keniscayaan yang harus diterima oleh semua pihak umat beragama yang berada di
diluar tradisi agama mainstreamnya, tidak sedikit telah membawa perhatian para
pakar pada persoalan tersebut. Gerakan agama baru (New Religious Movement),
memisahkan diri dari ortodoksi yang berlaku, dalam kasus ummat Islam Indonesia
masa kini, ortodoksi barangkali boleh dianggap diwakili oleh badan – badan ulama
diklaim sebagai bentuk ancaman stabilitas dan penyimpangan dari arus utama
tradisi agama yang mapan, ia juga dianggap sebagai kritik terhadap agama
1
Martin van Bruinessen, "Gerakan sempalan di kalangan umat Islam Indonesia: latar belakang
sosial-budaya" ("Sectarian movements in Indonesian Islam: Social and cultural background"),
Ulumul Qur'an vol. III no. 1, 1992, 16-27.
1
mainstream yang tidak berpihak kepada komunitas sprituality seekers, karena
adalah sekelompok aktor yang sama – sama memiliki paradigma trasendental dalam
agama tertentu. Gerakan yang merujuk pada suatu keyakinan keagamaan, etis,
spritual, dan filsafat. Istilah ini diambil oleh sarjana barat sekitar tahun 70-an untuk
berkembang belakangan, tidak lain adalah terjemahan dari shin shukyo yang
digagas oleh para sosiolog Jepang untuk merujuk pada fenomena keyakinan2. Nama
Gerakan agama baru (New Religious Movement) secara esensial adalah untuk
melukiskan agama – agama non arus utama. Gerakan agama baru (New Religious
Movement) juga merupakan evolusi penyebutan atas gejala serupa pada dekade 60-
an yang sering dikenal dengan sekte (sect) dan kultus (cult) yang kemudian berubah
menjadi New Religious Movements pada dekade 90-an. Ia bermula dari kelompok
– kelompok kecil di Inggris (small Groups) yang akrab disebut “light groups” yang
dipelopori oleh pendiri teosofi Helena P. Blavatsky yang berkembang menjadi jalan
spiritual baru3.
yang bersumber pada kitab suci sebagai doktrin yang kemudian dibawa dan
2
Haneraaf, Wounter J., New Age Religion and Western Culture, Esotericism in the Mirror of Secular
Thought, (New York: 1996)
3
Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), Cet. Ke-16
2
disampaikan oleh sang juru selamat dan diaktualisasikan dalam bentuk ritus dan
kultus. Karenanya, para agamawan melihat Agama mengandung arti ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan Adikodrati yang tak dapat
dalam kehidupan manusia, sehingga tidak heran agama sudah menjadi bagian
integral dari kehidupan sosial dan kebudayaan manusia selama beribu – ribu tahun.
orang yang ada didalamnya. Menurut Laode dalam kehidupan manusia, agama dan
budaya jelas tidak berdiri sendiri, keduanya memiliki hubungan yang sangat erat
dalam dialektikanya yaitu agama dan budaya saling selaras menciptakan dan
adalah kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri
dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan.5
bersifat sosial. Meskipun sebagai individu kita semua membuat pilihan dalam hidup
4
Koentjoroningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta : Dian Rakyat, 1974)
5
Laode Monto Bauto, 2014, “Perspektif Agama dan Kebudayaan Dalam kehidupan Masyarakat
Indonesia (Suatu Tinjauan Sosialogi Agama)”, JPIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No.
2, Edisi Desember 2014
3
kita, namun kita melakukannya didalam rangka sosial yang diberikan pada kita
sejak saat lahir. Kita berbicara dengan bahasa yang tidak kita buat, kita memakai
instrumen yang tidak kita temukan, kita menyerukan hak yang kita tidak kita
bagi masyarakat, dalam sumbangan yang diberikan agama atau lembaga sosial yang
R. Otto melihat agama itu terletak pada keyakinan akan hal yang suci. Ia
menyebut keinsyafan akan yang kudus atau keinsafan beragama (sensus religiuous)
sebagai salah satu dari struktur apriori irrasional manusia tersebut. Pemikiran
demikian memandang bahwa agama adalah persoalan yang asasi dalam kehidupan.
Dalam bukunya The Idea of Holy, Otto mengakui bahwa dalam ruang sebelah
dalam diri manusia terdapat struktur aprioari terhadap sesuatu yang irrasional.
peralatan, sikap dan perilaku, alam pikiran dan perasaan di samping hal – hal yang
Merujuk Emile Durkheim dan lain – lain, Carla B.Howey bahwa agama
6
Ibid.
