Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Agama dalam Presepektif Antropologi

Dosen pengampu:

Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si

Disusun oleh:

Nur Rahmat Ainul Yaqin (B02219030)

Rosifatul Umamah (B02219036)

Cahyaning Ayu Wulandari (B72219030)

Muhammad Zidan Abidin (B72219065)

Myrra Cintanna leodiar (B52219049)

Muhammad Hibatul Al-Haqqi (B92219115)

Izzun Azifatuz Zahro’(B92219100)

Prodi Pengembangan Masyarakat Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

i
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Gerakan Islam Nusantara.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan saran, kritik dan bantuan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dan kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala saran dan kritik
yang membangun. Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat.

Surabaya, 1 Maret 2020

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan...................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan............................................................................................2

BAB II........................................................................................................3

A. Pengertian Agama Menurut Para Ahli Antropologi......................3


B. Pengertian Antropologi..................................................................4
C. Pendekatan Antropologi Agama....................................................5
D. Agama dalam Presepektif Antropologi..........................................5

BAB III Penutup......................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................10

Daftar Pustaka..........................................................................................11

iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Antropologi agama merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha


memperlajari tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan
budaya, atau disebut juga Antropologi. Antropologi agama adalah salah satu
cabang ilmu yang banyak mendapatkan perhatian para ilmu sosial. 1 Cabang ilmu
Antropologi agama ini diyakini oleh banyak pakar sebagai salah satu alat studi
yang akurat dalam melihat reaksi antar agama, budaya dan lingkungan sekitar
masyarakat. Antropologi agama menunjuk kepada suatu penghubung yang unik
atas moralitas, hasrat dan kekuatan dan kemerdekaan. Antropologi mampu
menjelaskan masalah-masalah yang tidak ditemukan dalam teologi normatif.
Tradisi ilmu antropologi ini memhami dunia-dunia agama tidak sepenuhnya
sebagai fenomena objektif dan juga tidak sepenuhnya sebagai fenomena subjektif,
namun sebagai sesuatu yang berimbang dalam memediasikan ruangan sosial atau
budaya dan sebagai yang terlibat dalam dealiktika yang memberikan objektivitas
sekaligus juga subjektivitas.

Pendekatan antropologi yang digunakan para ahli antropolog dalam


meneliti wacana keagamaan adalah pendekatan kebudayaan, yaitu melihat agama
sebagai inti kebudayaan. Kajian antropolog yang bernama Geertz (1963)
mengenai agama abangan, santri dan priyai adalah kajian mengenai variasi-variasi
keyakinan agama dalam kehidupan (kebudayaan) masyarakat Jawa sesuai dengan
konteks lingkungan dan kebudayaan masing-masing.2 Berbeda dengan pendekatan
antropolog sebagai ilmu sosial pendekatan yang dipakai antropologi agama untuk
menjawab masalah yang menjadi perhatiannya adalah pendekatan ilmiah. Oleh
karena itu, pendekatan antropologi tidak menjawab bagaimana beragama menurut
kitab suci, tetapi sebagaimana seharusnya menganut agama berdasarkan
penganutnya. Pendekatan antropologi dapat disebut dengan upaya praktik agama
1
Yusron Razak, Ervan Nurtawab, Antropologi Agama. (Jakarta: Lembaga Penilitian UIN
Jakarta Press, 2077) hal 1-20
2
U. Maman dkk. Metodologi penelitian Agama: Teori dan praktik. (Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada, 2006) hal 94
dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masayarakat dengan pendekatan ini pula kita dapat mendeskripsikan
masalah-masalah yang fenomenal.

Agama yang dipelajari oleh antropolgi adalah agama sebagai fenomena


budaya, tidak agama yang diajarkan oleh tuhan.3 Maka yang menjadi perhatian
adalah beragamanyamanusia dan masyarakat. Sebagai ilmu sosial, antropolgi
tidak membahas salah benarnya agama dan segenap perangkatnya, seoerti
kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian agama menurut para ahli antropologi?
2. Apa pegertian dari antropologi?
3. Apa pendekatan antropologi agama itu?
4. Bagaimana agama dalam prespektif Antropologi itu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian agama menurut para ahli antropologi.
2. Untuk mengetahui pengertian antropologi.
3. Untuk mengetahui pengertian pendekatan antropologi.
4. Untuk mengetahui bagimana agama dalam presepektif antropologi.

