alat untuk memuaskan hati dan pikiran manusia, sehingga seni juga dijadikan
sebagai hiburan.

HUBUNGAN AGAMA DENGAN ILMU PENETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap
tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknolog. Demikian pula sebaliknya.dalam pola
hubungan seperti ini,pengembangan iptek akan menjaukan orang dari kenyakinan akan
kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari kenyakinan akan
kebenaran ilmu pengetahuan.
Pola hubungan yang kedua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal
sementara kenyakinan akan kebenaran agama masih kuat dihati,jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah
kebenaran yang berbeda.

Pola hubungan ketiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran
agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi.kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek,ajaran agama tidak
dikaitkan dengan iptek sama sekali, mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak
mendukung pengembangan iptek,dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan
demikian pula sebaliknya.

Pola hubungan keempat adala pla hubungan yang positif. Terjadi hubungan seperti ini
mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta
kehidupan masyarakat yang tidak sekuler, secara teori pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga
wujud ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak
mendukung ajaran agama,pengembangan iptek.

HUBUNGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN

Sistem religi merupakan salah satu unsur kebudayaan universal yang mengandung kepercayaan
dan perilaku yang berkaitan dengan kekuatan serta kekuasaan supernatural. Sebagai salah satu
unsur kebudayaan yang universal,religi dan kepercayaan terdapat dihampir semua kebudayaan
masyarakat, religi meliputi kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang lebih tinggi kedudukannya
dari pada manusia dan mencakupkegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia untuk
berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan gaib tersebut.

Kepercayaan yang lahir dalam bentuk religi kuno yang dianut oleh manusia samapai masa
munculnya ajaran agama. Agama sukar dipisahkan dari budaya karena agama tidak dianut
tersebar tanpa budaya, meskipun sebaliknya, budaya akan tersesat tanpa agama.
AGAMA HINDU DAN PEMBANGUNAN NASIONAL

A.Keselarasan agama hindu dan tujuan pembangunan nasional

Agama hindu adalah agama yang rill mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan
tersebut tersurat jelas dalam weda yang dinyatakan sebagai berikut: Moksartham Jagathita ya ca
iti darma. Ajaran agama hindu menuntun setiap umatnya untuk melaksanakan dharma selaras
dalam kehidupnya. Bila dikaji secara mendalam hindu dengan tujuan pembangunan nasional
adalah selaras, sama dan sesuai yaitu sama” mewujudkan keinginan untuk keseimbangan lahir
batinnya.

B.Dharma agama dan dharma negara

Dharma agama adalah merupakan tugas dan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh
setiap umat untuk mencapai tujuan agama. Sedangkan dharma agama adalah tugas dan
kewajiban masyarakat terhadap tujuan negaranya yaitu dalam pembangunan yang telah di
canangkan.

Semua aturan untuk kepentingan pembangunan negara telah di atur dalam UU dengan ketetapan”
dan peraturan”

C. Negara dan modernisasi

Agama adalah keyakinan terhadap suatu kebenaran. Agama hindu mempunyai tujuan
untuk mencapai moksa dan Jagathita berdasarkan dharma.
Modernisasi merupakan kemajuan ilmu pengetahuan. Modernisasi berperan sebagai penopang
dan penunjang untuk mencapai hakekat hidup beragama didalam pelaksanaan upacara/upakara.

Tolak ukur dalam menerima/menolak perkembangan modernisasi:

1. Tri samaya:

 Atta

 Wartamana

 Nagata

2. Tri pramana

 Pratyaksa

 Anumana

 Agama

3. Rasa, usaha dan logika

 Desa

 Kala

 Patra

Sebagai pedoman, berikut hasil keputusan mentri seminar kesatuan tafsir yang berhungan dengan
agama dan modernisasi:

1) Sulinggih = sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan

2) Melasti = dianjurkn tidak memakai kendaraan sepanjang masih memungkinkan

3) Pemakaian kaset = tidak dibenarkan untuk mengiringi upacara agama, kecuali untuk
mengisi kekosongan sepanjanf tidak merusak suasana agama

4) Plastik = didalam memohon atau mundut tirta dianjurkan supaya menggunakan tempat
yang patut demi menjaga kesuciannya

5) Crematotirum = tidak dibenarkan digunakan dalam pengabenan, karena ada ketentuan


khusus dalam upacara
6) Kompor = pemakaian kompor dalam rangkaian pembakaran mayat bisa diterima
sepanjang tidak merusak suasana dan mengurangi syarat upacara

7) Seng dan genteng = dianjurkan menggunakan lalang dan ijuk serta bambu sebagai atap
bangunan suci dan sebaiknya menghindari seng dan genteng

8) Beton cetakan = kalau penggunaannya bukan untuk pelinggih masih bisa diterima, tapi
kalau untuk pelinggih sebaiknya tidak menggunakan beton cetakan

9) Bayi tabung = bayi tabung bisa diterima atas persetujuan suami istri, tapi pembuahan
secara suntik tidak dipandang tidak sesuai dengan tata kehidupan agama hindu

10) Mr (menstruasi regulation) = tidak dibenarkan karena tergolong brunaha

D. Tri hita karana

Tri hita karana merupakan tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan
hubungan antara :

a) Hubungan manusia dengan tuhan diwujudkan dalam dewa yajna

b) Hubungan manusia dengan sesamanya diwujudkan dalam pitra yajna dan manusa yajna

c) Hubungan manusia dengan lingkungan yang diwujudkan dalam bhuta yajna

Penerapan dalam Tri Hita Karana dalam kehidupan umat hindu dibali dijumpai dalam
perwujudan :

a) Parhyangan

b) Palemahan

c) Pawongan

Penjabaran Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari:

Tri Hita Karana

Parhyangan Palemahan Pawongan

Pamerajan Pekarangan rumah Anggota keluarga

Pura bedugul Wilayah subak Krama subak


Padmasana kampus Areal kampus Dosen, mahasiswa, dan
pegawai

Padmasana rs Areal rs Dokter, pegawai, perawat,


pasien

E. Kerukunan hidup beragama

Kerukunan hidup beragama dalam negara indonesia yang berdasarkan pancasila serta
menjunjung tinggi sila ke 1 yaitu ketuhanan yang maha esa merupakan tugas dan kewajiban kita
bersama. Sebagai umat hindu hal ini jelas telah diterapkan dalam tri kerukunan hidup umat
beragama yaitu :

a) Kerukunan intern umat beragama mencakup kerukunan antar kita sesama umat hindu
meliputi pribadi dengan pribadi, antar keluarga, warga desa, dan sesama pemeluk
sampai ketingkat yang lebih tinggi. Untuk memelihara kerukanan ini, peran PHDI
pada setiap jenjangnya memegang peranan yang penting dalam memberikan tuntunan
dan pembinaannya secara intern, mengenai keagamaan.

b) Kerukunan antar umat beragama menyangkut antara umat yang berbeda-beda agama.
Kerukunan dalam kehidupan masing-masing patut dapat saling cinta mencintai harga
menghargai dan hormat menghormati. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
semua manusia di mata tuhan itu sama. Untuk mewujudkan kerukunan ini,
dapartemen agama telah mengeluarkan peraturan dan perundang-undanga n yang
menyangkut tata kehidupan beragama dan pendirian rumah-rumah ibadah yang patut
dipedomi, dihayati dan diamalkan.

c) Kerukunan umat beragama dengan opemerintah

Kehidupan agama di indonesia di tetapkan oleh pemerintah Ri dengan penetapan perintah no 1


tahun 1965, dimana agama hindu yang kita anut adalah agama yang resmi sama kedudukannya
dengan agama-agama lain. Kemudian dalam tata kehidupan beragama, berpemerintah melalui
dapartemen agama menjabarkan lagi hal” yang perlu diatur karena telah dirasakan sangat peka.
Akhirnya keluarlah berbagai keputusan instruksi dan sebagainya.
SOSIOLOGI HINDU DHARMA

A. Pengertian agama dan masyarakat

Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi
penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial ,argumentasi rasioanl dan
arti dan hakikat kehidupan tentang tuhan dan kesadaran akan menimbulkan relegi dan sila
ketuhanan yang maha esa samapai pada pengalaman agama dan para tasauf.

Ada tiga aspek penting yang selalu dipelajari dalam mendiskusikan fungsi agama dalam
masyarakat yaitu kebudayaan,sistem sosial,dan kepribadian.ketiga aspek itu merupakan
kompleks fenomena sosial tepadu pengarunya dapat diamati dalam prilaku manusia.

Fungsi agama dibagi menjadi empat yaitu:

1. Fungsi agama terhadap pemeliharaan masyarakat

2. Fungsi agama dan pengukuhan nilai-nilai

3. Fungsi agama di sosial

4. Fungsi agama sebagai sosialisasi individu

 Fungsi agama terhadap pemeliharaan masyarakat

Ialah memenuhi sebagai kebutuhan masyarakat. contohnya adalah sistem kredit dalam masalah
ekonomi. Diamana sirkulasi sumber kebudayaan suatu sistem ekonomi bergantung pada
kepercayaan yang terjalin antar manusia. Bahwa mreka akan memenuhi kewajiban
bersamadengan janji sosial mereka untuk membayar. Dalam hal ini, agama membantu
mendorong terciptanya persetujuan dan kewajiban sosial dan memberika kekuatan
memaksa,memperkuat,atau mempengaruhi adat istiadat.

 Fungsi sebagai agama dalam pengukuhan nilai-nilai

Bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral,maka norma pun di kukuhkan dengan
sanksi sakral. Sanski sakral itu mempunyai kekuatan memaksa istimewa karena ganjarannya dan
hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi.

 Fungsi agama disosial

Fungsi penentu dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama baik antar anggota bersama
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang mempersatukan meeka.

 Fungsi agama sebagai sosialisasi individu

Saat indivudu tumbuh dewasa,maka dia akan membutuhkan suatu sistem nilai sebagai tuntunan
umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat agama juga berfungsi sebagai tujuan
akhir pengembangan kepribadiannya. orang tua tidak akan mengaikan upaya ‘’moralisasi’’anak-
anaknya.seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh
keselamatan sebagai tujuan utamanya karena itu untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadah
secara teratur dan kontinu

B. Keluarga dan masyarakat dalam agama hindu

Kata keluarga berasal dari bahasa sansekerta kotadan warga artunya abadi pelayanan
dan warga berarti jalinan atau ikatan jadi kata keluarga berarti jalinan atau ikatan pengabdian dan
pelayanan ikatan pengabdian dan pelayanan antar bapak dan ibu ( suami,istria, ayah ibu dan
kepada anak-anak.emak-emak kepada ayah ibu balikan pada leluhur

Tujuan agama melandasi tujuan hidup setiap umat hindu yang dan merupkan dasar atau pedoman
hidup dalam mencapai tujuan itu , umat hindu memiliki pedoman dan pegangan yaitu kita suci
weda yang tidak boleh kita ingkari,diyakini kebenarannya. Tujuan agama adalah mencapai
jagaddhita yaitu kesejahteraan hidup dan moksa. Sedangkan tujuan hidup manusia yaitu
tercapainya catur purusha artha yang terikat sebagai suatu jalinan yang harmonis dalam
kehidupan manusia dan meliputi dharma, artha, kama, dan moksa. Didalam mencapai tujuan
tersebut harus berdasarkan dharma. Selanjutnya manusia sebagai mahluk individu yang selalu
berhubungan dengan kehidupan masyarakan dan dan alam linkungan maka agama hindu
membagi tingkatan masa kehidupan manusia menjadi empat yang disebut dengan catur asrama

 Catur asrama dapat dibagi menjadi:


a. Brahmacari asrama yaitu masa menuntut ilmu

b. Grihastha asrama yaitu masa berumah tangga

c. Wanaprastha asrama yaitu masa mengurangi ikatan keduniawian

d. Bhiksuk/sanyasin asrama yaitu masa memusatkan pemikiran untuk mencari


moksa

Dalam catur asrama pada tingkatan grahasta yang sangat penting diperhatikan adalah artha dan
kama namun berlandaskan dharma. Menurut manawadharmasastra setiap anggota keluarga
mempunyai kedudukan dan kewajiban masing-masing dengan dharma yaitu

 Kedudukan dan kewajiban ayah

1. Ayah selalu melindungi ibu serta putra putrinya

2. Ayah harus menyerahkan penghasilannya kepada ibu untu mengurus rumah


tangga

3. Ayah menjamin hidup dan memberikan nafkah kepada ibu bila meninggalkan
keluarga untuk bekerja

4. Saling mempercayai sehingga tebina keharmonisan keluarga (MDS adyaya


IX, sloka 3,7,11,74 dan 102)

 Kedudukan dan kewajiban ibu

1. Seorang ibu tidak boleh bertindak sendiri tanpa sepengetauan ayah

2. Ibu harus pandai menempatkan diri mengatur dan memelihara keharmonisan


rumah tangga

3. Ibu harus setiap kepada ayah dan putra putrinya dengan tetap berpegang pada
dharma

4. Ibu harus slalu mengendalikan pikiran perkataan dan tindakan dan selalu
ingat kepata ida sang hyang widhi wase

5. Ibu wajib menegur ayah bila ayah melakukan perbuatan yang keliru untuk
menjaga kehancuran rumah tangga

Tolak ukur rumah tangga sejahtera

Sejahtera juga bahagia adalah suatu keadaan dimana rohani (jiwa)terbebas dari
penderitaan, dimana jiwa dalam keadaan tentram dan damai (santhi. Dalam agama hindu
terciptanya kebahagiaan lahir dan bhatin. Sehingga bisa disebut jagadhita yaitu kesejahteraan
terpenuhinya segala kebutuhan lahirnya yang berupa sandang, pangan, dan papa. Suatu keluarga
sejahtera kalau terpenuhinya segala keperluan hidup sehari-hari dalam bentuk materi. Namun
keluarga yang sejahtera ini belum tentu menikmati kebahagiaan ada kalanya suatu keluarga yang
sangat minim terpenuhinya keperluan materinya sesaat menikmati kebahagiaan. Karena itulah
keejahteraan dan kebahagiaan ini haruslah seimbang. Keseimbangan yang harmonis ini dapat
menjadikan keluarga itu mantap, tentram, damai ini berarti kebahagiaan lahir bhatin yang
merupakan tujuan utam perkawinan itu benar-benar dapat dicapai sehingga bisa dikatakan
keluarga sejahtera.

Unsur rumh tangga sejahtera dan bahagia menurut hindu:

1. Kecintaan

2. Kegembiraan

3. Kepuasan pernyataan rasa syukur

4. Kedamaian

5. Ketentraman

Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradap dan berbangsa

 Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu,
bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap
anggotanya sebagai suatu kesatuan. Asal usul pembentukan masyarakat bermula dari
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Dari
fitrah ini kemudian mereka berinteraksi satu sama lain dalam jangka waktu yang lama
sehingga menimbulkan hubungan sosial yang pada gilirannya membutuhkan kesadaran
akan kesatuan. Manusia yang beradap tentunya ingin hidup dilingkungan yang beradap
pula. Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat yang beradap.