7
Koentjoroningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta : Dian Rakyat, 1974)
4
kepercayaan dan prilaku yang dianut bersama yang ditujukan kepada suatu
tiga unsur bagi suatu entitas untuk bisa dikategorikan sebagai “agama”. Unsur –
unsur tersebut adalah: (a) adanya gabungan antara sistem kepercayaan dan system
perilaku sebagai sebuah sistem, satu sama lain saling terkait, saling mempengaruhi
dan terintegrasi dalam satu kesatuan perangkat sehingga satu sama lain saling
terkait, saling mengukuhkan eksistensi masing – masing; (b) dianut bersama dalam
anggotanya dari hasil belajar baik melalui proses sosialisasi maupun dengan
bukan pula gerak refleks; (c) diarahkan kepada zat yang dianggap suci dan adi
Oleh (Muchtar, 2009) agama dimaknai sebagai ajaran luhur dan petunjuk
yang datang daru Sang Pencipta. Agama bersifat agung dan Ilahiyah. Namun ketika
agama bersentuhan dengan kehidupan manusia, kedua sifat agama itu pun berubah.
Maka sebuah agama yang disebarkan oleh seorang pewarta dan bersumber dari
pemeluknya.10
8
Muhaimin AG, 2009, “Gerakan Samin dan Misteri Agama Adam”, Harmoni, Jurnal Multikultural
& Multireligius Vol. VIII, No. 31, h. 48
9
Ibid. 49
10
Muchtar, 2009, “Aliran Al Haq (Al-Qur’an Suci) di Bandung, Harmoni, Jurnal Multikultural &
Multireligius Vol. VIII, No. 31, h. 157
5
Dengan demikian agama adalah konsepsi manusia tentang semua hal yang
membina dan mengembangkan identitas individual dan rasa aman emosional, dan
utuh serta menjadi tenaga pendorong dan pembenaran pencapaian tujuan bersama.
ada kekuatan yang dianggap lebih tinggi dari kekuatan yang ada pada dirinya baik
berupa gunung, laut, langit dan sebagainya, dan ketika mereka tidak dapat
mengkajinya maka disembah karena meraka berpikiran, bahwa kekuatan alam itu
memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa menghidupi beribu – ribu, bahkan
berjuta – juta umat manusia sehingga muncullah agama yang merupakan salah satu
agama, membuat pembedaan yang berguna antara fungsi manifes dan fungsi laten
agama. Fungsi manifes agama adalah untuk memberikan penyelamatan bagi laki –
laki dan perempuan da khususnya penyelamatan identitas personal atau jiwa yang
orang beriman berkomunikasi dengan Tuhan atau tuhan – tuhan, dan bentuk –
11
Laode Monto Bauto, 2014, “Perspektif Agama dan Kebudayaan Dalam kehidupan Masyarakat
Indonesia (Suatu Tinjauan Sosialogi Agama)”, JPIS (Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No.
2, Edisi Desember 2014
6
bentuk perilaku etis yang membawa kehidupan orang beriman atau komunitas
menghadapi sakit, atau dalam mencari keamanan materil atau kemakmuran, dengan
hadirnya spirit ketuhanan kedalam diri orang beriman. Spirit ketuhanan hadir dan
selesai, seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Baik secara teologis
untuk memahami dunia. Dalam konteks tersebut semua agama menerima premis
tersebut. Secara teologis, hal itu dikarenakan oleh watak omnipresent agama. Yaitu
agama, baik melalui simbol – simbol atau nilai – nilai yang dkandungnya “hadir di
12
Wallis, Roy, The Elementory Forms of The New Religious Life, (London: Allen and Unwin, 1977)
13
Kiki Muhamad Hakiki, 2011, “Politik Identitas Agama Lokal (Studi Kasus Aliran Kebatinan”,
Analisis, Volume XI, Nomor 1, Juni 2011
7
menggunakan bentuk organisasi sosio – ekonomi dan birokrasi modern. Namun,
atau spiritualitas di seluruh belahan dunia dengan ajaran dan ritualnya ternyata
membawa berbagai konsekuensi logis dan sosial di masyarakat, baik itu positif
maupun negatif.
ini yang sangat agresif dan ditandai dengan hasrat kebendaan yang seakan tak
terkendalikan. Para anggota kelompok ini bukanlah orang–orang yang bodoh dan
buta huruf. Sebagian besar dari mereka adalah orang–orang yang sudah
terkenal. Tapi lihatlah, mereka rela menjual semua harta benda dan anak-anak
mereka tidak perlu disekolahkan, karena mereka akan segera diangkat kesurga.
juga secara bersamaan meyakini kepercayaan lokal tanpa ia sadari atau melakukan
sinkretisme agama–agama. Dan hal ini terjadi tidak hanya bagi para penganut
agama Islam saja, akan tetapi juga para penganut agama diluar Islam yang ada di
Indonesia14.
