Anda di halaman 1dari 7

AGAMA DALAM PERSPEKTIF ILMU ANTROPOLOGI AGAMA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Antropologi Agama

Dosen pengampu : Dr. M. Dimyati Huda, M. Ag

Disusun oleh:

Ana Arohmatus Zahrok 933102219


Qasanatul Lutfa 933103319
Widia Eka Pratama 933100518
Muhammad Majduddin 933100918

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

IAIN KEDIRI

2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap manusia di dunia sudah pasti memiliki kepercayaan yang dianutinya baik
itu menganut monoteisme, politeisme, agnoteisme bahkan ateisme.Namun tidak sedikit
pula di antara mereka yang kurang mengetahui mengenai makna dari agama itu sendiri.

Didalam beragama sudah pasti ada tradisi dan tatacara pribadatan yang berbeda
beda disetiap daerah. Dan sudah pasti memiliki ciri khas tersendiri bagi setiap tempat
walaupun dengan agama yang sama dengan agama ditempat lain. Ilmu antropologi agama
disini cukuplah penting untuk mengetahui tentang agama yang dianut manusia.
Dimakalah ini akan sedikit dijelaskan mengenai definisi antropologi agama, posisi
antropologi agama diantar ilmu ilmu lainnya, definisi agamaperspektif antropologi
agama, posisi agama bagi masyarakat didalam ilmu antropologi agama.

Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi pembaca mampu menambah


wawasan mengenai agama dalam perspektif ilmu antropologi agama.

B. Rumusan masalah

1. Apa makna Antropologi Agama?


2. Bagaimana posisi Antropologi Agama diantara ilmu-ilmu lainnya?
3. Apa Definisi agama menurut Antropologi Agama?
4. Bagaimana posisi agama di dalam Antropologi Agama?

C. Tujuan
1. Mengetahui makna Antropologi Agama
2. Mengetahui posisi Antropologi Agama diantara ilmu-ilmu lainnya
3. Mengetahui Definisi agama menurut Antropologi Agama
4. Mengetahui posisi agama di dalam Antropologi Agama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Antropologi Agama

Antropologi adalah studi tentang masyarakat budaya manusia dan perkembangannya.


Agama atau religi, mengacu kepada definisi Durkheim, merupakan sekumpulan keyakinan dan
praktik yang berkaitan dengan sesuatu yang sacred. Salah satu konsep yang biasanya dipandang
menjadi karakteristik dari segala sesuatu yang religius adalah konsep supranatural. Konsep yang
supranatural ini didefinisikan oleh Durkheim sebagai tatanan hal ihwal yang berada di luar
kemampuan pemahaman manusia; sebagai dunia misteri dan tidak dapat diketahui atau tidak
dapat ditangkap akal dan indera manusia. Selain itu, konsep yang digunakan untuk
mendefinisikan agama adalah ide tentang divinitas, di mana agama dipandang sebagai daya
penentu kehidupan manusia, yaitu sebuah ikatan yang menyatukan pikiran manusia dengan
pikiran misterius yang menguasai dunia dan diri yang disadarinya, dan dengan hal-hal yang
menimbulkan ketentraman bila terikat dengannya. Daya penentu itu juga dinamakan daya
spiritual. Sesuatu yang spiritual, menurut Durkheim harus dipahami sebagai subjek-subjek yang
berkesadaran tinggi (conscious subject) yang memiliki kemampuan melebihi kemampuan
manusia biasa. Dengan demikian, pemahaman sesuatu yang spiritual (spiritual being) tidak
selalu mengacu kepada sesuatu yang tinggi (tuhan atau dewa), namun mencakup sesuatu yang
dianggap memiliki daya mempengaruhi (arwah, fenomena alam, benda-benda, dan sebagainya).

Antropologi Agama merupakan kajian mengenai kehidupan manusia yang


dikaitkan dengan sistem kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan terhadap unsur
supranatural.1 Meskipun bersifat abstrak, kepercayaan ini memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi pemikiran dan mengatur tingkah laku manusia, termasuk juga interaksinya
dengan manusia lain, dan hubungan antara manusia dengan kekuatan supranatural itu. Kendati
perhatian manusia terhadap adanya kekuatan gaib itu bukanlah hal yang baru, namun sebagai
suatu cabang antropologi yang spesifik dan mandiri, antropologi agama baru berkembang pada
abad ke-20.

1
Tony Rudyansjah, Antropologi Agama: Wacana-Wacana Muktahir Dalam Kajian Religi Dan Budaya (Jakarta: UI press, 2012), 63.
Hakikatnya Antropologi agama adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari
tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya, atau juga disebut
Antropologi agama.

Dapat dikatakan bahwa sejak lahirnya antropologi, sebagai suatu disiplin baru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan (sains), perhatian terhadap kehidupan sosial-budaya manusia
tidak pernah terlepas dari sistem religi/agama/kepercayaan. Sebagai contoh adalah penelitian
Malinowski pada masyarakat Trobiand, yang dianggap sebagai bentuk etnografi awal
memperlihatkan ketertarikannya terhadap mitos atau cerita keramat. Demikian juga, penelitian-
penelitian yang dilakukan oleh Clifford Geertz, di antaranya: Religion of Java (1960) yang
melahirkan trikotomi santri, abangan, dan priyayi, Islam Observed: Religious Development in
Marocco and Indonesia (1968), yang membandingkan tradisi sosiologis-antropologis Islam dan
masyarakat muslim di kedua negara tersebut; atau karya Durkheim, The Elementary Form of
The Religious Life (1915), yang mengungkapkan sejarah bentuk-bentuk agama yang paling dasar,
dan masih banyak karya antropologi lainnya memperlihatkan perhatian yang besar para
antropolog terhadap agama/religi.