 Perdamaian

Suatu masyarakat negara bahkan masyarakat yang paling mikro sekalipun, yaitu tidak akan bisa
bertahan keberadapan kalau tidak ada perdamaian diantara warganya

 Saling tolong menolong

Tolong menolong merupakan kelanjutan dan isi berbuat baik terhadap orang lain secara naluri.
Orang yang pernah ditolong orang lain disaat dia tertimpa kesuitan diam-diam ia berjanji suatu
saat akan membalas budi baik yang sedang diterimanya
 Bermusyarwarah

Dalam musyawarah sering muncul kepentinga n yang berbeda dari masing-masing sub kelompok
dan warga supaya tidak ada warga yang dirugikan

Pemimpin agama (elite keagamaan)

Setiap agama yang menyadari ditugaskan oleh pendirinya untuk meneruskan “Karisma”
yang diperoleh kepada semua bangsa ; dan yang menginginkan supaya tugas itu dilaksanakan
secara teratur tertib; agama yang demikian itu tidak dapat luput dari sosiologis, yaitu: organisasi,
dimana unsur pimpinan tidak dapat ditiadakan

Peran pemimpin agama dalam pembangunan

Peran pemimpin agama dalam pembangunan ini adalah aspek pembangunan ruhaniah dan
kita tahu sendiri bahwa unsur ini tidak mungkin terisi tanpa keterlibatan para pemimpin agama
dengan demikian peranan pemimpin agama dalam pembangunan tidak bersifat pelengkap
penderita akan tetap menjadi komponen inti

Dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Pemimpin agama sebagai motivator

2. Pemimpin agama sebagai pembimbing moral

3. Pemimpin agama sebagai mediator

Catur warna

Catur warna dalam ajaran agama hindu berasal dari bahasa sansekerta dari kata catur dan
warna. Catur berarti empat, dan Warna berarti tutup, penutup, warna, bagian luar, jenis, watak,
bentuk dan kasta. Catur warna berarti empat pengelompokan masyarakat dalam tata
kemasyarakatan agama hindu yang ditentukan berdasarkan profesinya.

Selama ini catur warna adalah suatu konsepsi kemasyarakatan hindu yang tidak dapat dilepaskan
dari tujuan hidup Catur Purusaartha dan tahapan hidup Catur Asrama. Untuk mendapatkan
dharma, artha, kama, moksa secara bertahap dalam catur asrama membutuhkan keterpaduan
antara sifat dan bakat yang dibawa lahir dengan pekerjaan yang didapatkannya sesuai dengan
kehidupannya dibumi.

Bagian-bagian catur warna


1. Brahma warna adalah individu atau golongan masyarakat yang berkecimpung dalam
bidang kerohanian

2. Ksatrya warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dalam
memimpin bangsa dan negara

3. Wisya warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang
pertanian dan perdagangan

4. Sudra warna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki keahlian dibidang
pelayanan atau membantu.

BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA DAN ADIL(CATUR


MARGA)

Budaya Akademik

Budaya akademik (akademik culture) adalah suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan
akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga
pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.

Ciri Perkembangan Budaya Akademik, meliputi :

1. Penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif

2. Pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral


3. Kebiasaan membaca

4. Penambahan ilmu dan wawasan

5. Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat

6. Penulisan artikel, makalah, buku

7. Diskusi ilmiah

8. Proses belajar-mengajar, dan

9. Manajemen perguruan tinggi yang baik.

Tradisi Akademik

Tradisi Akademik adalah tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan
menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa, menyelenggarakan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis,
rasional dan inovatif di lingkungan akademik.

Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar adalah tradisi yang sudah mengakar sejak
ratusan tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan pesantren.
Tradisi-tradisi lain seperti menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru.

Hubungan Budaya Akademik dengan Agama

Budaya dan Agama memiliki hubungan yang sangat erat. Meskipun tidak dapat disamakan,
agama dengan kebudayaan dapat saling mempengaruhi. Agama mempengaruhi sistem sistem
kepercayaan serta praktik praktik kehidupan.Sebaliknya kebudayaan dapat memengaruhi agama
khususnya dalam hal bagaimana agama diinterpretasikan. Tidak ada agama yang bebas budaya
dan tidak akan mendapatkan makna manusiawi yang tegas tanpa mediasi budaya, dalam
masyarakat indonesia saling memengaruhi antara agama dan kebudayaan sangat terasa.

Ada paradigma yang mengatakan "manusia yang beragama pasti berbudaya, namun manusia
yang berbudaya belum tentu beragama". Jadi agama dan kebudayaan tidak pernah bertentangan
karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus mengikuti perkembangan
jaman.Demikian pula agama selalu bisa berkembang diberbagai kebudayaan dan peradaban
dunia.

Budaya akademik, budaya yang berlangsung dalam masyarakat akademik, merupakan sikap
hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat
akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis;
rasional dan obyektif .
Dengan memperhatikan budaya akademik ini, maka hubungan antar warga akademik tidak hanya
formal hubungan antara guru (dosen) dengan murid (mahasisa) secara harfiah, tetapi semua
warga akademik merupakan komponen pembaharu dalam dunia pendidikan dengan menjunjung
tinggi tri darma perguruan tinggi sebagai misi mulia, melakukan pendidikan, penelitian dengan
penuh etika keilmuan, etika peneliti, serta mengabdikan hasil penelitiannya kepada masyarakat,
sedangkan untuk ilmu pengetahuan itu sendiri dia dapat ikut semakin menyempurnakan ilmu
pengetahuan itu. Itu tentu akan dapat tercapai apabila budaya akademis kita sudah
mendukungnya.

Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter,
serta keyakinan atas sesuatu.Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos
kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai
nilai yang berdimensi transenden.

Hubungan Etos Kerja dengan Agama Hindu

Agama dan etos kerja memang memiliki wilayah yang berbeda.Agama bergerak dalam dimensi
spiritual, sedangkan bekerja atau usaha adalah dimensi manusiawi untuk mencari nafkah hidup.
Namun pada wilayah yang lain, agama dan etos kerja memiliki relevansi yang cukup signifikan
sebagai salah satu motivasi spiritual menuju tambahan nilai kebaikan dan amal keluarga dan
orang lain.

Semua agama mengajarkan kebaikan. Jika seseorang menjalankan nilai agama, dan mengakui
bahwa ajaran agama sesuai dengan penilaiannya, maka akan berdampak positif untuk lingkungan
kerja.

Berdasarkan sebuah penelitian di India pada 2016 yang diterbitkan Asia Pacific Journal of
Management, dan dilansir di situs The Conversation, agama mungkin saja berdampak pada
perilaku etis di tempat kerja.

Peneliti menemukan bahwa kebajikan yang tertanam dalam berbagai tradisi agama dan
spiritualitas (Hindu, Jainisme, Islam, Sikhisme, Kristen, dan Zoroastrianisme) berperan dalam
pengambilan keputusan etis di tempat kerja.

Kerja dan Swadharma

Sri kresna mengajukan tiga gagasan besar yang menjadi roh teks
Bhagawadgita:jnana,karma,bhakti. Ketiga roh tersebut adalah yoga. Jnana, yaitu berpikir idealis
yang kemudian direalisasikan dalam wujud karma-bhakti"kerja" untuk memenuhi kebutuhan
hidup sebagai yajna(kurban). Jadi perbuatan atas nama Tuhan dasar kerja tidak bisa dipisahkan
dengan tujuan kerja itu sendiri, sejak awal sri kresna mengajarkan bahwa keeja adalah hukum
alam yang didasarkan pada kehendak tuhan dengan mengaktifkan tri guna.
“Bekerjalah demi kewajibanmu, bukan demi hasil perbuatan itu, jangan sekali pahala menjadi
motifmu dalam bekerja, jangan pula hanya berdiam diri tidak bekerja”-Bhagawadgita II.47

“Bekerjalah seperti apa yang telah ditentukan, sebab bekerja lebih baik daripada tidak bekerja,
dan bahkan tubuh pun tidak berhasil terpelihara jika tanpa bekerja”-Bhagawadgita III.8

“Seperti orang bodoh yang bekerja karena keterikatan atas kerja mereka, demikianlah orang
yang pandai bekerja tanpa kepentingan pribadi (tanpa pamrih) dan bekerja untuk kesejahteraan
manusia dan memelihara ketertiban sosial “Bhagawadgita III-25

”Mereka mempersembahkan semua kerjanya kepada Brahman dan, bekerja tanpa motif
keinginan apa-apa, mereka tak terjamah oleh dosa, laksana daun teratai tak basah oleh air”
Bhagawadgita V-10

Keempat sloka suci di atas menjadi prinsip dasar ajaran Karma Yoga atau bekerja menurut
Hindu, yakni bagaimana umat Hindu menjalani hidup yang semestinya dan memenuhi segala
kebutuhan hidupnya agar hidup di dunia secara sejahtera (jagadhita) dan menikmati kebahagiaan.
Kegiatan pokok manusia selama hidupnya adalah beristirahat (termasuk tidur) dan bekerja
(bekerja dalam hal ini meliputi berbagai aktifitas seperti beribadah, belajar, dan berusaha),
dimana pada umumnya sepertiga waktu untuk istirahat dan duapertiganya untuk bekerja.

Bagi umat Hindu, bekerja adalah kewajiban (swadharma), bekerja adalah suatu keharusan, baik
itu karena memang perintah dari Tuhan maupun karena tuntutan untuk kelangsungan hidup di
dunia.Jika ada yang menghindari bekerja padahal dia sanggup misalnya menjadi pengangguran
atau hidup bermalas-malasan berarti dia berkhianat kepada perintah Tuhan dan menelantarkan
potensi dirinya, sehingga menjadi manusia yang membebani lingkungannya.Lebih parahnya lagi,
hidup menganggur dan malas merupakan pintu gerbang menuju kejahatan, kenapa demikian?Itu
karena pikiran orang yang menganggur mudah dirasuki oleh kekuatan sadripu dan saptatimira
sehingga tidak mampu lagi mengendalikan hawa nafsu serta mudah tergoda melakukan
kejahatan.

Lebih jelas lagi, sesuai dengan keempat sloka di atas, bekerja yang diwajibkan adalah: pertama,
bekerja untuk Tuhan, bekerja adalah ibadah, dan bekerja adalah suatu persembahan kepada
Tuhan; kedua, bekerja tanpa pamrih atau bekerja tanpa kepentingan pribadi; dan ketiga, bekerja
tidak terikat pada hasil kerja dan pahala; kemudian, keempat, bekerja untuk kesejahteraan
manusia dan memelihara ketertiban sosial. Jadi ada empat macam prinsip bekerja yang
diwajibkan dalam ajaran Hindu, dimana empat prinsip ini merupakan satu kesatuan, tidak dapat
dipisahkan.

Mari kita bahas satu persatu, pertama, bekerja untuk Tuhan, atau bekerja sebagai persembahan
kepada Tuhan.Yang dimaksud dengan ini adalah bekerja sungguh-sungguh dengan sebaik-
baiknya dan dengan seluruh kemampuan seperti halnya kerja seorang maestro menghasilkan
karya masterpiece atau monumental, karena Tuhan adalah Maha Baik yang hanya menerima
persembahan yang baik dan benar.Bekerja adalah bagian dari beribadah, seperti sembahyang,
bekerja adalah kewajiban setiap manusia, bahkan bekerja adalah upaya memenuhi panggilan
Tuhan dan menjalankan perintah dan kehendak-Nya. Meskipun sibuk dan fokus pada pekerjaan
namun tidak pernah lupa kepada Tuhan, seperti ditunjukkan dengan sebelum dan sesudah
bekerja selalu ingat mengucapkan doa permohonan dan puji syukur.

Bekerja tanpa pamrih, bekerja seperti ini sama seperti di atas, yaitu sebagai konskuensi kerja
merupakan bentuk persembahan kepada Tuhan, seperti halnya melakukan yajna maka bekerja
harus didasarkan niat yang tulus ikhlas, tanpa pamrih, tidak merasa terpaksa, namun karena
memang senang melakukannya, sesuai dengan keahlian dan kemampuan, serta menyadari
manfaat pekerjaannya baik bagi dirinya maupun orang lain. Bekerja tanpa kepentingan pribadi
maksudnya bekerja bukan karena dorongan hawa nafsu dan egoisme semata namun untuk
menjaga martabat atau harga diri serta untuk memperoleh eksistensi diri karena dibutuhkan oleh
orang banyak.

Bekerja tanpa terikat pahala, hal ini juga kosekuensi dari kerja sebagai persembahan kepada
Tuhan, maka kita sadar bahwa Tuhan itu Maha Tahu dan Maha Kasih, Beliau pasti membalas
perbuatan baik dengan pahala baik yang berlimpah, dan membalas perbuatan jahat dengan
hukuman yang setimpal, mekanisme ini sudah merupakan kepastian dimana mekanisme ini
disebut dengan hukum karmapala. Sadar dan meyakini tentang hal ini, maka setiap orang tidak
usah terlalu sibuk memikirkan atau berhitung pahala sebagai hasil bekerja, misalnya selalu
berpikir untung rugi dalam melakukan perbuatan baik, dalam berbisnis.Model berpikir ini tepat,
namun kurang tepat jika diterapkan dalam relasi sosial dan kemanusiaan.Setiap manusia
diharapkan menggunakan logika, rasa dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan suatu urusan.

Selanjutnya, bekerja untuk kesejahteraan semua (sarvodaya menurut versi Gandhi), di atas sudah
disebutkan bekerja bukan untuk kepentingan pribadi, jadi buat kepentingan siapa?Jawabannya
jelas, bekerja untuk kepentingan semua, kepentingan bersama, kepentingan umum, kepentingan
rakyat, kepentingan kemanusiaan dan tentunya kepentingan Dharma.Mengapa demikian? Itu
karena keadilan, ketertiban dan kedamaian sangat lekat dengan kebersamaan, kesetaraan,
keseluruhan, dan kemanusiaan, dimana keadilan, ketertiban dan kedamaian adalah kondisi
idaman setiap orang dan kesejahteraan dan kebahagiaan hanya dapat terwujud dimana keadilan,
ketertiban dan kedamaian tercipta terlebih dulu. Inilah hubungan bekerja tanpa kepentingan
pribadi dan bekerja untuk kesejahtraan semua.Kepentingan pribadi tidak selalu sejalan dengan
kepentingan semua, jadi kepentingan pribadi bisa jadi suatu saat merusak upaya untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan.

Sikap Terbuka
Sikap terbuka adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas mudah
dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya.Inti sikap terbuka adalah jujur dan ini
merupakan ajaran akhlak yang penting didalam agama.Lawan dari jujur adalah tidak jujur.
Bentuk bentuk tidak jujur antara lain korupsi, kolusi dan nepotisme(kkn). Dengan demikian
terjadi fenomena antiklimaks.

Ciri ciri orang yang bersikap terbuka

a. Tidak malu-malu mengubah keyakinannya/pendapatnya jika terbukti salah.

b. Terbuka untuk mencari informasi dari berbagai sumber sehingga terhindar dari
kekeliruan.

c. Lebih mementingkan materi / pendapat yang disampaikan daripada yang menyampaikan

d. Mampu melihat sesuatu secara jujur karena tidak bersikap keras kepala & tertutup.

e. Mudah menerima sesuatu asalkan cukup bukti dan objektif.

Keadilan

Adil berarti tidak berat sebelah atau tidak memihak salah satu pihak.Memberikam sesuatu
kepada seseorang sesuai dengan hak yang dimilikinya.Mengetahui hak dan kewajiban, mana
yang benar dan mana yang salah, jujur, tepat menurut aturan yang berlaku.Keadilan adalah
kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau
orang.Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar.Intinya,
keadilan adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya atau sesuai dengan porsinya, adil
tidak harus merata berlaku bagi semua orang tetapi sifatnya sangat subjektif.

