Anda di halaman 1dari 8

Konsep Mendalami Ilmu Agama

Oleh
Ida Ayu Angelia Septiana
ABSTRAK
Penulisan artikel ini disusun untuk mengungkapkan cara memahami Tattwa dalam Yadnya perspektif
Filsafat Hindu (Siwa Tattwa) dalam masyarakat Hindu di Bali. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif di mana pengaturan kondisi dan situasi sebagai
data langsung, menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa kerangka dasar Tri hindu adalah tiga hal yang harus dilakukan oleh umat Hindu, khususnya di
Bali. Ketiga hal ini menjadi dasar umat Hindu dalam menjalani kehidupan beragamanya. Mereka
bertiga adalah Tattwa, Susila dan Upacara/Ritual. Tattwa dan Susila menghidupkan cara upacara
atau ritual dengan kata lain upacara/ritual adalah visualisasi tattwa dan susila dalam ajaran agama
Hindu. Upacara dalam hal ini adalah upacara yadnya, upacara yang dilaksanakan dengan rasa ikhlas
keiklusan atau pengorbanan suci yang dilaksanakan dengan ikhlas. Dasar kebenaran pelaksanaan
yadnya harus berdasarkan tattwa yadnya. Dimana tattwa yadnya terkandung dalam sastra suci
Hindu yang kebenarannya mutlak dan terbantahkan. Dalam pelaksanaan yadnya juga harus
dilaksanakan berdasarkan ajaran Susila Hindu, sehingga yadnya yang dilaksanakan benar-benar
penuh dengan tanpa pamrih yang tulus. Filsafat dalam agama Hindu disebut Tattwa, sehingga tattwa
yadnya dalam masyarakat Hindu di Bali adalah Siwa Tattwa. Ajaran Siwatattwa digambarkan dalam
konsep Panca Sraddha yang lebih akurat dikategorikan sebagai tattwa. Panca Sraddha dipercaya,
dipercaya, dan digunakan sebagai panduan perilaku keagamaan umat Hindu di Bali. Tatwa atau
esensi yadnya yang kita lakukan adalah mengukur diri kita sendiri. Jika manusia mampu
mengendalikan pikiran dan tindakan dan dapat membantu orang-orang yang berada dalam
kesulitan, itu hebat. (CONTOH)

1. Pendahuluan
Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Seperti halnya
dalam Pasal 29 ayat dua UUD NRI 1945, yang menyatakan negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing, dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Menurut penelitian para ahli, secara umum dapat dikatakan
bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu berasal dari India, berlangsung
dalam kurun waktu yang panjang, kemudian kontak kebudayaan yang menyebar
secara perlahan-lahan dari daerah pesisir hingga sampai masalah agama dengan
mendirikan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, akan tetapi pemerintah tidak
mencampuri hal-hal yang menyangkut materi ajaran dan tata cara peribadahan
masing-masing agama.

Agama merupakan way of life dalam perjalanan hidup umat manusia di dalam alam
semesta ini. Sehingga nilai-nilai yang dipunyainya akan selalu dibahas dan tak pernah
usang untuk dibicarakan. Ahli sejarah mengatakan bahwa kata agama berasal dari
bahasa Sansekerta, yang bermakna haluan, peraturan, jalan atau kebaktian kepada
Tuhan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata agama tersusun dari dua kata “a”
yang berarti tidak dan “gama” yang berarti pergi atau kacau. Adapula yang
berpendapat bahwa agama berarti tuntunan. Hal ini dapat dibenarkan karena ajaran
agama memang menjadi tuntunan hidup bagi pemeluknya. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa agama merupakan pedoman hidup bagi umat manusia dalam
rangka memperoleh kebahagiaan hidup, baik kehidupan dimensi jangka pendek di
dunia maupun pada kehidupan dimensi jangka panjang di akhirat kelak.