14
Kiki Muhamad Hakiki, 2011, “Politik Identitas Agama Lokal (Studi Kasus Aliran Kebatinan”,
Analisis, Volume XI, Nomor 1, Juni 2011
8
keagamaan, oleh warga negara secara sukarela, keberadaannya terdaftar atau
Ada beberapa permasalahan diera modern atau diera post modern sekarang
ini terkait dengan beberapa fakta yang ada di negeri ini. Apa sebenarnya yang
terjadi dengan dunia yang malang ini? Sindrom apa ini sesungguhnya? Apakah ini
kehidupan yang tidak menyisakan harapan. Ada banyak harapan di negeri ini, tapi
harapan itu tidak distribusi secara berkeadilan. Lingkungan tidak lagi bersahabat,
Tuhan, namun Tuhan juga mengajari kita untuk berpikir sehat, berpikir rasioonal
konsekuensi dimensi spritual yang ada dalam diri manusia, dimana manusia telah
berupaya untuk menemukan suatu hubungan khusus antara dirinya dengan Sesuatu
15
Muchtar, 2009, “Aliran Al Haq (Al-Qur’an Suci) di Bandung, Harmoni, Jurnal Multikultural &
Multireligius Vol. VIII, No. 31, h. 158
16
Firman Nugaraha, 2016, “Eksistensi Amanat Keagungan Ilahi (AKI) Perspektif Fungsionalisme
Durkheim”, Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 juni 2016
17
Ibid.
9
sesekali menjadi pemicu disintegrasi meski tidak terlalu ekstrim. Kedua,
permasalahan yang cukup siginifikan, antara lain : (1). Dalam konteks ritual
keagamaan, memunculkan proses perpaduan antara unsur Islam disatu sisi, dan
tradisi lokal di sisi lain. Dari perpaduan ini memproduk berbagai perspektif tipologi
Islam, yakni Islam sinkritik (Geertz), atau Islam akulturatif (Woodward) dan Islam
kolaboratif (Nur Syam). Permasalahan pokoknya adalah, beberapa tipologi itu tidak
dikenal dalam ajaran Islam Ortodoks (Genuin), semisal, ritual nadran dan ruat
bumi, dan yang sejenisnya yang didalamnya terkait dengan aspek – aspek teologis.
ini tidak selasai pada titik kepuasan dengan adanya agama–agama mainstrem, hal
itu dipertegas oleh James bahwa manusia tetap saja mencari bentuk lain dan
semangat lain baik yang masih memiliki ciri dari agama yang mereka anut
derasnya perubahan dalam kehidupan sosial budaya 19. Menurut Firman ritual
18
Ibid.
19
M. Yusuf Arsy, 2009, “Transformasi Aliran dan Paham Keagamaan : Kasus Amanat Keagungan
Ilahi (AKI) Kurnia Wahyu ke Majelis dzikir dan Shalawatan”, Harmoni, Jurnal Multikultural &
Multireligius Vol. VIII, No. 31, h. 63
10
inklusif terhadap agama tersebut, pada saat yang sama semakin eksklusiv terhadap
kepercayaan berdasarkan sikap aliran tersebut terhadap dunia sekitar . Tipe pertama
tipikal di dunia barat adalah Bala keselamatan di dunia Islam, gerakan dakwah
Mahdi, Ratu Adil) dan millenarian (yang mengharapkan melutusnya zaman emas).
Tipe ketiga, sekte introversionis, meraka mencari kesucian diri sendiri tanpa
memiliki ilmu khusus, yang biasanya dirahasiakan dari orang luar. Klaim mereka
hanya bahwa mereka memiliki metode yang lebih baik untuk tujuan tertentu.