Keadilan bisa juga diartikan sebagai adalah suatu hal yang berkaitan dengan sikap dan tindakan
dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar antar sesama mendapatkan
perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.

Contoh sikap adil:

 cinta kasih seorang ibu

 Dalam memutuskan perkara, seorang hakim tidak memihak kepada pihak


manapun.

 Di dalam melaksanakan tugasnya sebagai hakim, hakim selalu berpegang kepada


kebenaran.
 Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak sewenang wenang terhadap
yang dipimpinnya.

PINANDITA DAN PANDITA

Pengertian Orang Suci

Pengertian orang suci berasal dari kata orang dan suci. Orang berarti manusia yang berasal dari
kata manu.Manu berarti mahluk ciptaan tuhan yang memiliki akal dan budi. Kata suci berarti
kemurnian dan kebersihan secara lahir dan batin. Jadi yang dimaksud dengan orang suci adalah
manusia yang memiliki kekuatan kesucian mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan
rohani.

Orang – orang suci dalam agama hindu sangat besar dan penting perannya dalam kehidupan
beragama, membinana umat dan sebagainya. Sejarah agama hindupun telah membuktikan
bagaimana peranan para orang – orang suci hindu pada zaman dulu didalam menyebarkan agama
hindu, didalam membina kehidupan keagamaan di tengah – tengah masyarakat, dan meneruskan
ajaran – ajaran tersebut pada masa berikutnya. Agama hindu yang mendassarkan ajarannya pada
pustaka suci Veda, dalam sejarahnya mulai berkembang dilembah sungai Sindu, India. Dilembah
sungai inilah salah satu contoh peranan orang – orang Suci Hindu, yakni Rsi Bhagawan Wyasa
menerima wahyu dan Ida Sanghyang Widhi Wasa yang kemudian mengabadikan ajaran tersebut
dalam bentuk pustaka suci.

Syarat Syarat Orang Suci

Dalam ajaran Weda untuk menjadi Orang suci, ada empat syarat yang mesti dimiliki yaitu:

 Widya adalah memiliki ilmu pengetahuan dan kerohanian (Apara Widya dan Para
Widya)

 Satya adalah memiliki sifat jujur dan memegang teguh kebenaran


 Tapa adalah mampu mengendalikan diri dari segala godaan nafsu

 Sruta adalah mampu menerima getaran-getaran suci (wahyu)

Ciri-ciri Orang Suci

Ada beberapa macam tingkah laku atau sifat-sifat para Rsi atau orang suci yang menjadi
pedoman hidup manusia yang di sebut “Dasa Paramartha” yaitu:

 Niskalam, artanya tidak berubah.

 Nirupam, artinya tidak berwarna.

 Cantam, artinya damai.

 Durlabham, artinya berbuat tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri,

 Param, artinya berbadan dunia.

 Nirpraham, artinya tanpa mengharapkan apa-apa.

 Nirakaram, artinya tidak mengambil apa-apa, tidak berbohong.

 Padamoksam, artinya moksa.

 Urdustyutwa, artinya paling tinggi.

 Niraksalam, artinya melebihi segalanya, tidak menggambarkan jasa dan kemuliaannya.

Kedudukan dan Fungsi Orang Suci

Di samping hal tersebut dapat juga melalui proses sakral yang di sebut “Dwijati” artinya lahir
kedua kali. Lahir yang pertama melalui rahim seorang ibu dan ynag kedua melalui proses
sakralisasi dan proses pembelajara melalui seorang guru kerohanian (Nabe) yang mengajarkan
Weda. Ada juga di sebut “Mediksa” artinya upacara penyucian seorang walaka menjadi pandita
atau sulinggih. Orang-orang suci memiliki kedudukan khusus dan terhormat dalam masyarakat
hindu. Masyarakat hindu menyebutnya “Sulinggih”. “Su” artinya mulia atau utma dan “Ling”
artinya kedudukan.Jadi, sulinggih artinya kedudukan utama atau mulia.

Di dalam Kitab Weda Sruti dan Smerti di sebutkan beberapa gelar untuk orang suci yang sesuai
dengan keahliannya yaitu:
 Pendeta adalah gelar orang suci dari brahmana wangsa, bliau telah di dwijati atau di
diksa.

 Dang Hyang adalah gelar orang suci dari brahmana wangsa yang berperan menjadi
Maha Guru sperti Dang Hyang Nirartha, Dang Hyang Dwijendra.

 Rsi atau Bhagawadgita adalah gelar orang suci dari wangsa ksatriayang menjadi
penyebar dan penentu ajaran agama.

 Mpu adalah gelar orang suci dari waisya wangsa yang bertugas memimpin upacara bhuta
yadnya.

 Pinandita atau pemangku adalah orang suci yang luang lingkupnya terbatas dan
penyuciannya melalui upacara “ekajati”

 Wasi adalah sejenis pemangku dari umat hindu di jawa.

Menghormati Orang Suci

Dalam setiap upacara yadnya, umat hindu wajib menghaturkan Daksina, pada pendeta yang
penuh dengan keikhlasan. Pengertian daksina di sini artinya persembahan yang terhormat dalam
bentuk harta benda kepada orang suci atau pendeta.Umat wajib menjaga kesucian pendeta
dengan melayani beliau sebaik-baiknya terutama ketika beliau melaksanakan swadharmanya
Nyurya sewana setiap hari.Sehingga dengan hal itulah kita mengenal ajaran Guru Bhakti dalam
hal ini kepada Maha Rsi yang memberikan Ilmu Pengetahuan Suci.

Pandita dan Pinandita

 Pengertian Pandita

Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan
penyucian diri tahap lanjut atau madiksa. Orang yang telah melaksanakan proses madiksa
disebut orang yang lahir dua kali. Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan
kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe. Setelah melakukan
proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita. Kata Pandita berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu Pandit yang artinya terpelajar, pintar, dan bijaksana. Orang suci yang
tergolong Dwi Jati adalah orang yang bijaksana. Orang suci yang termasuk kelompok ini, antara
lain Pandita, Pedanda, Bujangga, Maharsi, Bhagavan, Empu, Dukuh, dan sebagainya. (Susila dan
Duwijo. 2014: 13-14)

Dwijati berasal dari bahasa sanskerta Dvi dan Jati. Dvi artinya dua dan jati berasal dari akar kata
Ja yang artinya Lahir. Jadi Dwijati yaitu lahir dua kali.

Pandita pada jaman itihasa dan Purana biasanya tidak terlepas dari kehidupan Raja.Pandita pada
umumnya bertugas sebagai pesasehat raja (Purohito). Bahkan dikatakan bahwa Raja tanpa
Pandita lemah, Pandita tanpa Raja akan musnah. Dikatakan juga bahwa salah satu syarat yajna
yang sattwika adalah harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar kecilnya
Yajña.Kalau Yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkan seorang Sulinggih Dwijati atau
Pandita.Tetapi kalau Yajñanya kecil, cukup dipuput oleh seorang Pemangku atau Pinandita saja.
(Sudirga dan Suhardi. 2015: 105)

Rsi Yajña adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada para Rsi.Mengapa Yajña ini
dilaksanakan, karena para Rsi sudah berjasa menuntun masyarakat dan melakukan puja surya
sewana setiap hari.Para Rsi telah mendoakan keselamatan dunia alam semesta beserta
isinya.Bukan itu saja, ajaran suci Veda juga pada mulanya disampaikan oleh para Rsi.Para Rsi
dalam hal ini adalah orang yang disucikan oleh masyarakat.Ada yang sudah melakukan upacara
dwijati disebut Pandita, dan ada yang melaksanakan upacara ekajati disebut Pinandita atau
Pemangku. (Sudirga dan Suhardi. 2015: 93)

Dalam Bhagawadgita Bab IV. 19 dikatakan bahwa yang seibut dengan pandita adalah orang atau
manusia yang tidak memiliki keterikatan terhadap benda keduniawian.

“Yasya sarve samarambhah, kamasamkalpavarjitah, jnanagnidagdhakarmanam, tam ahuh


panditham budhah”.

Terjemahannya:

“Ia yang segala perbuatannya tidak terikat oleh angan-angan akan hasilnya dan ia yang
kepercayaannya dinyalakan oleh api pengetahuan, diberi gelar Pandita oleh orang-orang yang
bijaksana”.

Secara umum pandita dan pinandita memiliki kewajiban untuk memantra, melakukan puja dan
menyanyikan lagu-lagu pujian (gita) dalam upacara.

 Pengertian Pinandita

Pinandita adalah pemangku Ekajati. Ekajati berasal dari bahasa sanskerta Eka berarti sati dan jati
berasal dari kata ja yang berarti Lahir. Jadi Ekajati berarti lahir sekali yakni lahir hanya dari ibu
kandungnya sendiri, (Suhardana.2006: 4). Orang suci yang tergolong dalam eka jati adalah
pemangku atau disebut juga Pinandita. Sejak tahun 1968, PHDI telah menetapkan bahwa
Pinandita bertugas sebagai pembantu yang mewakili Pendeta (Pandita).

Seseorang dikatakan sebagai pemangku jika telah melakukan penyucian berupa upacara
pawintenan.Pawintenan bagi pemangku dapat dilakukan berulangkali.Berbeda dengan Pandita
yang hanya boleh di diksa satu kali.Pemangku masih diperbolehkan bercukur, berpakaian
sebagaimana layaknya anggota masyarakat biasa, masih mempunyai tugas dan kewajiban dalam
hubungan kemasyarakatan sebagai seorang walaka.Namanya masih tetap, hanya panggilannya
sering ditambah.Contoh Mangku atau Jero Mangku diukuti Nama Orangnya.

Pemangku tidak diperbolehkan menggunakan alat pemujaan seperti Pandita atau Sulinggih, dan
mempergunakan mudra.Dalam kehidupan masyarakat, pemangku memiliki peranan penting
seperti ngantep upakara skala kecil.Pemangku atau Pinandita dalam kegiatan upacara berfungsi
sebagai perantara umat yang kerja dengan Ida Sang Hyang Widhi atau Leluhur.Seorang
pemangku harus menjadi panutan dan memberi contoh baik terhadap masyarakat.

Secara etimologi pemangku berasal dari bahasa Sanskerta yakni Pangku yang disama artikan
dengan Nampa, menyangga atau memikul beban atau memikul tanggung jawab.Jadi Pemangku
adalah orang yang memikul beban atau tanggung jawab sebagai pelayan atau perantara antara
orang yang punya kerja dengan Tuhan atau Leluhur.Pemangku juga dapat diartikan sebagai
orang yang menerima tugas pekerjaan untuk memikul beban atau tanggung jawab sebagai
pelayan Sang Hyang Widhi Wasa sekaligus pelayan masyarakat. (Suhardana.2006: 6-7)

Kesimpulan:

 Yang tergolong Dwijati (Pandita) adalah Pandita, Pedanda, Sri Bhagawan, Empu, Rsi dan
lainnya.

 Yang tergolong Ekajati (Pinandita) adalah Pemangku, Balian, Mangku Dalang dan
lainnya.

Antara Pandita dengan Pinandita juga mempunyai status dan wewenang yang berbeda termasuk
pula sesananya. Seorang pinandita adalah seorang rohaniawan hindu tingkat ekajati. Kelahiran
sekali tidak didiksa melainkan diwinten.Setelah melalui upacara pawintenan, seorang pinandita
dapat menyelesaikan upacara yadnya tetentu, atau biasanya pada pura tertentu khususnya pura
yang di emongnya (menjadi tanggung jawabnya).

Demikian pula untuk upacara purnama tilem dan upacara – upacara keagamaan lainnya bisa dan
diselesaikan oleh pinandita.Pada umumnya dibali pinandita ini adalah pemangku. Namun apabila
ada upacara – upacara besar seperti upacara – upacara padudusan Agung disebuah pura, atau
melakukan tawur dan sebagainya harus diselesaikan oleh seorang pandita, demikian pula sebagai
contoh dalam upara purnama dalam umat hindu bali, selain oleh pinandita dipuput juga oleh
pandita.

Demikian juga pada upacara persembahyangan tertentu disebuah pura dapat pula dipuput oleh
pinandita (pemangku) hanya menangani salah satu tempat suci saja. Untuk hal ini misalnya :
Pemangku Pura Desa atau Pemangku Pura Dalem dan Pura Puseh. Ketiga pemangku ini
mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pura yang diamongnya.Karena perbedaan status,
sasana dan wewenang, maka persyaratan pinandita agak lebih longgar jika dibandingkan dengan
persyaratan untuk menjadi pandita.

 Persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang pinandita antara lain :

1.Laki – laki atau wanita yang sudah berumah tangga

2.Laki – laki / wanita yang mengambil brata sukla brahma cari

3.Bertingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari – hari

4.Berhati suci dan berperilaku yang suci

5.Taat dan melasanakan ajaran agama dengan baik

6.Mengetahui ajaran – ajaran agama (wruh ring utpati, sthiti,pralinaning sarwa dewa)

7.Tidak menderita penyakit saraf atau gila

8.Suka mempelajari/ berpengetahuan di bidang kerohanian

9.Dapat persetujuan dari masyarakat setempat

10.Mendapat pengesahan dari PHDI setempat (Kabupaten / Provinsi)


TEMPAT SUCI

Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu
atau tepat persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja Brahman beserta aspek-aspeknya.
Di Tanah Hindu, banyak kuil yang didedikasikan untuk Dewa-Dewi Hindu, beserta inkarnasinya
ke dunia (awatara), seperti misalnya Rama dan Kresna. Di India setiap kuil menitikberatkan
pemujaannya terhadap Dewa-Dewi tertentu, termasuk memuja Bhatara Rama dan Bhatara
Kresna sebagai utusan Tuhan untuk melindungi umat manusia.

Tempat suci Hindu umumnya terletak di tempat-tempat yang dikelilingi oleh alam yang asri,
seperti misalnya laut, pantai, gunung, gua, hutan, dan sebagainya. Namun tidak jarang ada
tempat suci Hindu yang berada di kawasan perkotaan atau di dekat pemukiman penduduk.Pura
sebagai tempat suci umat Hindu, secara umum dapat difungsikan sebagai sarana memuja Ida
Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya, dan juga sebagai tempat untuk memuja roh
suci leluhur dengan berbagai macam tingkatannya.

Sedangkan secara khusus, Pura sebagai tempat suci yang dapat difungsikan sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas umat manusia, baik sebagai makhluk individu, maupun sebagai makhluk
sosial. Tempat suci merupakan salah satu sarana yang potensial bagi setiap individu umat
manusia untuk menggetarkan kekuatan Sang Hyang Atma agar dapat menguasai unsur – unsur
diri manusia yang lainnya. Tempat suci yang suci adalah suatu areal yang memiliki unsur – unsur
kesucian serta dapat menggetarkan kesucian Sang Hyang Atma yang bersemayam di dalam
Padmahrdaya setiap individu.Tempat suci sebagai sarana untuk membangkitkan kekuatan Sang
Hyang Atma agar getaran kesucian dari Sang Hyang Parama Atma dapat diterima oleh setiap
orang yang mampu menyucikan dirinya.