Agama adalah sarana bagi manusia dalam menanamkan kebaikan dan amal soleh
selama hidupnya didunia ini, sehingga masalah keagamaan sering kali hadir dalam
sejarah kebudayaan manusia. Hal ini dikarenakan agama telah mendasari alam
pikiran dan tingkah laku manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Agama secara universal merupakan elemen yang paling
mendasar dalam kehidupan manusia. Agama mampu memberikan makna dan tujuan
hidup manusia berupa moral dan nilai. Agama bukan saja membicarakan persoalan
menyangkut dunia luar. Hubungan manusia dengan yang gaib yakni Tuhan dan sikap
terhadapnya, juga implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan timbal
balik antara agama sebagai kenyataan batiniah dengan kenyataan sosial yang
empirik, ide dan nilai mempengaruhi perbuatan, pengaruh timbal balik terjadinya
interaksi agama dan masyarakat. Dengan demikian penghayatan dan pengalaman
agama tergantung pada masyarakat pemeluknya. Agama dan manusia, merupakan
dua hal yang tak terpisahkan keduanya memiliki hubungan totalitas dan hampir
semua masyarakat manusia mempunyai agama.

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk baik dari sisi budaya, etnis,
bahasa, dan agama. Dari sisi agama di negara ini hidup berbagai agama besar yaitu
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Selain itu, tumbuh dan
berkembang pula berbagai aliran atau kepercayaan lokal yang jumlahnya tidak kalah
banyak. Pemerintah Indonesia memberikan kebebasan dalam beragama hal ini
terdapat dalam Pasal 22 UU No. 39 tahun 1999 tetang hak asasi manusia: setiap
orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. Negara menjamin kemerdekaan setiap orang
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”, dan pasal 55 UU No. 39 Tahun 1999 “setiap anak berhak untuk
beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkah
intelektualitas dan usianya di bawah bimbingan orang tua dan atau wali”. Bebas
disini berarti bebas memeluk agama apapun yang ada di Indonesia yaitu agama
Islam, Hindu, Buddha, Kristen dan Khonghucu. Dari beberapa agama besar tersebut
agama yang paling tua di Indonesia adalah Agama Hindu. Dengan adanya banyak
agama di Indonesia maka setiap agama memiliki definisi dan pengertian agama
masing-masing.

Dalam Agama Hindu sendiri kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya
datang mendekat, maksud datang mendekat ialah datang mendekat kepada tujuan
agama yaitu kebahagiaan dan bersatu dengan Hyang Widhi atau Nining Bhatara
(Tuhan Yang Maha Esa). Agama yang bermakna tidak pergi atau langgeng9 ,
menekankan kepada sifat Agama Hindu yang ajarannya adalah kebenaran yang kekal
abadi.10 Agama Hindu merupakan suatu fase perkembangan agama di India yang
berkembang dan dikenal sampai sekarang. Agama ini dapat dikatakan suatu hasil
evolusi dari agama yang dibawa oleh bangsa Aria dengan peradaban bangsa Dravida
yang dalam perkembangannya mengalami proses yang sangat panjang hingga
sampailah ke Indonesia

2. Tinjauan Pustaka
Bagi orang Hindu, Hinduisme adalah jalan hidup tradisional.[30] Banyak penganutnya
yang menyebut Hinduisme sebagai Sanātana-dharma, artinya "darma yang abadi"
atau "jalan yang abadi".[11] Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang harus
dijalankan oleh seluruh umat Hindu—tanpa memandang derajat, kasta, atau
sekte/aliran—seperti kejujuran, tidak menyakiti makhluk hidup, menjaga kesucian,
berniat baik, pemaaf, bersabar, mengendalikan nafsu, mengendalikan diri sendiri,
murah hati, dan bertafakur. Ini berbeda dengan swadarma, artinya "darma
seseorang", yaitu kewajiban yang harus dijalankan sesuai aliran yang diikuti dan
tingkatan kehidupan.[31] Menurut Kim Knott, perihal darma ini mengacu pada gagasan
bahwa sumbernya melampaui sejarah umat manusia, dan kebenarannya
disampaikan oleh Tuhan (Sruti) serta diwariskan dari zaman ke zaman, hingga masa
kini, dalam suatu kumpulan kitab tertua di dunia, yaitu Weda.

