Anda di halaman 1dari 5

Pengertian

Hinduisme merupakan kepercayaan dominan di Asia Selatan, terutama di India dan Nepal,


yang mengandung beraneka ragam tradisi. Kepercayaan ini meliputi berbagai aliran, di
antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta, serta suatu pandangan luas akan hukum dan
aturan tentang "moralitas sehari-hari" yang berdasar pada karma, darma,
dan norma kemasyarakatan.

Hinduisme sebagian orang sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini,
 dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-dharma (Dewanagari: सनातन
[a]

धर्म),[b] artinya "darma abadi" atau "jalan abadi"[11] yang melampaui asal mula manusia.[12] Agama ini
menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa
memandang strata, kasta, atau sekte—seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri.

3 kerangka dasar agama Hindu


Tattwa, Susila, dan Upacara adalah tiga kerangka dasar ajaran Hindu. Tiga hal ini
merupakan satu kesatuan yang bulat dan saling mengisi. Ketiganya harus dihayati dan
diamalkan guna mencapai tujuan agama Hindu yang disebut Jagadhita dan Moksa. 
Tattwa
Tattwa memiliki dimensi lain yang tidak didapatkan dalam filsafat, yaitu berupa
keyakinan. Filsafat merupakan pergumulan pemikiran yang tidak pernah final.
Sedangkan Tattwa berdasarkan ajaran Hindu adalah pemikiran filsafat yang akhirnya
harus diyakini kebenarannya. Oleh sebab itu dalam terminologi Hindu, kata Tattwa tidak
dapat didefinisikan sebagai filsafat, tetapi lebih tepat didefinisikan sebagai dasar
keyakinan Agama Hindu. 

Sebagai dasar keyakinan Hindu, Tattwa mencakup lima hal yang disebut Panca Sradha
(Widhi Tattwa atau Brahman, Atma Tattwa, Karmaphala Tattwa, Punarbhawa Tattwa
atau Reinkarnasi dan Moksa Tattwa).

Keyakinan tentang Brahman yaitu yakin dengan adanya Tuhan yang maha pencipta,
maha pemelihara dan pemrelina. Hindu berkeyakinan pada Monoteisme dan bukan
politeisme sebagaimana dugaan sejumlah pihak.

Kami menyebut Ekam Evam Sadviprah Bahuda Wadhanti yang artinya hanya ada satu
Tuhan, hanya orang Bijaksana menyebut dengan banyak nama. Memang ada
keyakinan adanya manifestasi Tuhan yang disebut Tri Murti, yaitu Brahma, Wisnu, dan
Siwa, namun ketiga Dewa tersebut adalah merupakan manifestasi dari Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan fungsi dan perannya.

Susila
Tema yang kedua adalah tentang Susila (Etika). Susila berasal dari kata ”su” dan ”sila”.
Su berarti baik, dan sila berarti dasar, perilaku atau tindakan. Secara umum susila
diartikan sama dengan kata ”etika”. Definisi ini kurang lebih tepat, karena susila bukan
hanya berbicara mengenai ajaran moral atau cara berperilaku yang baik, tetapi juga
berbicara mengenai landasan filosofis yang mendasari suatu perbuatan baik harus
dilakukan.
Bandingkan dengan kata ”etika” yang berarti filsafat moral. Sebaliknya, kata ”moral”
berarti ajaran tentang tingkah laku yang baik.

Hindu memiliki tatanan prinsip Tri Kaya Parisudha, yaitu: manahcika (berfikir yang baik
dan mulia), Wacika (berkata yang baik dan benar), dan Kayika (berbuat yang baik dan
benar). Jadi, perilaku baik dan moral yang baik harus dilakukan manusia dalam semua
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kami juga memiliki motto “Vasudewa Kuthumbhakam” yang artinya semua kita
bersaudara dan Tat Twam Asi yang artinya kau adalah aku dan aku adalah engkau. Jadi
konsep bersaudara, toleransi, dan kerukunan telah menjadi darah daging bagi umat
Hindu.