Di samping berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kesucian umat manusia secara
individu, Pura juga dapat difungsikan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kesucian umat
manusia sebagai makhluk sosial.Tempat suci berfungsi sebagai sadhana untuk meningkatkan
berbagai macam ketrampilan umat manusia.Tempat suci bagi umat Hindu merupakan sarana,
guna melangsungkan berbagai macam upacara keagamaan seperti piodalan. Tempat suci selain
digunakan sebagai tempat piodalan, juga digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara
keagamaan yang lainnya, seperti hari raya Galungan, Kuningan, Siwaratri, Pagerwesi, Saraswati
dan yang lainnya

Makna tempat suci


Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang dikeramatkan oleh umat Hindu
atau tepat persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja Brahman beserta aspek-aspeknya.
Di Tanah Hindu, banyak kuil yang didedikasikan untuk Dewa-Dewi Hindu, beserta inkarnasinya
ke dunia (awatara), seperti misalnya Rama dan Kresna. Di India setiap kuil menitikberatkan
pemujaannya terhadap Dewa-Dewi tertentu, termasuk memuja Bhatara Rama dan Bhatara
Kresna sebagai utusan Tuhan untuk melindungi umat manusia.

Pelestarian Tempat Suci

Berbagai macam bentuk dan jenis tempat suci yang diwariskan oleh para leluhur kita, perlu
dilestarikan keberadaannya, karena di dalamnya terdapat berbagai macam kekuatan alam yang
dapat mengantarkan kita menikmati keselamatan dan kebahagiaan dalam hidup ini.

Ajaran agama Hindu yang tertulis dalam kitab suci weda, menjelaskan bahwa berbhakti
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan roh suci leluhur dipandang kurang sempurna jika
dilakukan dengan berdoa atau sujud bhakti.Rasa bersyukur atas anugrah yang dilimpahkan
kepada kita sekalian menjadi sempurna bila sujud bhakti yang kita persembahkan dilengkapi
dengan upakara (sesaji dan tempat suci).Persembahan yang demikian adalah sebagai yadnya
yang sempurna.

Tempat suci sebagai simbol alam semesta beserta isinya, menurut ajaran agama Hindu dapat
difungsikan sebagai sthana Tuhan Yang Maha Esa beserta prabhawa-Nya dan roh suci para
leluhur, hendaknya dipelihara atau dilestarikan keberadaannya sehingga tetap menjadi suci. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan tempat suci yaitu dengan melaksanakan
panca yadnya (Dewa yadnya, Bhuta yadnya, Rsi yadnya, Manusa yadnya, dan Pitra yadnya).
Salah satu contoh pelaksanaan Dewa yadnya adalah membangun tempat suci, memelihara
kebersihannya dan sebagainya.Kemudian salah satu contoh nyata pelaksanaan Bhuta yadna
dalam kegiatan sehari – hari adalah memelihara lingkungan agar tetap lestari, bersih, aman, dan
damai.

Agar upaya – upaya untuk melestarikan keberadaan tempat suci dapat tercapai dengan baik,
terutama memelihara kesucian dan kesakralannya maka perlu ada Bisama yang harus
dipedomani, diketahui, dipahami, dan dilaksanakan oleh setiap umat antara lain :

1) Tidak masuk tempat suci dalam keadaan kotor, cuntaka atau leteh, baik yang disebabkan
oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, dan lingkungan di mana kita berada.

2) Tidak masuk tempat suci dalam keadaan pikiran, perkataan, prilaku yang dikuasai oleh
amarah atau brahmatya.

3) Tidak bercumbu rayu di tempat suci.

4) Tidak membawa barang – barang, tumbuh – tumbuhan, dan binatang yang belum
disucikan oleh yang berwenang untuk memasuki tempat suci.
5) Melarang dan menghindari binatang masuk tempat suci.

6) Menghindari aktivitas hidup dan kehidupan yang dapat mencemari kesucian tempat suci.

Seluruh aktivitas umat manusia yang baik berdasarkan petunjuk ajaran agama dapat memberikan
manfaat untuk terciptanya kesucian dan kesakralan dari tempat suci.

Demikianlah keberadaan tempat suci bagi umat sedharma dalam hidup dan kehidupan ini.Untuk
dapat berfungsi sebagaimana yang kita harapkan adalah menjadi kewajiban umat untuk semata,
memberdayakan dan melestarikannya.

Struktur tempat suci

Berbeda dengan tempat suci agama lain, bangunan Pura dibuat pada udara terbuka yang terdiri
dari beberapa bagian atau lingkungan dan dikelilingi oleh pagar tembok. Masing-masing
lingkungan dihubungkan dengan gapura atau gerbang dengan ukiran indah.Lingkungan yang
dikelilingi tembok tersebut memuat beberapa bangunan seperti pelinggih, tempat bersemayam
Hyang Widhi, meru yaitu menara dengan atap bersusun, serta bale (pavilion atau pendopo).

Pura bukan hanya tempat untuk pemujaan atau sembahyang, melainkan tempat suci.Pendirian
Pura harus mengikuti beberapa persyaratan sehingga menjadi tempat suci. Struktur bangunan
Pura mengikuti konsep Tri Mandala (tri = tiga, mandala = wilayah/daerah). Tri Mandala ini
merupakan perlambangan dari Tri Bhuwana, yaitu:

1. Nista Mandala (Jaba Pisan) – lambang bhur loka

2. Madya Mandala (Jaba Tengah) – lambang bhuwah loka

3. Utama Mandala (Jero) – lambang swah loka

Nista Mandala merupakan zona terluar yang merupakan pintu masuk pura dari luar lingkungan.
Zona ini biasanya berupa taman atau lapangan, bisa digunakan untuk pementasan tari atau
persiapan upacara keagamaan. Sebelum masuk Nista Mandala, terdapat Candi Bentar, yang
berfungsi sebagai penyeleksi umum.

Madya Mandala adalah zona tengah dimana umat beraktivitas dan fasilitas pendukung.Pada zona
ini terdapat Bale Kul-kul, Bale Gong, wantilan, Bale Pesandekan, dan Perantenan.Di beberapa
Pura, Bale Kul-kul dan Perantenan ada di Nista Mandala.

Utama Mandala merupakan zona yang paling dalam, dan merupakan tempat paling suci dari
Pura.Untuk masuk tempat ini umat harus melalui Kori Agung atau Candi Kurung dengan 3
pintu.Pintu utama terletak di tengah, sedangkan dua pintu lainnya mengapit pintu utama. Di zona
ini terdapat Padmasana, Pelinggih, Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale
Pawedan, Bale Murda, dan Gedong Penyimpenan.

Selain sebagai lambang Tri Bhuwana, konsep Tri Mandala ini juga mempunyai tuntutan tata
susila bagi Umat Hindu. Tuntutan tat susila itu adalah Tri Kaya Parisudha, yaitu kayika, wacika
dan manacika. Dari masuk jaba pisan umat sudah harus mengendalikan kegiatannya agar baik
dan suci.

Jenis Jenis Tempat Suci

1. Pura

Istilah pura berasal dari kata Pur yang artinya Kola, bening.Pura berarti suatu tempat yang
khusus dipakai untuk dunia kesucian.Sebelum Pura diperkenalkan sebagai tempat suci atau
tempat pemujaan, dipergunakan Hyang atau Kahyangan untuk tempat pemujaan umat Hindu.

2. Candi

Candi berasal dari kata Candika Grha artinya Rumah Durga.Dan pengertian ini akhirnya candi
dijadikan tempat pemujaan untuk Dewi Durga.Di India candi merupakan sarana pemujaan, dan
merupakan simbol gunung Mahameru sebagai tempat para Dewa.Maka itu, candi merupakan
tempat pemujaan kepada dewa. Nama lain candi adalah Prasada, Sudarma, Mandira. Menurut
Dr. Sukmono mengatakan bahwa fungsi candi seperti:

a. Candi berfungsi sebagai tempat pemujaan, seperti Candi Dieng, Candi Prambanan, Candi
Penataran.

b. Candi berfungsi sebagai pemujaan roh suci, seperti Candi Kidak, Candi Jago, Candi
Singosari, Candi Simpino, Candi Jaui.

c. Candi berfungsi sebagai tempat semedi, seperti Candi Borobudur, Candi Pauon, Candi
Mendut, Candi Sewu, Candi Kalasan, Candi Sari.

3. Kuil atau Mandir

Kuil (Mandir) adalah tempat suci umat Hindu dari keturunan India Tamil.Fungsi Kuil adalah
tempat suci untuk memuja manifestasi Tuhan (Dewa) yang dikagumi.

4. Balai Antang
Balai Antang adalah tempat suci umat Hindu dari Kaharingan.Balai Antang ini dibuat dari kayu
yang d irangkai sehingga bentuknya mirip dengan pelangkiran di Bali.Fungsi Balai Antang
adalah sebagai tempat menstanakan roh leluhur yang sudah di sucikan yang bersifat sementara.

5. Balai Kaharingan

Balai Kaharingan adalah tempat suci umat Hindu dari Kaharingan.Bentuk hampir mirip
bangunan rumah, dan di ruangan diletakkan sebuah tiang yang besar sebagai penyangga.Atapnya
bersusun tiga, semakin keatas semakin kecil.Fungsi Balai Kaharingan adalah untuk menstanakan
Hyang Widhi dengan berbagai manifestasinya.Balai Kaharingan dibangun ditengah-tengah
wilayah masyarakat atau pada tempat yang mudah dijangkau oleh umat Hindu Kaharingan untuk
melaksanakan persembahyangan.

6. Sandung

Sandung adalah tempat suci umat Hindu Kaharingan. Sandung terbuat dari kayu dirangkai
berbentuk pelinggih rong satu, bentuk atapnya segi tiga sama kaki dan memakai satu tiang
sebagai penyangga. Sandung diletakkan diluar rumah atau dipekarangan.Fungsi Sandung adalah
sebagai Stana roh leluhur yang telah disucikan.

7. Inan Kapemalaran Pak Buaran

Adalah tempat suci umat Hindu Tanah Toraja, dengan ciri-cirinya terdapat Lingga/batu besar,
Pohon Cendana dan Pohon Andong. Pak Buaran merupakan tempat sembahyang yang digunakan
dalam lingkungan satu Desa (di Bali sama dengan Pura Desa).

8. Inan Kapemalaran Pedatuan

Adalah tempat suci umat Hindu Tanah Toraja.dengan ciri-cirinya, terdapat lingga / batu besar.
pohon cendana dan pohon andong. Pedatun ini merupakan tempat sembahyangyang digunakan
dalam beberapa lingkungan keluarga (di Bali = Banjar). Pedatuan ini biasanya terleiak dilereng
Gunung.

9. Inan Kapemalaran Pak Pesungan

Adalah tempat sembahyang bagi umat Hindu di Tanah Toraja, yang digunakan dalam
lingkungan rumah tangga (di Bali = merajan).

10. Sanggar

Adalah salah satu bentuk tempat persembahyangan umat Hindu di Jawa.Sanggar ini merupakan
tempat suci yang ukuran ruangnya kecil yang berisikan satu buah Padmasana untuk tempat
persembahyangan yang bersifat umum.

11. Pajuh-Pajuhan
Pajuh-pajuhan adalah tempat persembahyangan umat Hindu Batak Karo.Pajuh-pajuhan terbuat
dari kayu yang dirangkai berbentuk segi empat.Pajuh-pajuhan biasanya dibangun dekat mata air
dan sifatnya umum yaitu tempat sembahyang secara umum.Fungsinya adalah stana roh leluhur
yang telah disucikan.

12. Cubal – cubalan

Adalah tempat sembahyang umat Hindu Batak Karo Cubal-Cubalan bentuknya sejenis
pelangkiran yang diletakkan didalam rumah yang Tujuannya untuk melakukan persembahyangan
dan yadnya yang ditujukan pada roh leluhur dan Hyang Widhi.

Syarat Syarat Mendirikan Tempat Suci

Letak areal untuk tempat suci Pura menurut keyakinan umat Hindhu adalah di hulu,berpedoman
kepada arah matahari terbit atau letak gunung.Matahari terbit dan letak gunung dipandang
sebagai arah suci,karena kedua sumber alam itu diciptakan oleh Tuhan sebagai sumber
kehidupan semua makluk. Untuk di Bali arah hulu itu adalah timur dan utara atau di sudut timur
laut.Selain itu adapun yang memakai hulu itu ke jalan (seperti ke Kabupaten Tabanan) dan ada
pula ke arah sungai bila di tempat itu sulit untuk ditentukan.

Setelah penentuan letak di peroleh persyaratan selanjutnya diselenggarakan pembangunnya


dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Ngeruak karang/merubah status tanah.

b) Nyukat karang/mengukur secara pasti.

c) Nasarin/meletakan dasar bangunan.

d) Memakuh/melaspas/upacara peresmian.

e) Ngurip-urip/menghidupkan secara lahir dan batin.

Kesemuanya ini diselengarakan melalui suatu upacara keagamaan.

Prosedur Mendirikan Tempat Suci

Tahap awal yang harus d persiapkan antara lain menyiapkan tempat yaitu tersedianya tanah yang
cocok dengan pertimbangan kemungkinan kecilnya terjadi hal hal yang tidak diinginkan di
kemudian hari. Ekosistemnya menguntungkan dan sesuai dengan ketentuan agama.
Tanah yang tersedia tidak dalam keadaan sengketa

Status tanah yang akan dipakai sudah sah dengan bukti adanya sertifikat dari pihak yang
berwenang yang dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Denah Pura Sesuai dengan Tri Mandala

Secara umum denah tempat suci dibagi atas 3 bagian sesuai dengan ketentuan Tri Mandala,
antara lain :

1. Utama Mandala(jeroan)

2. Madya Mandala (halaman tengah)

3. Kanista Mandala(halaman luar)

Mengenap Bangunan Suci Hindu

Bentuk bangunan suci hindu motifnya berbeda, sesuai dengan budaya setempat tetapi secara
hakiki semuanya sama sesuai dengan amanat kitab suci agama hindu.

Adapun bentuk bentuk bangunan tersebut antara lain :

1. Prasada

Bentuknya serupa tugu, terdiri dari tiga bagian yaitu Dasar.Badan dan Atap.Atap atau kepalanya
memakai gelung mahkota segi empat bertingkat semakin keatas semakin kecil.Denah bangunan
bujur sangkar, tinggi bangunannya dapat berkisar setinggi Tugu sampai sekitar 10 meter.Bahan
bangunannya dipakai batu alam, batu padas, batu karang dan batu-batu merah.Fungsi Prasada
adalah sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi.Bangunan prasada dapat kita saksikan di Pura
Prasada desa Kapal kabupaten Badung, Candi Margarana, Pura Maos Pahit Desa Tatasan
Badung.

2. Meru

Pada umumnya atapnya adalah dari ijuk, bagian dasar pada umumnya terbuat dari batu alam dan
badan Meru terbuat dari bahan kayu, kecuali beberapa Meru di Pura Besakih di Kabupaten
Karangasem bahwa badan meru terbuat dari batu cadas dan ukurannya lebih besar dari pada
badan Meru yang terbuat dari kayu. Fungsi Meru adalah tempat memuja Hyang Widhi dengan
segala manifestasinya.