Pada masa kini, istilah [Sanatana-dharma] itu pun digunakan oleh para pemuka,
reformis, dan nasionalis Hindu untuk menyebut Hinduisme sebagai suatu agama
dunia yang bersatu. Maka dari itu, Sanatana-dharma menjadi sinonim bagi
kebenaran dan ajaran Hindu yang "abadi", yang kemudian dipahami bahwa tidak
hanya transenden bagi sejarah dan tak berubah-ubah, tapi juga tak terbagi-bagi dan
pada pokoknya bukanlah sektarian.

Sanatana Dharma (kebenaran yang abadi) adalah ajaran kebenaran yang telah ada ribuan
tahun yang banyak mengandung  ilmu pengetahuan, baik pengetahuan tentang materi hingga
pengetahuan tentang rohani. Ajaran ini juga mempunyai pandangan yang luas akan hukum
dan aturan moralitas sehari-hari  yang berdasar pada karma, dharma, dan norma
kemasyarakatan. Oleh karena itu, ajaran agama Hindu dikenal sebagai ajaran pengetahuan
yang sangat lengkap.

Selain mengajarkan banyak hal, agama Hindu memiliki banyak kitab suci, baik Sruti maupun
Smriti (smerti). Weda adalah salah saat kitab suci umat Hindu yang merupakan  kumpulan
wahyu  dari Tuhan. Pada awal turunnya wahyu, Weda diajarkan  dengan  sistem lisan dari
mulut ke mulut.  Weda juga diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban  manusia  yang
masih  ada hingga saat ini.
1. Tujuan agama Hindu adalah mencapai kebahagian rohani dan kesejahteraan jasmani.
Dalam Weda, hal ini disebut Mokshartham Jagathitaya Ca Iti Dharma. Untuk mencapai
hal tersebut, agama Hindu menjabarkan menjadi tiga kerangka dasar. Tiga kerangka dasar
tersebut terdiri dari Tattwa  (Filsafat), Susila (Etika), dan Upacara (Yadnya).
1.1. Tattwa (filsafat)

adalah cara kita melaksanakan ajaran agama dengan mendalami pengetahuan dan
filsafat agama. Tattwa sebagai  dasar keyakinan Hindu mencakup lima hal yang disebut
Panca Sradha, yaitu: Widhi Tattwa atau Brahman, Karmapala Tattwa, Punarbhawa
Tattwa, Karmaphala Tattwa, dan Moksha Tattwa. 

1.2. Susila (Etika)

adalah cara kita beragama dengan mengendalikan pikiran, perkataan, dan perbuatan
sehari-hari agar sesuai dengan kaidah agama. Susila memegang peranan penting bagi
tata kehidupan manusia sehari-hari. Realitas hidup bagi seseorang dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya akan menentukan  sampai  di mana kadar budi
pekerti manusia itu sendiri. Ia akan memperoleh simpati dari orang lain manakala
dalam pola hidupnya selalu mencerminkan ketegasan sikap yang diwarnai oleh ulah
sikap simpatik yang memegang teguh sendi-sendi kesusilaan.

1.3. Upakara (Upacara)

adalah kegiatan keagaman dan karya suci yang dilaksanakan dengan ikhlas karena
getaran jiwa atau rohani dalam kehidupan ini berdasarkan dharma sesuai ajaran sastra
suci Hindu yang ada.  Yadnya  dapat pula diartikan memuja, menghormati,
berkorban, dan penyerahan dengan penuh kerelaan berupa apa yang dimiliki demi
kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Yang
Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk ritual Yadnya yang dikenal dengan
Panca Yadnya.

Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
lainnya. Ketiganya harus dimiliki, dipahami, dan dilakasanakan oleh umat Hindu semuanya.
Dari tiga kerangka  ajaran  agama  Hindu  ini, apabila  umat  Hindu  mampu melaksanakan
dengan   sebaik-baiknya, maka akan mempunyai dampak kehidupan yang luar biasa, baik
untuk diri pribadi, keluarga, alam sekitar, serta seluruh dunia dan isinya. Keseimbangan  alam
dan keharmonisnnya dapat dengan mudah terwujud. Dengan memaknai Tattwa sebagai
bentuk keyakinan bahwa Tuhan adalah maha segalanya, maka secara otomatis akan membuat
manuasia untuk hidup berdampingan saling menjaga, saling mengasihi, hidup rukun, asah asih
dan asuh, baik kepada manusia maupun sesama ciptaanNya.