BAB II

3
Bustanudin Agus. Agama Dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama.
(Jakarta. PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal 16

2
Pembahasan

A. Pengertian Agama Menurut Ahli Antropolog


Berikut beberapa definisi agama menurut beberapa ahli dalam buku agama
dalam kehidupan manusia pengantar antropologi agama karangan Bustanudin
Agus tahun 2007:4
a. Edward Burnet Tylor
Ia memandang asal mula agama adalah sebagai kepercayaan kepada
wujud spiritual (a belief in spiritual eing). Agama digambarkan sebagai
kepercayaan kepada adanya ruh gaib yang berpikir, bertindak dan
merasakan sama dengan manusia. Definisi Tylor tentang agama tampak
dilatarbelakangi dari perhatiannya kepada udaya masyarakat primitive.
Dengan demikian kepercayaan kepada materi seperti pandangan
materialisme dan sekularisme ukanlah agama.
b. Lucien Levy-Bruhl
Ia membantah teori jiwa yang dikemukakan Tylor karena
menurutnya tidak mungkin manusia primitive berpikir abstrak ia
menempatkan agama dan magic di satu pihak, sains dan teknologi di pihak
lain. Agama katanya sangat cocok bagi masyarakat primitive yang masih
berpikir prologis dan sangat kabur bagi masyarakat maju yang sudah
berpikir logis.
c. James George Frazer
Agama menekankan bahwa gejala alam dikuasai oleh kekuatan
suprenatural. Karena perilaku orang beragama adalah berdoa, memohon
belas kasihan, berharap dengan sepenuh hati, kepada kekuatan
supernatural itu. Oleh karena itu, esensi agama, dalam pandangan Frazer,
adalah ketergantungan atau kepercayaan kepada kekuatan supernatural.
d. Radecliffe-Brown
Ia mendefinisikan agama adalah eksperesi dalam satu atau lain
bentuk tentang kesadarn terhadap ketergantungan kepada suatu kekuatan

4
Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) 119-147

3
di luar diri kita yang dapat dinamakan dengsn kekuatan spiritual atau
moral.
e. Mircea Eliade
Eliade percaya kepada independensi atau otonomi agama. Agama
bukan penampilan dari ekonomi atau lainnya. Agama bukan hasil dari
realist yang lain, agama bukan suatu variael dependen, seperti yang
dikemukakan oleh ahli lain. Agama, menurut Eliade, harus dipahami
sebagai yang memengruhi aspek-aspek kehidupan yang lain, sebagai
variable independen.
B. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropologi berasal dari dua
kata anthropos berate manusia dan logos berati studi. Jadi, antropologi
merupakan suatu studi disiplin ilmu yang erdasarkan rasa ingin tahu yang tiada
henti-hentinya tentang makhluk manusia. Secara istilah antropologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari umat islam sebagai suatu kesatuan fenomena bio-
sosial secara utuh, yakni manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk
sosial budaya. Agama dalam presepektif antropologi berati sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Antropologi mempelajari manusia dan budayanya. Antropologi bertujuan
memahami objek yang dikaji secara totalitas, dari masa lalu yang lebih awal dari
kehidupan manusia sampai sekarang, memahami manusia sebagai eksitensi
biologis dan kultural. Antropologi mencoa menyingkap asal-usul, perkembangan,
perubahan, saling hubungan, fungsi dan arti dari fenomena manusia. Dengan
demikian, kajian antropologi ersifat holistic dan berwawasan budaya. Menurut
Harsojo mengungkap ahwa kajian antropologi terhdap agama dari dahulu sampai
sekarang meliputi empat masalah pokok, yaitu: (1) kehidupan manusia; (2)
bagaimana manusia yang hidup bermasyarakat memenuhi kebutuhan religius
mereka; (3) dari mana asal usul: dan (4) bagaimna manifestasi perasaan dan
kebutuhan religious manusia (Harsojo 1982:248).