3. Gedong

Gedong juga merupakan salah satu bangunan Tempat suci Hindu di Bah.Bentuk Gedong pada
umumnya bujur sangkar atau segi empat. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian yaitu : dasar,
badan, dan puncak atau atap. Bagian dasar pada umumnya terbuat dari batu bata atau padas diisi
ukiran yang didukung oleh seekor empas (kura-kura) dengan dibelit oleh seekor naga.Bagian
badan ada yang terbuat dari batu bata atau batu padas tetapi ada juga yang terbuat dari
kayu.Bagian badan dilengkapi dengan relief atau ukiran para dewa.Bagian atas selalu terbuat dari
konstruksi kayu, atapnya terbuat dari alang-alang dan bisa juga ijuk dan genteng.

4. Rong tiga

Bentuk bangunan Rong Tiga pada umumnya sama dengan bangunan gedong yakni empat persegi
panjang. Bangunan ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian dasar dibuat dari batu padas, disusun
sesuai dengan bentuk bangunan.Bagian badan, letaknya agak ke atas, terbuat dari kayu dengan
tiga ruangan menghadap kedepan.Bagian atas terbuat dari konstruksi kayu dengan atap alang-
alang ijuk dan bisa juga genteng.Rong Tiga merupakan salah satu bagian bangunan merajan
(tempat pemujaan keluarga).Fungsi rong tiga adalah tempat untuk memuja Hyang Widhi dalam
manifestasinya sebagai Tri Murti dan Roh Leluhur yang sudah disucikan.

5. Tugu

Bentuk bangunan tugu hampir sama dengan bangunan prasada cuma ukurannya lebih kecil dan
fungsinya juga berbeda. Fungsi Tugu adalah untuk tempat bersemayamnya para Bhuta agar tidak
mengganggu aktifitas manusia pada saat malaksanakan upacara suci.Bangunan tugu di letakkan
di halaman luar Pura.Tidak seperti bangunan Padmasana, Gedong dan Meru yang terletak pada
bagian halaman utama Pura.

6. Padmasana

Istilah Padmasana banyak kita jumpai dalam mantram-mantram untuk menstanakan Hyang
Widhi/Tuhan Yang Maha Esa. Di Jawa bentuk Padmasana digambarkan dengan bentuk bunga
teratai sebagai simbol stana Hyang Widhi, sedangkan di Bali Padmasana diperkenalkan oleh
Dang Hyang Nirarta pada abad ke 16 masehi. Jenis-jenis Padmasana dikalangan umat Hindu
banyak yang tidak dapat membedakan yang mana disebut Padmasana, Padmasari, Padma Capah
maupun Padma Kurung.Menurut lontar Catur Winasari disebutkan bermacam-macam
Padmasana berdasarkan atas arah.rong (ruang). pepalihan (tingkatan).

a. Berdasarkan arah (pengider-ideran)

1. Padma Kencana di timur menghadap ke barat adalah stana Hyang Iswara.

2. Padmasana di selatan menghadap ke utara adalah stana Dewa Brahma.

3. Padmasana sari bertempat di barat menghadap ke timur stana Dewa Maheswara.

4. Padmasana Lingga di Utara menghadap ke selatan adalah stana Dewa Wisnu.

5. Padma Saji di timur laut manghadap ke barat daya adalah stana Dewa Sambhu.
6. Padma Asia Sedana bertempat di tenggara menghadap ke barat laut adalah stana
Dewa Mahesora.

7. Padmanoja di Barat Daya menghadap ke timur laut adalah stana Dewa Mahadewa.

8. Padmokaro di barat laut menghadap ke tenggara adalah stana Sangkara.

9. Padma Kurang di Tengah beruang tiga menghadap kearah depan adalah stana
Trimurti.

b. Berdasarkan ruang dan tingkatannya dapat dibedakan, menjadi :

1) Padmasana Anglayang, beruang tiga mempergunakan Badawang Nala


dengan Palih Tujuh.

2) Padma Agung, beruang tiga dan mempergunakan Bedawang Nala dengan


Palih Lima.

3) Padmasana, beruang satu mempergunakan Bedawang Nala dengan Palih


Lima.

4) Padmasari, bangunan padmasari menyerupai Padmasana.

Perbedaannya adalah sebagai berikut:

Bangunan padmasana menggunakan dasar Bedawang Nala yang dililit oleh naga sedangkan
Padmasari tidak menggunakan Bedawang Nala dan naga.Padmasari beruang satu dengan Pali
Tiga yaitu Pali Taman (bawah), Palih Sancak (tengah) dan Palihsari (atas).

5. Padma Capah, bangunan ini mirip Padmasari tetapi lebih rendah, tidak memakai Palih
(tingkatan) biasanya tidak lebih tinggi dari mata manusia berdiri. Padma Capah adalah beruang
satu dengan Palih Dua yaitu Pali Taman (bawah) dan Palih Capah (atas) tidak mempergunakan
Bedawang Nala.Padma Capah adalah stana makhluk alus atau makhluk yang derajatnya lebih
rendah dari manusia.

Pengesahan Tempat Suci Secara Agama

Menurut ajaran agama hindu sah nya suatu bangunan tempat suci ditandai dengan adanya
pembersihan secara spiritual (pemelaspasan adalah upacara penyucian atau sakralisasi suatu
bangunan menurut ajaran agama hindu.

Tujuan pemelaspasan adalah selain menyakralisasi bangunan juga memohon keselamatan


terhadap Hyang Widhi Wasa sehingga umat yang melaksanakan ibadah dianugerahi ketenangan
lahir batin. Untuk upacara pemelaspasan bangunan dikenal beberapa tingkatan yang disesuaikan
dengan keadaan bangunan, kemampuan umat dan ketentuan ketentuan lain yang ada kaitannya
dengan upacara pemelaspasan.
Tingkat pemelaspas bagi umat hindu di bali adalah sebagai berikut:

Tingkat pemelaspas alit(sederhana)

Pemelaspas alit dilaksanakan apabila bangunan sudah dianggap rampung 90% dan rencana
semestinya. Tujuannya adalah supaya bangunan yang sudah ada dapat dipergunakan sesuai
dengan upakaranya:

1) Disanggar pesaksi/surya-daksina-peras-ajuman-pembersihan

2) Di depan bangunan yang baru selesai :banten pemelaspas-ayaban-tumpang pitu(7)

3) Ditanam panca datu terdiri dari sekeping emas,tembaga,perak,besi dan permata. Pada
bagian puncak bangunan diisi berapa buah arti (rangkaian daun lontar berbentuk
segiempat)

a) Hari raya yang berdasarkan sasih atau bulan dan tahun caka yaitu hari raua
nyepi, purnama tilem dan sivva ratri

b) Hari raya yang berdasarkan pawukon yaitu hari raya galungan, kuningan dan
sarasvati.

4) Dihalaman tempat suci-byakala-prayascita-durmanggala-segehan agung-caru ayam


bumbun

5) Di depan pemimpin upacara-prayascita-peras-lis-cecepan-penastan-nira,arak,


bremdua/pasepan-ajuman-daksina-rayuan-tipat-kelanan-sesari, sesuai kemampuan
pemelaspasan alit buleh dipimpin oleh pinandita.

HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN

Pengertian Hari Raya Galungan dan Kuningan

Hari raya Galungan merupakan hari suci agama hindu berdasarkan pawukon yang datangnya
setiap 6 bulan sekali, tepatnya hari rabu kliwon wuku dungulan yang merupakan puncak upacara
peringatan terhadap kemenangan dharma melawan adharma. Sebagai hari pawedalan jagat
dengan mempersembahkan upacara sesajen pada setiap tempat tempat suci, kemudian
dilanjutkan dengan pelaksanaan sembahyang

Hari raya Kuningan datangnya sepuluh hari setelah Galungan, ini adalah hari raya khusus,
dimana para leluhur yang setelah beberapa saat berada dengan keluarga sekali lagi disuguhkan
sesajen dalam upacara perpisahan untuk kembali ke istana nya masing masing.Dalam Kuningan
menggunakan upakara sesajen yang berisi simbul Tamiang dan Endongan.

Hari Raya Galungan dimaknai kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan aDharma


(Keburukan), dimana pas Budha Kliwon wuku Dunggulan kita merayakan dan menghaturkan
puja dan puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan YME).

Mengenai makna Galungan dalam lontar Sunarigama dijelaskan sebagai berikut:

Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang
maryakena sarwa byapaning idep

Artinya:

Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan
pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.

Jadi, inti Galungan adalah menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian
yang terang.Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam
diri.Sedangkan segala kekacauan pikiran itu (byaparaning idep) adalah wujud adharma.Dari
konsepsi lontar Sunarigama inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah
merayakan menangnya dharma melawan adharma.

Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan
Jagat atau Oton Gumi.Tidak berarti bahwa Gumi/ Jagad ini lahir pada hari Budha Keliwon
Dungulan.Melainkan hari itulah yang ditetapkan agar umat Hindu di Bali menghaturkan maha
suksemaning idepnya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas terciptanya dunia serta segala
isinya.Pada hari itulah umat bersyukur atas karunia Ida Sanghyang Widhi Wasa yang telah
berkenan menciptakan segala-galanya di dunia ini.

MAKNA Hari Raya Kuningan

Hari Raya Kuningan atau sering disebut Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu, Kliwon, wuku
Kuningan.Pada hari ini umat melakukan pemujaan kepada para Dewa, Pitara untuk memohon
keselamatan, kedirgayusan, perlindungan dan tuntunan lahir-bathin.Pada hari ini diyakini para
Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja, sehingga
pelaksanaan upacara dan persembahyangan Hari Kuningan hanya sampai tengah hari
saja.Sesajen untuk Hari Kuningan yang dihaturkan di palinggih utama yaitu tebog, canang
meraka, pasucian, canang burat wangi.Di palinggih yang lebih kecil yaitu nasi selangi, canang
meraka, pasucian, dan canang burat wangi.Di kamar suci (tempat membuat sesajen/paruman)
menghaturkan pengambeyan, dapetan berisi nasi kuning, lauk pauk dan daging bebek.Di
palinggih semua bangunan (pelangkiran) diisi gantung-gantungan, tamiang, dan kolem.Untuk
setiap rumah tangga membuat dapetan, berisi sesayut prayascita luwih nasi kuning dengan lauk
daging bebek (atau ayam).Tebog berisi nasi kuning, lauk-pauk ikan laut, telur dadar, dan
wayang-wayangan dari bahan pepaya (atau timun).Tebog tersebut memaki dasar taledan yang
berisi ketupat nasi 2 buah, sampiannya disebut kepet-kepetan.Jika tidak bisa membuat tebog,
bisa diganti dengan piring.

Sesayut Prayascita Luwih : dasarnya kulit sesayut, berisi tulung agung (alasnya berupa tamas)
atasnya seperti cili. Bagian tengahnya diisi nasi, lauk-pauk, di atasnya diisi tumpeng yang
ditancapkan bunga teratai putih, kelilingi dengan nasi kecil-kecil sebanyak 11 buah, tulung kecil
11 buah, peras kecil, pesucian, panyeneng, ketupat kukur 11 buah, ketupat gelatik, 11 tulung
kecil, kewangen 11 pasucian, panyeneng, buah kelapa gading yang muda (bungkak), lis bebuu,
sampian nagasari, canang burat wangi berisi aneka kue dan buah. Sesajen ini dapat juga dipakai
untuk sesajen Odalan, Dewa Yadnya, Resi Yadnya dan Manusa Yadnya.

Beberapa perlengkapan Hari Kuningan yang khas yaitu: Endongan sebagai simbol persembahan
kepada Hyang Widhi. Tamyang sebagai simbol penolak malabahaya.Kolem sebagai simbol
tempat peristirahatan hyang Widhi, para Dewa dan leluhur kita.

Pada hari Rabu, Kliwon, wuku Pahang, disebut dengan hari Pegat Wakan yang merupakan hari
terakhir dari semua rangkaian Hari Raya Galungan-Kuningan.Sesajen yang dihaturkan pada hari
ini yaitu sesayut Dirgayusa, panyeneng, tatebus kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.Dengan
demikian berakhirlah semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari, terhitung
sejak hari Sugimanek Jawa. (Iloveblue)

Jadi inti dari makna hari raya kuningan adalah memohon keselamatan, kedirgayusan,
perlindungan dan tuntunan lahir-bathin kepada para Dewa, Bhatara, dan para Pitara.
HARI RAYA NYEPI

Pengertian Hari Raya Nyepi

Hari raya Nyepi adalah hari raya suci agama hindu yang berdasarkan sasih atau bulan dan tahun
masehi yang dirayakan dengan penuh keheningan dengan menghentikan segala aktivitas yang
bersifat duniawi maupun dalam bentuk keinginan hawa dan nafsu. Berusaha mengendalikan diri
agar dapat tenang dan damai lahir batin dengan melaksanakan catur brata penyepian.

Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka.Hari ini jatuh pada
hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang
berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup.Untuk itu umat Hindu
melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Hari Raya Waisak, bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, ditetapkan sebagai hari libur nasional
berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983.
Tujuan Dilaksanakannya Hari Raya Nyepi

1. Aspek religius merupakan suatu proses pemyucian Buana Agung dan Buana Alit untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksa) terbina
kehidupan yang berlandaskan satyam(kebenaran), siwam (kesucian),
sundaram(keharmonisan)

2. Membiasakan diri untuk melakukan tapa yoga dan samadi bagi masing masing pribadi
umat, ini mengandung makna evaluasi perbuatan dalam setahun.

Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, makna dan pelaksanaan Hari Raya Nyepi
mengandung arti dan makna yang sangat relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan
datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan
tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti
dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa
menjadi sumber kehidupan.

Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri
manusia.Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur” berarti mengembalikan atau
membayar.Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk
mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam
karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa
persembahan dengan tulus ikhlas.Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma
wasana dalam jiwa menjadi seimbang.Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-
seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan sebagai makna dan pelaksanaan
hari raya nyepi dalam merayakan pergantian Tahun Saka

Menyimak sejarah lahirnya, dari merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran
dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada
masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern sekarang ini adalah seperti berenang
di lautan perbedaan.Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat.pada zaman modern ini
persamaan dan perbedaan tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif.
Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi
dengan akal dan budi yang sehat. Brata penyepian adalah untuk umat yang telah mengkhususkan
diri dalam bidang kerohanian.Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Nyepi dapat dijangkau oleh
seluruh umat Hindu dalam segala tingkatannya.Karena agama diturunkan ke dunia bukan untuk
satu lapisan masyarakat tertentu.

Rangkaian Pelaksanaan Nyepi

1. Melasti= rangkaian upacara Nyepi yang bertujuan untuk membersihkan segala kotoran
badan dan pikiran
2. Tawur Agung / Pengerupukan = dilaksanakan sehari menjelang Nyepi yang jatuh pada
Tilem Sasih Kesanga. Pecaruan atau tawur dilaksanakan catuspata pada waktu tengah
hari.

Sebagaimana telah dikemukakan, brata penyepian telah dirumuskan kembali oleh Parisada
menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:

1. Amati Geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa
(puasa).

2. Amati Karya (tidak bekerja). Hal ini berarti menyepikan indria.

3. Amati Lelungaan (tidak bepergian). Maknanya mengistirahatkan badan.

4. Amati Lelanguan (tidak mencari hiburan).

Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria kita diredakan dengan kekuatan manah dan
budhi.Meredakan nafsu indria itu dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga
kualitas hidup kita semakin meningkat.Bagi umat yang memiliki kemampuan yang khusus,
mereka melakukan tapa yoga brata samadhi pada saat Nyepi itu.

Yang terpenting, makna dan pelaksanaan hari raya Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri
dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tiggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan
sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai
hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma. Untuk melak-sanakan Nyepi yang
benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.