2. Dalam konsep ajaran Hindu, kebahagiaan hanya akan terwujud jika adanya hubungan
yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam. Ajaran ini disebut Tri Hita Karana (tiga faktor penyebab terwujudnya
kebahagiaan). Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan keharmonisan antara
ketiga faktor tersebut.
2.1. Hubungan Antara Manusia dengan Tuhan

Dalam mewujudkan keharmonisan  antara manusia dengan Tuhan, manusia memiliki


kelebihan dalam menerima ajaran-ajaran susila/etika dalam menghubungkan diri
dengan Tuhan (sembahyang). Ada etika/aturan yang harus diikuti  dalam  melakukan
hubungan dengan Tuhan, baik hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif
(bersama-sama),  misalnya persembahyangan di pura (tempat ibadah). 

2.2. Hubungan Manusia dengan Alam

Sedangkan hubungan manusia dengan alam jelas yang paling menentukan adalah
manusia itu sendiri. Alam secara kodrati hanya akan memberikan reaksi terhadap
segala perlakuan manusia kepada alam itu sendiri. Dewasa ini banyak terjadi bencana
alam, seperti banjir bandang, pemanasan global, angin puting beliung, dan sebagainya,
jika ditelusuri maka semua  itu  adalah  akibat  ulah manusia  sendiri  yang tidak
mengikuti aturan/etika dalam mengelola alam. Penggundulan hutan dengan ilegal
loging mengakibatkan terjadinya banjir bandang. Membuang sampah pada aliran
sungai, merusak sempadan sungai, serta pembangunan gedung/perumahan tanpa
memperhatikan penyerapan dan saluran  sanitasi   yang baik mengakibatkan terjadi
banjir di setiap musim penghujan.
Alam semesta memiliki aturan/hukum tersendiri dalam pergerakannya yang disebut RTA
(hukum alam).  Contohnya bumi berputar pada porosnya dan mengitari matahari. Planet-
planet berputar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari. Tuhan
menciptakan RTA (hokum alam) untuk kehidupan.  Jika salah satu bagian alam ini tidak
mengikuti aturan maka  akan terjadi kehancuran dan tentunya kita tidak menghendaki
demikian.

2.3. Hubungan Manusia dengan Manusia

Sejatinya agama diturunkan Tuhan adalah untuk manusia. Sehingga penerapannya


lebih kepada usaha   memanusiakan manusia agar menjadi manusiawi. Prinsip
dasarnya adalah bagaimana melalui ajaran agama kehidupan manusia selalu dalam
keadaan sejahtera dan bahagia, diliputi suasana aman, nyaman, rukun, dan damai.
Sehingga, kalua ada pertanyaan, agama apa yang baik, sebenarnya bukan pada
agamanya tapi pada manusia beragamanya. Kalau agama, apapun namanya sudah pasti
baik dan benar, karena merupakan ajaran Tuhan.  Hanya saja, ketika ajaran agama
diperilakukan umat-Nya, seringkali tampil tidak manusiawi alias melanggar atau
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama itu sendiri.

Dalam pustaka suci Veda dinyatakan sebuah kalimat:  "Tat Tvam Asi" yang bermakna: "Itu
adalah Engkau, Dia adalah Kamu, Aku adalah Dia, Engkau adalah Aku,  dan  seterusnya..."
bahwa  setiap  manusia  adalah  saudara  dari manusia lainnya dan teman dari insan ciptaan-
Nya. Sesanti 'Tat Tvam Asi' ini menjadi landasan etik dan moral bagi umat Hindu di dalam
menjalani hidupnya sehingga ia dapat melaksanakan kewajibannya di dunia ini dengan
harmonis.