20
Firman Nugaraha, 2016, “Eksistensi Amanat Keagungan Ilahi (AKI) Perspektif Fungsionalisme
Durkheim”, Jurnal “Al-Qalam” Volume 22 Nomor 1 juni 2016
11
Tipe kelima, adalah sekte thaumaturgical yaitu yang berdasarkan sistem
pengobatan, pengembangan tenaga dalam atau penguasaan atas alam gaib. Tipe ke-
enam adalah sekte reformis,gerakan yang melihat usaha reformasi sosial dan/atau
amal baik (karitatif) sebagai kewajiban esensial agama. Aqidah dan ibadah tanpa
baik untuk masyarakat luas. Mereka menolak tatanan masyarakat yang ada dan
“Islamic Village”nya.
yang lebih luas daripada spektrum gerakan sempalan Indonesia yang disebut diatas.
Kriteria yang dipakai Wilson adalah sikap sekte terhadap dunia sekitarnya, di
Indonesia agak sulit diletakan tipologi ini, namun terdapat berbagai gerakan di
Indonesia yang tidak mempunyai sikap sosial tertentu dan hanya membedakan diri
Satu tipe dengan aliran sempalan dari agama mayoritas seperti Aliran
Amanat Keagungan Ilahi dengan ajaran yang dianggap menyimpang oleh agama
12
Islam “aneh” karena berbeda dari pengamalan peribadahan yang biasa dilakukan.
Aliran Amanat Keagungan Ilahi jika merujuk pada pembagian sekte oleh Wilson
mirip dengan sekte gnostic, dengan sistem bai’at, hirarki internal dan inisiasi
mereka perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan sistem yang sedang
berlangsung. Menurut fatwa MUI, ketegori aliran menyimpang atau sesat adalah
a)mengingkari salah satu rukun iman yang 6 (enam) dan rukun Islam yang 5 (lima),
b) meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syariat Islam (Al-
tidak berdasarkan kaidah – kaidah tafsir; f)mengingkari para Nabi dan Rasul;
h)mengakui ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW; h)merubah, menambah atau
dari agama formal, adapun aliran tersebut adalah Aliran Amanat Keagungan Illahi
yang dipimpin Rd Mohamad Syamsoe. Aliran ini masuk ke Kampung Pasir Geulis
Desa Nagrak pada tahun 1993. Namun setelah setahun tepatnya tahun 1994 Aliran
21
Muchtar, 2009, “Aliran Al Haq (Al-Qur’an Suci) di Bandung, Harmoni, Jurnal Multikultural &
Multireligius Vol. VIII, No. 31, h. 158
13
Amanat Keagungan Illahi itu ditutup oleh Kodim Leles, kejadian tersebut
menjadikan suatu tantangan dan dijadikan kiritik membangun bagi Aliran Amanat
tidak hanya di Pasir Geulis saja namun sudah berkembang di daerah lainnya,
kemudian juga yang masuk ke Aliran Amanat Keagunggan Illahi dari waktu ke
waktu semakin bertambah dan cakupannya tidak hanya dari cangkuang saja tetapi
Kemudian juga selain itu dalam mengadakan kegiatan misalnya Maulid Nabi
masyarakat banyak juga yang sudah mulai menerima akan keadaan Aliran Amanat
Keagungan Illahi. Aliran tersebut semakin giat mengibarkan sayapnya dan teteap
eksis sampai sekarang. Suatu kejadian yang menekan Aliran Amanat Keagungan
Illahi misalnya saja cemoohan orang, penutupan atau adanya larangan dari Kodim
untuk tidak mengajarkan ajarannya kemudian juga ada yang mengatakan aliran
sesat dan lain sebagainya itu justru mennjadi cambuk bagi Aliran Amanat
misalkan mengadakan pengajian, dzikir, dan yang lainnya yang tentunya sangat
14
menunjukan bahwa Aliran Amanat Keagungan Illahi dari mulai masuk ke Pasir
Geulis sampai sekarang tetap komitmen yang tinggi dalam pemahaman dan
menarik untuk diteliti. Maka berkenaan dengan hal itu layaknya dilakukan
B. Identifikasi Masalah
dan integrasi kultural. Seperti halnya nilai–nilai budaya luar yang beragam
dan diferensiasi yang terjadi secara massif dan selanjutnya memunculkan berbagai
problem sosio – kultural tersendiri. Apalagi hal itu berdampak perubahannya pada
sebuah budaya baru bagi masyarakat sekitar karena tindakan religiusitas mereka
15
yang dianggap menyimpang, hal ini menjadi sebuah masalah bagi penganut agama
mayoritas setempat.