Upawasa artinya dengan niat suci melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam agar
menjadi suci. Kata upawasa dalam Bahasa Sanskerta artinya kembali suci. Mona artinya berdiam
diri, tidak bicara sama sekali selama 24 jam. Dhyana, yaitu melakukan pemusatan pikiran pada
nama Tuhan untuk mencapai keheningan. Arcana, yaitu melakukan persembahyangan seperti
biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah.Pelaksanaan Nyepi seperti itu
tentunya harus dilaksana-kan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-
ambisi tertentu.Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa.Tujuan mencapai kebebesan
rohani itu memang juga suatu ikatan.Namun ikatan itu dilakukan dengan penuh
keikhlasan.Demikianlah makna dan pelaksanaan Hari Raya Nyepi.

Hari Raya Siwarâtri

PENGERTIAN
Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa.Hari siwaratri mempunyai
makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga.
Sehubungan dengan tu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha
penyucian diri, pembuatan pikiran k hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan
kesadaran diri (atutur ikang atma ri jatinya). Hal itu diwujudkan dengan pelaksanaan brata
berupa upawasa, monabrata dan jagra.Siwaratri juga disebut hari suci pajagran.

Hari siwaratri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha panglong ping 14 pada
Purwanining Tilem ke VII (kapitu), yaitu sehari sebelum bulan mati sekitar bulan januari. Pada
hari ini kita melaksanakan puasa dan yoga Samadhi dengan maksud untuk memperoleh
pengampunan.

JENIS BRATA PADA HARI RAYA SIWARATRI TERDIRI DARI :

o Utama, melaksanakan :

 Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara)

 Upawasa (tidak makan dan tidak minum)

 Jagra (berjaga, tidak tidur)

o Madhya, melaksanakan :

 Upawasa

 Jagra

o Nista, hanya melaksanakan jagra.

TATA CARA MELAKSANAKAN UPACARA SIWARATRI

o Upacara dimulai pada hari menjelang malam

o Maprayaacita sebagai pembersihan pikiran dan batin.

o Ngaturang banten pajati Sanggar Surya disertai persembahyangan kehadapan Sang


Hyang Surya mohon kesaksian-Nya

o Sembahyang ke hadapan leluhur yang telah siddha dewata mohon dan tuntunannya

o Ngaturang banten pajati ke hadapan Sang Hyang Siwa. Banten ditempatkan pada sanggar
Tutuan atau Palinggih Padma atau dapat pula pada piasan di Pamerajan atau Sanggah.
Kalau semuanya tidak ada dpat pula pada Piasan diletakkan pada suatu tempat dihalaman
terbuka yang dipandang wajar serta diikuti sembahyang yang ditujukan kepada :
Sang Hyang Siwa.

Dewa Samodaya.

Setelah sembahyang dilanjutkan dengan nunas tirta pakutuh.Teraktur adalah masegeh dibawah di
hadapan Sanggar Surya. Rangkaian upacara Siwaratri ditutup dengan melaksanakan dana punia

o Sementara proses itu berlangsung agar tetap mentaati upowasa dan jagra. Upawasa
berlangsung dari pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok
paginya (24 jam). Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bias makan nasi putih berisi
garam dan minum air putih.

o Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam)

o Persembahyangan seperti tersebut dalam nomor 4 diatas, dilakukan tiga kali, yaitu pada
hari menjelang malam panglong ping 14 sasih Kapitu, pada tengah malam dan besoknya
menjelang pagi.

Perayaan Dan Makna Hari Raya Saraswati

PENGERTIAN HARI RAYA SARASWATI

Kata Saraswati dalam bahasa Sansekerta dari urat kata Sr yang artinya mengalir.Saraswati berarti
aliran air yang melimpah menuju danau atau kolam.Dewi saraswati diyakini sebagai manifestasi
Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi-Nya sebagai dewi ilmu pengetahuan.Dalam berbagai lontar
di Bali disebutkan “Hyang Hyangning Pangewruh” Hari raya untuk memuja Saraswati dilakukan
setiap 210 hari yaitu setiap hari Sabtu Umanis Watugunung.Besoknya yaitu hari minggu paing
wuku sinta adalah hari banyu pinaruh yaitu hari yang merupakan kelanjutan dari perayaan
saraswati.Hal ini mengandung makna untuk mengingatkan kepada manusia untuk menopang
hidupnya dengan ilmu pengetahuan pada akhirnya adalah untuk memuja Tuhan dalam
manifestasinya sebagai Dewi saraswati.Pada hari sabtu watugunung itu, semua pustaka terutama
weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai stana pemujaan Dewi Saraswati.

BRATA SARASWATI

Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati
harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari.Dari pagi samapai tengah hari tidak
diperkenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan
sastranya.Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis
itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah
tengah hari dapat membaca dan menulis.Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam
sastra dan sambang Samadhi.Brata saraswati dengan melaksanakan upawasa, monobrata dan
jagra.

MAKNA PENGGAMBARAAN DEWI SARASWATI

Dewi Saraswati memiliki 4 tangan, memegang vina (sejenis gitar), pustaka (kitab suci dan
sastra), aksamala (tasbih) dan kumbhaja (bunga teratai). Atribut ini melambangkan : vina (di
tangan kanan depan) melambangkan Rta (hokum alam) dan saat alam tercipta muncul nada
melodi (nada brahman) berupa Om. Suara Om adalah suara musik alam semesta atau music
angkasa.Aksamala (di tangan kanan belakang) melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksaan
dan tanpa keduanya ini manusia tidak memiliki arti.Kainnya yang putih menunjukkan bahwa
ilmu itu selalu putih, mengingatkan kita terhadap nilai ilmu yang murni dan tidak tercela.

Di Indonesia, Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang puteri yang sangat Cantik, anggun
dan menarik. Beliau membawa wina/rebab, ganitri, pustaka suci, teratai, duduk diatas angsa dan
disampinynya terdapat burung merak (mayura). Adapun arti dan makna simbol-simbol tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dewi, melambangkan kekuatan yang indah, dan lemah lembut.

2. Ganitri melambangkan bahwa ilmu pengetahuan tidak ada habisnya untuk dipelajari
sepanjang zaman.

3. Pustaka suci melambangkan sarana untuk mengabadikan ilmu-ilmu tersebut, sehingga


dapat diwariskan ke generasi-generasi berikutnya.

4. Wina/rebab melambangkan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi  dan memperluas rasa


estetika dan keindahan.

5. Teratai melambangkan ilmu pengetahuan itu suci. Mengapa bunga teratai, karena
meskipun tubuhnya di dalam lumpur, ia tetap bersih. Selain itu teratai atau Padma ini
akarnya di tanah, batang daunya di air dan bunganya di udara, melambangkan
kemampuan hidup di tiga alam (bhur-bhuah-swah).

6. Angsa melambangkan kekuatan di tiga dunia (bhur-bhuah-swah), sebab ia dapat hidup


pada ketiga unsur alam (di air, darat dan udara). Demikianlah ilmu-ilmu pengetahuan
menguasai ketiga alam tersebut. Selain itu angsa juga melambangkan
kearifan/kebijaksanaan untuk membedakan yang baik dan mana yang buruk. Meskipun ia
mencari makan di tempat-tempat yang keruh, ia dapat membedakann mana yang boleh ia
makan dan mana yang tidak. Angsa juga peka terhadap rangsangan dari luar. Demikian
diharapkan bagi mereka yang berilmu.

7. Burung merak melambangkan kewibawaan. Burung merak itu memang terlihat anggun
dan berwibawa.
Mengenai makna simbol-simbol dan atribut Dewi saraswati juga dijelaskan dalam Kamus Istila
Dalam Agama Hindu. Dikatakan bahwa Hari Saraswati atau Hari Dewanya Ilmu Pengetahuan
juga sebut hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati. Beliau dilambangkan dengan seorang
Dewi membawa wina, genitri, pustaka suci, serta duduk diatas angsa. Adapun arti simbul-simbul
tersebut antara lain:

1. Dewi adalah simbol kekuatan yang indah, cantik, menarik, lemah lembut, dan mulia
sebagaimana sifat dari ilmu pengetahuan itu.

2. Alat Musik (wina) adalah simbul seni budaya yang agung.

3. Genitri adalah simbul dari kekekalan dan tak terbatasnya ilmu pengetahuan itu.

4. Pustaka Suci adalah simbul dari ilmu pengetahuan suci.

5. Teratai adalah simbul kesucian ilmu pengetahuan yang bersumber dari Sang Hyang
Widhi.

6. Angsa adalah simbul dari kebijaksanaan untuk membedakan antara yang baik dan yang
buruk.

Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa ilmu-ilmu kesucian dan pengetahuan tidak ada
habis-habisnya.Meskipun manusia mampu mengumpulkan berbagai ilmu sebanyak-banyaknya
sepanjang hidupnya, tetapi itu hanya sekelumit saja dari yang ada.Jadi kemampuan manusia
hanya terbatas.Oleh karena itu, janganlah manusia menyia-nyiakan kehidupanya sebagai
manusia.Kumpulkan sebanyak-banyaknya ilmu-ilmu yang menjadi minatnya, tidak hanya ketika
manusia masih dalam masa brahmacarya, tetapi seterusnya, hingga tiba saatnya ke asalnya.

MAKNA PERAYAAN HARI RAYA SARASWATI

Makna pemujaan Dewi Saraswati adalah memuja dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
dengan memfokuskan pada aspek Dewi Sa-raswati (simbol vidya) atas karunia ilmu penge-
tahuan yang di karuniakan kepada kita semua, sehingga akan terbebas dan avidyam (kebodoh-
an), agar dibimbing menuju ke kedamaian yang abadi dan pencerahan sempurna.

Setelah Saraswati puja selesai, biasanya dilakukan mesarnbang semadhi, yaitu semadhi ditempat


yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan tujuan
menernukan pencerahan Ida Hyang Saraswati
Puja astawa yang disiapkan ialah : Sesayut yoga sidhi beralas taledan dan alasnya
daun sokasi berupa nasi putih daging guling, itik, raka-raka sampian kernbang payasan.
Sesayut ini dihaturkan di atas tempat tidur, dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Aji
Saraswati.

Keesokan harinya dilaksanakan Banyu Pinaruh, yakni asuci laksana dipagi buta berkeramas


dengan air kumkuman.Ke hadapan Hyang Saraswati dihaturkan ajuman kuning dan tamba
inum. Tamba inum ini terdiri dari air cendana, beras putih dan bawang lalu diminum, sesudahnya
bersantap nasi kuning garam, telur, disertai dengan puja mantram:

 Om, Ang Çarira sampurna ya namah swaha.

Semua ini mengandung maksud, mengambil air yang berkhasiat pengetahuan.

Dari perayaan ini kita dapat mengambil hik-mahnya, antara lain:

1. Kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan
vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.

2. Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebe-
naran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.

3. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-
benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk
melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma,
dan akhirnya tercapailah nirwana.

4. Kita belajar dan angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring air,
memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur.Juga jadilah
orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di
hutan.

5. Kita masih memerlukan/mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi harus
diimbangi dengan ilmu spiritual dengan peng-hayatan dan bakti yang tulus.

6.Laksanakan Puja/sembahyang sesuai de-ngan kepercayaannya masing-masing secara


sederhana dengan bakti yang tulus/ikhlas, bisa dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain.
Agama Dan Politik

PENGERTIAN AGAMA DAN POLITIK

Agama adalah suatu ciri kehidupan social manusia yang universal dalam arti bahwa semua
masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk
disebut “agama” (religious).

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara. Pengertian ini merupakan
upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang
dikenal dalam ilmu politik.Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
kontitusional maupun nonkonstitusional.

POLITIK JUGA DAPAT DILIRIK DARI SUDUT PANDANG BERBEDA, YAITU ANTARA
LAIN :

1) Politik adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebajikan bersama
(teori klasik Aristoteles)

2) Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan Negara.

3) Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan


kekuasaan di masyarakat

4) Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan public

AGAMA MEMILIKI DUA SEGI YANG MEMBEDAKAN DALAM PERWUJUDANNYA,


YAITU :

1) Segi kejiwaan (psychological state), yaitu suatu kondisi subyek atau kondisi dalam jiwa
manusia, berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut agama. Kondisi inilah
yang disebut dengan kondisi agama, yaitu kondisi patuh dan taat kepada yang disembah

HUBUNGAN AGAMA DAN POLITIK

Dalam konsepsi sebagian besar masyarakat Indonesia, kehidupan politik juga seharusnya
dilandasi oleh nilai-nilai agama.Konsepsi ini agak berbeda dengan politik di negara Barat yang
memisahkan secara tegas antara politik dan agama.Politik dan posisi-posisi politik harus
dipisahkan secara tegas dengan agama.Konsepsi ini menghendaki agar pemimpin agama tidak
terlibat dalam politik praktis.

Pemerintah sendiri membuat definisi agama resmi yang diakui pemerintah sebagai sistem
keyakinan kepada Tuhan yang memiliki kitab suci, nabi-nabi dan ajaran-ajaran.Dalam hal
kebijakan keagamaan ini paling tidak pemerintah melakukan tiga hal.Pertama, membina umat
yang sudah beragama di seluruh pelosok; Kedua, Memberagamakan warga masyarakat yang
dianggap belum beragama; Ketiga, Pemerintah memerankan diri sebagai wasit sekaligus pemain
dalam hubungan antarumat beragama.

Dari sudut pandang intrinsik, maka secara sederhana agama adalah keyakinan akan entitas
spiritual. Jika kita menggunakan definisi yang lebih kompleks.maka agama adalah suatu sistem
simbol yang bekerja memantapkan suasana jiwa dan motivasi yang kuat, mendalam dan bertahan
lama pada diri manusia dengan memformulasikan konsepsi-konsepsi keteraturan umum
mengenai keberadaan dan menyelimuti konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aura faktualitas
sehingga suasana jiwa dan motivasi tersebut seolah-olah secara unik nyata ada.

Dinamika hubungan antara agama dan negara berlangsung dalam konteks instrumentalisasi yang
kerap kali ditempeli oleh muatan potensi integratif maupun disintegratif.Dengan konkretisasi,
interpretasi dan formalisasi agama dalam kehidupan yang nyata, manusia memiliki legitimasi
untuk menjadikannya sebagai instrument kekuasaan.

Ada tiga kemungkinan skenario politik keagamaan.:Pertama, agama dan negara terpisah satu
sama lain. Doktrin agama hanya menjadi pedoman hidup manusia sebatas dalam keluarga dan
masyarakat yang berwadahkan keorganisasian dalam masjid, gereja, kuil, dan lain-lain.Segala
sesuatu yang berurusan dengan agama diselesaikan dalam institusi kegamaan tersebut.Prinsip
utamanya adalah “Agama adalah Agama”. Dalam kenyataan, sukar menemukan pada abad
global ini suatu institusi agama yang tidak tercemar sama sekali dengan pergumulan duniawi di
luar dari agama.

Kedua, Agama dan Negara terikat satu sama lain (Integralistik) dalam pengertian agama
memberi corak dominan atas negara. Dalam konteks ini agama bermain penuh sebagai
instrumen, yakni aktualisasi agama di dalam sebagian besar institusi negara seperti institusi
politik, ekonomi, hukum dan lainnya.