4
C. Pendekatan Antropologi Agama
Hilman Hadikusuma mengungkap metode ilmiah untuk menjawab
persoalan dalam antropologi agama ada empat macam, yaitu metode historis,
metode normative, metoode dekriptif, dan metode empirik. Metode historis
adalah dengan menelusuri data sejarah da nasal usul suatu masalah, seperti
asal-asul kepercayaan masyarakat kepada tuhan. Metode normatif adalah
kajian terhadap norma-norma, patokan-patokan, nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Metode deskriptif adalah dengan mencatat, merekam dan
memerhatikan segala sesuatu yang ditemukan di masyarakat yang berkaitan
dengan obyek yang diteliti. Sedangkan metode empiric ialah memerhatikan
segala sesuatu yang dipikirkan, diyakini, dirasakan dan dikerjakan oleh
masyrakatyang bersangkutan.

Ilmu antropologi memepelajari manusia dan kebudayaan dari masyarakat


atau komunitas yang tidak terlalu besar supaya didapatkan pengetahuan yang
mendalam dan holistic tentang masyarakat tersebut. Antropologi bisa saja
memfokuskan peratian kepada salah satu aspek kebudayaan dari masyarakat,
seperti agama saja.5

D. Agama dalam Presepektif Antropologi

Agama dalam prespektif Antropologi ini adalah ilmu pengetahuan yang


berusaha memperlajari tentang manusia yang menyangkut agama dengan
pendekatan budaya. Secara istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
asal kata antrhopos yang berarti manusia, dan logos yang ilmu. Dengan demikian
secara harfiah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Antropologi mempelajari
tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami
kebudayaannya. Dengan konsep semacam ini antropologi sangat penting untuk
mempelajari agama dan interaksi sosial dengan berbagai budaya. Nurcholis
Majdid mengungkapkan bahwa pendekatan antropologis sangat penting ungutk
memahami agama, karena konsep manusia sebagai “khalifah” di bumi misalnya,
perseoalan yang dialami oleh manusia adalah sesungguhnya persoalan agama

5
Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007) 20-23

5
sebenarnya yaitu pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya
adalah pergumulan keagamaannya6. Karya Cliffort Geerttz The Region Of Java
adalah karya antropologi yang paling utama, yang dapat menggambarkan
hubungan anttara agama dan kebudayaan, khususnya di islam Jawa. Pandangan
Greetz yang mengungkapkan tentang adanya Abangan, santri, dan priyai didalam
masyarakat Jawa ternyata telah mempengaruhi kajian para ahli tentang hubungan
antara agama dan budaya.7

Pandangan trikotomi Geertz tentang pengelompokan masyarakat Jawa ke


dalam kelompok sosial politik didasarkan pada orientasi ideology kegamaan.
Pernyataan Geertz bahwa Abangan adalah masyarakat berbasis pertanian,
kemudian Santri itu berbasis perdagangan, dan selanjutnya priyai berbasis pada
birokrasi. Karya Geertz ini disebut sebagai karya yang dapat memberikan ilustrasi
bahwa kajian antropologi di Indonesia telah berhasil membentuk wacana
tersendiri tentang hubungan aga,a dan masyarakat secara luas. Antropologi
melihat bagaimana agama di praktikan dan diyakini oleh penganutnya. Jadi
pembahsan tentang hubungan antar agama dan budaya tersebut sangat penting
untuk melihat agama yang di praktikkan.8

Karya Cliffort Geertz yang dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang


agama sebagai system kebudayaan, yang bejudul “ Religion as a Cultural
System” yang dianggap sebagai tulisan klasik tentang agam dengan menggunakan
pendekatan Interpretatif Simbolic. Teori Geertz ini memberikan harapan baru
dalam kajian agama untuk mengungkap bahwa agama harus dilihat sebagai suatu
system yang mamou mengubah suatu tatanan masyarakat. 9 Gerrtz berkeyakinan
bahwa agama adalah system budaya sendiri yang dapat membentuk karakter
masyarakat. Dengan panmdangan seperti itu Geertz dapoat dikategorikan kedalam
kajian semiotic tradition yang pertama mengungkapkan tentang makna symbol
dalam tradisi linguistic. Geertz mengartikan symbol sebgai suatu kendaraan untuk

