Disusun Oleh :
Dosen Pembibing :
Bapak Jonisman Kristian Laoli, M.Pd.K
Puji syukur kita panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
anugerah-Nya, serta pertolongan-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul dasar munculnya agama dan perkembangan agama Kristen di kepulauan Nias
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima dari siapa pun demi penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua yang
mempelajarinya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PEMBAHASAN.........................................................................................................................1
A. DASAR TEORI-TEORI MUNCULNYA AGAMA...........................................................1
1. Teori Jiwa.........................................................................................................................1
2. Teori Batas Akal..............................................................................................................2
3. Teori Krisis Dalam Hidup Individu.................................................................................3
4. Teori Kekuatan Luar Biasa..............................................................................................3
5. Teori Sentimen Kemasyarakatan.....................................................................................4
6. Teori Wahyu Tuhan.........................................................................................................4
B. SEJARAH GEREJA DAN KEKRISTENAN DI PULAU NIAS.......................................5
1. Awal Pemberitaan Injil di Pulau Nias (1865)..................................................................5
2. Gerakan Pertobatan Massal (1915-1930).......................................................................7
3. Sejarah Berdirinya Gereja BNKP (Banua Niha Keriso Protestan)................................7
4. Gereja BNKP Pada Masa Kolonial Jepang (1942-1945)...............................................8
C. Perpecahan di Lingkungan Gereja BNKP...........................................................................8
1. Gereja AMIN (1936 – 1940)............................................................................................8
2. Gereja ONKP...................................................................................................................9
3. Gereja BKPN dan GNKPI...............................................................................................9
ii
PEMBAHASAN
1. Teori Jiwa
Para ilmuwan penganut teori ini berpendapat, agama yang paling awal bersamaan
dengan pertama kali manusia mengetahui bahwa di dunia ini tidak hanya dihuni oleh mahluk
materi, tetapi juga oleh mahluk immateri yang disebut jiwa (anima). Pendapat ini dipelopori
oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama Edward Burnet Tylor (1832- 1917). Dalam
bukunya yang terkenal, The Primitif Culture (1872) yang mengenalkan teori animism, ia
mengatakan bahwa asal mula agama bersamaan dengan munculnya kesadaraan manusia akan
adanya roh atau jiwa. Mereka memahami adanya mimpi dan kematian, yang mengantarkan
mereka kepada pengertian bahwa kedua peristiwa itu- mimpi dan kematian merupakan bentuk
pemisahan roh dan tubuh kasar.
Apabila orang meninggal dunia, rohnya mampu hidup terus walaupun jasadnya
membusuk. Dari sanalah asal mula kepercayaan bahwa roh orang yang telah mati itu kekal
abadi. Selanjutnya, roh orang mati itu dipercayai dapat mengunjungi manusia, dapat
menolong manusia, bisa mengganggu kehidupan manusia , dan bisa juga menjaga manusia
yang masih hidup, terutama anak cucu, teman, dan keluarga sekampung
Alam semesta ini dipercayai penuh dengan jiwa- jiwa yang bebas merdeka. E.B. Tylor
tidak menyebut soul atau jiwa lagi, tetapi spirit atau makhluk halus. Menurut Beals dan
Hoijer, ada perbedaan antara pengertian roh dengan makhluk halus. Roh adalah bagian halus
dari setiap makhluk yang mampu hidup terus sesudah jasadnya mati, sedangkan makhluk
halus adalah sesuatu yang terjadi dari awalnya seperti itu, contohnya peri, mambang dan
dewi- dewi yang dianggap berkuasa.
Tingkat evolusi agama dibagi menjadi tiga:
a) Tingkat yang paling dasar adalah ketika manusia percaya bahwa mahluk- mahluk halus
itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia.
1
b) Tingkat kedua adalah manusia percaya bahwa gerak alam ini disebabkan oleh jiwa
yang ada di belakang peristiwa dan gejala alam itu.
c) Tingkat ketiga adalah timbulnya susunan kenegaraan di dalam masyarakat manusia.
Menurut kedua sarjana tersebut, dalam jangka waktu sejarah hidupnya, manusia
mengalami banyak krisis yang terjadi dalam masa- masa tertentu. Krisis tersebut menjadi
objek perhatian manusia dan sangat menakutkan. Betapapun bahagianya seseorang, ia harus
ingat akan kemungkinan- kemungkinan timbulnya krisis dala hidupnya. Berbagai krisis
tersebut terutama berupa bencana, seperti sakit dam maut, sangat sulit dihindarinya walaupun
dihadapi dengan kekuasaan dan kekayaan harta benda.