Ketiga, Agama ditempatkan dalam suatu sistem negara yang mengutamakan harmoni dan
keseimbangan. Agama direduksi menjadi salah satu unsure saja dari sistem yang dipandang
saling tergantung dengan unsur-unsur lain. Kebijakan kebijakan yang merupakan konkretisasi
pendekatan sistemik ini jelas sekali menekankan kontrol yang tegas terhadap unsur-unsurnya,
termasuk unsur agama agar selalu terwujud keteraturan yang harmonis tanpa guncangan.Setiap
kali ada gejolak sekecil apapun, langsung diredam oleh negara (pemerintah) sehingga
keseimbangan tercapai kembali.
POLITIK DAN AGAMA HINDU

Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, system kasta tidak diakui lagi sebagai nilai agama
Hindu dan versi ini yaitu agama Hindu tanpa kasta, hanya dikomunikasikan oleh kelompok kecil
para pengikut saja dan itupun kurang berhasil. Sebab menurut agama Hindu tradisional, hierarki
kasta sosial dengan kasta brahmana ditingkat teratas itu, ditentukan oleh Tuhan bagaimana
dinyatakan dalam kitab-kitab sucinya.Hal ini terbukti dimasa kini banyaknya orang-orang yang
beragama Hindu turut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik.Hal ini merupakan salah satu
wujud dari keterbukaan kasta tersebut.Dalam keikutsertaannya dalam politik, orang-orang Hindu
cenderung tidak mencampuradukan antara agama dan politik.Akan tetapi dalam keikutsertaannya
dalam politik, orang-orang Hindu tersebut tetap berpedoman pada agama yang mereka anut.

Agama Dan Kesehatan

POLA HUBUNGAN AGAMA DAN KESEHATAN


Secara teoritis ada empat kemungkinan pola hubungan antara agama dan kesehatan, yaitu
sebagai berikut :

 Saling berlawanan

 Saling mendukung

 Saling melengkapi

 Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing-masing.

Konsep agama mengandung 2 makna yaitu :

 Makna statik

 Makna dinamik

Makna statik diorientasikan untuk menunjuk religi sebagai system social agama secara formal
misalnya : Islam, Kristen, Budha dan Hindu.

Makna dinamik merupakan sifat atau semangat keagamaan. Aspek dinamis ini selain bersifat
subyektif (personal) sesuai dengan pengalaman keagamaan dan penghayatannya masing-masing,
juga tidak selamanya terkait dengan agamanya secara formal

Kaitannya dengan konsep dinamis ini, penghayatan terhadap nilai agama ternyata diakui oleh
beberapa ilmuan bahwa agama memiliki efek yang luar dan mendalam terhadap terhadap
kesehatan manusia baik yang bersifat fisik, emosi, spriritual, maupun social.

Oleh karena itu orang yang tidak beragama ketika mendapatkan persoalan hidup mereka akan
mudah putus asa dan akhirnya mereka akan melakukan penyimpangan atau tingkah laku yang
tidak sesuai dengan norma atau ajaran agama.

POLA HUBUNGAN SALING BERLAWANAN

Agama dan kesehatan potensial muncul sebagai dua bidang kehidupan yang saling berlawanan
atau setidaknya tema kesehatan tersebut masih menjadi wacana prokonya.

POLA HUBUNGAN SALING MENDUKUNG

Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling mendukung. Orang yang akan
melaksanakan tirta yatra ke India membutuhkan peran tenaga kesehatan untuk melakukan
general check up supaya kegiatannya dapat berjalan lancar. Promosi tentang penggunaan
kondom untuk menghindarkan diri dari sebaran HIV/AIDS merupakan suatu program yang
memiliki irisan moral dengan agama.Program ini dapat diapresiasikan oleh kalangan agama
sebagai kebijakan yang membuka peluang perilaku pergaulan bebas atau secara implisit
kebajikan itu seakan berbunyi boleh free sex asalkan pakai kondommu.

Terapi urine menurut kesehatan merupakan sesuatu hal yang bertentangan dengan ajaran
agama.Begitu pula pengobatan yang menggunakan barang atau benda-benda yang dilarang
misalnya alcohol. Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukan bahwa apa yang dianjurkan dalam
bidang kesehatan tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam agama. Misalnya mengenai
terapi urine, pengobatan dengan hal yang memabukan atau pencegahan HIV/AIDS melalui
kondom.

POLA HUBUNGAN SALING MELENGKAPI

Yaitu adanya peran dari agama untuk mengoreksi praktek kesehatan yang mengoreksi praktek
keagamaan.

POLA HUBUNGAN SALING TERPISAH DAN BERGERAK DALAM KEWENANGAN


MASING-MASING

Agama dan ilmu kesehatan memiliki peluang untuk berkembang masing masing. Tradisi agama
hindu di india memiliki paradigm dan sekaligus teknologi kesehatan yang berbeda dengan apa
yang dikembangkan di dunia kesehatan, yang dikenal dengan ajaran Ayurveda dan samkya
darsana.

ASPEK KESEHATAN DALAM AGAMA

1. Ajaran agama secara normative

2. Agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya menjaga kesehatan

3. Ada perilaku keagamaan yang riil atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat

4. Dari sisi perilaku nyata ada penganut agama yang tidak memperhatikan aspek kesehatan

MENURUT FILSAFAT INI PENYEBAB PENYAKIT DIBAGI 3 GOLONGAN :

 Adhyatmika : penyebab penyakit yang instriksi atau berasal dari tubuh dan pikiran
si penderita sendiri
 Ahibhantika : penyakit ekstrinsik yang berasal dari luar tubuh seperti kecelakaan,
di gigit ular, atau penyebab natural yang lain termasuk juga penyakit infeksi

 Adhidarvika : penyebab penyakit yang berasal dari kekuatan supranatural


misalnya akibat pengaruh atmosfer, planet, dll.

AMAL AGAMA SEBAGAI AMAL KESEHATAN

Misalnya sembahyang merupakan salah satu contoh amal agama yang relevan dengan aktivitas
kesehatan jasmaniah.Sedangkan penekanan pada hokum makanan yang harus sehat dan bersih
merupakan amal agama yang terkait dengan nutrisi.Sementara kebiasaan berpikir positif
merupakan bagian dari upaya membangun jiwa yang sehat.

AGAMA SEBAGAI SUMBER KEILMUAN

Agama menjadi sumber informasi untuk pengembangan ilmu kesehatan gizi (Nutrisi) atau
farmakoterapi herbal.Praktek praktek keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam
mengembangkan terapi kesehatan, misalnya meditasi, yoga, dan tenaga prana adalah beberapa
ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.Selain menjadi motivasi,
ajaran agama pun menjadi bagian dari sumber etika bagi penyelenggara layanan
kesehatan.Contoh Hindu mengajarkan prinsip hidup bahwa kebenaran itu ada dalam pikiran dan
dengan pikiran yang sehat, seseorang dapat membangun kualitas hidup yang sehat. Sedangkan
kelompok zen budhisme memberikan keterangan bahwa upaya pembangunan kualitas hidup
sehat itu, perlu di mulai dengan upaya pencerahan diri sehingga dapat mempersiapkan diri untuk
nilai-nilai hidup yang berkualitas.

AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL

Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien
dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Misalnya bagi seseorang yang beragama,
sehat atau sakit adalah bagian dari perilaku Tuhan terhadap hambanya dan sakit adalah karna
takdir Tuhan serta hanya Tuhan jugalah yang memiliki kemampuan menyembuhkan. Dengan
keyakinan seperti ini seorang pasien dapat memiliki semangat hidup yang lebih baik dan optimis

Fungsi agama bagi kesehatan yaitu :

 Sumber moral

 Sumber keilmuan
 Amal agama sebagai amal kesehatan

PANDANGAN AGAMA HINDU TERHADAP AIDS

Apa yang dimaksud dengan AIDS ?

 Acquired

 Immuno AIDS
 Deficiency
 Syndrome

o Atau

 Acquired

 Immuno

 Deficiency

 Syndrome ( disingkat AIDS )

HIV itu apa ?

 H = Human
HIV
 I = Immunodeficiency

 V = Virus

o Artinya

Virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.

Apa yang dimaksud dengan AIDS ?

AIDS adalah sekumpulan gejala – gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human
Immunodeficiency Virus ). Yang berarti virus pemusnah kekebalan tubuh. Penyakit ini sudah
terdapat hampir di semua Negara, apakah di negara – negara maju ataupun di negara – negara
yang sedang berkembang. AIDS juga diartikan gabungan bermacam – macam penyakit, gejala
dan tanda – tanda yang timbul karena adanya penurunan kekebalan tubuh. Seperti diketahui
bahwa system kekebalan tubuh adalah untuk mempertahankan tubuh dari infeksi dan penyakit.
HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel – sel darah putih yang mempunyai
peran utama dalam system kekebalan tubuh manusia. Virus HIV mampu menembus tubuh
manusia, kalau pada tubuh seseorang terdapat luka – luka atau goresan pada kulit tersebut.
Akibat selanjutnya dapat diduga bahwa penderita AIDS tersebut akan meninggal karena
penyakitnya yang parah. Pada fase lanjut, HIV juga dapat menyerang sel otak dan susunan saraf
tubuh secara langsung, sehingga menimbulkan gangguan mental dan koordinasi tubuh.

Penyebab terjadinya AIDS

Virus HIV yang telah masuk ke tubuh manusia akan menempati darah, air mani dan
cairan vagina. Apabila salah satu dari ketiga cairan tubuh dari orang terinfeksi HIV berhasil
memasuki aliran darah orang lain yang masih sehat maka ada kemungkinan orang yang sehat ini
akan terkena virus HIV dari orang yang sudah terinfeksi secara positif. Lain halnya dengan
vagina, penis, dubur dan mulut yang mempunyai selaput lendir ( mukosa ), yaitu lapisan tipis
yang menutupi pembuluh – pembuluh darah di bawahnya. Lapisan itu mempermudah
meresapnya virus HIV. Kalau pada daerah vagina, penis, dubur dan mulut terdapat luka atau
goresan, maka mudah bagi virus HIV masuk ke dalam darah manusia.

Cara penularan AIDS

 Melalui hubungan seksual

Yang dimaksud hubungan seksual disini adalah hubungan yang dilakukan secara vagina, anal,
dan oral. Hubungan oral adalah hubungan seksual yang menggunakan mulut sebagai pengganti
vagina mempunyai resiko lebih kecil dibandingkan hubungan vagina atau anal. Perlu
diperhatikan bahwa selama hubungan kelamin berlangsung, air mani, cairan vagina dan kadang –
kadang darah mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut akibatnya HIV yang
terdapat dalam cairan – cairan tersebut dapat meresap ke dalam aliran darah. Tambahan pula
kalau daerah vagina, penis, dubur atau mulut terdapat luka atau goresan, maka HIV mudah
masuk ke dalam aliran darah.

 Transfusi Darah

HIV dapat menular bila seseorang menerima transfusi darah dari seorang donor darah yang
terkena infeksi HIV.

 Melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya

Infeksi dapat terjadi bila seseorang diketahui atau tanpa diketahui sudah disuntik dengan jarum
yang sudah dipakai untuk menyuntik orang lain yang terinfeksi HIV. Disamping itu juga alat-alat
yang tajam seperti pisau bedah, atau jarum untuk membuat sayatan di kulit, menyunat seseorang,
membuat tato juga dapat menularkan virus HIV.

 Dari ibu hamil yang mengidap virus HIV kepada janinnya

Bila sang ibu telah mengindap birus HIV, maka janin yang ada di dalam rahimnya dapat
terinfeksi pada saat proses kelahiran berlangsung. Jika ibu baru terinfeksi HIV, tetapi belum
menampakkan gejala-gejala AIDS, maka kemungkinan bayi yang dikandungnya terinfeksi 20% -
35%. Sebaliknya bila sang ibu benar-benar sudah menunjukkan gejala-gejala AIDS yang jelas,
maka kemungkinan bayinya terinfeksi HIV menjadi 50%. Yang perlu diperhatikan adalah bila
bayi tersebut dilahirkan sebagai pengindap HIV, maka usianya hanya sekitar 1-5 tahun saja.

Kapan dan Dimana HIV tidak menular 

 Peralatan makan , pakaian, toilet dan lain-lain yang dipakai bersama dengan pengidap
HIV;
 Berpelukan, berjabat tangan, berciuman dengan orang yang terinfeksi HIV Hidup
serumah dengan orang yang terinfeksi HIV;

 Serangga seperti nyamuk, kupu-kupu, tawon,  dan lain-lain.

Bagaimaan cara pencegahannya secaramedis

 Setia pada satu pasangan pasutri

 Gunakan alat pelindung diri saat behubungan ( misalnya condom )

 Hindari penggunaan jarum suntik secara bergantian

 Proteksi penggunaan Donor Darah

Pandangan Hindu Terhadap AIDS

Sudah menjadi kodrat bagi kehidupan di bumi bahwa suka (kesenangan,kebahagiaan), dukha
(penderitaan),lara (sakit) dan pati (kematian), tidak dapat dihindari oleh manusia, kenyataan
hidup membutuhkan, beberapa orang mengenyam kebahagiaan dalam hidupnya,namun di pihak
lain tidak sedikit orang mengalami penderitaan. Termasuk banyak orang menderita karena
penyakit AIDS.

Di dalam ajaran Hindu dijelaskan bahwa sesungguhnya hampir tidak ada peristiwa/hal yang
terjadi di jagad raya ini, lepas/terbebas dari hukum “Karma Phala” (sebab akibat). Setiap
peristiwa yang terjadi (akibat) jelas dikarenakan/diakibatkan oleh satu “penyebab”, sebaliknya
“sebab” (dikehendaki atau tidak) niscaya akan ada akibatnya. Semua ini tak dapat dihindari,
sebab demikianlah dititahkan oleh Sang Pencipta (Tuhan), sebagaimana dapat dikaji dari nilai-
nilai tersurat dalam Sloka Sarasamuccaya ,Sloka 7,berikut ini :

Karmabhumiriya bhahman, Phalabhumirasau mata Iha yat kurute karma tat,


paratropabhujyate

Artinya  :

Sebab kelahiran sebagai manusia sekarang ini akibat baik atau buruknya karma itu juga yang
akhirnya dinikmati karma phala itu.Maksudnya baik buruk perbuatan itu sekarang akhirnya
terbukti hasilnya, selesai menikmati menjelmalah ia kembali, mengikuti sifat karma phala.
Wasana berarti sengsara, sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja,
itulah yang diikuti sebagai pribahasa, kelahiran dari surga (swarga cyuta), kelahiran dari neraka
(neraka cyuta) baik buruk karma itu di surga, tanda ada pahalanya. Karena itu pergunakanlah
sebaik-baiknya hidup ini untuk melakukan perbuatan baik
Bertolak dari kajian di atas maka dapat dinyatakan bahwa adanya berbagai penyakit, termasuk
AIDS pun, tentunya menerima ciptaan Tuhan sebagai Maha Pencipta. Dalam kaitan pembahasan
penyakit sebagaimana tersebut di atas perlu kita cermati  Sarasamuccaya, Sloka 30,berikut ini  :
Pura cari ramantako bhinakti, Rogasarathih Prasahya jiwitaksaye cubham, Mahat samaharet

Artinya  :

Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan pengemudinya, yang
menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia hidup datanglah maut, karena itu
jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu.