6
Nurkholis Majid, Islam Kemoderenannya dan Keindonesiaan (Jakarta, Paramadina, 1993)
hal 187
7
Cliffort Geertz, The Region Of Java, Chicago and London: The University of Chicago
Press, 1976. hal 32
8
Jamhari Ma’ruf, Agama dalam Prespektif Sosiologi, (Depikbud, Ditjen Dikti, Proyek
pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan, 1988) hal 13-15
9
Cliffort Geertz, Religion as a Cultural System, Tavistock, 1966. Hal 11

6
menyampaikan suatu konsepsi tertentu. Bagi Geertz norma atau nilai keagamaan
harusnya diinterpretasikan sebagai sebuah symbol yang menyimpan konsepsi
tertentu.10 Pemkiran Geertz ini banyak mengilhami kajian agama dan budaya.
Mendefinisikan agama dalam porepektif kebudayaan ini lebih tepat seperti yang
dilakukan oleh Pasuardi Suparlan yang dikutip oleh Nur Syam , pada hakikatnya
agama sama dengan kebudayaanm yaitu sebagai system atau system pengetahuan
yang menciptakan, menggolong-golongkan, merangkai dan menggunakan symbol
untuk berkomunikasi dan untuk menghadapi laingkungannya.11

Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan antropologi


terhadap agama terdapat dua relevansi, yaitu:

Pertama, penjelasan antropologi sangat berguna untuk membantu


mempelajari agama seacara empirik, artinya kajian agama harus diarahkan pada
pemahaman aspek-aspek sosial konteks yang melingkupi agama. Kemudian
Cliffort Geertz mengolaborasi pengertian kebudayaan sebagai pola makna
(pattern of meaning). Kajian antropologi atas agama kajian interperatif untuk
mencari makna yaitu sebuah analisis atau system-sistem makna yang terkandung
dalam symbol hal ini menunjukan bahwa persoalan agama yang harus diamati
secara empiric adalah tentang manusia. Kemudian sebqgai akubat dari pentingnya
kajian manusia maka mengkaji budaya dan mansyarajat yang melingkupi
kehidupan manusia juga sangat penting. Kajian antropologi atas agama adalah
kajian interpretative untuk mencari makna yaitu sebuah analisis atas system-
siestem makna yang terkandung dalam symbol agama.12

Kedua, kajian amtropologi juga memberikan fasilitas kepada agar untuk


meilhat keragaman budaya dalam praktek keberagamannya. Yakni mengaitkan
sistem makna tersebut pada struktur sosial dan proses psikologis. Pemahaman
realitas nyata dalam sebuah masyarakat akan menemukan sebuah kajian agama
yang kebih empiris. Kajian agama dengan cross culture akan memberikan
gambaran yang variatif tentang hubngan agama dengan budaya. Kajian
antropologi terhadap agama berke,bang dengan pesat sejak abad 16 dan 17 . Evan
10
Ibid. Hal 12
11
Nur Syam, Islam Pesisir, (Yogyakarta, LKIS, 2005) hal 16
12
Cliffort Geertz, After the Fact, Harvard University Press, 1996. hal 19

7
Prchhard mengatakan pandangan problematiknya dalam kajian antropologi atas
agama. Lahirnya ilmu tafsir , ilmu hadits, dan ilmu Fiqh adalah merupakan hasil
kontruksi intelektual manusia untuk memenuhi kebutuhannya
menginterpresentasikan ajaran aga,a sesuai dengan lingkungan sosialnya.

Kajian agama dalam antropologi dapat dikategorikan kedalam enmpat


kerangka teorritis, yaitu: intelectualis, structualis, fungsionalis dan symbolis.
Sedangkan teori lainnya berangkat dari teori Emile Durkheim melalui karyanya
yang berjudul The Elementary Form of Religious Life telah mengilhami banyak
orang dalam melihat agama. Durkheim menyimpulkjan dalam temuannya, bahwa
aspek terpenting dalam pengertian agama adalah adanya unsur yang sacred dan
profane.

Sementara teori fungsionalisme Durkheim tentang fungsi dalam


masyarakat sangat berpengaruh dalam tradisi antropologi sosial. Pandangan
Durkheim tentang masyarakat yang selalu dalam keadaan kesetimbangan dan
saling terikat satu dengan yang lain, mendorong para antropolog untuk melihat
fungsi agama dalam masyarakat selalu seimbang.