Berpedoman pada filsafat "Tat Tvam Asi" maka umat Hindu sebagai bagian dari warga Bangsa
Indonesia wajib  mengamalkan ajaran agamanya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Umat Hindu tidak boleh melepaskan keterkaitan dirinya, baik secara pribadi maupun
kelompok sebagai warga negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab, agama Hindu
mengajarkan kewajiban moral pengabdian terhadap Negara yang disebut "Dharma Negara"
dan kewajiban moral mengamalkan ajaran agamanya yang disebut" Dharma Agama"
Oleh karena itu, dalam rangka sosialisasi dan inkulturasi nilai-nilai luhur agama dalam proses
pembangunan nasional, maka umat Hindu harus mengamalkan ajaran agamanya secara benar.
Dengan demikian maka umat Hindu akan dapat berjalan seiring, selaras, serasi dan seimbang
dengan umat lain karena memiliki dasar pandangan yang sama di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Maka  suasana kebersamaan dan kerukunan umat
beragama, maupun  sinergi suku, ras, antar golongan yang penuh perdamaian dan didorong
oleh rasa kesadaran nasional, niscaya akan terwujud dengan harmonis. Kesadaran nasional
sebagai esensi bangsa, yang memiliki kehendak untuk bersatu harus mempunyai sikap mental,
jiwa, dan semangat kebangsaan (nasionalisme) sebagaimana menjadi tekad suatu masyarakat
untuk secara sadar membangun masa depan bersama, terlepas dari perbedaan ras, suku
ataupun agama warganya".

3. Metode dan Ringkasan Isi


1. Metode
Metode yang saya gunakan dalam Menyusun artikel ini adalah dengan berdiskusi
bersama teman-teman sedharma saya. Dengan cara menonton video yang sudah
disediakan lalu meringkasnya bersama-sama yang dilaksanakan pada :
- Hari/Tanggal : Rabu, 24 Agustus 2022
- Jam : 19.00 – 22.00 WITA
- Lokasi : Kediaman Cening Arsa
Dengan menonton video secara berulang sebanyak 2 (dua) kali.

2. Ringkasan
Membahas mengenai pendapat seorang aktor ternama bernama Oka Antara yang
menganut agama hindu namun sering mengambil peran menjadi seseorang beragama
non hindu seperti agama islam atau Kristen. Blablabla…

4. Analisis dan Pembahasan


Konsep dalam Mendalami Ilmu Agama sangat berkaitan erat dengan ajaran Sanata Dharma
dimana  Sanatana Dharma adalah kebenaran absolut yang kekal dan abadi. Seperti
halnya agama hindu yang merupakan agama yang menjunjung erat kebenaran. Dengan
menerapkan beberapa ajaran yaitu Tiga Kerangka Agama Hindu, yaitu : (1) Tattwa, yaitu
mendalami ajaran agama, (2) Susila, yaitu dengan mengendalikan pikiran, perkataan,
dan perbuatan sehari-hari, (3) Upacara, yaitu kegiatan agama yang dilaksanakan dengan
tulus ikhlas berdasarkan dharma yang sesuai dengan ajaran agama hindu. Selain Tiga
Kerangka Agama Hindu adapula Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kesejahteraan
dimana ajaran ini dilaksanakan agar terciptanya keseimbangan antara manunisa dengan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manusia dengan manusia, serta manusia dengan
lingkungannya. Seperti halnya yag dibahas pada topik podcast (wawancara) Oka Antara
dimana dalam podcast tersebut membahas mengenai pentingnya agama bagi seorang
Oka Antara dan

5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran


5.1 Kesimpulan
Sanata Dharma merupakan kebenaran absolut yang kekal dan abadi. Ajaran Sanata
Dharma sangat erat kaitannya dengan ajaran agama hindu. Dimana dalam ajaran agama
hindu menjunjung tinggi nilai kebenaran. Untuk mendalami ajaran agama te

Daftar Pustaka

http://digilib.unimed.ac.id/17010/2/071222510140%20BAB%20I.pdf

https://idr.uin-antasari.ac.id/13139/4/BAB%20I.pdf

https://kemenag.go.id/read/memahami-ajaran-sanatana-dharma-kvml7

file:///C:/Users/IT%20PLN/Downloads/61-Article%20Text-72-1-10-20201112%20(1).pdf

ida ayu anngelia septiana

ida ayu oke anom giantari

ida ayu padmi winaksyanti

ida ayubjhg;ukbjvgftdr

Anda mungkin juga menyukai