Antropolog itu menguraikan teorinya diawali dengan satu sanggahan terhadap pendapat
Edward B.Tylor yang menyatakan bahwa timbulnya agama itu karena adanya kesadaran
manusia terhadap jiwa. Menurut Marett, kesadaran seperti itu terlalu rumit dan terlalu
kompleks bagi ukuran pikiran manusia yang baru saja ada pada kehidupan di muka bumi ini.
Alam tempat gejala- gejala dan peristiwa – peristiwa itu berasal yang dianggap memiliki
kekuatan yang melebihi kekuatan yang telah dikenal manusia di alam sekelilingnya
disebut super natural (kekuatan luar biasa sakti). Kepercayaan kepada suatu kekuatan sakti
yang ada dalam gejala- gejala, hal- hal, dan peristiwa yang luar biasa itu dianggap oleh Marett
sebagai suatu kepercayaan yang ada pada manusia sebelum mereka percaya kepada makhluk
halus dan roh. Dengan perkataan lain sebelum adanya kepercayaan animisme, manusia
3
mempunyai kepercayaan preanimisme. Marett menyatakan bahwa preanimisme lebih dikenal
dengan sebutan dinamisme.
a. Bahwa untuk pertama kalinya, aktivitas religi yang ada pada manusia bukan karena
pada alam pikirannya terdapat bayangan-bayangan abstrak tentang jiwa atau roh, suatu
kekuatan yang yang menyababkan hidup dan gerak di dalam alam, tetapi karena suatu
getaran jiwa, atau emosi keagamaan, yang timbul dalam alam jiwa manusia dahulu,
karena pengaruh suatu sentiment kemasyarakatan.
b. Bahwa sentiment kemasyarakatan dalam batin manusia dahulu berupa suatu
kompleksitas perasaan yang mengandung rasa terikat, bakti, cinta, dan perasaan lainnya
terhadap masyarakat di mana ia hidup.
c. Bahwa teori keagamaan yang timbul karena sentiment kemasyarakatan membutuhkan
suatu objek tujuan.
d. Objek keramat sebenarnya merupakan suatu lambang masyarakat. Pada suku-suku
bangsa Australia misalnya objek keramat dan pusat tujuan dari sentiment
kemasyarakatan, sering berupa binatang dan tumbuh-tumbuhan.
4
Pendirian seperti itu ia kemukakan dalam karyanya, misalnya dalam The Making of Religion
(1888).
Pendapat Andrew Lang kemudian dilanjutkan oleh W Schmidt, seorang tokoh besar
antropologi dari Austria dan menurut pendeta Katolik ini, mudah dimengerti kalau ada
kepercayaan kepada dewa-dewa tertinggi dalam jiwa bangsa-bangsa yang amat rendah tingkat
kebudayaannya.
Dalam hubungan itu, ia percaya bahwa agama berasal dari wahyu Tuhan yang
diturunkan kepada manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi. Oleh karena
itulah, adanya suatu kepercayaan kepada dewa pencipta, yang justru berkembang pada
bangsa-bangsa yang paling rendah tingkat kebudayaannya, diperkuat oleh anggapan mengenai
adanya ‘wahyu Tuhan asli’ atau uroffen barung itu.
5
Pada tahun 1865, lebih tepatnya pada tanggal 27 September 1865, pemberitaan Injil di
Pulau Nias dimulai oleh seorang penginjil Jerman (Protestan Missionary), E. Ludwig
Denninger dari Rheinische Missions-Gesselschaft (RMG) yang merupakan salah satu zending
Jerman. organisasi.
Denninger memperoleh bahasa Nias, dan mengetahui sedikit tentang budaya Nias dari
orang Nias yang pindah ke Padang, Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1873 RMG
kembali mengutus misionaris kedua bernama J.W Thomas dan mendirikan stasiun penginjilan
di Ombölata. Misionaris ketiga bernama Kramer (1874) pindah di Hilina'a, Nias. Di sanalah
mereka melakukan Pembaptisan pertama orang Nias. Sehingga dari tahun 1873-1876 terdapat
63 orang yang dibaptis dalam 3 periode waktu, yaitu pada tahun 1874 pada Hari Paskah 25
orang oleh Kramer di desa Hilina'a, 6 orang di Ombӧlata pada tahun 1875 dan terakhir 32
orang di Faechu oleh Thomas.
Pada tahun 1876, struktur gereja di Ombӧlata juga dibangun. Ini merupakan bangunan
gereja pertama yang dibangun di Pulau Nias, disusul kemudian dengan pembangunan gereja
di Faechu pada tahun 1880. Sekitar tahun 1890, jumlah umat Kristen yang telah dibaptis baru
mencapai 706 orang. Jumlah ini meningkat menjadi 20.000 pada tahun 1915. Pada tahun 1876
misionaris keempat bernama Dr. W.H. Sundermann tiba di Nias.