B. Posisi Antropologi Agama Diantara Ilmu-Ilmu Lainnya

C. Definisi agama menurut Antropologi Agama

Dalam agama memiliki banhak pengertian baik dari para ahli mauphn dari kitab kitab
terdahulu berikut ini akan dijelaskan sedikit mengenai pengertian agama:

1. Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang menunjukkan makna bahwa kepercayaan
kepercayaan yang dianut manusia itu didasarkan pada wahyu dari Allah.
2. Berasal dari suku kata "A" yang berarti tidak, "GAM" yang berarti pergi atau berjalan
dan "A" yang berarti tetap atau kekal. Sehingga pada umumnya agama ini dimaknai
sebagi pedoman hidup yang kekal
3. Dalam kitab Sunarigama agama berasal dari kata "A" kosong atau hampa "GA" tempat
dan "MA" terang, bersinar. Jadi dari penjelasan tersebut agama dapat juga dimaknai
sebagai ajaran yang menguraikan tentang cara yang misteri karena Tuhan itu Rahasia.

Suatu kepercayaan bisa dikatakan agama apabila memiliki ciri ciri berikut ini:
 Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Mengadakan hubungan dengan Tuhan dan melakukan upacara atau ritual pemujaan dan
permohonan.
 Adanya ajaran tentang ketuhanan.
 Dari mengamalkan ke-3 unsur diatas menimbulkan sikap hidup.
Sri Ilham Nasution "Pengantar Antropologi Agama" Harakindo Publishing, H:27-31

Sedangkan antropologi dalam studi agama memandang agama sebagai fenomena kultural dalam
pengungkapannya yang beragam khususnya tentang kebiasaan kebiasaan dalam beragama,
perilku dalam beribadah dan kepercayaan dalam hubungan hubungan sosial. Feryani Umi
Rosidah "Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama" Religio:Jurnal Studi Agama-Agama Vol.
1,No.1,Maret 2011.H: 31

Koentjaraningrat yanv merupakan tokoh antropologis yang terkenal diIndonesia memaknai


bahwa istilah agama digunakan untuk menyebut agama agama yang resmi diakui oleh negara.
Seperti agama Islam, Kristen, Hindu,dan Budha. Menurut beliau pula di dalam agama itu
memiliki 5 komponen wajib sehingga agama itu bisa di katakan agama apabila memiliki 5
komponen berikut ini:

1. Emosi keagamaan.
Suatu keinginan yang terdapat didalam jiwa manusia yang dapat memotivasi untuk
melakukan aktivitas keberagamaan,seperti upacara pribadatan. Emosi keagawini
merupakan manifestasi dari sikap takut bercampur percaya dengan hal hal ghaib dan
keramat.
2. Sistem keyakinan
Radcliffe-Brown menyatakan bahwa sistem kepercayaan di dalam agama merupakan
perkara yang utama dalam setiap agama. Sistem kepercayaan agama ini dapat
mendorong orang berperilaku serba agama, tidak ada satupun disebut agama apabila
tidak memiliki kepercayaan terhadap hal hal yang supranatural dan mewujudkan
upacara sebagai manifestasi dari suatu kepercayaan.
3. Ritus/upacara amal.
Terwujud berupa aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya
terhadap Tuhan, Dewa-dewa,Roh-roh nenek moyang atau makhluk halus lainnya dan
dalam usahanya berkomunikasi dengan Tuhan dan penghuni ghaib lainnya.
4. Adanya kaum atau umat sebagai penganut suatu agama.
Menurut Koentjaraningrat umat beragama bisa terwujud sebagai (1) keluarga inti (2)
keluarga kekerabatan yang lebih besar (3) kesatuan komuniti (4) organisasi atau
gerakan gerakan agama.
Taikko Bandung "Pemaknaan Agama Dalam Perspektif Antropologi - Sosiologi".
Jurnal Al-Qalam Vol. 5, No. 24,Juli- Desember 2009.H:448-457

D. Posisi Agama Di Dalam Antropologi Agama


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Agama merupakan suatu hal yang dianut dan diyakini oleh manusia dan agama itu sendiri
bersumber dari wahyu yang Tuhan berikan kepada utusan-Nya untuk disebarkan kepada
umatnya guna sebagai pedoman hidup. Dan agama bisa dikatakan agama apabila di dalam agama
tersebut percaya kepada Tuhan yang Maha Esa, mengajarkan ajaran ajaran mengenai ketuhanan
dan di dalam agama tersebut juga terdapat ibadah ibadah guna memperdekat hubungan antara
Tuhan dengan umatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rudyansjah ,Tony. Antropologi Agama: Wacana-Wacana Muktahir Dalam Kajian Religi Dan Budaya .
Jakarta: UI press, 2012.

Nasution Sri Ilham "Pengantar Antropologi Agama" Harakindo Publishing.

Rosidah Feryani Umi "Pendekatan Antropologi dalam Studi Agama" Religio:Jurnal Studi
Agama-Agama Vol. 1,No.1,Maret 2011.

Bandung Taikko "Pemaknaan Agama Dalam Perspektif Antropologi - Sosiologi". Jurnal Al-
Qalam Vol. 5, No. 24,Juli- Desember 2009.

Anda mungkin juga menyukai