Berdasarkan  “Sloka” atau ayat tersebut jelaslah bahwa penyakit dimaksud diadakan ke dunia
oleh Sang Pencipta untuk maksud tertentu dan juga disebabkan oleh sebab-sebab tertentu. Sebab-
sebab tersebut pada hakekatnya dikarenakan oleh unsur manusia sendiri terutama oleh kelalaian
atau pelanggarannya atas hukum-hukum kehidupan yang telah ditentukan oleh Tuhan. Justru
untuk memberikan peringatan atau bahkan ganjaran kepada prilaku-prilaku manusia yang
melanggar norma-norma  hidup di jagad raya ini.

Kemungkinan –kemungkinan untuk adanya pelanggaran norma tersebut tadi dapat saja terjadi ,
mengingat manusia memang diberi kekuasaan dalam hal-hal tertentu oleh Tuhan untuk berpikir
dan mengembangkan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya.

Dalam keleluasaan itulah, sekaligus terdapat peluang adanya variasi/yang bahkan terkadang
berkategori Asubha Karma atau yang dalam hidup keseharian disebut dengan penyimpangan
hidup. Kemungkinan timbulnya penyimpangan itulah yang telah diantisipasi oleh Sang Pencipta
dengan memberikan konsekwensi terhadap penyimpangan tadi berupa “penyakit”. Tentunya
diharapkan dengan penyakit-penyakit tersebut dalam diri manusia akan timbul rasa takut untuk
melanggar norma-norma hidup yang telah digariskan. Demikian pula bagi yang terlanjur
membuat kekeliruan dengan ancaman (penyakit) tersebut, yang bersangkutan dapat menjadi jera
atau kapok.

Walaupun sampai saat ini penyakit AIDS belum ditemukan obatnya, kita tidak boleh menyerah
begitu saja, paling tidak kita harus berupaya untuk menghadapinya dan berusaha menyelamatkan
tubuh kit aini, yang merupakan anugrah Tuhan yang paling berharga dalam rangka mencapai
tujuan hidup kita. Berkenan dengan hal tersebut, Weda menyatakan ” Dharmartha kama
moksanam sariram sadanam ”  yang artinya tubuh (mu) itu adalah sadana/sarana untuk meraih
tujuan(mu) berupa dharma, artha, kama dan moksha.

Menyadari  peranan tubuh yang demikian penting,maka kita(yang belum sakit) perlu waspada
agar tidak terjangkit. Demikian pula yang telah dinyatakan positif mengidap AIDS, agar bisa
menerima dengan jiwa besar,serta mencari upaya penanggulangan lewat petunjuk weda dan
vidya (pengetahuan). Bukankah kesehatan selalu tampak lebih berharga setelah kita
kehilangannya demikian pesan para bijak.
Sebagai Kesimpulan

Hindu memandang bahwa HIV / AIDS ada didunia ini dimaksudkan sebagai rem /
pengendali perilaku manusia terutama yang cenderung akan menyimpang dari dharma ( kebaikan
/ kebajikan/ moralitas.

Adharma atau perbuatan yang tidak baik yang bertentangan dengan agama hendaknya
dihindari sehingga tujuan hidup didunia yaitu Catur Purusa Artha dapat tercapai.

ABORSI DALAM PANDANGAN FILSAFAT HINDUISME

 Aborsi (abortus) atau pengguguran kandungan dimaksudkan sebagai tindakan untuk


mengakhiri kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Aborsi selalu merujuk kepada penghentian atau pembunuhan janin yang belum lahir.

 Aborsi dalam theology hinduisma tergolong pada perbuatan yang disebut “hisma karma”
yakni salah satu perbuatan dosa yang di sejajarkan dengan membunuh, menyakiti, dan
menyiksa.
 Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa”
mendasari falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat padan pada jabang
bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang sempurna seperti tubuh manusia.

 Setelah terjadi pembunuhan di sel telur maka atma sudah ada atas kuasa Hyang Widhi.
Dalam “lontar tutur panus karma”, penciptaan manusia yang utuh kemudian dilanjutkan
oleh Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai “kanda-pat” dan “Nyama bajang”.

 Selanjutnya lontar itu menuturkan bahwa kanda-pat yang artinya “empat-teman” adalah :

 Karen, sebagai calon ari-ari

 Bra, sebagai calon lamas

 Angdian, sebagai calon getih, dan

 Lembana, sebagai calon yeh-nyom

 Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka kanda-pat berubah nama menjadi masing-
masing :

 Anta,

 Preta

 Kalada

 Dengen

 Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai : ari-ari, lamas, getik
dan yeh-nyom

 Nyama bajang yang artinya “saudara yang selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan
hyang widhi yang tidak berwujud.

 Jika kanda-pat berugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka
nyama bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau
roh dalam tubuh bayi.

 Dalam epho bharatayuda sri krisna telah mengutuk asvatama hidup 3000 tahun dalam
penderitaan, karena asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan
istri-istri keturunan pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.

 Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah hindu
sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan
 Dalam manava dharmasastra maupun dalam kamasutra selalu dinyatakan bahwa
perkawinan menurut hindu adalah “dharmasampati” artinya perkawinan adalah sakral
dan suci

 Karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lainnya adalah reinkarnasi dari roh-roh
para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan sebagai manusia karena
belum cukup suci untuk bersatu dengan tuhan atau dalam istilah Theology Hindu
disebut sebagai “amor ring acintya” oleh karena itu maka suatu rangkaian logika dalam
kenyakinan veda dapat digambarkan sebagai berikut : perkawinanan (pawiwahan) adalah
untuk syahnya suatu hububungan sex yang bertujuan memperoleh anak

 Dalam agama hindu istilah perkawinan biasa disebut pawiwahan. Pengertin pawiwahan
itu sendiri dari sudut pandang etimologi atau asal kotanya, kata pawiwahan berasal dari
kata dasar “wiwahan” bahwa kata wiwahan berasal dari bahasa sansekerta yang berarti
pesta pernikahan atau perkawinan.

 Pengertian pawiwahan secara semantik dapat dipandang dari sudut yang berbeda-beda
sesuai dengan pedoman yang digunakan.

 Pengertian pawiwahan tersebut antara lain: menurut Undang-Undang Perkawinan No.1


Tahun 1974 Pasal 1 dijelaskan pengertian perkawinan yang berbunyi:

 “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah rangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

 Dalam pandangan hindu pawiwahan ikatan lahir batin (skala dan niskala) antara seorang
pria dan waanita untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal yang diakui oleh hukum
negara, agama, dan adat.

EUTHANASIA DITINJAU DARI AGAMA HINDU

Apa yang dimaksud dengan euthanasia??

Euthanasia berasal dari bahasa yunani,Yaitu eu yang berarti indah, bagus, terhormat atau
thanatos yang berarti mati.Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan
baik.Jadi sebenarnya secara harfiah, euthanasia tidak bisa diartikan sebagai suatu pembunuhan
atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.

Bagaimana caranya melakukan euthanasia?

Euthanasia merupakan tindakan penghentian kehidupan manusia baik dengan cara menyuuntikan
zat tertentu atau dengan meminum pil atau dengan cara lainnya.Tindakan ini muncul akibat
terjadinya penderitaan yang berkepanjangan dari pasien.Di beberapa negara eropa dan sebagaian
amerika serikat, tindakan euthanasia ini telah mendapat dan legalitas negara.Pada umumnya
mereka beranggapan bahwa menentukan hidup dan mati seseorang adalah hak asasi yang harus
dijunjung tinggi.

Kode etik kedokteran indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga hari

 Berpindahnya ke alam baka dengan tenang & aman tanpa penderitaan.

 Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan memberi obat
penenang

 Mengakhiri penderitaan & hidup seorang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien
sendiri dan kelurganya.

Macam-macam euthanasia

 Aktif

Artinyaada aspek kesengajaan mematikan orang tersebut, misalnya dengan menyuntikkan zat
kimia tertentu untuk mempercepat proses kematian.

 Pasif

Artinya membiarkan si sakit mati secara alamiah tanpa bantuan ala bantu seperti pemberian
obat, makanan, atau alat bantu buatan.

Pandangan euthanasia menurut agama hindu

 Pandangan agama hindu terhadap euthanasia didasarkan pada ajaran tentang

 Karma

 Moksa dan

 Ahimsa

 Karma adalah suatu konsekwensi mumi dari semua jenis kehendak dan maksud
perbuatan, yang baik maupun yang buruk lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau
tindankan.Sebagai akumulasi terus-menerus dari “karma” yang buruk adalah menjadi
penghalang “moksa” yaitu suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu
tujuan utama dari penganut ajaran Hindu.
 Ahimsa adalah prinsip “anti kekerasan” atau pantang menyakiti siapapun juga.

 Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang didalam ajaran hindu dengan
pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat mennjadi suatu factor yang mengganggu pada
saat reinkarnasi oleh karenna mmenghasilkan “karma” buruk

 Kehidupan manusia merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga untuk meraih
tingkat yang lebih baik dalam kehidupan kembali

 Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh diri, maka
rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap rada didunia fana sebagai
roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu dimana seharusnya
ia menjalani kehidupan

 Misalnya umumnya waktu bunuh diri 17 tahun dan seharusnya ia di takdirkan hidup
hingga 60 tahun maka 43 tahuun itulah rohnya berkelana tanpa arah tujuan

 Setelah itu maka rohnya masuk keneraka menerima hukuman lebih berat dan akhirnya ia
akan kembali kedunia dalam kehidupan kembali (reikarnasi) untuk menyelesaikan
“karma”nya terdahulu yang belum selesai dijalaninya kembali lagi dari awal

MEJEJAHITAN DAN METANDING

Bahan asar mejejahitan adalah berupa daun-daunan, misalnya janur (Daun Kelapa
Muda),slepan (Daun Kelapa Tua), daun pisang, ambu (Daun Enau Muda), sedangkan enau yang
tua disebut ‘Ron’, daun rental atau ‘ental’, bahan-bahan ini yang paling dominan dipergunakan
unntuk mejejahitan, disamping tentu saja bahan-bahan lainya.

Kemudian alat untuk mejahit dan merangkai bahan dasar tersebut adalah semat atau
biting. Semat terbuatdari bambu yang diiris sedenikian rupa sehingga lebih kecil dari tusuk gigi.
Namun ukurannya lebih panjang kira-kira 35 cm. Kini ada juga para ibu-ibu mempergunakan
streples untuk menjejahitan, sebagai bertemu. Alat yang lain untuk menuas janur atau daun
adalah pisau, baik pisau biasa maupun pisau kater (pisau kertas).

Sesuai judul buku ini maka akan di pergerakan bentuk-bentuk jejahitan banten. Ada
beberapa bentuk jejahitan yaitu bentuk segitiga (tangkih ituk-ituk, celaming), bentuk segiempat
(aled, ceper, pesucian), bentuk metingkat /netangga , (sampian peras, sampian gantung dan
sebagainya). Sedangkan jenis-jenis banten juga banyak sesuai hari suci umat hindu. Ada banten
saraswati, banten pagarwesi, banten tumpek, banten sesayut, banten pejati, banten
prayascita/prasista, banten sri keliki dan banyak lagi yang lainnya.

Adapun sidanta, umumnya mereka menggunakan sarana tumbuh-tumbuhan dan


binatang. Sedangkan penganut hindu waisnawa hanya menggunakan sarana tumbuh-tumbuhan.
Sebagai sarana upakara. Untuk menambah kesakralannya mak dan jejahitan tersebut diisi
porosan yang terdiri: daun sirih, kapur sirih dan buah pinang kemudian diisi bunga sekedarnya.
Dan kembang rampe (daun pandan yany diiris kecil-kecil).Keunikan daripada mejejahitan adalah
bahwa ukuran yang digunakan adalah berdasarkan jari tengah seseorang yang disebut
lengkap.Jadi bukan memakai ukuran cm. Umumnya janur bisa bertahan sampai 3 (tiga)
hari.Sedangkan selepahan sampai 10 (sepuluh) hari.Ental, rotan karena memang bentunya sudah
kering bisa bertahan 1 (satu) tahun.

Disamping untuk bahan banten, janur, selepahan dan ron juga bisa dipergunakan untuk
dekorasi. Seperti dekorasi rangkaian janur pada sebuah acara resepsi pernikahan.Sebagai alas
makanan di atas dulang pada makanan ringan ketika menyambut tamu yang baru datang pada
acar-acara seremonia.Sebagai hiasan dinding yang berbentuk tamiang pada acara-acara tertentu.
Rayunan ratu peranda diatas dulang, yang mana alasnya adalah janur,kemudian diatasnya diisi
daun pisang. Pinggir alas janur di tepi dukang diisi reringgitan yang disebut dengan ‘tri
kona’.Diisi pula gelenteran kebawah.

Kini banyak pula ‘perangkai bunga’ yang mengkombinasikan rangkaian bunganya


dengan janur.Sehingga perpa daun itu terlihat indah dan menarik. Jadi disamping janur, slepahan,
ron, ambu dan ental jenis tumbuhan yang juga dipersembahkan adalah bunga. Bunga yang
disusun mirip Gebogan disebut dengan ‘Candi Rembong’, sedangkan bunga yang disusun atas
duras bunter disebut ‘Canang Sari’ bunga-bunga yang di prsembahkan kehadapan ide bhetara
tentunya bukanlah bunga sembarang. Misalnya tidak boleh mempergunakan bunga yang tumbuh
dikuburan, bunga berulat, bunga yang telah dilangkahi.

Untuk menambah manisnya hasil jejahitan biasanya para ibu-ibu mengkombinasikan


dengan janur yang berwarna.Caraanya janur direbus dengan air yang sudah dicampur dengan
pewarna.Atau bisa juga dengan daun rontal yangsudah berwarna.

Hal-hal yang perlu dihindari ketika sedang mejejahitan adalah sedapat mungkin jangan
membicarakan keburukan orang lain, jangan bertengkar, mencaci maki, berkata-kata yang jorok
dan tidak wajar, berpakaian yang tidak sopan. Karena pada saat itu (ketika sedang metanding
atau mejejahitan) seorang ibu wanita berperan sebagai seorang tapini (Tapa, yoga, samadhi)
lewat sarana dan prasana upakara.mengonsentrasikan dan memusatkan pikiran pada beliau yang
dipuja.
Soal-soal

1. Dalam catur paramita yang menjelaskan tentang belas kasih sayang kepada orang
yang membutuhkan/menderita terdapat pada?

a. upeksa

b. mudita

c. maitri
d. kama

E. karuna

2. Apa tujuan dilaksanakannya hari raya nyepi ?

a.melatih diri untuk sering berbicara

b. membiasakan diri untuk menyalakan api

c. membiaskan diri utntuk tidak keluar dari rumah

D. membiasakan diri untuk melakukan tapa yoga dan samadi

e. membiasakan diri untuk bersilahturahmi

3. Dalam catur warna yang menjelaskan tentang individu atau golongan masyarakat
yang memiliki keahlian pelayanan dan membantu terdapat pada

a. brahmana warna

b. kesatrya warna

c. waisya warna

D. sudra warna

e. janana warna

4. Catur brata yang menjelaskan tentang tidak mencari hiburan terdapat pada ?

a.amati lelungan

b. amati geni

c. amati karya

D. amati lelanguan

e. amati darma
5. Melasti adalah...

a. merayakan hari lahirnya melasti

b. untuk menghapus segala dosa

c. untuk menunjukan seni musik

D. betujuan untuk membersihkan segala kotoran badan dan pikiran

e. semua benar

Anda mungkin juga menyukai