Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AGAMA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Antropologi Sosial
Yang diampu oleh Dr. I Nyoman Ruja, S.U

Disusun Oleh :
Febi Nurhasanah 220741600747
Halimah 220741603010
Naylandra Gilang M 220741602898

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Agama” tepat pada
waktunya.
Tidak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr I Nyoman Ruja, S.U,
sebagai pengampu mata kuliah kami. Dan juga terimakasih untuk teman-teman yang membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi
Sosial.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
kurangnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami berharap segala bentuk
saran serta masukkan dan kritikan yang membangun. Akhir kata, kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Malang, 25 Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 1

BAB II .................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

2.1 Evolusi Agama ....................................................................................... 2

2.2 Sosiologi Agama Durkheim ................................................................... 2

2.3 Sosiologi Agama Weber ......................................................................... 3

2.4 Agama dari Pendekatan Psikoanalisis .................................................... 3

2.5 Agama dari Pendekatan Fungsionalisme ................................................ 3

2.6 Agama dari Pendekatan Simbolik .......................................................... 4

2.7 Komponen Agama .................................................................................. 4

2.8 Revitalisasi Agama ................................................................................. 5

BAB III ................................................................................................................... 6

3.1 Simpulan ................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antropologi pada dasarnya berkaitan dengan kebudayaan manusia. Di dalam kebudayaan
sendiri ada unsur yang begitu melekat yaitu agama. Setiap umat manusia meyakini bahwa
agama merupakan sebuah kepercayaan yang dijadikan sebagai pedoman hidup. Agama
merupakan sebuah topik yang sering dibahas dalam kajian ilmu antropologi.
Dalam antropologi, agama diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan hal ghaib
(supranatural) yang melibatkan dua alam. Beberapa orang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan makna antara Antropologi Agama dan Antropologi Religi. Akan tetapi,
sebenarnya dua hal ini mengandung makna yang sama. Keduanya sama-sama menyangkut
pikiran dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan kekuasaan yang belum tentu
nyata.
Antropologi melihat secara detail hubungan antara agama dan hal yang terjadi dalam
masyarakat. Antropologi sosial juga memberikan fasilitas bagi kajian islam agar bisa melihat
keragamaan akibat pengaruh budaya dalam hal praktik islam. Implikasinya di dalam
masyarakat akan menemukan suatu kajian islam yang lebih empiris. Dengan demikian
konsep agama dapat diartikan secara berbeda antara pendekatan satu dan yang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
a. Apa yang dimaksud dari Evolusi Agama?
b. Bagaimana penjelasan para ahli mengenai Sosiologi Agama?
c. Apa saja kajian Pendekatan Agama yang bisa digunakan?
d. Apa perbedaan antara Komponen Agama dan Revitalisasi Agama?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, antara lain :
a. Untuk mengetahui pengertian dari Evolusi Agama
b. Untuk memahami penjelasan oleh para ahli mengenai Sosiologi Agama
c. Untuk mengetahui kajian Pendekatan Agama
d. Untuk mengetahui perbedaan antara Komponen Agama dan Revitalisasi Agama
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Evolusi Agama


Menurut KBBI evolusi artinya perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur.
Sedangkan agama adalah sistem kepercayaan kepada Tuhan yang berhubungan dengan
manusia dan lingkungannya. Adapun menurut Robert N. Bellah evolusi agama
merupakan proses perkembangan agama agar bisa beradaptasi terhadap lingkungannya,
sehingga agama tersebut lebih diterima dan terstruktur di masyarakat. Berikut ini adalah
asal usul agama yang ditemukan oleh tokoh evolusionisme :
 Tylor
Menurut Tylor tingkat tertua evolusi agama yang paling primitif adalah
Animisme (keyakinan pada roh-roh di sekitar manusia). Kedua yaitu Dinamisme
(terdapat dewa yang menggerakkan peristiwa alam). Lambat laun akhirnya
muncul kesadaran bahwa dewa hanyalah jelmaan. Kemudian lahirlah keyakinan
pada satu Tuhan (Monoteisme) sebagai tingkat akhir evolusi agama.
 Wilhelm Schmidt
Bagi Schmidt sendiri agama yang paling tua adalah Monoteisme (kepercayaan
kepada satu Tuhan). Akan tetapi, kemudian muncul agama Politeisme
(kepercayaan kepada banyak Tuhan). Hal ini karena dipengaruhi oleh
kebudayaan pertanian. Schmidt percaya bahwa Tuhan menurunkan wahyunya
kepada suku pertama yang muncul di dunia.
 Frazer
Frazer mengatakan bahwa Magic (ilmu ghaib) adalah agama yang paling dasar
dan bersifat universal. Sebelum mengenal agama masyarakat menggunakan
praktik ilmu ghaib. Ilmu ghaib disini diartikan sebagai tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu melalui kekuatan alam yang diluar akal manusia. Setelah
masyarakat tidak berhasil menggunakan ilmu tersebut, akhirnya mereka
menggunakan agama.