Upacara
Tema yang ketiga secara singkat saya sampaikan tentang Upacara atau acara. Upacara
yang selalu diiikuti dengan Sesaji atau banten adalah merupakan upacara dalam bentuk
Yadnya atau persembahan suci berupa hasil bumi. Ini merupakan sebuah persembahan
yang dilakukan dengan lascarya atau tulus ikhlas, sebagai ungkapan bersyukur, rasa
terima kasih dan bhakti kepada Maha Pencipta dunia beserta isinya.

Upacara/Acara memiliki pengertian: (a) Kelakuan, tindak-tanduk, atau kelakuan baik


dalam pelaksanaan agama Hindu; (b) adat istiadat atau suatu praktik dalam
pelaksanaan agama Hindu; dan (c) peraturan yang telah mantap dalam pelaksanaan
Agama Hindu berdasarkan berbagai purana dan kitab suci Weda.

Persembahan suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena getaran jiwa/rohani dalam
kehidupan ini berdasarkan dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu. Ada lima Yadnya
atau persembahan suci yang wajib dilakukan yaitu Dewa Yadnya (persembahan suci
kepada Tuhan), Pitra Yadnya (kepada Leluhur), Bhuta Yadnya (persembahan suci
kepada waktu/bhutakala/alam), Rsi Yadnya (kepada para Rohaniwan) dan Manusa
Yadnya (kepada manusia).

Sejarah Agama hindu

Asal-usul agama Hindu di dunia dimulai dari masuknya Bangsa Arya


ke India sejak 1500 SM. Masuknya Bangsa Arya ke India membawa
perubahan yang sangat besar dalam tata kehidupan masyarakat India.
Perubahan tersebut terjadi karena Bangsa Arya mengadakan integrasi
kebudayaan dengan Bangsa Dravida dan selanjutnya integrasi ini
melahirkan agama Hindu.
Bangsa Arya mulai menulis kitab-kitab suci Weda. Kitab suci ini
dituliskan dalam 4 bagian seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur
Weda dan Atharwa Weda. Peradaban dan kehidupan bangsa Hindu
jelas terdapat juga dalam kitab Brahmana atau dalam kitab Upanisad.
Ketiga kitab inilah yang menjadi dasar pemikiran dan dasar kehidupan
orang-orang Hindu.

Asal-usul agama Hindu ditindaklanjuti dengan adanya perubahan


corak kehidupan di India. Corak kehidupan masyarakat Hindu tersebut
dibedakan atas 4 kasta, diantaranya :

1. Kasta Brahmana: Keagamaan.

Kasta Brahmana terdiri dari golongan pendeta agung yang


mengabdikan dirinya pada spiritual dan pendidikan. Masyarakat Hindu
yang masuk dalam Kasta Brahmana adalah pendeta, guru, rohaniawan,
dan sulinggih (orang yang bertindak dan berpikir suci). Kasta Brahmana
bertugas menjalankan upacara-upacara keagamaan. Kasta ini adalah
kasta tertinggi

2. Kasta Ksatria

Kasta Ksatria terdiri dari golongan raja (bangsawan). Mereka


adalah keturunan raja-raja di kerajaan Hindu. Ksatria juga dapat
diartikan bagi mereka yang masuk dalam lembaga pemerintahan
atau militer. Kasta ini biasanya tidak memiliki harta pribadi, karena
semua yang dihasilkan merupakan milik kerajaan atau negara.
Mereka yang masuk ke dalam golongan ini adalah raja, presiden,
menteri, dan tentara.

3. Kasta Wacyd (Waisya): Pertanian dan perdagangan.

Kasta Waisya, terdiri dari golongan pedagang atau yang memiliki


pekerjaan. Mereka memiliki harta sendiri. Selain pedagang, masyarakat
Hindu yang masuk ke dalam kasta ini sepoerti petani, nelayan, dan lain
sebagainya.
Kaum Waisya memperoleh tanggung jawab untuk menggerakkan
kegiatan ekonomi agar distribusi berbagai kebutuhan hidup seperti
sandang, pangan, dan papan bisa terlaksana.
4. Kasta Cudra (Sudra): Kaum pekerja kasar.

Kasta Sudra adalah kasta yang terendah dibandingkan golongan


lainnya. Mereka terdiri dari buruh, pelayan, pemulung, pengemis,
dan lain-lain. Umumnya, golongan ini memiliki tugas untuk
melayani ketiga kasta yang ada di atasnya.