Setelah dua tahun bersama Kramer di Gunungsitoli, Doktor Teologi ini merasa dewasa
dalam berbicara Nias, dan kemudian mendirikan Pos Pemberitaan Injil di Dahana, tetapi di
sana ia dihadapkan dengan penyembahan berhala yang intens. OlehOleh karena itu ia beralih
ke pendidikan dan mengumpulkan dan mendidik anak-anak muda setempat. Inisiatif ini
6
merupakan cikal bakal pendirian Sekolah Guru di Nias. Pada tahun 1881 seorang misionaris
kelima bernama J.A. Fehr.
Dialah yang menggantikan J.W. Thomas di Ombõlata pada tahun 1883, karena J.W.
Thomas melakukan perjalanan untuk mencoba mendirikan pos penginjilan di Sa'ua, tetapi
usahanya gagal. Dalam 25 tahun awal ini, 5 pendeta evangelis dari RMG Jerman telah
melayani di Nias. Namun, upaya misionaris menghadapi banyak masalah, seperti dampak
agama suku yang sangat kuat, masalah keamanan, pengayauan, wabah penyakit, keadaan
geografis dan lain-lain.
Wilayah yang dicakup terbatas di sekitar Gunungsitoli, dengan 3 Pos Injili :
Gunungsitoli, Ombõlata, dan Dahana. Upaya Denninger (didukung oleh Kodding dan Mohri)
di Onolimbu (Muara Idanõ Mola) pada tahun 1867, Sunderman di Tugala Lahõmi-Sirombu
pada tahun 1875/1876, J.W. Thomas di Sa'ua pada tahun 1885, tetapi semua itu hanyalah
penjajakan.
8
memperhatikan yang ada di Humene. Keputusan untuk berpisah dari BNKP juga didukung
oleh Tuhenöri Adolf Gea dan jaksa tinggi dari Manado bernama Adris.
Tuhenöri Adolf Gea dan Idris memiliki kepentingan pribadi dalam hal ini. Angowuloa
AD Idanoi Nias (AMIN) kemudian berganti nama menjadi Agama Kristen Indonesia Nias
(AMIN). karena penggunaan "Idanoi" memunculkan ide bahwa AMIN hanya mencakup
wilayah Idanoi.
Meskipun AMIN memiliki jemaat di seluruh Indonesia. Nama itu kemudian diubah lagi
menjadi Angowuloa Masehi Indonesia Nias (AMIN). Gereja AMIN telah terdaftar sebagai
anggota PGI dengan nomor urut 52 PGI dan LWF, dan juga telah tergabung dalam PGID
(Persatuan Gereja-gereja Indonesia Daerah) Nias. Struktur kepemimpinan organisasi terdiri
dari Sinode dan Jemaat.
2. Gereja ONKP
Alasan perpecahan antara ONKP dan BNKP adalah kecemburuan jemaah Nias Barat
terhadap pelayanan BNKP. Pertimbangan regional penting dalam hal ini. Pdt. K.D.
Marundruri, khususnya, tersinggung karena tidak diizinkan berbicara di persidangan selama
sidang sinode BNKP 1950.
Ini tentang harga diri. Pada tahun 1980-an, ONKP menjalin kerjasama dengan gereja-
gereja lain seperti GPM (Gereja Protestan Maluku) dan GMIM (Gereja Masehi Injili
Minahasa). Sambungan kerja termasuk pengiriman anggota ONKP ke STT GPM Ambon dan
GMIM Manado atas beasiswa yang diberikan oleh gereja-gereja GPM dan GMIM.
Kemudian pada tahun 1986, GPM memberangkatkan Pdt. Th.J. Nanulaitta untuk
melayani sebagai Tenaga Misionaris Gerejawi (TUG) di Gereja ONKP, yang berlangsung
hingga tahun 1990. Gereja ONKP menjadi anggota PGI pada tahun 1988, dengan pusat di
Tugala Lahömi-Sirombu.
9
Fa'awösa. Perpecahan Fa'awösa disebabkan oleh banyak hal, antara lain adanya kepentingan
pribadi, seperti ditunjukkan oleh Thomas Lömbu yang tidak mengikuti aturan zending dalam
mengelola organisasi.
Dalam hal ini, mereka mendirikan Fa'awösa sebagai organisasi yang terpisah dengan
keuangannya sendiri, terpisah dari zending yang dipimpin oleh jemaah lainnya.
Hal ini menunjukkan adanya kelompok-kelompok jemaah yang dapat menimbulkan
perpecahan. Selain itu, kesulitan keuangan menjadi salah satu alasannya, karena Fa'awösa
tidak mau uangnya diambil alih oleh pihak zending. Satu-satunya kelompok yang
memisahkan diri dari BNKP karena perbedaan doktrin adalah sekte Ama Haogö, yang muncul
pada 1960-an.
10