Ketika masyarakat Jawa mengatasi masalah ladangnyua yang diserang


oleh hama tikus, maka dengan kemampuan rasionalitasnya mereka ramai-ramai
bergotong-royong melakukan pembasmian secara bersama-sama untuk membasmi
tikus-tikus tersebut. Tetapi ketika masyarakat Jawa ini hendak melakukan
pencarian di laut dimana gelombang laut yang gansa dan cuaca yang tidak
mendukung, dan mereka tidak dapat mengontrolnyua karena tidak memiliki
kekuatan untuk mengaturnya, maka mereka menggunakan agama sebagai
pemecahan masalahnya. Sebelum berlayar mereka melakukan sesasji sebagai alat
untuk berkomunikasi dengan kekuatan spiritual utnuk menyelesaikan masalah
yang tidak daoat diperhitungkan.

Agama sebagai fenomena universal memberikan penjelasan bahwa pada


setiap kelompok masyarakat dapat dipastikan terdapaty fenomena agama. Oleh
karena itu praktik-praktik agama tidfak bia dipisahkan dari pengaruh
lingkungannya. Doktrin agama yang dianggap bersifat dan diyakini sebagai

8
wahyu dari langit tidak akan bisa lepas dari pengaruh sosial. Dimana agama itu
berkembang, oleh karena itu pemikiran keagamaan akan mengalir dala dua
macam narasi yaitu: Pertama, pemikiran keagamaan yang selalu berporientasi
pada sumber-sumber tekstual yang disebut dengan tekstualis, Kedua, pemikiran
keagamaan yang berorientasi pada kontekstual, dan berusaha untuk menafsirkan
agama sesuai dengan situasi lingkungan sosial dimana agama it berkembang.

Dengan dua macam pola pemikiran ini, agama selalu berada dalam posisi
yang ditarik-tarik kekanan dan kiri, sehingga berakibat pada situasi yang
kondiktif, yang kadang-kadang berkaibat pada perselisihan antar pemeluk agama.
Pertemuan antara agama dan kebudayaan terlihat dalam tradisi dan ritual agama
dalam masyarakat. Pemeluk agama Islam diseluruh dunia memiliki tradisi dan
ritual agama yang berbeda-beda. Contohnya, peringatan perayaan Maulid Nabi,
Isro’ Mi’roj dan tahun baru Islam pada setiap kelompok masyarajat yang
dilakukan cara yang berbeda. Hal ini menunjukan bahwa ritual agama ditentukan
oleh kontruksi masyarakat atas ajaran agama.

BAB III

9
Penutup
A. Kesimpulan
Edward Burnet Tylor ia memandang asal mula agama adalah sebagai
kepercayaan kepada wujud spiritual (a belief in spiritual eing). Antropologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu antropologi berasal dari dua kata anthropos
berate manusia dan logos berati studi. Jadi, antropologi merupakan suatu studi
disiplin ilmu yang erdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti-hentinya tentang
makhluk manusia. Ilmu antropologi memepelajari manusia dan kebudayaan dari
masyarakat atau komunitas yang tidak terlalu besar supaya didapatkan
pengetahuan yang mendalam dan holistic tentang masyarakat tersebut.
Antropologi bisa saja memfokuskan peratian kepada salah satu aspek kebudayaan
dari masyarakat, seperti agama saja. Agama dalam prespektif Antropologi ini
adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memperlajari tentang manusia yang
menyangkut agama dengan pendekatan budaya.

10
Daftar Pustaka

Agus, Bustanuddin. 2007. Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar


Antropologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Geertz, Cliffort. Religion as a Cultural System, Tavistock,
Geertz, Cliffort. 1976. The Region Of Java. Chicago and London: The University
of Chicago Press
Geertz, Cliffort. 1996. After the Fact. Inggris: Harvard University Press
Majid, Nurkholis. 1993. Islam Kemoderenannya dan Keindonesiaan. Jakarta:
Paramadina
Ma’ruf, Jamhari. 1988. Agama dalam Prespektif Sosiologi, (Depikbud, Ditjen
Dikti, Proyek pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan
, Nur. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LKIS

11

Anda mungkin juga menyukai