misalnya karena banyaknya yang menafsirkan terhadap pokok – pokok agama, dan
khas, baru dan berbeda dengan ajaran pokok agama asalnya. Sebahagian
masyarakat menilai berbeda dari umat Islam umumnya. Dan tidak sedikit
masyarakat yang menilai sebagai penyimpangan dari ajaran agama yang dianut
Suatu paham keagamaan yang muncul kepermukaan pada awal tahun 2009
ialah Amanat Keagungan Ilahi atau disingkat dengan AKI. AKI merupakan nama
yang diberikan oleh pengikut paham M. Syamsoe, disamping nama lain seperti
Aliran Kepribadian di Jawa Barat di tahun 1970-an dan Alam Anugerah Ilahi di
Bekasi. Ajaran dan kegiatan paham tersebut telah dilarang di beberapa daerah
ketika melakukan tirakatan Masjid tersebut pada malam 12 Maulid 1389 H atau
bertepatan 29 Mei 1969, ia mendapat “pencerahan”. Pada saat itu mulailah beliau
mengajarkan pahamnya kepada lingkuangan keluarga dan pada tahun 1973 mulai
22
M. Yusuf Arsy, 2009, “Transformasi Aliran dan Paham Keagamaan : Kasus Amanat Keagungan
Ilahi (AKI) Kurnia Wahyu ke Majelis dzikir dan Shalawatan”, Harmoni, Jurnal Multikultural &
Multireligius Vol. VIII, No. 31, h. 64
16
kenal dan merasakan kuasa Allah swt, b) Memberi tambahan do’a (wirid/dzikir) c)
Andreas yang beragama Katolik, lalu AKI Yaskum (Yayasan Kharisma Usada
seorang kelahiran Aceh, dan satu lagi jauh sebelum AKI Andreas dan AKI Yaskum
berdiri, pada tahun 2001 Kurnia Wahyu telah mendirikan AKI di Nagrak,
Bandung24.
AKI Yaskum dengan ruang lingkup khusus ialah bidang sosial dan
tahun 1975, menolak tingkat kepemimpinan, paham tentang mandi tobat, puasa,
syukuran, kelahiran dan kematian. tidak jauh dengan AKI Yaskum dan AKI
Andreas, AKI Kurnia Wahyu harus menghadapi penokan dari masyarakat dan
ormas Islam karena dianggap menyimpang dari ajaran Islam, setelah melewati
proses yang panjang, akhirnya AKI Kurnia Wahyu bertransformasi menjadi Majelis
Shalawatan, terbuka untuk umum dan berbaur dengan masyarakat dengan demikian
23
Ibid. Hal.63
24
M. Yusuf Arsy, 2009, “Transformasi Aliran dan Paham Keagamaan : Kasus Amanat Keagungan
Ilahi (AKI) Kurnia Wahyu ke Majelis dzikir dan Shalawatan”, Harmoni, Jurnal Multikultural &
Multireligius Vol. VIII, No. 31, h. 68
25
Ibid. Hal. 68
17
Dari uraian diatas tampak AKI terbagi kepada tiga kelompok yaitu AKI
Yaskum, AKI Andreas, dan AKI Kurnia Wahyu. Namun yang jadi menarik AKI
ini juga teradapat pada daerah dimana pendiri pertama M. Syamsoe dimakamkan
yaitu di Leles kabupatan Garut, apakah AKI di Garut ini sama dengan salah satu
ketiga AKI diatas atau memiliki ajaran dan aturan sendiri yang berbeda dengan AKI
lainnya?
C. Rumusan Masalah
Ilahi dalam hal ini apakah tindakan religiusitas didalam kehidupan penganut Aliran
masyarakat setempat dan lingkungan sosial dimana mereka hidup? Untuk itu, sesuai
seperti berikut:
Ilahi?
18
D. Tujuan Penelitian
Ilahi?
E. Kegunaan Penelitian
Bagi Peneliti :
Nagrak sehingga bisa menjelaskan fakta – fakta dan fenomena yang terdapat
didalamnya.
sebenarnya serta sejauh mana hubungan aliran agama yang satu dengan
19
sehingga dapat diungkapkan hakikat dan latar belakang terus
pada umumnya.
Ilahi
utama Pascasarjana UIN SGB Bandung bisa tercapai yaitu menjadi pusat
Bagi Masyarakat
20
memahami konstelasi perubahan sosial keagamaan dalam konteks
keindonesiaan.