Keselamatan Menurut Hind


ada 4 jalan menuju keselamatan menurut agama hindu yakni

 Jalan Bakti ( Ibadat Penuh kasih )


Jalan Bhakti merupakan metode pemujaan Tuhan bagi orang-orang yang
bertemperamen bhakti. Ini adalah jalan yang terbatas pada Tuhan dan mereka yang
mencari penyatuan melalui cinta kasih. Jalan ini merupakan kasing sayang yang
mendalam kepada Tuhan, yang merupakan jalan kepatuhan atau pengabdian.

 Jalan Karma ( Perbuatan baik )


Karma berarti kerja atau tindakan, Karma marga merupakan metode pendekatan diri umat hindu
kepada Tuhan dengan jalan kerja. Prinsip utamanya adalah “pelayanan” terhadap seluruh mahluk hidup. seorang
pengikut Karma marga menyadari betul bahwa Tuhan menyusup dalam setiap entitas mahluk hidup. Ini berarti,
dengan bekerja dan melayani mahluk hidup, sesungguhnya ia tengah melayani Tuhan.

 Jalan Jnana (membebaskan diri dari keterikatan duniawi


 Jnana Marga adalah jalan mendekatkan diri dengan Tuhan, melalui pengetahuan.  Pengetahuan tentang
hakekat Tuhan, Mahluk dan alam semseta. Membangun kesadaran hingga mencapai keinsafan diri
antara hakekat diri dan hakekat Ketuhanan. Sebuah perjalanan kesadaran dari awidya menjadi widya.
 Melalui Pengetahuan tentang Tuhan (Brahmajñana) akan membuka selubung kepalsuan (Maya). Hingga
akhirnya mencapai kesadaran puncak “Aham Brahma Asmi” , bahwa aku adalah asas keilahian itu
sendiri.  Orang yang melakoni Jnana Marga, sering disebut sebagai seorang jnanin

 Jalan Yoga (Disiplin spirtual )


 oga berasal dari akar kata “Yuj” yang berarti menghubungkan. Yoga marga merupakan  proses yang
membawa kesadaran individu menuju Kesadaran Universal. Sehingga terjadi persatuan atman (roh
dalam diri manusia) dengan Tuhan (Parama Atma).  Secara lebih spesifik Maharsi Patanjali menyatakan
“Yogas Citta Wrtti Nirodah ” . Yoga adalah pengekangan /pengendalian benih- benih pikiran (citta) dari
pengambilan berbagai wujud (perubahan : Wrtti).
 Namun demikian, Yoga dewasa ini sudah sangat lumrah dipraktekkan oleh semua orang, tanpa
mengenal batas agama.
Bagi umat Hindu, moksa merupakan tujuan tertinggi dalam hidup.
Moksa identik dengan kemerdekaan sempurna, ketenangan
spiritual yang kekal abadi, ketenteraman rohani, dan bersatunya
Atman dengan Brahman.
Secara garis besar, moksa adalah alam Brahman yang sangat gaib
dan berada di luar batas pikiran manusia. Moksa bersifat nirguna,
artinya tidak ada bahasa manusia yang mampu menjabarkan
keadaan alam Moksa yang sesungguhnya.
Ajaran Hindu menjelaskan bahwa terdapat empat jalan untuk
mencapai Moksa atau kesempurnaan

1. Bhakti Marga
Bahkti Marga adalah cara menghubungkan diri dengan Tuhan
berlandaskan cinta kasih mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Karma Marga
Jalan Karma Marga merupakan upaya untuk mencapai
kesempurnaan dengan kebajikan tanpa pamrih.
3. Jnana Marga
Jnana Marga adalah mempersatukan jiwatman dengan
paramatman yang dicapai dengan jalan mempelajari ilmu
pengetahuan dan filsafat pembebasan diri dari ikatan-ikatan
keduniawian.
4. Raja Marga
Raja Marga adalah jalan rohani untuk mencapai moksa dengan tiga
jalan pelaksanaan, yaitu tapa-brata, yoga, dan samadhi. Tapa-brata
adalah latihan mengendalikan emosi atau nafsu dalam diri ke arah
positif.

Anda mungkin juga menyukai