2.2 Sosiologi Agama Durkheim


Emile Durkheim adalah seorang bapak sosiologi modern. Durkheim melihat bahwa
agama merupakan bagian dari asal usul fenomena di masyarakat. Agama yang paling
primitif adalah totemisme (agama paling tua yang di kemudian hari menjadi sumber dari
bentuk-bentuk agama lainnya). Durkheim secara tegas membedakan antara hal sakral
(bersifat agama) dan profan (bersifat duniawi). Kegiatan sakral seperti ritual agama
tujuannya untuk menguatkan kesadaran sokial penganut agama tersebut melalui upacara-
upacara keagamaan.
Dalam pandangan Durkheim ada beberapa tema tentang totenisme :
1) Adanya kelompok sesembahan tertentu yang berkaitan dengan orang-orang
terdekat untuk melaksanakan ritual di tempat suci (tempat roh nenek moyang).
2) Setiap kelompok otemik memiliki objek ritual yang mengandung supranatural.
3) Masing-masing kelompok totemik memiliki keterkaitan tertentu dengan
binatang,tumbuhan, maupun fenomena alam seperti angin, hujan, dan hutan.

2.3 Sosiologi Agama Weber


Max Weber seorang ahli sosiologi mengartikan agama ialah munculnya
kepercayaan kepada suatu hal ghaib yang mempengaruhi masyarakat. Menurut
pandangannya agama itu beraneka seperti Islam, Hindu, Kristen dan lain sebagainya.
Weber menyelidiki interaksi antara agama dan ekonomi. Salah satu karya momentalnya
adalah The protestant and The Spirite of Capitalism.
Berbicara tentang agama, Max Weber mengawali dengan munculnya stratifikasi
sosial antara kelas menengah kebawah dan kelas menengah keatas. Ia mengatakan bahwa
kelas menengah kebawah memainkan peran penting terhadap sejarah agama Kristen.
Berbeda dengan keagaaman masyarakat petani, Ia mengatakan bahwa petani yang latar
belakangnya merupakan kelas rendah, tidak sudi dalam hal menyebarkan agama kecuali
dalam kondisi paksaan serta terancam. Weber melihat dan menilai pada masyarakat
pedagang yang secara latar belakang merupakan pedagang kaya, mereka tidak meyakini
adanya konsep keagaaman serta pembalasan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi suatu keadaan atau strata seseorang maka semakin tidak terlihat dalam hal
mengembangkan agama.

2.4 Agama dari Pendekatan Psikoanalisis


Agama dari pendekatan psikoanalisis yaitu pendekatan keagamaan melalui
psikologis yang dilakukan oleh ahli psikologi. Dalam hal ini Sigmund freud yang barasal
dari Jerman adalah tokoh teori ini. Pendekatan ini secara khusus mengkaji hubungan
perasaan terhadap agama dan motivasi dari alam tidak sadar. Freud berpendapat bahwa
praktik agama di Masyarakat kecil merupakan manifestasi simbolik dari dukungan
psikologis ‘tak sadar’. Dia juga menjelaskan agama adalah ilusi yang memberikan
seseorang perasaan untuk mengontrol kekuatan alam dan mengatur hubungan
interpersonal dalam masyarakat serta keteraturan secara keseluruhan.

2.5 Agama dari Pendekatan Fungsionalis


Kajian yang dilakukan menggunakan pendekatan fungsionalisme yang
disosialisasikan oleh Bronislow Malinowski. Dalam pandangannya, agama dilihat dari
sudut fungsinya di dalam masyatakat. Pada dasarnya agama berfungsi dalam hal
psikologis (memotivasi) bagi individu dalam masyarakat. Ia juga mengatakan bahwa
antara ilmu gaib,sains, dan agama itu berbeda. Mengenai perbedaan antara peran ilmu
ghaib dan agama, ia menegaskan bahwa agama itu melindungi manusia dari
ketidakberdayaan dalam menghadapi kematian.
2.6 Agama dari Pendekatan Simbolik
Kelompok teori keenam menggunakan pendekatan simbolik. Salah satu tokohnya
adalah Clifford Geertz. Pendekatan ini tertarik pada berbagai tingkatan makna dalam
simbolis agama yang diberikan kepada the supernatural. Geertz mengkritik bahwa studi
agama dengan pendekatan antropologis tidak mengalami kemajuan teoritik karena pada
dasarnya para sarjana hanya mengikuti model konseptual yang telah dibangun oleh
Durkheim, Weber, Freud, dan Malinowski. Untuk memahami agama sebagai sistem
kultural, Geertz menyusun definisi agama sebagai berikut :
a) Suatu sistem simbol yang bertindak.
b) Memantapkan perasaan-perasaan dan motivasi-motivasi secara kuat, menyeluruh,
dan bertahan lama pada diri manusia.
c) Memformulasikan konsepsi-konsepsi mengenai keteraturan yang berlaku umum
berkenaan dengan eksistensi manusia.
d) Menyelimuti konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aura tertentu yang
mencerminkan kenyataan.
e) Perasaan-perasaan dan motivasi-motivasi tersebut nampaknya tersendiri adalah
nyata ada.
Dalam agama terdapat simbol suci kebudayaan dunia yang dapat mengatur
pengalaman manusia. Simbol suci harus dianalisis agar dapat mengidentifikasi
hakikatnya, mengungkapkan maknanya bagi anggota masyarakat yang bersangkutan,
dan menangkap pesan-pesan yang melahirkan koherensi dan arah kepada kebudayaan
tersebut. Salah satu etnografi yang telah dihasilkan oleh Geertz yaitu The Religion of
Java. Dia membagi agama orang jawa dengan 3 macam jenis yakni abangan, santri, dan
priyai. Etnografi agama java adalah pendekatan Geertz terhadap agama yang dilakukan
dengan penerapan thick description.