Bagi Pemerintah
F. Tinjauan Pustaka
Amanat Keagungan Ilahi, namun belum ada penulis yang secara detail meneliti
21
Oleh : kolektiftas sosial para bukan hanya karena
sipiritual yang
Objek : - AKI umumnya
ditawarkan dalam
Metode Analisis :
ajaran AKI, melainkan
perspektif fungsionalisme
juga adanya dukungan
Durkheim
intimasi sosial yang
sehingga mereka
merasakan kenyamanan
dan kebermaknaan
meneguhkan konsep
Durkheim bahwa
keyakinan yang
fungsional cenderung
bertahan dan
dipertahankan
pemeluknya.
dan Paham
Untuk mengeksplorasi Majelis Shalawatan
Keagamaan :Kasus
sebuah aliran keagamaan asuhan Kurnia Wahyu
Amanat Keagungan
yang bernama Aliran (semula AKI Nagrak)
Ilahi (AKI) Kurnia
Amanat Keagungan Ilahi mengalami
Wahyu ke Majelis
yang berkembang di Jawa transformasi paham
22
Dzikir dan menjadi Majelis Dzikir dan dapat disebut paradigma
disesuaikan, dan
dengan Yayasan
Kharisma Usada
Mustika (YASKUM),
Tasikmalaya.
Kejaksaan Negeri
Untuk mengetahui peran Pihak Kejaksaan Negeri
Bandar Lampung
intelejen Kejaksaan Negeri Bandar Lampung
Dalam
Bandar Lampung dalam melakukan
Penanggulangan
penanggulangan kejahatan penanggulangan dengan
Kejahatan Aliran
terhadap Aliaran Amanat yang bersifat Preventif
Agama Terlarang
Keagungan Ilahi yang telah (pencegahan) seperti
23
Amanat Keagungan dianggap sesat dan untuk memberikan
kewaspadaan dan
memberikan
Objek : AKI Lampung
penerangan serta
Motode : pendekatan
sosialisasi kepada
yuridis normatif dan
masyarakat. Faktor-
yuridis empiris
faktor penghambat yang
Kejaksaan Bandar
Lampung dalam
penanggulangan
kejahatan terhadap
kewenangannya itu
tidak memiliki
kewenangan
penindakan, dan
24
kesadaran hukum yang
seharusnya ia laporkan
sehingga menyulitkan
Kejaksaan dalam
mengawasi, menindak
dan membubarkan
kepercayaan
menyesatkan tersebut.
Wahyu ke Majelis Dzikir dan Shalawatan” dengan objek AKI Kurnia Wahyu
di Bandung dan terakhir penelitian AKI oleh (Widodo, 2017) dengan judul
Ilahi” dengan Objek AKI lampung. penelitian – penelitan tersebut tidak ada
yang meneliti hakikat, eksistensi serta perkembangannya dan hal – hal yang
25
yang berada di Desa Nagrak Kecamatan Leles Kabupaten Garut. Maka dalam
G. Kerangka Pemikiran
adat kebiasaan masyarakat, baik yang berasal dari hasil daya cipta pemikiran
manusia maupun yang berasal dari tata-aturan agama yang bersumber dari kitab
suci. salah satu dari hasil hubungan Agama, Masyarakat dan Kebudayaan lahirlah
sebuah aliran kepercayaan yang dikenal Amanat Keagungan Ilahi atau disingkat
perkembangan AKI dan hal – hal yang melatar belakangi terbentuknya AKI ini
penganut AKI di desa Nagrak Kec. Leles Kab. Garut. dari hasil observasi langsung
26
Agama Masyarakat Kebudayaan
Masyarakat Penganut
Aliran AKI
Fenomena Keberagaman
Aliran AKI
Ritual Ibadah
Aliran AKI
27
H. Referensi
AG, M. (2009). Gerakan Samin dan Misteri Agama Adam. Harmoni, Jurnal
16-27.
Hakiki, K. M. (2011, Juni). Politik Identitas Agama Lokal (Studi Kasus Aliran
Haneraaf, W. (1996). New Age Religion and Westren Culture, Esotericism in the
Rakyat.
28
Muchtar. (2009). Aliran Al Haq (Al-Qur'an Suci) di Bandung. Harmoni, Jurnal
Wallis, R. (1977). The Elementory forms of The New Religious Life. London: Allen
and unwin.
http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/pidana/article/view/880/759
29