2.7 Komponen Agama

Komponen agama adalah suatu sistem yang memungkinkan suatu studi mengambil
fokus pada beberapa aspek dari fenomena tertentu. Sistem agama mempunyai beberapa
unsur seperti emosi keagamaan, sistem keyakinan, umat beragama, sistem ritual, dan
upacara keagamaan. Unsur tersebut berkenaan dengan pemeluk agama yang terdiri atas
penganut agama umum. Secara sosiologis dan antropologis umat beragama berwujud :
a) Keluarga inti atau kelompok kekerabatan terbatas.
b) Kelompok kekerabatan lebih luas.
c) Kesatuan komunitas.
d) Organisasi keagamaan yang dibentuk untuk mengikat para pengikutnya.
Perlu diingat bahwa seluruh komponen yang telah disebutkan diatas tidak berdiri
sendiri atau tetapi berkaitan antara satu sama lain dan saling berpengaruh.
2.8 Revitalisasi agama
Revitalisasi agama yaitu membangkitkan kembali agama, baik karena ada pihak
berperan sebagai pembangkit maupun manusianya sendiri memilih kembali kepada
agama. Wallace berpandangan bahwa ada keterkaitan era antara agama dan revitalisasi.
Agama sangat berperan penting dalam proses revitalisasi dan agama juga berasal dari
revitalisasi. Gerakan revitalisasi terjadi karena munculnya pemimpin kharismatik yang
ingin melakukan revitalisasi masyarakat dalam cara tertentu pada masyarakat yang
mengalami disintegrasi sosial dan ekonomi. Tingkat kesuksesan dan kegagalan dalam
Gerakan revitalisasi agama bergantung pada factor individual dan sosial. Ada dua faktor
penyebab lahirnya revitalisasi agama yaitu :
a) Faktor intern masyarakat yang muncul karena suatu pemahaman terhadap
doktrin agama yang telah membudaya, misalnya munculnya ide-ide reformasi
Luther yang keberatan akan doktrin khatolik.
b) Faktor eksternal seperti adanya suatu kekuatan masyarakat luar dari suatu
kelompok masyarakat yang ada mengintervensi pola pikir masyarakat yang
bersifat stagnan terhadap tatanan hidup. Contohnya upaya pembebasan rakyat
Indonesia dari penjajagan Belanda.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Antropologi pada dasarnya berkaitan dengan kebudayaan manusia. Dalam
antropologi, agama diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan hal ghaib
(supranatural) yang melibatkan dua alam. Ada urutan tingkat evolusi agama menurut para
ahli yaitu menurut Wilhelm Schmidt (animism, dinamisme, dan monoteisme), menurut Tylor
(monoteisme dan politeisme), menurut Frazer (magic dan agama).
Sosiologi agama menurut Durkheim yaitu bagian dari asal usul fenomena yang ada di
masyarakat. Sedangkan sosiologi agama menurut Weber yaitu kepercayaan kepada suatu hal
ghaib yang mempengaruhi masyarakat. Pendekatan agama sendiri terbagi menjadi tiga
macam yaitu psikoanalisis, fungsionalisme, dan simbolik. Komponen agama adalah suatu
system yang memungkinkan studi untuk mengambil focus dari beberapa aspek. Sedangkan
revitalisasi agama adalah membangkitkan kembali suatu agama.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.

Falikhah, N. 2017. Santet dan Antropologi Agama. Alhadharah: Jurnal Ilmu


Dakwah, 11(22).

Marlina, M. E., Pasaribu, P., & Simanjuntak, D. H. 2020. Antropologi Agama.


Yayasan Kita Menulis.

Putra, Ahmad. 2020. Konsep Agama dalam Perspektif Max Weber. Al-Adyan: Journal
of Religious Studies, Vol 1 No.1.

Shabran. 2013. Revitalisasi Pemikiran Keislaman Muhammadiyah. Jurnal Studi dan


Dakwah Islam, Edisi 2 Vol.XIX 2000.

Zulkifli. 2008. Antropologi Sosial Budaya. Yogyakarta: Shiddiq Press Bangka dan
Grgha Guru.

Anda mungkin juga menyukai